PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam semoga
tercurahkan kepada Nabi dan Rasul yang paling mulia yaitu Nabi kita Muhammad,
juga kepada keluarganya dan seluruh shahabatnya.
Amma ba’du
Ketika iman dibagi menjadi dua bagian, setengahnya syukur dan setengahnya
lagi sabar, maka benar bagi siapa yang memurnikan jiwanya, menginginkannya
selamat dan lebih mengutamakan kemuliaannya, hendaknya ia tidak meremehkan dua
pangkal besar ini, tidak meninggalkan kedua jalan yang benar ini, dan hendaknya ia
menjadikan perjalanannya kepada Allah berada di antara dua jalan ini, sehingga pada
hari perjumpaannya dengan Allah kelak, ia berada dalam keadaan baik pada
keduanya.
Semua itu akan Anda dapatkan tertulis di dalam risalah kedelapan ini yang
tergabung dalam “Silsilah A’malil Qulub” (rangkaian amalan-amalan hati), yang
Allah telah memberikan kemudahan kepada saya untuk menyampaikannya dalam
daurah ilmiah. Dibersamai oleh tim ilmiah Zaad group dalam mempersiapkannya.
Dan hari ini diusahakan untuk menerbitkannya dalam bentuk materi yang diedarkan.
Kami memohon kepada Allah agar menjadikan kami termasuk dari orang
yang mendengarkan perkataan dan mengikuti yang terbaik, dan semoga Allah
menjadikan kami termasuk dari orang yang bersyukur kepada-Nya dan tidak
mengkufuri-Nya. Ia lah Dzat yang Maha menolong dan kepada-Nyalah kami
bersandar.
Lafadz شكََر
َ adalah muta’addi (membutuhkan obyek), baik secara langsung maupun
dengan tambahan huruf lam ( )لcontoh ت لَُه
ُ شََكْر،شَكْرُتُه
َ (aku bersyukur padanya, aku
bersyukur untuknya).
Dan dikatakan bahwa muta’addi dengan penambahan huruf lam ( )لitu lebih fasih.
شُكْوٌر
َ ل
ٌ ج
ُ َرmaknanya laki-laki yang banyak bersyukur
ُ شْكَر
ان ُ (kesyukuran) adalah lawan kata dari ان
ُ ( الُكْفَرkekufuran)
ُ الشُْكرjuga bermakna: Terlihatnya pengaruh gizi makanan dalam tubuh binatang, dan
kalimat ِن الدََّواب
َ ُكُْوُر ِمDD الشbermakna pakan yang menggemukkan meskipun cuma
sedikit.
Kalau begitu syukur adalah tampaknya pengaruh dari nikmat ilahi kepada
keimanan seorang hamba di dalam hatinya, pujian dan sanjungan pada lisannya, serta
ibadah dan ketaatan pada anggota badannya.
1
Lisanul Arab, (4/424)
2
Tafsir Al-Qurthubi, (1/438)
3
Tafsir Al-Qurthubi, (2/166)
PERBEDAAN ANTARA PUJIAN DAN SYUKUR
Pujian
Pujian adalah sanjungan dengan perkataan kepada orang yang dipuji atas
sifat-sifatnya yang lazim (terkait dzatnya) dan yang muta’addi (terkait obyeknya)
Syukur
Syukur dilakukan dengan menggunakan lisan, hati dan anggota badan, tapi
hanya bisa dilakukan pada sifat-sifat yang muta’addi (terkait obyeknya) saja.
Pujian tidak bisa dilakukan kecuali dengan lisan, sedangkan syukur bisa
dilakukan dengan perkataan, perbuatan dan hati.
Pujian dilakukan terhadap sifat-sifat lazim seperti sifat keindahan dan sifat-
sifat muta’addi seperti sifat ihsan, sedangkan syukur tidak bisa dilakukan kecuali
terhadap sifat-sifat muta’addi saja seperti sifat ihsan.
Dikatakan juga bahwa ada pujian di dalam syukur, tapi tidak ada syukur di
dalam pujian2
KETERKAITAN SYUKUR
Ketika kita sudah mengerti bahwa syukur adalah kesibukan hati dengan
kecintaan terhadap pemberi nikmat, ketaatan anggota badan kepadanya, serta pujian
dan sanjungan yang mengalir dari lisan kepadanya. Maka kita tahu bahwa syukur
berkaitan dengan tiga perkara, yaitu : hati, lisan, dan anggota badan.
Syukur dengan hati adalah pengetahuan bahwa Allah adalah pemberi nikmat
dengan segala nikmat-Nya yang diberikan silih berganti.
Allah K berfirman:
ٍ DDDِل ِم ۡن ٰ َخلDDDَ
ۡ َ ُر ٱهَّلل ِ يDDDق غ َۡي
َّ َر ُزقُ ُكم ِّمنDDD
َمٓا ِءDDDٱلس ْ رDDDٰيََٓأيُّهَا ٱلنَّاسُ ۡٱذ ُك
ۡ ُوا نِ ۡع َمتَ ٱهَّلل ِ َعلَ ۡي ُكمۡۚ ه
٣ َض ٓاَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل هُ ۖ َو فََأنَّ ٰى تُ ۡؤفَ ُكون
ِ ۚ َوٱَأۡل ۡر
Artinya :
Setelah pengetahuan ini, maka wajib bagi orang yang bersyukur untuk
mencintai sang Pemberi nikmat dan keutamaan, baik itu nikmat zhahir maupun
nikmat batin.
Lisan seseorang menggambarkan isi hatinya, jika hati dipenuhi dengan syukur
kepada Allah maka lisan akan gemar mengucapkan pujian dan sanjungan kepada
Allah juga. Perhatikanlah dalam dzikir-dzikir Nabi yang di dalamnya terdapat pujian
dan syukur kepada Allah Rabb semesta alam.
