Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

I. Syukur
Kata "syukur" adalah kata yang berasal dari bahasa Arab. Kata ini dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai: (1) rasa terima kasih kepada Allah, dan (2)
untunglah (menyatakan lega, senang, dan sebagainya).
Dalam Al-Quran kata "syukur" dengan berbagai bentuknya ditemukan sebanyak
enam puluh empat kali. Ahmad Ibnu Faris dalam bukunya Maqayis Al-Lughah
menyebutkan empat arti dasar dari kata tersebut yaitu,
1. Pujian karena adanya kebaikan yang diperoleh. Hakikatnya adalah merasa ridha atau
puas dengan sedikit sekalipun, karena itu bahasa menggunakan kata ini (syukur) untuk
kuda yang gemuk namun hanya membutuhkan sedikit rumput. Peribahasa juga
memperkenalkan ungkapan Asykar min barwaqah (Lebih bersyukur dari tumbuhan
barwaqah). Barwaqah adalah sejenis tumbuhan yang tumbuh subur, walau dengan
awan mendung tanpa hujan.
2. Kepenuhan dan kelebatan. Pohon yang tumbuh subur dilukiskan dengan kalimat
syakarat asy-syajarat.
3. Sesuatu yang tumbuh di tangkai pohon (parasit).
4. Pernikahan, atau alat kelamin.

II. Nikmat
Nikmat bisa berubah menjadi azab dan bencana, kemenangan bisa berubah menjadi
kekalahan, kegembiraan bisa berubah menjadi kesedihan apabila kita mengundang
murka Allah. Oleh sebab itu, bila diberi kesehatan, kepandaian/ ilmu, kemudahan,
kelapangan, maka kita harus mensyukuri dan mengamalkannya, jangan berbuat sesuatu
yang mengundang murka Allah yang akan mengakibatkan nikmat yang kita peroleh
berubah menjadi azab atau bencana.
Biasanya sikap melupakan nikmat muncul dari perbedaan dengan yang lain misalnya
melihat orang lain sukses sedangkan kita tidak sukses, hal tersebut yang menghilangkan
nikmat yang diterima seolah-olah tidak ada. Padahal jika kita menyadari bahwasanya
masih ada nikmat-nikmat yang lainnya pada diri kita walau itu berbeda sifat dan
bentuknya.
Allah berfirman dalam surat An-Nahl: 3 yang artinya dan tidak ada kenikmatan
yang ada pada kalian kecuali datangnya dari Allah ini adalah dalil yang tegas dan jelas
dikatakan bahwa nikmat apa saja beik yang besar maupun kecil, yang banyak maupun
yang sedikit, itu semua datangnya dari Allah.

III. Sabar
Kesabaran adalah salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya
keimanan. Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan: Kaitan
antara sabar dengan iman, adalah seperti kepala dengan jasadnya. Tidak ada keimanan
yang tidak disertai kesabaran, sebagaimana juga tidak ada jasad yang tidak memiliki
kepala. Sabar juga memiliki dimensi untuk merubah sebuah kondisi, baik yang bersifat
pribadi maupun sosial, menuju perbaikan agar lebih baik dan baik lagi. Bahkan
seseorang dikatakan dapat dikatakan tidak sabar, jika ia menerima kondisi buruk, pasrah
dan menyerah begitu saja. Sabar dalam ibadah diimplementasikan dalam bentuk
melawan dan memaksa diri untuk bangkit dari tempat tidur, kemudian berwudhu lalu
berjalan menuju masjid dan malaksanakan shalat secara berjamaah.
BAB II
PEMBAHASAN

I. SYUKUR
A. Pengertian Syukur Menurut Bahasa dan Istilah
Kata syukur diambil dari kata syakara, syukuran, wa syukuran,dan wa syukuran
yang berarti berterima kasih keapda-Nya.
Bila disebut kata asy-syukru, maka artinya ucapan terimakasih, syukranlaka
artinya berterimakasih bagimu, asy-syukru artinya berterimakasih, asy-syakir artinya
yang banyak berterima kasih.
Menurut Kamus Arab Indonesia, kata syukur diambil dari kata syakara,
yaskuru, syukran dan tasyakkara yang berarti mensyukuri-Nya, memuji-Nya.
Syukur berasal dari kata syukuran yang berarti mengingat akan segala nikmat-
Nya. Menurut bahasa adalah suatu sifat yang penuh kebaikan dan rasa menghormati
serta mengagungkan atas segala nikmat-Nya, baik diekspresikan dengan lisan,
dimantapkan dengan hati maupun dilaksanakan melalui perbuatan.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa syukur menurut istilah
adalah bersykur dan berterima kasih kepada Allah, lega, senang dan menyebut
nikmat yang diberikan kepadanya dimana rasa senang, lega itu terwujud pada lisan,
hati maupun perbuatan.

