Anda di halaman 1dari 60

Silsilah Aqidah

Silsilah Qawa’idul Arba’

Halaqah 01 – Pengantar dan Penjelasan


Kitab Al-Qawa’idul Arba’ (Empat Kaidah) adalah kitab yang ringkas yang dikarang oleh Al-
Imam As-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab At-Tamimi rahimahulloh (1115-1206H).
Beliau telah belajar agama sejak kecil dengan bapak beliau sendiri dan ulama-ulama besar di
zamannya, di antaranya adalah Syaikh Muhammad Khayah As-Sindy.

Beliau juga melakukan banyak perjalanan untuk menuntut ilmu seperti ke daerah Hijaz
(Mekkah dan Madinah), Basrah dan hampir juga pergi ke Syam namun ada halangan. Di
zaman beliau banyak terjadi kerusakan agama berupa kesyirikan yaitu penyembahan terhadap
selain Alloh ‘azza wa jalla di daerah beliau sendiri dan daerah tetangga. Bentuk
kesyirikannya seperti pengagungan terhadap kuburan sahabat Radhiallohuanhu, pengagungan
terhadap pohon yang besar. Untuk itu beliau banyak berdakwah kepada semua orang, dari
yang kecil sampai yang dewasa, bahkan sampai ke keluarga kerajaan.

Usaha beliau yang lain adalah mengarang kitab, di antaranya :


1. Al-Qawa’idul Arba’
2. Kitaabut Tauhid
3. Kasyfu Syubhat
4. Al-Utsuluts Tsalatsah
5. Fadlul Islam
6. Ushulul Iman dan lainnya

Kitab Al-Qawa’idul Arba’ berisi tentang empat kaidah agar seseorang bisa memahami apa itu
tauhid dan syirik dengan kata-kata yang ringkas
Halaqah 02 – Penjelasan Kalimat ِ‫س ِـم هللا‬
ْ ِ‫ب‬
‫ال َّر ْح َم ِن ال َّر ِح ْيـم‬
Beliau mengawali kitab beliau dengan tulisan basmalah, seperti Alloh Subhanahu Wa Ta’ala
yang mengawali Alquran dengan basmalah dan Nabi Muhammad Sholallohu Alaihi
Wasallam ketika mengirim risalah kepada para penguasa yang berisi dakwah islam dan
tauhid juga mengawalinya dengan basmalah. Contohnya ketika Nabi Sholallohu Alaihi
Wasallam mengirim risalah ke Hierocl.

Huruf “bi” dalam basmalah adalah huruf “ba” isti’anah, yaitu “ba” yang fungsinya untuk
memohon pertolongan. Orang yang mengucapkan “bismillahirrohmanirrohim” artinya “Aku
memohon pertolongan kepada Allah Ar-Rohman, Ar-Rohim”. Orang yang mengucapkan
basmalah, maka pada hakekatnya dia telah memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu
Wa Ta’ala.

“Ism” artinya adalah nama, sehingga “ismillah” artinya adalah nama Alloh. Dan adalah sifat
yang mufrot apabila disandarkan maka maknanya disini adalah umum.

Sehingga basmalah artinya memohon pertolongan kepada Alloh dengan semua nama Alloh
yaitu Asmaul Husna, jadi bukan hanya dengan satu nama Alloh. Orang yang telah
mengucapkan basmalah, berarti dia telah memohon pertolongan (beristi’anah) dengan seluruh
nama Alloh.

Alloh adalah lafdhul jalalah, diambil dari kata al-uluhah yang artinya adalah Al-Ma’bud yang
disembah. Lafdul jalalah adalah nama Alloh yang paling agung. Disandarkan nama-nama
Alloh yang lain. Ar-Rohman dan Ar-Rohim berasal dari kata Ar-Rohmah yang artinya yang
Maha Penyayang. Perbedaan antara Ar-Rohman dan Ar-Rohim menurut para ulama adalah
Ar-Rohman artinya adalah Alloh Maha Penyayang dan kasih sayang disini mencakup seluruh
mahluk baik mukmin maupun kafir, yang taat maupun yang bermaksiat.