شْوُر
ُ احلَْمُد هلل َِّالِذيْ َأْحَيَانا بَْعَدمَا أََماتََنا وَِإَلْيِه ُّالن
Artinya :
“Segala puji bagi Allah yang telah menghidupkan kami setelah mematikan
kami dan kepada-Nya lah kami kembali”1
هلل الَّ ِذ ْي َعافَايِن يِف َج َس ِدي َو َر َّد َعلَ َّي ُر ْو ِحي َو ِأذ َن يِل ْ بِ ِذ ْك ِر ِه
ِ احلم ُد
َْ
Artinya :
يِف ِ َّ ِ
َ فَ َك ْم مَم َّْن اَل َكا َ لَهُ َواَل ُمْؤ ِو، "احلَ ْم ُد هلل الذ ْي َأطْ َع َمنَا َو َس َقانَا َو َك َفانَا َو َآوانَا: قال
"ي
“Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan kami, memberi minum kami,
mencukupi dan melindungi kami. Betapa banyak orang yang tidak memiliki pemberi
kecukupan dan pemberi penjagaan.”1
3. Dari Abu Umamah A bahwasanya Nabi N jika selesai makan beliau berkata:
و َّد ٍع َواَلDَ D ر َمك ِْف ٍّي َواَل ُمDَ Dا َغْيDD َهلل َر ِّبن
ِ دDُ D احلم،و ٍرDD ر مك ِْفي واَل م ْك ُفDDا َغيDD َا وَأروانDD َهلل الَّ ِذي َك َفان
ْ َ ْ َ َ ٍّ َ َ ْ َ ْ َ ْ
ِ دDُ D"احلم
َْ
"سَت ْغىًن َربَّنَا
ْ ُم
“Segala puji bagi Allah yang telah mencukupi kami, menghilangkan rasa haus kami,
bukan nikmat yang tidak dianggap dan diingkari. Segala puji bagi Allah Rabb kami,
bukan pujian yang tidak dianggap, dititipkan dan tidak dibutuhkan oleh Rabb kami.”2
“Ya Allah, segala puji hanya untuk-Mu, Engkau adalah cahaya langit-langit
dan bumi beserta apa yang ada di dalamnya.”4
“Allah maha besar dengan segala kebesarannya, segala puji hanya bagi
Allah sebanyak-banyaknya, dan maha suci Allah sepanjang pagi dan sore hari.”5
1
HR. Muslim, no. 2715
2
HR. Al-Bukhari, no. 5459
3
HR. Al-Bukhari, no. 6306
4
HR. Al Bukhari, no. 1120
5
HR. Abu Dawud, no. 764, dishahihkan oleh Al Hakim.
6. Dari Aisyah X berkata, ‘Aku kehilangan Rasulullah pada suatu malam dari tempat
tidurku lalu aku mencari-carinya. Akhirnya tanganku memegang bagian dalam
telapak kaki Nabi. Ketika itu Nabi di masjid dan kedua telapak kakinya dalam posisi
tegak. Saat itu Nabi sedang mengucapkan doa,
ِ
َ َِأعيِّن َعلَى ذ ْك ِر َك َو ُش ْك ِر َك َو ُح ْس ِن ِعبَ َادت
ك ِ اللَه َّم
ُ
“Ya Allah, bantulah aku untuk berdzikir kepada-Mu, untuk bersyukur kepada-Mu,
dan beribadah kepadad-Mu dengan baik.”2
Dalam ayat ini, meminta amal shalih kepada Allah diletakkan setelah
permintaan taufiq untuk mensyukuri nikmat-Nya.
Di antara sarana syukur dengan anggota badan adalah bersedekah untuk setiap
sendi.
1
HR. Muslim, no. 486.
2
HR. Abu Dawud, no. 1522, dan dishahihkan oleh Al-Hakim, beliau berkata: shahih atas syarat Muslim.
Dari Abu Dzar A dari Nabi N bahwa beliau bersabda:
"ٌص َدقَة
َ َأح ِد ُك ْم ِ
َ صبِ ُح َعلَى ُك ِّل ُساَل َمى م ْن
ْ ُ"ي
“Setiap pagi dari persendian masing-masing kalian ada sedekahnya.” Jumlah sendi
ada tiga ratus enam puluh sendi, bagaimana cara mensyukuri sendi-sendi ini?.
Rasulullah N bersabda:
“Setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah
sedekah, setiap takbir adalah sedekah dan setiap amar ma’ruf nahi munkar adalah
sedekah”1
األذَى
َ ُةDَ وَ ِإَماط،َدَقٌةDَِْقْيَها صDاء َيس
ِ Dََّْرَبُة مِْن املD وَ الش،َدَقٌةDَُاه صDَِل َأخDْوُن الرَّ ُجDَ وَع،ٌ َدقَةDص ٍ ٍ ِ
َ ةDَُك ُّل َكل َمة طَيِّب
الطرِْيِق صََدَقٌة
َّ َعْن
“Setiap perkataan yang baik adalah sedekah, seseorang yang menolong saudaranya
adalah sedekah, memberikan seteguk air minum adalah sedekah dan menyingkirkan
gangguan dari jalan adalah sedekah.” 2
Dari Abu Bakrah A, dari Nabi N bahwasanya ketika beliau mendapatkan hal
yang menggembirakan atau dikabarkan berita gembira beliau tunduk bersujud
syukurkepada Allah.3
Abu Bakar A ketika mendapat kabar tewasnya Musailamah yang murtad dan
menghasut orang-orang Arab untuk murtad, serta termasuk di antara orang-orang
1
HR. Muslim,no. 720
2
Adabul Mufrad, no. 422, dan Al-Albani menshahihkannya
3
HR. Abu Dawud, no. 2774, dan dishahihkan oleh Al-Albani
yang paling keras kepada orang-orang Islam, maka Abu Bakar tunduk bersujud
kepada Allah K.1
Dari Abu Musa Al-Hamdani berkata, “Aku bersama Ali A pada pertempuran
Nahrawan, Ia berkata; ‘Carilah Dzu Tsudayyah (Hurqush bin Zuhair Al-
Bajali)’orang-orang pun mencarinya tapi tidak juga menemukannya sampai-sampai
alis Ali pun berkeringat, lalu ia berkata, ‘Demi Allah aku tidak berdusta dan tidak
didustai’ maka orang-orang pun mencarinya kembali. Kami pun menemukannya di
aliran air di bawah orang-orang yang terbunuh, lalu ia dibawa kepada Ali, seketika
itu Ali langsung bersujud syukur karena Nabi N telah memberi tahu Ali bahwa Dzu
Tsudayyah bersama orang-orang Khawarij.”
Ka’ab bin Malik A ketika taubatnya diterima oleh Allah K, beliau langsung
bersujud syukur kepada Allah K.2
Ada juga salah seorang salaf yang ibunya masuk islam setelah shalat ashar
pada hari jum’at, ia juga langsung sujud syukur sampai matahari terbenam.3
Dari Zaid bin Jad’an berkata, “Kami bersama Al-Hasan Al-Bashri ketika
beliau bersembunyi di rumah Abu Khalifah Al-‘Abdi, datang seorang laki-laki lalu
berkata, ‘Wahai Abu Sa’id, Al-Hajjaj telah wafat’, maka beliau pun tunduk
bersujud.”5
Di dalam shalat tergabung ketiga kaitan ini, yaitu; syukur dengan hati karena
shalat mengandung keikhlasan dan kekhusyu’an. Syukur dengan lisan karena shalat
mengandung bacaan Al-Qur’an dan dzikir kepada Allah yang Maha Pengasih. Dan
syukur dengan anggota badan karena shalat mengandung sujud, rukuk, dan salam.