B. Pengertian Syukur dalam Alquran


Ada tiga ayat yang dikemukakan tentang pengertian syukur ini, yaitu sebagai
berikut disertai penafsirannya masing-masing.
1. Surah al-Furqan, 25/042: 62
Artinya:
Dan dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi orang
yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur (QS. Al-
Furqan: 62).
Ayat ini tergolong Makkiyah dan tidak ditemukan sebab turunnya (asbab al-
nuzul), ayat ini ada hubungannya dengan ayat sebelumnya bahwa Allah telah
membeberkan beberapa dalil tauhid dan menunjuk kepada beberapa tanda-tanda
kebesaran dan bukti yang ada di dalam alam yang membuktikan kekuasaan dan
kebijaksanaan-Nya. Kemudian Allah kembali menjelaskan perkataan dan perbuatan
mereka yang keji. Karena, sekalipun mereka telah menyaksikan segala bukti, namun
mereka tidak meninggalkan perbuatan sesatnya malah berpaling dari mengingat
Tuhan, sehingga hanya kalau disembah dan tidak dapat mendatangkan azab kalau
tidak disembah. Di samping itu, mereka membantu para penolong, setan dan
menjauhi para penolong ar-Rahman. Jika kau heran terhadap sesuatu, maka heranlah
terhadap perkara mereka, karena kejahilannya telah sampai kepada membahayakan
orang yang datang untuk memberikan kabar gemberia tentang kebaikan yang
meyeluruh jika mreka menaati Tuhan, dan mengingatkan mereka dari malapetaka
dan kebinasaan jika mereka mengingkari-Nya. Lebih dari itu, rasul tidak
mengharapkan imbalan dari dakwah itu.Allah juga memerintahkan kepada rasulnya
agar tidak takut terhadap ancaman dan siksaan mereka, tetapi hendaknya beliau
bertawakkal kepada Tuhan, bertasbih seraya memuji-Nya.
Ayat ini ditafsirkan oleh al-Maragi sebagai berikut bahwa Allah telah
menjadikan malam dan siang silih berganti, agar hal itu dijadikan pelajaran bagi
orang yang hendak mengamil pelajaran dari pergantian keduanya, dan berpikir
tentang ciptaan-Nya, serta mensyukuri nikmat tuhannya untuk memperoleh buah
dari keduanya. Sebab, jika dia hanya memusatkan kehidupan akhirat maka dia akan
kehilangan waktu untuk melakukan-Nya.
Dengan demikian diketahui bahwa ayat yang berkenaan dengan pengertian

syukur dalam ayat tersebut pada dasarnya adalah lafal yang berbunyi
Jadi arti syukur menurut al-Maragi adalah mensyukuri nikmat Tuhan-Nya dan
berpikir tentang cipataan-Nya dengan mengingat limpahan karunia-Nya.
Hal senada dikemukakan Ibn Katsir bahwa syukur adalah bersyukur dengan
mengingat-Nya. Penafsiran senada dikemukakan Jalal al-Din Muhammad Ibn
Ahmad al-Mahalliy dan Jalal al-Din Abd Rahman Abi Bakr al-Suyutiy dengan
menambahkan bahwa syukur adalah bersyukur atas segala nikmat Rabb yang telah
dilimpahkan-Nya pada waktu itu.
Departemen Agama RI juga memaparkan demikian, bahwa syukur adalah
bersyukur atas segala nikmat Allah dengan jalan mengingat-Nya dan memikirkan
tentang ciptaan-Nya.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa syukur adalah bersyukur atas
segala nikmat Tuhan-Nya dengan mengingat dan berpikir tentang ciptaan-Nya.
2. Surah Saba, 034/058 :13
Artinya:
Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-
gedung yang Tinggi dan patung-patung dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam
dan periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah Hai keluarga Daud untuk
bersyukur (kepada Allah). dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima
kasih. (QS. Saba: 13).
Ayat ini tergolong surah Makkiyah yang tidak ditemukan asbab al-Nuzul, ayat ini
menjelaskan bahwa Allah menyebut-nyebut apa yang pernah Dia anugrahkan kepada
Sulaiman as,. Yaitu mereka melaksanakan perintah Sulaiman as untuk membuat istana-
istana yang megah dan patung-patung yang beragam tembaga, kaca dan pualam. Juga
piring-piring besar yang cukup untuk sepuluh orang dan tetap pada tempatnya, tidak
berpindah tempat. Allah berkata kepada mereka agar mensyukuri-Nya atas segala
nikmat yang telah Dia limpahkan kepada kalian.
Syukur itu bisa berupa perbuatan begitu pula bisa berupa perkataan dan bisa pula
berupa niat, sebagaimana dikatakan:

.
Kemudian Dia menyebutkan tentang sebab mereka diperintahkan bersyukur yaitu
dikarenakan sedikit dari hamba-hamba-Nya yang patuh sebagai rasa syukur atas nikmat
Allah swt dengan menggunakan nikmat tersebut sesuai kehendak-Nya.[14]
Ayat yang berkaitan dengan pengertian syukur dalam ayat tersebut adalah lafal yang
berbunyi:

-
Menurut al-Maragi arti kata asy-Syukur di atas adalah orang yang berusaha untuk
bersyukur. Hati dan lidahnya serta seluruh anggota tubuhnya sibuk dengan rasa syukur
dalam bentuk pengakuan, keyakinan dan perbuatan.
Dan ada pula yang menyatakan asy-syukur adalah orang yang melihat kelemahan
dirinya sendiri untuk bersyukur.
Sementara itu Ibn Katsir memberikan arti dari kata asy-syukur adalah berterima
kasih atas segala pemberian dari Tuhan yang maha Pemurah lagi Maha Penyayang.
Penafsiran yang senada dikemukakan oleh jalal al-Din Muhammad Ibn Ahmad al-
Mahalliy dan Jalal al-Din Abd al-Rahman Ibn Abi Bkar al-Suyutiy dengan
menambahkan bahwa rasa syukurnya itu dilakukan dengan taat menjalankan perintah-
Nya.
Penafsiran yang senada dikemukakan oleh Jalal al-Din Muhammad Ibn Ahmad al-
Mahalliy dan Jalal al-Din Abd al-Rahman Ibn Abi Bakr al-Suyutiy dengan
menambahkan bahwa rasa syukurnya itu dilakukan dengan taat menjalankan perintah-
Nya.
Sedangkan Depertemen agama RI menyebutkan arti kata dasar asy-syukur adalah
bersyukur atas segala nikmat yang dilimpahkan Allah kepada hamba-Nya dengan amal
saleh dan menggunakannya sebagaimana mestinya.
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa syukur adalah berterima kasih
dengan bersyukur atas segala nikmat yang dilimpahkan-Nya dengan rasa syukur dalam
bentuk pengakuan, keyakinan dan perbuatan.
3. Surah al-Insan, 076/098: 9
Artinya:
Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan
keridhaan Allah, kami tidak menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula
(ucapan) terima kasih. (QS. Al-Insaan: 9)
Ayat ini tergolong Madaniyah dan tidak ditemukan sebab turunnya (asbab al-
nuzul), ayat ini menjelaskan bahwa Allah tidak meminta dan mengharapkan dari
kalian balasan dan lain-lainnya yang mengurangi pahala, kemudian Allah
memperkuat dan menjelaskan lagi bahwa Dia tidak mengharapkan balasan dari
Hamba-Nya, dan tidak pula meminta agar kalian berterimakasih kepada-Ku dengan
demikian diketahui bahwa ayat yang ada kaitannya dengan arti syukur dadlam ayat
tersebut pada dasarnya adalah lafal yang berbunyi:


Menurut al-Maragi arti kata syukur di atas adalah berterimakasih kepada Allah swt.
Sementara Ibn Katsir mendefenisikan syukur itu adalah ucapan terima kasih.
Hal senada dikemukakan oleh Jalal al-Din Muhammad Ibn Ahmad al-Mahalliy dan
Jalal al-Din Abd ar-Rahman Abi Bakr al-Suyutiy, syukur adalah berterimakasih
kepada Allah swt atas segala nikmat-Nya. Apakah mereka benar-benar
mengucapkan hal yang demikian ataukah hal itu telah diketahui oleh Allah swt,
kemudian Dia memuji kalian, sesungguhnya dengan masalah ini ada dua pendapat.
Hal senada dikemukkan oleh Departemen Agama RI bahwa syukur adalah ucapan
terimakasih.
Hal ini didukung pengertian secara bahasa, bahwa syukur adalah berterima kasih

kepada-Nya. Berasal dari kata yang berarti berterimakasih.


Berdasarkan penafsiran keempat mufasir di atas maka dapat disimpulkan bahwa
syukur adalah berterimakasih kepada Allah swt atas segala nikmat-Nya.
Demikianlah uraian tentang pengertian syukur dalam Alquran dengan melihat
beberapa penafsiran mufasir terhadap ayat yang telah ditentukan sebelumnya.

C. Macam- macam Syukur


1. ASY-SYUKRU BIL LISAN
Syukur dengan lisan, yaitu pengakuan seorang hamba atas nikmat yang disertai
rasa tenang, teduh, merasa bodoh, hina dan nista dari kebesaran Allah yang tiada
batas dan dari luasnya nikmat Allah yang tiada terhitung.
2. ASY-SYUKRU BIL BADAN
Syukur dengan badan dan anggota badan, yaitu pengabdian seorang hamba
dengan memenuhi segala perintah dan panggilanNya, menjauh larangan dan
cegahanNya, mengabdi dan berkhidmah kepada Allah SWT. Mempergunakan
tubuh dan anggota tubuh pada tempatnya, lisan untuk dzikir dan berucap
kebaikan. Mata untuk memandang pada sesuatu yang halal dan untuk menangis
karena
taubat, dll.
3. ASY-SYUKRU BIL JINAN
Syukur dengan hati, yaitu bersimpuhnya seorang hamba atas dasar kemuliaan,
keindahan, kebesaran, keagungan dan kesempurnaan Allah SWT, dengan selalu
menjaga kemuliaan-Nya. Menurut sebagian Ulama, derajat orang yang bersyukur
itu ada tiga:
1. Syukur orang-orang alim, yaitu mensyukuri dengan lisan mereka, sebab tidak
ada ilmu sedikitpun di sisi mereka kecuali harus disyukuri dengan lisan.
2. Syukur yang menjadi sifat orang-orang yang ahli ibadah, yaitu dengan
perbuatan dan ketaatan mereka.
3. Syukur Ahli Ma'rifat, yaitu dengan istiqomah dalam bersyukur pada semua
ahwal mereka, mereka pindah dari amal-amal anggota lahir menuju pada
perilaku-perilaku hati. (Sumber: Ihya 'Ulumuddin, Abu Hamid Al Ghazali)