Orang kafir mendapat rezeki makanan, minuman dan kesempatan hidup dari Alloh
Subhanahu Wa Ta’ala yang merupakan bagian dari rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Sedangkan Ar-Rohim ,maka rahmat-Nya disini adalah bagi orang beriman, contohnya adalah
iman itu sendiri, diberi hidayah untuk beriman dengan rukun iman yang enam. Dan Alloh
Subhanahu Wa Ta’ala merupakan Zat Yang Maha Penyayang kepada orang-orang yang
beriman
Halaqah 03 – Penjelasan Kalimat ‫أسأل هللا‬
‫أسأل هللا الكريم رب العرش العظيم أن يتوالك في الدنيا واآلخرة‬
“Aku berdoa kepada Alloh Yang Maha Pemurah, Rob yang memiliki, menguasai arsy yang
besar , supaya Alloh menjagamu di dunia dan di akhirat.”

Setelah mengucapkan basmalah, beliau mendoakan kita yang membaca kitab beliau. Ini
adalah adab yang sangat baik, seorang yang mengajar, mendoakan muridnya.

Rosululloh Sholallohu Alaihi Wasallam dalam Alquran diperintahkan oleh Alloh agar
mendoakan orang lain, sahabat Radhiallohuanhu. Alloh berfirman yang artinya,

“Dan hendaklah engkau wahai Muhammad, mendoakan mereka karena sesungguhnya doa
yang engkau panjatkan kepada mereka akan memberikan ketenangan kepada mereka.”

Doa beliau Rahimahulloh merupakan doa yang agung, karena mendoakan pembaca agar
dijaga dunia berupa musibah maupun agamanya. Dijaga di akhirat mulai dari dijaga dari azab
kubur sampai dijaga dari neraka.
Halaqah 04 – Penjelasan Doa Pengarang
Beliau melanjutkan doa bagi pembaca,

َ ‫ار ًكا َأ ْينَ َما ُك ْن‬


‫ت‬ َ َ‫َوَأ ْن يَجْ َعل‬
َ َ‫ك ُمب‬
Dan semoga Alloh menjadikanmu (pembaca) diberkahi di manapun berada.
Ini juga merupakan doa yang agung. Berbarokah artinya memiliki banyak kebaikan yang
langgeng dan terus-menerus ada bersama kita, memberikan manfaat. Dan orang yang
berbarokah adalah orang yang banyak kebaikannya yang diberikan kepada diri sendiri
maupun orang lain. Ketika dia berilmu dan berbarokah, maka ilmu itu memberikan manfaat
bagi diri sendiri maupun orang lain. Begitu juga ketika dia memiliki keluangan rezeki,
memiliki kekuasaan dan berbarokah, maka rezeki dan kekuasaan tersebut akan memberikan
manfaat bagi diri sendiri maupun orang lain. Berbarokah dimana pun berada, maka dia akan
selalu memperoleh barokah baik di rumah maupun luar rumah, bersama keluarga maupun
bersama orang lain, dan seterusnya. Tidak ada orang yang dekat dengan dia kecuali akan
memperoleh faedah dari dirinya.

Kemudian beliau melanjutkan,

‫ك ِم َّم ْن ِإ َذا ُأ ْع ِط َي َش َك َر‬


َ َ‫وَأ ْن يَجْ َعل‬،
َ
Semoga Alloh menjadikanmu bersyukur saat diberi nikmat,

َ ‫ان ال َّس َعا َد ِة اِ ْعلَ ْم َأرْ َش َد‬


‫ك‬ َ َّ‫نب ا ْستَ ْغفَرفَِإ َّن هَُؤ ال ِء الث‬
ُ ‫الث ُع ْن َو‬ َ ‫ َوِإ َذا أ َذ‬،‫صبَ َر‬
َ ‫َوِإ َذا ا ْبتُلِ َي‬
‫هللاُ لِطَا َعتِه‬
Dan menjadikanmu bersabar ketika ditimpa musibah, dan meminta ampun jika berbuat dosa.