1
Aunul Ma’bud, (7/328)
2
HR. Muslim, no. 2769
3
Hilyatul Auliya, (5/160)
4
Al-Ba’its ‘ala Inkaril Bida’, hal. 61
5
Fadhilatus Syukri Lil Khoroithi, hal. 66.
TIGA MAKNA SYUKUR
Makna syukur meliputi pengetahuan terhadap tiga perkara, inilah tiga makna syukur
tersebut:
Yaitu seorang hamba ridha terhadap bagian nikmat yang telah Allah berikan
untuk dirinya dan tidak berprasangka bahwa nikmat yang Allah berikan padanya
hanya sedikit
Umum: Yaitu menyifati pemberi dengan sifat dermawan, mulia, baik, suka
memberi dan semisalnya.
Khusus: Yaitu engkau menyiarkan nikmat yang telah Ia berikan kepadamu, dan
engkau kabarkan sampainya nikmat itu di tanganmu, Allah K berfirman:
Pendapat Pertama : Dengan cara engkau menggunakan nikmat itu untuk amal
ketaatan kepada Allah.
Pendapat Kedua : Dengan cara engkau sering menyiarkan nikmat-nikmat yang telah
Allah K berikan kepadamu. Seperti engkau mengatakan; “Allah K telah memberiku
nikmat begini dan begini..” Oleh karena itulah sebagian ahli tafsir dalam menafsirkan
ayat ini berpendapat bahwa yang dimaksud adalah: bersyukurlah atas nikmat yang
telah diberikan kepadamu dalam surat ini, mulai dari dicukupinya dirimu ketika
yatim, pemberian hidayah kepadamu setelah kamu berada dalam kesesatan, dan
dicukupinya dirimu setelah mengalami kemiskinan.
Abu Raja’ Al-Utharidi berkata: “Imran bin Hushain muncul di hadapan kami
dengan mengenakan pakaian warisan yang terbuat dari sutera yang belum pernah
kami lihat sebelumnya dan sesudahnya (pakaian yang sangat mewah), kemudian ia
berkata, ‘Sesungguhnya Rasulullah N bersabda; “Barang siapa yang diberikan
nikmat oleh Allah K sebuah nikmat, sesungguhnya Allah sangat suka menyaksikan
bekas nikmat-Nya pada diri hamba-Nya”1
Al Hubaisy berkata :
1
HR. Ahmad, no. 19948 dan dishahihkan oleh Al-Albani
2
HR. Ahmad, no. 18472 dan dihasankan oleh Al-Albani
3
HR. Ahmad, no. 6708, dan dihasankan oleh Syu’aib Al-Arnauth
4
Syu’abul Iman, no. 4421.
5
Nasyrthy At-Ta’rif, hal. 154
1. Kategori yang bersyukur dan memuji nikmat Allah.
Rasulullah N bersabda:
Maka jelaslah, bahwa menyebutkan nikmat Allah itu hanya dilakukan jika
Allah memberikanmu harta, banyak atau pun sedikit.
1
HR. Al-Bukhari, no. 4921, dan Muslim, no. 2129.
2
HR. Ahmad, no. 15929, dan dishahihkan oleh Al-Hakim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi.
CARA BERSYUKUR
1. Ketundukan kepada Allah, yaitu ketundukan orang yang bersyukur kepada yang
disyukuri.
2. Kecintaan kepada Allah L, yaitu kecintaan orang yang bersyukur kepada yang
disyukuri.
Maka siapa saja yang tidak mengetahui, bahkan bodoh terhadap nikmat, tentu
ia tidak mensyukurinya.
Siapa yang mengetahui nikmat tapi tidak mengakuinya, maka ia juga tidak
mensyukurinya.
Perbandingan nikmat
Segala puji bagi Allah yang tidak membebani kita untuk mengembalikan
nikmat dengan yang serupa, bahkan memaafkan kita dalam hal itu dan mengasihi
kelemahan kita, Allah memberikan nikmat yang begitu besar dan banyak kepada kita
tapi tetap menerima kesyukuran kita yang begitu sedikit.
1
Thariqul Hijratain, (1/168)
2
Tafsir Ibnu Katsir, (2/711)
3
Tafsir Ibnu Katsir, (2/711)
Sulaiman At-Taimi mengatakan, “Sesungguhnya Allah telah memberikan
nikmat kepada hamba-hamba-Nya sesuai dengan kekuasaan-Nya (yang tak terbatas),
tapi memerintahkan mereka untuk bersyukur sesuai kemampuan mereka (yang sangat
lemah).1
HUKUM BERSYUKUR
Allah L berfirman:
Di dalam ayat ini ada perintah yang jelas dan langsung untuk bersyukur, dan
maksud perintah dalam ayat ini adalah kewajiban.
َ ٰ ِا َعلَ ٰى َو ۡه ٖن َوفDDً هُ ُأ ُّمهُۥ َو ۡهنD ِه َح َملَ ۡتDَو َوص َّۡينَا ٱِإۡل ن ٰ َسنَ بِ ٰ َولِد َۡي
ۡ ا َم ۡي ِن َأ ِنDDلُهُۥ فِي َعDص
ُك ۡر لِيDٱش
١٤ صي ُر ِ ي ۡٱل َم َ َولِ ٰ َولِد َۡي
َّ َك ِإل
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orang
tuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan
kepada kedua orang tuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.” (QS. Luqman [31]: 14)
"Harta apa yang boleh kita ambil?" Beliau menjawab: "Hendaknya salah
seorang dari kalian menjadikan hati yang bersyukur, lisan yang berdzikir dan isteri
yang menolong salah seorang dari kalian dalam urusan akhiratnya."2
ْ ُلِيَ ۡأ ُكل
٣٥ َوا ِمن ثَ َم ِر ِهۦ َو َما َع ِملَ ۡتهُ َأ ۡي ِدي ِهمۡۚ َأفَاَل يَ ۡش ُكرُون
“Supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh
tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur?” (QS. Yasin [36]: 35)
Syukur bukan ibadah yang hanya diperintahkan untuk umat ini saja, tapi juga
diperintahkan kepada umat-umat sebelum kita. Allah L menyebutkan dalam Al-
Qur’an, bahwa Allah juga memerintahkan kepada para Nabi untuk bersyukur. Allah
L berfirman :
َ D ُٓا َءات َۡيتDDذ َمDۡ D ٰلَتِي َوبِ َك ٰلَ ِمي فَ ُخD اس بِ ِر ٰ َس
َك َو ُكن ِّمن ِ َّك َعلَى ٱلن
َ ُطَفَ ۡيتD ٱص َ ا َل ٰيَ ُمDDَق
ۡ ٰ ٓى ِإنِّيD وس
١٤٤ َٱل ٰ َّش ِك ِرين
"(Allah) berfirman, “Wahai Musa! Sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) engkau
dari manusia yang lain (pada masamu) untuk membawa risalah-Ku dan firman-Ku,
sebab itu berpegang-teguhlah kepada apa yang Aku berikan kepadamu dan
hendaklah engkau termasuk orang-orang yang bersyukur." (QS. Al A’raf [7]: 144)
Sudah jelas bahwa ibadah bisa diperoleh dengan bersyukur, barang siapa yang
bersyukur maka ia beribadah kepada Allah L dan siapa yang tidak bersyukur maka
dia tidak beribadah kepada Allah K.