D. Bagaimana Cara Bersyukur


Allah berfirman dalam Al-quran tentang cara bersyukur dengan hati dan lidah
(Q.S. An-Nashr (110):1-3). "Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan
dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, maka
bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepadaNya
sesungguhnya Dia adalah maha penerima Taubat". Dalam ayat diatas dijelaskan
bahwa cara bersyukur dengan hati dan lidah yang dicontohkan Allah adalah

Tasbih (Subhanallah)
Tahmid (Alhamdulillah)
Istighfar (Astaghfirullahal adhim)

Sedangkan cara bersyukur dengan perbuatan adala sebagaimana firman Allah: "Kamu
sekali-kali tidak sampai kepada kebaktian (yang sempurna) sebelum kamu
menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai, dan apa saja yang kamu nafkahkan
maka sesungguhnya Allah mengetahuinya" (Ali Imron (3): 92) Peringatan Allah
kepada orang mu'min
Allah berfirman dalam Al-quran Q.S. Al-Munafiqun (63) : 9-11
"Hai orang-orang yang beriman janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu
melalaikan kamu dari mengingat Allah, barang siapa yang berbuat demikian maka
mereka itulah orang-orang yang rugi. Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang
telah kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di
antara kamu; lalu ia berkata: "Ya Tuhanku mengapa Engkau tidak menangguhkan
(kematian) ku sampai waktu yang dekat, maka aku akan bersedekah dan aku akan
termasuk orang yang soleh!" Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan
(kematian) seseorang apabila telah datang ajalnya. Dan Allah maha mengenal apa
yang kamu kerjakan" ( Al-Munafiqun (63) : 9-11).
II. NIKMAT