Allah L berfirman :
١٧٢ َُوا هَّلِل ِ ِإن ُكنتُمۡ ِإيَّاهُ ت َۡعبُ ُدون ۡ ت َما َر َز ۡق ٰنَ ُكمۡ َو
ْ ٱش ُكر ْ ُٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن
ْ ُوا ُكل
ِ َوا ِمن طَيِّ ٰب
“Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang
Kami berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya
menyembah kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 172)
َ َر َوٱَأۡلِۡٔف َدةDص
َ ٰ مۡ َع َوٱَأۡل ۡبDٱلس َ D ٗۡٔيا َو َج َعDونَ َشDDون ُأ َّم ٰهَتِ ُكمۡ اَل ت َۡعلَ ُم
َّ ل لَ ُك ُمD ِ َُوٱهَّلل ُ َأ ۡخ َر َج ُكم ِّم ۢن بُط
٧٨ َلَ َعلَّ ُكمۡ ت َۡش ُكرُون
1
Tafsir Al Baidhawi, hal. 433.
“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui
sesuatu pun, dan Dia memberimu pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, agar
kamu bersyukur.” (QS. An-Nahl [16]: 78)
Dijelaskan dalam ayat ini bahwa Allah mengeluarkan mereka dari perut ibu
mereka lalu memberi pendengaran, penglihatan dan hati adalah supaya mereka
bersyukur.
Dari celaan ini dapat diambil kesimpulan bahwa kita harus melakukan
kebalikannya yaitu bersyukur, dengan ini menjadi jelas bahwa syukur itu hukumnya
wajib.
Manusia terbagi menjadi orang yang bersyukur dan orang yang kufur:
Allah L telah membagi manusia menjadi dua bagian, bagian yang bersyukur
dan bagian yang kufur atau ingkar, tidak ada bagian ketiga. Allah L berfirman:
٣ ِإنَّا هَد َۡي ٰنَهُ ٱل َّسبِي َل ِإ َّما َشا ِك ٗرا َوِإ َّما َكفُورًا
“Sungguh, Kami telah menunjukkan kepadanya jalan yang lurus; ada yang
bersyukur dan ada pula yang kufur.” (QS. Al-Insan [76]: 3)
Dalam peristiwa wafatnya Nabi umat Islam (Muhammad) N, Allah L
mengabarkan bahwa manusia dibagi menjadi dua bagian; ada yang menjadi kafir ber
balik ke belakang (murtad), dan ada juga yang beriman, bersyukur dan ridha terhadap
ketentuan Allah L. Allah mencela orang-orang kafir dan memuji orang-orang yang
beriman.
Allah L berfirman:
ۚۡ َل ٱنقَلَ ۡبتُمۡ َعلَ ٰ ٓى َأ ۡع ٰقَبِ ُكمDِِإيْن َّماتَ َأ ۡو قُتDَ ۚ ُل َأفD ِه ٱلرُّ ُسDِد َخلَ ۡت ِمن قَ ۡبلDۡ Dَُول ق ٞ َو َما ُم َح َّم ٌد ِإاَّل َرس
١٤٤ َض َّر ٱهَّلل َ َش ٗۡٔي ۗا َو َسيَ ۡج ِزي ٱهَّلل ُ ٱل ٰ َّش ِك ِرين
ُ ََو َمن يَنقَلِ ۡب َعلَ ٰى َعقِبَ ۡي ِه فَلَن ي
“Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa
rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?
Barangsiapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun.
Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur.” (QS. Ali Imran [3]:
144)
Allah L berfirman:
Al-Qur’an Al-Karim dan Sunnah Nabi telah menunjukkan sebagian cara yang
bisa mengantarkan kita untuk bersyukur kepada Allah L atas nikmat-nikmat-Nya. Di
antara perkara-perkara tersebut adalah:
”Lihatlah orang yang berada di bawahmu (dalam urusan dunia), dan janganlah
kamu sekalian melihat orang yang berada di atasmu, karena yang demikian itu lebih
baik bagimu agar kamu sekalian tidak meremehkan nikmat Allah yang dikaruniakan
kepadamu.”1
Bersyukur adalah hal yang paling dicintai Allah dan paling besar pahalanya.
Dikarenakan merupakan tujuan penciptaan makhluk serta penurunan Al-Qur`an dan
syariat. Hal tersebut tentunya memerlukan sebab-sebab yang menjadikan
kesyukurannya semakin sempurna. Di antaranya, keberagaman antara hamba yang
satu dengan yang lainnya, dalam hal sifat-sifat yang zhahir maupun yang batin,
seperti; bentuk rupa, perilaku, agama, rezeki, penghasilan dan ajal mereka. Maka
setiap orang yang sehat melihat orang yang sakit, orang yang kaya melihat orang
yang fakir, orang yang beriman melihat orang kafir, tentu akan menambah
kesyukurannya kepada Allah dan membuatnya tahu kadar nikmat Allah yang
dikaruniakan kepadanya secara khusus atau lebih utama dibandingkan orang lain.
Sehingga bertambahlah kesyukuran, ketundukan dan pengakuannya terhadap nikmat
Allah.3
Untuk menjaga diri dari sikap tidak bersyukur ketika melihat orang yang ada
di atasnya, hendaklah ia mengetahui dan meyakini bahwa semua ini merupakan
pembagian dari Allah L. Sebab, sebagian orang ketika melihat orang yang lebih baik
darinya akan membuatnya tidak bersyukur kepada Allah. Maka harusnya dia
mengetahui bahwa Allah L telah berfirman:
ٰٓ
ٓاDD َو ُكمۡ فِي َمD ُت لِّيَ ۡبل
ٖ ض َد َر ٰ َج َ وDۡ Dَ ُكمۡ فD ض
ٖ ق بَ ۡع َ َع بَ ۡعD َض َو َرف ِ َو ٱلَّ ِذي َج َعلَ ُكمۡ خَ لَِئفَ ٱَأۡل ۡرD َُوه
١٦٥ َّحي ۢ ُم ِ ور ر ِ ك َس ِري ُع ۡٱل ِعقَا
ٞ ُب َوِإنَّهُۥ لَ َغف َ ََّءات َٰى ُكمۡ ۗ ِإ َّن َرب
“Dan Dialah yang menjadikan kamu sebagai khalifah-khalifah di bumi dan Dia
mengangkat (derajat) sebagian kamu di atas yang lain, untuk mengujimu atas
(karunia) yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Rabbmu sangat cepat
1
HR. At-Tirmidzi, no. 2513, dan beliau menshahihkannya.