A. Definisi Nikmat
Nikmat secara etimologis berasal dari bahasa arab yang berarti segala
kebaikan, keenakan, dan semua rasa kebahagiaan. Sesuatu yang bermanfaat di dunia
dan akhirat seperti ilmu dan akhlak mulia.
B. Kufur Nikmat
Banyak orang tergelincir pada kekufuran, persoalannya bukan terletak pada
dia kaya atau miskin.Di manapun dan kondisi apapun manusia berada,bila ia tidak
ingat Allah maka dia sudah dikategorikan kufur alias lupa diri.
Kata pengangguran punya pekerjaan adalah nikmat betul dan karunia Allah.
Tapi sebagian orang yang punya pekerjaan dan usaha justru melupakan Allah.
Kesibukannya bekerja dan mengembangkan usaha membuat sulit sekali untuk sholat,
sekalinya sholat dia berdiri dengan malas.Seolah-olah shalat jadi mengurangi jatah
waktu untuk berbisnis. Jadilah Allah, urutan yang nomor sekian,Tuhan yang
terlupakan.
Ini baru dari kacamata sholatbelum lagi kacamata hasil..
Maksudnya bila ditilik kembali Allahlah yang menjadikan kita bisa bekerja dan
berusaha. Tapi setelah pekerjaan dan usaha kita menghasilkan, apa yang terjadi?
Allah menjadi tidak penting untuk dibagi hasil. Setelah gajian, yang kita cari adalah
kesenangan sendiri, keperluan sendiri. Jarang kita memerlukan untuk membagi
dengan Allah yaitu dengan membagikan pada anak yatim, fakir miskin dan orang-
orang yang Allah minta untuk diperhatikan. Bioskop, dunia hiburan, barang-barang
yang kurang perlu..menjadi fokus terbesar, ketika ada uang hasil kerja & usaha.
Bukan justru berusaha menyeimbangkan pengeluaran dan sedekah.
Marahkah Allah? Tidak. Hanya saja ketika kita berlaku
demikian,perlindungan Allah tidak kita dapatkan. Padahal dunia ini selalu berisi
ketidakpastian dan perubahan. Kalaulah Allah sudah tidak mau memperhatikan,tidak
mau melindungi, akan jadi apakah kita? Katakanlah jika bapak-bapakmu,anak-
anakmu,saudara-saudaramu,istrimu,keluargamu, harta kekayaan yang kamu peroleh,
perniagaan yang kamu khawatir merugi,dan tempat tinggal yang kamu sukai, yang
semua itu lebih kamu cintai daripada Allah dan RasulNya, dan dari berjuang di
jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya. Dan Allah
tidak akan menunjuki kaum yang fasik. (At-Taubah : 24)
C. Nikmat Dalam Al-Quran
Ada banyak ayat yang menerangkan tentang berbagai nikmat yang Allah
berikan kepada umat manusia dalam Al-Quran. Namun saya hanya mengambil
beberapa ayat saja untuk dijadikan contoh.
Seperti ayat berikut yang menjelaskan tentang nikmat Allah berupa
perlindungan dari Allah:
Hai orang-orang yang beriman, ingatlah kamu akan nikmat Allah (yang
diberikan-Nya) kepadamu, di waktu suatu kaum bermaksud hendak menggerakkan
tangannya kepadamu (untuk berbuat jahat), Maka Allah menahan tangan mereka
dari kamu. dan bertakwalah kepada Allah, dan hanya kepada Allah sajalah orang-
orang mukmin itu harus bertawakkal.
Dapat saya pahami bahwa maksud nikmat dari ayat diatas ialah, Allah telah
memberi nikmat kepada orang-orang beriman berupa perlindungan dari tangan orang-
orang yang hendak berbuat jahat kepada kita. Maka Allah memerintahkan orang-
orang beriman untuk bertawakkal kepada-Nya agar ditambah kenikmatan yang lain.
Untuk tafsir yang lain (hai orang-orang yang beriman, ingatlah nikmat Allah
kepadamu ketika suatu kaum bermaksud) yakni orang-orang Quraisy (hendak
memanjangkan tangan mereka kepadamu) dan dilindungi-Nya kamu dari maksud
jahat mereka itu (dan bertakwalah kamu kepada Allah dan hendaklah kepada Allah
orang-orang mukmin itu bertawakal).
Asbabun nuzulnya yaitu dari suatu riwayat dikemukakan bahwa Nabi saw.
Keluar beserta Abu Bakr, Umar, Utsman, Ali, dan Abdurrahman bin Auf menuju kab
bin al-Asyraf dan Yahudi Banin Nadlir untuk meminjam uang sebagai pembayar diat
(denda) yang harus dibayarnya. Orang Yahudi berkata: silahkan duduk, kami akan
menyajikan makanan dan memberikan apa yang tuan perlukan. Kemudian
Rasulullah saw. duduk. Hayy bin Akhthab berkata kepada kawannya (tanpa setahu
Nabi saw.): kalian tidak akan dapat melihat dia lebih dekat daripada sekarang.
Timpakan batu ke kepalanya dan bunuhlah dia. Kalian nanti tidak akan menghadapi
kesulitan lagi. Mereka mengangkat batu penggiling gandum yang sangat besar untuk
ditimpakan kepada Rasul. Akan tetapi Allah Menahan tangan mereka, lalu datanglah
Jibril memberitahu agar Rasulullah bangkit dari tempat duduknya. Maka Allah
Menurunkan Ayat ini (Q.S. 5 al-maidah:11) sebagai perintah untuk mensyukuru
nikmat. Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ikrimah dan Yazid bin Abi Ziad.
Lafal Hadits ini bersumber dari Yazid. Hadits seperti ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir yang
bersumber dari Abdullah bin Abi Bakr, Ashim bin Umar bin Qatadah, Mujahid, Abdullah bin
katsir, dan Abu Malik.

Dalam ayat lain tentang kenikmatan syurga:

dan Sekiranya ahli kitab beriman dan bertakwa, tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-
kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka kedalam surga-surga yang penuh
kenikmatan.

(dan sekiranya Ahli Kitab itu beriman) kepada Nabi Muhammad saw (dan bertakwa) artinya
menjaga diri dari kekafiran(pastilah Kami hapus dari mereka kesalahan mereka dan Kami
masukkan mereka ke dalam Surga-Surga kenikmatan)

Adalah kenikmatan yang hakiki apabila kita dapat merasakan kenikmatan syurga. Kita tahu
bahwa syurga adalah tempat yang diinginkan setiap manusia. Dan untuk meraihnya Allah
telah memberikan syarat kepada kita berupa ketakwaan kepada-Nya, melaksanakan perintah
dan menjauhi larangan-Nya.

Dalam ayat ini tentang nikmat rezeki:

Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. mereka akan memperoleh


beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezki (nikmat) yang mulia.

Dapat saya pahami bahwa ayat diatas menjelaskan balasan Allah untuk orang-orang yang
beriman dengan memberikan beberapa derajat ketinggian di sisi-Nya, ampunan dan rezeki
yang halal. Itu benar-benar nikmat yang banyak dari Allah untuk orang-orang yang beriman
yaitu orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hat mereka, dan apabila
dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambhalah iman mereka, dan hanya pada Allah
mereka bertakwa.

(itulah) orang-orang yang berciri khas seperti tadi (mereka orang-orang yang beriman
dengan sabenar-benarnya) yang tidak diragukan lagi keimanannya. (mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian) kedudukan-kedudukan di surga (disisi tuhannya
dan ampunan serta rezeki yang mulia) di surga.

Dalam ayat ini:

Allah menjadikan bagi kamu isteri-isteri dari jenis kamu sendiri dan menjadikan bagimu
dari isteri-isteri kamu itu, anak-anak dan cucu-cucu, dan memberimu rezki dari yang baik-
baik. Maka Mengapakah mereka beriman kepada yang bathil dan mengingkari nikmat Allah
?

(Allah menjadikan bagi kalian istri-istri dan jenis kalian sendiri) maka Allah menciptakan
Siti Hawa dari tulang rusuk Nabi Adam dan semua manusia lainnya dari mani kaum laki-laki
dan wanita (dan menjadikan bagi kalian dari istri-istri kalian itu, anak-anak dan cucu-cucu)
keturunan dari anak-anaknya (dan memberi kalian rezeki dari yang baik-baik) berupa
berbagai macam buah-buahan, biji-bijian dan hewan-hewan tenak (maka mengapa kepada
yang batil) kepada berhala (mereka beriman dan mengapa mereka ingkar terhadap nikmat
Allah) dengan menyekutukan-Nya.

kemudian daripada itu Allah SWT menjelaskan nikmat Allah yang lain dari nikmat-nikmat
yang telah diterima oleh hamba-Nya, agar manusia dapat memperhatikan keluasan nikmat-
Nya. Allah SWT telah menciptakan istri-istri untuk mereka dari jenis mereka pula, dengan
adanya isteri-isteri itu manusia dapat bekerja sama dalam membina kemaslahatan bersama
dan mengurus kehidupan bersama. Dan istri-istri itu pula Allah memberikan keturunan
sebagai biji mata dan kesayangan yang dapat membahagiakan kehidupan mereka di dunia dan
menjadi kebanggaan sebagai pelanjut keturunan. Kemudian Allah menjelaskan pula bahwa
Dialah yang telah memberikan rezeki kepada mereka dari jenis makanan dan minuman yang
lezat-lezat, pakaian yang dapat melindungi kulit dari udara dingin dan tempat yang dapat
melindungi dari teriknya mathari dan tirisnya hujan.

Dan ayat terakhir yang saya ambil dari Al-Quran:

dan Allah menjadikan bagimu tempat bernaung dari apa yang telah Dia ciptakan, dan Dia
jadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia jadikan bagimu pakaian
yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi) yang memelihara kamu dalam
peperangan. Demikianlah Allah menyempurnakan nikmat-Nya atasmu agar kamu berserah
diri (kepada-Nya).

(dan Allah menjadikan bagi kalian dari apa yang telah Dia ciptakan) seperti rumah-rumah,
pohon-pohon dan mendung (sebagai tempat bernaung) lafal Zhilaalan adalah bentuk jamak
lafal Zhillun yang dapat melindungi diri kalian dari sengatan panas matahari (dan Dia
dijadikan bagi kalian tempat-tempat tinggal digunung-gunung) lafal aknaanan adalah bentuk
jamak dari lafal kinnun, yang artinya tempat untuk tinggal seperti gua dan liang besar (dan
Dia jadikan bagi kalian pakaian) dan dari dingin (dan pakaian/ baju besi yang memelihara
kalian dalam peperangan) sewaktu kalian berperang yakni dari tusukan dan pukulan senjata
di dalam peperangan, seperti baju dan topi besi. (demikianlah) sebagaimana Dia telah
menciptakan semuanya itu (Allah menyempurnakan nikmat-Nya) di dunia (atas kalian)
dengan menciptakan segala sesuatu yang menjadi keperluan kalian (agar kalian) hai
penduduk Mekkah (masuk Islam) agar kalian mengesakan-Nya.

kemudian dalam ayat ini Allah SWT menyebutkan lagi nikmat karunia-Nya sebagaimana
nikmat yang lalu disebutkan, yang memberikan rasa aman, damai dan tenteram. Kepada
bangsa yang sudah menetap atau maju, Allah memberikan karunia tempat berteduh seperti
rumah, hotel-hotel, gedung-gedung umumnya dibuat dari kayu, besi, batu dan lain-lain, yang
diciptakan Allah.