2
Musnaf Ibnu Abi Syaibah, no. 35227.
3
Syifa’ Al-‘Alil, hal. 221.
memberi hukuman dan sungguh, Dia Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-
An’am [6]: 165)
١٨ يمٞ َّح ٞ ُوا نِ ۡع َمةَ ٱهَّلل ِ اَل تُ ۡحصُوه َۗٓا ِإ َّن ٱهَّلل َ لَ َغف
ِ ور ر ْ َوِإن تَ ُع ُّد
“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu
menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
(QS. An Nahl [16]: 18)
Nikmat yang pertama kali diberikan oleh Allah kepada makhluknya adalah
nikmat penciptaan sehingga Allah membuat kita ada. Kemudian Allah memberi kita
nikmat menjadi manusia, bukan benda mati atau pun hewan. Kemudian Allah
memberi kita nikmat keislaman dan keimanan, Allah tidak menjadikan kita Yahudi,
Nasrani atau pun Budha. Kemudian Allah memberi kita nikmat hidayah, Allah tidak
menjadikan kita termasuk dari orang-orang Islam yang fasik dan sesat. Kemudian
Allah memberi kita nikmat menjadi ahlussunnah wal jamaah, tidak menjadikan kita
bagian dari kelompok-kelompok ahlul bid’ah.
Wahai saudaraku, jika engkau sudah tahu bahwa semua ini adalah nikmat
Allah yang diberikan kepadamu, maka sudah sepantasnya kamu menjadi orang yang
bersyukur kepada-Nya, mengingat-Nya, tunduk kepada-Nya, taubat kepada-Nya dan
taat kepada-Nya dengan berbagai macam ketaatan.
1
Fathul Qadir, (2/317)
2
Ihya’ Ulumuddin, (4/126)
Perhatikanlah bulan! Sekiranya terlalu dekat tentu pasang akan bertambah dan
dunia akan tenggelam, dan kalau jauh tentu dunia akan kering.
Perhatikan juga sekiranya tidak ada lapisan ozon, bagaimana bisa kita
menjauhkan diri kita dari sinar yang membahayakan.
ُ قَا َل ٰيَِٓإ ۡبلِيسُ َما َمنَ َعكَ َأن ت َۡس ُج َد لِ َما خَ لَ ۡق
َّ ۖ ت بِيَ َد
٧٥ …ي
“(Allah) berfirman, “Wahai Iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada
yang telah Aku ciptakan dengan tangan-Ku (kekuasaan-Ku).” (QS. Shaad [38] : 75)
Perhatikan pula tanda-tanda yang ada di jagat raya yang telah Allah jadikan
nikmat untukmu. Allah K berfirman:
اDت ِر ۡز ٗق ِ رD َ ٰ Dض َوَأن َز َل ِمنَ ٱل َّس َمٓا ِء َمٓاءٗ فََأ ۡخ َر َج بِ ِهۦ ِمنَ ٱلثَّ َم َ ت َوٱَأۡل ۡر ِ ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َوَ َٱهَّلل ُ ٱلَّ ِذي َخل
َّخ َر لَ ُك ُمD َو َس٣٢ َرDَ َّخ َر لَ ُك ُم ٱَأۡل ۡن ٰهD َأمۡ ِر ِهۦۖ َو َسD ِ ِر بDي ِفي ۡٱلبَ ۡح َ ِرD كَ لِت َۡجD َّخ َر لَ ُك ُم ۡٱلفُ ۡلD لَّ ُكمۡ ۖ َو َس
َأ ۡلتُ ُمو ۚهُ َوِإنDا َسD ِّل َمD َو َءاتَ ٰى ُكم ِّمن ُك٣٣ ا َرDَ َل َوٱلنَّهDس َو ۡٱلقَ َم َر دَٓاِئبَ ۡي ۖ ِن َو َس َّخ َر لَ ُك ُم ٱلَّ ۡي َ ۡٱل َّشم
٣٤ ارٞ َّوم َكف ٞ ُوا نِ ۡع َمتَ ٱهَّلل ِ اَل تُ ۡحصُوه َۗٓا ِإ َّن ٱِإۡل ن ٰ َسنَ لَظَل ْ تَ ُع ُّد
Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air
(hujan) dari langit, kemudian dengan (air hujan) itu Dia mengeluarkan berbagai
buah-buahan sebagai rezeki untukmu; dan Dia telah menundukkan kapal bagimu
agar berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan sungai-
sungai bagimu. (32) Dan Dia telah menundukkan matahari dan bulan bagimu yang
terus-menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan malam dan siang
bagimu. (33) Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan
kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan
mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari
(nikmat Allah). (34) (QS. Ibrahim [14]: 32-34)
Allah K juga berfirman dalam surat An-Nahl yang juga disebut sebagai surat
An-Ni’am (nikmat-nikmat) karena di dalamnya banyak disebutkan tentang nikmat.