Asbabun nuzulnya : Dalam suatu riwayat dikemukakan, ketika seorang Arab bertanya kepada
Nabi saw. tentang Allah, beliau membacakan ayat, wallahu jaala lakum mim buyutikum
sakana (dan Allah Menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal.) (Q.S
16 an-nahl: 80). Orang itupun mengiyakannya. Kemudian Nabi saw. membaca kelanjutan
ayat tersebut,..wa jaala lakum min juludil anami buyutan tastakhiffunaha yauma
zhanikum wa yauma iqamatikum (dan Dia Menjadikan bagi kamu rumah-rumah
[kemah-kemah] dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan [membawa] nya di
waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim.) (Q.S 16 .an-nahl: 80). Orang itupun
mengiyakannya. Kemudian Rasulullah membaca lagi kelanjutan ayat tersebut, dan orang
itupun mengiyakannya. Namun ketika Rasulullah sampai pada ayat,.. kadzalika yutimmu
nimatahu ;alaikum laallakum tuslimun (..demikianlah Allah Menyempurnakan Nikmat-
Nya atasmu agar kamu berserah diri [kepada-Nya] (Q.S 16 an-nahl : 81), orang itu berpaling
dan tidak mau masuk Islam. Maka turunlah ayat selanjutnya (Q.S 16 an-nahl:83) yang
menegaskan bahwa walaupun orang-orang athu akan Nikmat yang Diberikan Allah, tapi
kebanyakan mereka tetap kafir. Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Mujahid.

D. Cara Menyikapi Nikmat

Yang jelas, syukur adalah sebuah istilah yang digunakan pada pengakuan/
pengetahuan akan sebuah nikmat. Karena mengetahui nikmat merupakan jalan untuk
mengetahui Dzat yang memberi nikmat. Oleh karena itu Allah Subhanahu wa Taala
menamakan Islam dan iman di dalam Al-Qur`an dengan syukur. Dari sini diketahui bahwa
mengetahui sebuah nikmat merupakan rukun dari rukun-rukun syukur. (Madarijus Salikin,
2/247)

Apabila seorang hamba mengetahui sebuah nikmat maka dia akan mengetahui yang
memberi nikmat. Ketika seseorang mengetahui yang memberi nikmat tentu dia akan
mencintai-Nya dan terdorong untuk bersungguh-sungguh mensyukuri nikmat-Nya.
(Madarijus Salikin, 2/247, secara ringkas)

Syukur Tidak Sempurna Melainkan dengan Mengetahui Apa yang Dicintai Allah l
Ibnu Qudamah rahimahullahu menjelaskan: Ketahuilah bahwa syukur dan tidak kufur tidak
akan sempurna melainkan dengan mengetahui segala apa yang dicintai oleh Allah l. Sebab
makna syukur adalah mempergunakan segala karunia Allah Subhanahu wa Taala kepada apa
yang dicintai-Nya, dan kufur nikmat adalah sebaliknya. Bisa juga dengan tidak
memanfaatkan nikmat tersebut atau mempergunakannya pada apa yang dimurkai-Nya.

Adapun cara menyikapi nikmat yaitu:

1. Mengakui nikmat yang diberikan dengan penuh ketundukan.


2. Memuji yang memberi nikmat atas nikmat yang diberikannya.
3. Cinta hati kepada yang memberi nikmat dan (tunduknya) anggota badan dengan
ketaatan serta lisan dengan cara memuji dan menyanjungnya.
4. Menyaksikan kenikmatan dan menjaga (diri dari) keharaman.
5. Mengetahui kelemahan diri dari bersyukur.
6. Menyandarkan nikmat tersebut kepada pemberinya dengan ketenangan.
7. Engkau melihat dirimu orang yang tidak pantas untuk mendapatkan nikmat.
8. Mengikat nikmat yang ada dan mencari nikmat yang tidak ada.