رىD َ Dَونَهَ ۖا َوتDة ت َۡلبَ ُسDٗ Dَُوا ِم ۡنهُ ِح ۡلي ْ َُوهُ َو ٱلَّ ِذي َس َّخ َر ۡٱلبَ ۡح َر لِت َۡأ ُكل
ْ وا ِم ۡنهُ لَ ۡح ٗما طَ ِر ٗيّا َوت َۡست َۡخ ِرج
ۡ ۡ ْ ۡٱلفُ ۡلكَ َم َوا ِخ َر فِي ِه َولِت َۡبتَ ُغ
َيD ض َر ٰ َو ِس ِ َوَألقَ ٰى فِي ٱَأۡل ۡر١٤ َ ُكرُونD لِ ِهۦ َولَ َعلَّ ُكمۡ تَشD ض ۡ َوا ِمن ف
ٰ
١٦ َت َوبِٱلنَّ ۡج ِم هُمۡ يَ ۡهتَ ُدون ٖ ۚ َو َعلَ ٰ َم١٥ ََأن تَ ِمي َد بِ ُكمۡ َوَأ ۡن ٰهَ ٗرا َو ُسبُاٗل لَّ َعلَّ ُكمۡ ت َۡهتَ ُدون
َ وه َۗٓا ِإ َّن ٱهَّللD ص
ُ ةَ ٱهَّلل ِ اَل تُ ۡحDوا نِ ۡع َمْ ُّدD َوِإن تَ ُع١٧ َق َأفَاَل تَ َذ َّكرُون ُ ۚ ُق َك َمن اَّل يَ ۡخل ُ َُأفَ َمن يَ ۡخل
١٨ يمٞ ور َّر ِح ٞ ُلَ َغف
“Dan Dialah yang menundukkan lautan (untukmu), agar kamu dapat memakan
daging yang segar (ikan) darinya, dan (dari lautan itu) kamu mengeluarkan
perhiasan yang kamu pakai. Kamu (juga) melihat perahu berlayar padanya, dan
agar kamu mencari sebagian karunia-Nya, dan agar kamu bersyukur. (14) Dan Dia
menancapkan gunung di bumi agar bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia
menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk, (15) dan
(Dia menciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang
mereka mendapat petunjuk. (16) Maka apakah (Allah) yang menciptakan sama
dengan yang tidak dapat menciptakan (sesuatu)? Mengapa kamu tidak mengambil
pelajaran? (17) Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan
mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha
Penyayang. (18) (An-Nahl [16]: 14-18)
ٰ َربِي َلD َل لَ ُكمۡ َسD ا َو َج َعDا ِل َأ ۡك ٰنَ ٗنDDَ َل لَ ُكم ِّمنَ ۡٱل ِجبDق ِظ ٰلَاٗل َو َج َع َ ََوٱهَّلل ُ َج َع َل لَ ُكم ِّم َّما خَ ل
٨١ َتَقِي ُك ُم ۡٱل َح َّر َو َس ٰ َربِي َل تَقِي ُكم بَ ۡأ َس ُكمۡۚ َك ٰ َذلِكَ يُتِ ُّم نِ ۡع َمتَهُۥ َعلَ ۡي ُكمۡ لَ َعلَّ ُكمۡ تُ ۡسلِ ُمون
“Dan Allah menjadikan tempat bernaung bagimu dari apa yang telah Dia ciptakan,
Dia menjadikan bagimu tempat-tempat tinggal di gunung-gunung, dan Dia
menjadikan pakaian bagimu yang memeliharamu dari panas dan pakaian (baju besi)
yang memelihara kamu dalam peperangan. Demikian Allah menyempurnakan
nikmat-Nya kepadamu agar kamu berserah diri (kepada-Nya).” (QS. An-Nahl [16]:
81)
Juga firman-Nya :
ۡ ۡ ۡ ۡ
ِ D َءَأنتُمۡ َأنزَلتُ ُموهُ ِمنَ ٱل ُم ۡز ِن َأمۡ ن َۡح ُن ٱل ُم٦٨ ََأفَ َر َء ۡيتُ ُم ٱل َمٓا َء ٱلَّ ِذي ت َۡش َربُون
وDۡ Dَ ل٦٩ َنزلُونD
ٗ نَ َشٓا ُء َج َع ۡل ٰنَهُ ُأ َج
٧٠ َاجا فَلَ ۡواَل ت َۡش ُكرُون
“Pernahkah kamu memperhatikan air yang kamu minum? Kamukah yang
menurunkannya dari awan ataukah Kami yang menurunkan? Sekiranya Kami
menghendaki, niscaya Kami menjadikannya asin, mengapa kamu tidak bersyukur?”
(QS. Al Waqi’ah [56]: 68 - 70)
Sebagian lagi ada yang menyamarkan jejak para salaf, mereka menganggap
bahwa para salaf lebih suka sekiranya mereka mati dan tidak pernah diciptakan oleh
Allah K, atau lebih baik mereka jadi pohon saja dan semisalnya. mereka merasa
bahwa ini merupakan bagian dari tidak adanya nikmat penciptaan dan penghidupan.
Jika seorang hamba tahu bahwa pada hari kiamat kelak ia akan dimintai
pertanggung jawaban atas nikmat-nikmat yang diterimanya dan akan dihisab atau
dihitung semuanya bahkan sampai air dingin yang pernah ia miliki sekalipun. Tentu
ia akan segera bersyukur karena takut akan dihisab pada hari kiamat!.
٦٠ َض ُم ۡف ِس ِدين
ِ ق ٱهَّلل ِ َواَل ت َۡعثَ ۡو ْا فِي ٱَأۡل ۡر ۡ ُوا ِمن
ِ رِّز ۡ وا َو
ْ ٱش َرب ْ ُ… ُكل
“Makan dan minumlah dari rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu
melakukan kejahatan di bumi dengan berbuat kerusakan.” (QS. Al-Baqarah [2]: 60)
١٧٢ َُوا هَّلِل ِ ِإن ُكنتُمۡ ِإيَّاهُ ت َۡعبُ ُدون ۡ ت َما َر َز ۡق ٰنَ ُكمۡ َو
ْ ٱش ُكر ْ ُٰيََٓأيُّهَا ٱلَّ ِذينَ َءا َمن
ْ ُوا ُكل
ِ َوا ِمن طَيِّ ٰب
“Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami
berikan kepada kamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah
kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 172)
Kemudian kita katakan kepada kaum tersebut bahwa ada nikmat-nikmat yang
harus kalian manfaatkan, seperti nikmat bernafas, berdetaknya jantung, dan
mengalirnya darah dalam tubuh kita. Apakah kalian bisa mensyukurinya?
ْك ِبَذْنِبي
َ ي َو َأُبوُْء َل
َّ ع َل
َ ك
َ ك ِبِنْعَمِت
َ َأُبوُْء َل
“Aku mengakui akan nikmat-Mu padaku dan aku mengakui juga atas dosa yang pern
ah aku perbuat”1
Di antara sarana-sarana syukur adalah kita berdoa kepada Allah agar Allah
menolong kita untuk bersyukur
َ عَبادَِت
ك ِ ن
ِ س
ْ ح
ُ َك و
َ ك َو شُْكِر
َ ِعَلى ِذْكر
َ عِّني
ِ اللُهمَّ َأ
َّ
“Ya Allah, tolonglah aku agar selalu berdzikir kepada-Mu, bersyukur pada-Mu,
danmemperbagus ibadah kepada-Mu." 3
ِۖۦه َو َمنD ُك ُر لِن َۡف ِسD ض ِل َربِّي لِيَ ۡبلُ َونِ ٓي َءَأ ۡش ُك ُر َأمۡ َأ ۡكفُ ۖ ُر َو َمن َش َك َر فَِإنَّ َما يَ ۡش
ۡ َ…قَا َل ٰهَ َذا ِمن ف
٤٠ يمٞ ّي َك ِرٞ َِكفَ َر فَِإ َّن َربِّي َغن
1
HR. Al-Bukhari, no. 5947.
2
Majmu’ Al-Fatawa, (32/212)
3
HR. Abu Dawud, no. 1522, dan dishahihkan oleh Al-Hakim dan disetujui oleh Adz- Dzahabi
4
Tafsir At-Thabari, (6/218)
“...dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Rabbku untuk mengujiku, apakah aku
bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barangsiapa bersyukur, maka
sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa
ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya, Mahamulia.” (QS. An-Naml [27]:
40)
م َوآ َم ْنتُ ْم َو َكانَ هَّللا ُ َشا ِكرًا َعلِي ًماDُْم ِإ ْن َشكَرْ تDْ َما يَ ْف َع ُل هَّللا ُ بِ َع َذابِ ُك
“Allah tidak akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman. Dan Allah Maha
Mensyukuri, Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa’ [4]: 147)
Dari Anas bin Malik A berkata, Nabi N bersabda, "Sesungguhnya Allah K sangat
suka kepada hamba-Nya yang mengucapkan tahmid (Alhamdulillah) sesudah makan
dan minum.” 3
1
Tafsir At-Thabari, (5/204)
2
Syu’abul Iman, no. 4546.
3
Syu’abul Iman, no. 4536
4
Tafsir At-Thabari, (2/39)
Karena itulah, mereka menamakan syukur dengan dua nama, Al-Hâfizh
(penjaga) karena syukur menjaga nikmat yang sudah ada, dan Al-Jâlib (pembawa)
karena syukur juga membawa kembali nikmat-nikmat yang telah hilang.5
ِ ِ
َُي ْغفُر ل َم ْن يَ َشاء
“Dia memberi ampun kepada siapa yang Dia kehendaki” (QS. Ali Imran [3]: 129)
َُواللَّهُ َي ْر ُز ُق َم ْن يَ َشاء
“Dan Allah memberi rezeki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya” (QS. Al-
Baqarah [2]: 212)
5
‘Uddatus Shabirîn, hal. 98
Dan firman-Nya dalam ayat yang lain :
ِ
َ َو َسيَ ْج ِزي اللَّهُ الشَّاك ِر
ين
“Dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.” (QS. Ali
Imran [3]: 144)
Dalam ayat tersebut Allah tidak mengatakan, “Akan memberi balasan kepada
orang-orang yang bersyukur jika berkehendak” atau “Akan memberikan balasan jika
berkehendak kepada orang-orang yang bersyukur”
- Do'anya dikabulkan
Dikatakan kepada Ibrahim bin Adham, “Apa yang menyebabkan kami berdoa
tapi tidak dikabulkan?” Ia berkata: “Karena kalian mengetahui Allah tapi tidak
mentaati-Nya, kalian mengetahui Rasulullah tapi kalian tidak mengikutinya, kalian
mengetahui Al-Qur’an tapi kalian tidak mengamalkannya, kalian makan dari nikmat-
nikmat Allah tapi kalian tidak mensyukurinya, kalian mengetahui surga tapi kalian
tidak memintanya, kalian mengetahui neraka tapi kalian tidak kabur darinya, kalian
mengetahui setan tapi kalian tidak memusuhinya bahkan sepakat dengan mereka,
kalian mengetahui kematian tapi kalian tidak bersiap-siap untuknya, kalian
menguburkan orang-orang yang mati tapi kalian tidak mengambil pelajaran dari
mereka dan kalian meninggalkan aib-aib kalian tapi menyibukkan diri dengan aib-aib
orang lain.”2
Di antara bentuk syukur kepada manusia juga dengan tidak membuka aib-aib
si pemberi. Al-Munawi berkata, “Termasuk dari sempurnanya syukur adalah dengan
menutupi aib-aib orang yang memberi dan tidak merendahkannya.”3
اس
َ الن
َّ شُكُر
ْ ن َلا َي
ْ شكُُر اللََّه َم
ْ َ َلا ي: َسَّلَم َقال
َ عَلْيِه َو
َ صَّلى اللَُّه
َ ي
ِّ ِن النَّب
ْ ع
َ عْنُه
َ ي اللَُّه
َ ض
ِ ن َأبِي ُهَرْيَرَة َر
ْ ع
َ
Dari Abu Hurairah A dari Nabi N bersabda, “Tidaklah bersyukur kepada Allah,
orang yang tidak bersyukur kepada manusia”4
Makna hadits ini adalah: Allah tidak menerima syukur dari seorang hamba
jika hamba tersebut tidak bersyukur kepada manusia yang berbuat baik kepadanya.
1
Tafsir Al-Qurthubi, (5/171)
2
HR. Abu Dawud, no. 4813, dan dihasankan oleh Al-Albani
3
Faidhul Qadir, (6/22)
4
HR. Abu Dawud, no. 4811, At-Tirmidzi, no. 1954, dan mengatakan hadits ini Hasan Shahih
Ada perbedaan antara bersyukur kepada manusia dengan bersyukur kepada
Allah:
Syukur kepada makhluk tidak merusak syukur kepada sang Pencipta, yang
menjadi masalah adalah orang yang bersyukur kepada makhluk tapi tidak bersyukur
kepada sang Pencipta, dan ini adalah merupakan musibah.
Bahkan para ulama menyebutkan bahwa, jika ada pelaku kebaikan yang
berbuat baik karena menginginkan pujian maka tidak seyogyanya orang yang
mendapatkan kebaikannya memuji dan mensyukurinya. Karena meminta syukur
adalah sebuah kezhaliman dan kita dilarang untuk membantu kezhaliman.3
KUFUR NIKMAT
1
Ruhul Ma’ani, (1/258)
2
Majmu’ Al-Fatawa, (14/339)
3
Al-Adzkar, An-Nawawi, hal. 615.
Kufur adalah kebalikan dari syukur. Allah L telah memperingatkan kita dari
kufur terhadap nikmat yang Allah berikan kepada kita. Para salaf G sangat takut
terhadap kufur nikmat.
Umar bin Abdul Aziz jika merenungi nikmat yang Allah berikan kepadanya
beliau berkata, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari menukar
nikmat-Mu dengan kekufuran, atau mengkufurinya setelah mengetahuinya, atau
melupakannya dan tidak memuji-Mu dengannya.”1
Allah K berfirman:
ٞ ََُٔولَِئ ۡن َأ َذ ۡقنَا ٱِإۡل ن ٰ َسنَ ِمنَّا َر ۡح َم ٗة ثُ َّم نَ َز ۡع ٰنَهَا ِم ۡنهُ ِإنَّهُۥ لَي
ٞ ُوس َكف
٩ ور
“Dan jika Kami berikan rahmat Kami kepada manusia, kemudian (rahmat itu) Kami
cabut kembali, pastilah dia menjadi putus asa dan tidak berterima kasih.” (QS. Hud
[11]: 9)
Ibnu Jarir mengatakan, “Telah kufur orang yang telah diberi nikmat, namun
dia sedikit bersyukur kepada Rabbnya yang telah memberikan keutamaan berupa
pemberian nikmat untuknya.”2
Jika manusia tahu bahwa tidak ada musibah yang menimpanya melainkan
disebabkan dosa yang dikerjakannya, tentu ia akan memuji Allah karena hal ini dan
mencela dirinya atas ketidakmampuannya. Allah K berfirman:
ٓا ِإ َّنDۚ Dَ ِل َأن نَّ ۡب َرَأهDب ِّمن قَ ۡب ٖ َ ُكمۡ ِإاَّل فِي ِك ٰتDض َواَل فِ ٓي َأنفُ ِس
ِ يبَ ٖة فِي ٱَأۡل ۡرDص ِ اب ِمن ُّم َ ص َ َمٓا َأ
ْ لِّ َك ۡياَل ت َۡأ َس ۡو ْا َعلَ ٰى َما فَاتَ ُكمۡ َواَل ت َۡف َرح٢٢ ير
ُّٓا َءاتَ ٰى ُكمۡ ۗ َوٱهَّلل ُ اَل يُ ِحبDDُوا بِ َم ٞ ك َعلَى ٱهَّلل ِ يَ ِس َ ِٰ َذل
٢٣ ورٍ َال فَ ُخ ٖ ُك َّل ُم ۡخت
“Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya
telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh,
yang demikian itu mudah bagi Allah. Agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa
yang luput dari kamu, dan jangan pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-
Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong dan
membanggakan diri.” (QS. Al-Hadîd [57]: 22 - 23)
Allah telah mencela al-kanûd, yaitu orang yang mengkufuri nikmat ketika
tertimpa musibah. Al-Hasan berkata tentang firman Allah K:
1
Syu’abul Iman, no. 4545.