III. SABAR
A. Pengertian Sabar
Sabar berasal dari kata - yang artinya menahan. Dan menurut istilah
para ulama anta lain :
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah
Sabar adalah meneguhkan diri dalam menjalankan ketaatan kepada Allah,
menahannya dari perbuatan maksiat kepada Allah, serta menjaganya dari perasaan dan
sikap marah dalam menghadapi takdir Allah.
Dari pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sabar adalah menahan diri
dari kesusahan dan menyikapinya sesuai syariah dan akal, menjaga lisan dari celaan,
dan menahan anggota badan dari berbuat dosa dan sebagainya. Itulah pengertian sabar
yang harus kita tanamkan dalam diri kita. Dan sabar ini tidak identik dengan cobaan
saja. Karena menahan diri untuk tidak bersikap berlebihan, atau menahan diri dari
pemborosan harta bagi yang mampu juga merupakan bagian dari sabar. Sabar harus kita
terapkan dalam setiap aspek kehidupan kita. Bukan hanya ketika kita dalam kesulitan,
tapi ketika dalam kemudahaan dan kesenangan juga kita harus tetap menjadikan sabar
sebagai aspek kehidupan kita.
B. Macam-Macam Sabar
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah berkata, Sabar itu terbagi
menjadi tiga macam:
1. Bersabar dalam menjalankan ketaatan kepada Allah SWT
Menahan diri kita agar tetap istiqomah dalam menjalankan apa yang diperintahkan
oleh Allah SWT adalah bagian dari perintah Allah SWT. Kita harus tetap sabar
menjalankan itu semua, karena Allah telah menjanjikan surga bagi hamba-Nya
yang menjalankan perintah-Nya dengan baik sesuai syariat yang telah Allah SWT
turunkan. Mulai dari shalat, zakat, puasa, dakwah, dan lain-lain. Itu semua harus
kita jalani dengan sabar.
2. Bersabar untuk tidak melakukan hal-hal yang diharamkan Allah SWT
Tenar sekali salah satu lagu yang dinyanyikan oleh Raja Dangdut H.Rhoma Irama
dimana ada sebagian liriknya yang berbunyi mengapa semua yang asik-asik, itu
diharamkan? mengapa semua yang enak-enak itu dilarang? karena semua itu
adalah memang godaan setan yang merayu kita dengan kenikmatan-kenikmatan
duniawi. Semua kenikmatan itu hanya semua, karena jalan yang ditunjukan oleh
setan itu tidaklah berakhir kecuali di neraka. Dan kita sebagi umat Islam harus
bersabar dari apa yang dilarang oleh Allah SWT. Yakinlah bahwa semua larangan
itu pasti ada maksudnya. Tidaklah Allah SWT melarang kita untuk berbuat dosa,
kecuali dalam dosa itu pasti ada sebuah kerugian yang akan didapat jika kita
melakukannya.
3. Bersabar dalam menghadapi takdir-takdir Allah SWT
Jika ada salah satu dari kita ditakdirkan dengan kondisi fisik yang kurang, maka
kita juga harus tetap bersabar. Karena bersabar dengan ketentuan Allah SWT
merupakan salah satu dari macam sabar. Dan balasan lain dari sabar kita itu adalah
surga. Rasulallah SAW bersabda: sesungguhnya Allah SWT berfirman Jika
hambaku diuji dengan kedua matanya dan dia bersabar, maka Aku akan mengganti
kedua matanya dengan surga (HR. Bukhori).

Keutamaan Sabar
Mengenai sabar, Allah SWT berfirman

wahai sekalian orang-orang yang beriman, bersabarlah kamu sekalian dan teguhkanlah
kesabaranmu itu dan tetaplah bersiap siaga (Q.S. Ali Imran : 200).
Ayat ini memerintahkan untuk bersabar dalam menjalani ketaatan ketika mengalami
musibah, menahan diri dari maksiat dengan jalan beribadah dan berjuang melawan
kekufuran, serta bersiap siaga penuh untuk berjihad di jalan Allah SWT.Dalam Al-Quran

"Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahalanya tanpa
batas (Q.S. Az-Zumar:10).
Tentang ayat ini, Sayyidina Ali bin Abu Thalib menerangkan, setiap orang yang mencapai
derajat muthi (orang yang taat), kelak akan ditimbang amalnya dengan timbangan atau
takaran. Berbeda dengan orang yang berderajat shabir (orang yang sabar), mereka ini
mengeruk pahala laksana mengeruk debu yang tidak terhitung jumlahnya.
Sungguh luar biasa derajat orang sabar. Selain mendapatkan pahala yang besar, juga
dikatakan sebagai bagian dari iman. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Imam Ad-Dailami
dari Anas bin Malik, bahwa Rasulullah SAW bersabda,

Kesabaran adalah setengah dari iman.
Begitulah keutamaan dan pentingnya bersabar, termasuk dalam menjalankannya. Insya Allah,
setiap kali kita bersabar atas sesuatu yang tidak kita kehendaki dan bersabar atas apa yang
belum kita kehendaki, pasti berbuah pahala dan hikmah yang tak ternilai.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Syukur menurut istilah adalah bersykur dan berterima kasih kepada Allah, lega,
senang dan menyebut nikmat yang diberikan kepadanya dimana rasa senang, lega itu
terwujud pada lisan, hati maupun perbuatan.
Nikmat secara etimologis berasal dari bahasa arab yang berarti segala kebaikan,
keenakan, dan semua rasa kebahagiaan. Sesuatu yang bermanfaat di dunia dan akhirat seperti
ilmu dan akhlak mulia.
Kesabaran adalah salah satu ciri mendasar orang yang bertaqwa kepada Allah SWT.
Bahkan sebagian ulama mengatakan bahwa kesabaran merupakan setengahnya keimanan.
Sabar memiliki kaitan yang tidak mungkin dipisahkan dari keimanan
DAFTAR PUSTAKA

Al-Munawwir, Ahmad Warson, Kamus al-Munawwir Arab Indonesia, Surabaya, Pustaka


Progesif, 1984.

Asghari, Basri Iba, Solusi Alquran Problematika Sosial, politik, dan Budaya, Jakarta,
Rinekea Cipta, 1994.

Departemen Agama RI, Alquran dan Tafsirnya, Jakarta, Ferlia Citra Utama, 1996/1997.

Departemen agama RI, Alquran dan Terjemahnya, Jakarta, Intermasa, 1992.

http://makalah85.blogspot.com/2009/01/syukur.html
https://naifu.wordpress.com/2010/07/02/nikmat-dalam-perspektif-al-qur%E2%80%99an/

Anda mungkin juga menyukai