2
Tafsir At-Thabari, (7/9)
ٞ ُِإ َّن ٱِإۡل ن ٰ َسنَ لِ َربِّ ِهۦ لَ َكن
٦ ود
“Sesungguhnya manusia itu sangat ingkar tidak bersyukur kepada Rabbnya,” (QS.
Al-Aadiyat [100]: 6)
Jika engkau mengamati seorang pedagang hari ini, engkau dapati dia telah
mengeluarkan seratus ribu sebagai modal kemudian menjadi lima puluh ribu setelah
didagangkan, lalu engkau tanyai dia maka dia akan menjawab, “Tidak ada jual beli
dan kebaikan di sana, kami hidup dalam kerugian!” Seharusnya tidak seperti itu, dia
seharusnya tetap memuji Allah dalam setiap keadaannya.
Perkara ini akan terlihat lebih jelas pada wanita, sekiranya engkau telah
berbuat baik kepada salah seorang dari mereka sepanjang waktu dan umurmu, lalu
dia melihat ada satu kekurangan dalam dirimu, ia akan berkata, “Aku tidak melihat
kebaikan darimu sama sekali!” Ini adalah sebuah kezhaliman. Kebanyakan wanita
menjadi penghuni neraka karena mereka kufur terhadap suami mereka. Jika tidak
mensyukuri nikmat suami saja bisa menyebabkan masuk neraka jahannam, lalu
bagaimana dengan orang yang kufur terhadap nikmat Allah K?
Ibnul Qayyim berkata, “Iman dibagi menjadi dua bagian, setengahnya adalah
syukur dan setengahnya lagi adalah sabar”2
Para ahli ilmu berselisih pendapat tentang siapa yang lebih utama antara
orang miskin yang sabar dan orang kaya yang bersyukur?
Syukur ketika dalam keadaan sehat dan baik - menurut sebagian ahli ilmu -
lebih mulia daripada orang yang sabar ketika ditimpa ujian.
Mutharrif bin Abdillah berkata, “Sungguh aku dalam keadaan sehat lalu
bersyukur, lebih aku sukai daripada aku diuji kemudian aku bersabar”3
Maksudnya adalah: sekiranya aku dikaruniai syukur atas segala nikmat yang
diberikan itu lebih baik daripada aku diuji kemudian aku bersabar. Nabi N
mewasiatkan agar kita memohon ampunan dan kesehatan kepada Allah4, bukan
berwasiat agar kita meminta musibah dan kesabaran.
1
Tafsir Ibnu Katsir, (4/700)
2
Zâdul Ma’ad, (4/304)
3
Mushannaf Abdur Razzaq, no. 20468 dan Syu’abul Iman, no. 4435
4
Sunan At-Tirmidzi, no. 3594
Sebagian ulama menyebutkan bahwa sabar ketika ditimpa ujian lebih baik
dari syukur ketika baik-baik saja.
Yang tampak, bahwa syukur dan sabar itu sama-sama lebih utama dalam
porsinya masing-masing. Syukur dalam keadaan kaya lebih utama, begitu pula sabar
dalam keadaan miskin juga lebih utama.
Abu Sahal As-Sha’luky ditanya tentang syukur dan sabar, mana di antara
keduanya yang lebih utama? Beliau berkata, “Keduanya dalam posisi yang sama,
syukur adalah tugas kelapangan dan sabar adalah tugas kesusahan”1
Yang lebih mulia dari sabar terhadap musibah adalah bersyukur kepada Allah
atas musibah tersebut.
Seorang hamba jika sudah mengerti hal ini, maka ia akan bersyukur kepada
Allah, karena musibah itu tidak terjadi pada agamanya dan tidak lebih besar dari apa
yang menimpanya, sehingga ia akan memuji Allah dan mensyukurinya karena
musibah itu telah terjadi dan sudah berakhir.
1
Ad-Durrul Mantsur, (1/371)
2
Qura Ad-Dhaif, (2/350)
3
Faidul Qadir, (2/133)
4
Tarikh Dimasq, (23/42)
“Siapa yang tidak mengimani bahwa pahala musibah lebih besar dari musibah itu
sendiri, maka ia tidak mencerminkan kesyukuran atas musibah tersebut.”1
PENUTUP
1
Ihya’ Ulumuddin, (4/131)
Umar berkata, “Kamu benar.”2
Sebab dari hal ini adalah bahwa iblis telah mengambil tanggung jawab untuk
menyesatkan dan mencegah manusia dari bersyukur. Allah K berfirman mengabarkan
hal ini:
َ َ ُد َأ ۡكثDDD َمٓاِئلِ ِهمۡ ۖ َواَل تَ ِجDDD ِدي ِهمۡ َو ِم ۡن خ َۡلفِ ِهمۡ َوع َۡن َأ ۡي ٰ َمنِ ِهمۡ َوعَن َشDDDثُ َّم أَل ٓتِيَنَّهُم ِّم ۢن بَ ۡي ِن َأ ۡي
ۡرهُمDDD
١٧ َٰ َش ِك ِرين
“Kemudian pasti aku akan mendatangi mereka dari depan, dari belakang, dari
kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka
bersyukur.” (QS. Al-A’raaf [7]: 17)
2
Az-Zuhdu, Imam Ahmad, hal. 114
2
Faidhul Qadir, (1/526)
3
Ruhul Ma’ani, (13/189)
4
Tafsir Al-Qurthubi, (20/56)
Semoga Allah memberikan berkah dan keselamatan yang banyak kepada
Nabi Muhammad seorang Nabi yang buta huruf, kepada keluarganya, dan seluruh
shahabatnya.