Tiga hal terakhir yang telah disebutkan di atas adalah kunci kebahagiaan. ِTidak akan terlepas
kehidupan seorang manusia dari tiga perkara ini. Seorang yang tidak bersyukur maka cepat
atau lambat Alloh akan mencabut nikmat tersebut. Sebaliknya jika dia bersyukur, maka Alloh
akan memberikan kenikmatan di atas kenikmatan. Apabila dia bersyukur bahwasanya nikmat
ini berasal dari Alloh, bersyukur dengan lisannya, menggunakan kenikmatan ini untuk
perkara yang diridhoi Alloh, maka Alloh menjanjikan untuk menambah kenikmatan
tersebut.Dan apakah dia kufur kepada Alloh, mengingkari kenikmatan yang diberikan
kepadanya, menganggap bahwa kenikmatan itu berasal dari dirinya sendiri, dari ilmu yang
dimiliki, dari usaha yang ia kerjakan. Lupa bahwasanya Alloh yang telah memberikan dan
memudahkan dia memperoleh kenikmatan tersebut, maka sesungguhnya azab Alloh sangat
pedih.

Apabila dia memperoleh musibah hendaklah dia bersabar kepada Alloh. Beriman bahwa
semua ini adalah takdir Alloh, yang sudah ditulis sejak 50.000 tahun sebelum diciptakan
langit dan bumi. Padahal langit dan bumi juga sudah diciptakan Alloh sejak waktu yang lama.
Telah dituliskan umur, rezeki dan termasuk musibah. Dan tidak mungkin yang sudah ditulis
akan luput dari seseorang. Maka ketika dia ditimpa musibah baik dirinya, hartanya, keluarga
nya, maka hendaknya dia beriman bahwa hal ini sudah ditulis Alloh dan harus terjadi. Ketika
terjadi musibah, Alloh akan memberikan hidayah kepada hati agar tenang dalam menghadapi
musibah.
Halaqah 05 – Makna Istighfar dan
Ketaatan
Beliau melanjutkan,

‫نب ا ْستَ ْغفَر‬


َ ‫َوِإ َذا أ َذ‬
Dan apabila dia berdosa maka dia beristighfar.
Beristighfar atas dosa yang dilakukan. Makna beristighfar mengandung dua perkara. Yang
pertama memohon kepada Allah agar ditutupi dosa tersebut sehingga tidak terbongkar
maksiat tersebut. Istighfaro berasal dari kata ghofaro yang artinya menutupi. Yang kedua
memohon agar dosanya dihapus, sehingga kelak tidak akan diazab oleh Allah karena
dosanya.

َ َّ‫فَِإ َّن هَُؤ ال ِء الث‬


ُ ‫الث ُع ْن َو‬
‫ان ال َّس َعا َد ِة‬
Karena sesungguhnya tiga perkara ini adalah ciri-ciri dari kebahagiaan.
Orang yang bahagia adalah orang yang apabila diberi bersyukur dan apabila mendapatkan
musibah dia bersabar dan apabila dia berdosa dia beristighfar kepada Allah.

َ ‫اِ ْعلَ ْم َأرْ َش َد‬


‫ك هللاُ لِطَا َعتِه‬
Ketahuilah, semoga Allah memberikan petunjuk kepadamu, kepada ketaatan.
Beliau mendoakan semoga Allah memberikan petunjuk kepada ketaatan yaitu mengilmui
kebenaran dan mengamalkannya
Halaqah 06 – Makna Al Hanifiah dan
Tujuan Diciptakannya Manusia
Beliau berkata,

َ ‫ ﺃَ ْﻥ ﺗَ ْﻌﺒُ َﺪ ﻪﻠﻟﺍَ َﻭﺣْ َﺪﻩُ ُﻣ ْﺨﻠِﺼًﺎ ﻟَﻪُ ﺍﻟﺪ‬: ‫ ﺃَ َّﻥ ْﺍﻟ َﺤﻨِﻴﻔِﻴَّﺔَ ِﻣﻠَّﺔُ ﺇِﺑ َْﺮﺍ ِﻫﻴ َﻢ‬،
‫ِّﻳﻦ‬
Ketahuilah, semoga Allah membimbing Anda dalam mena’ati-Nya. Al-hanifiyah adalah
agama Nabi Ibrahim ‘alaihis salam , yaitu Anda beribadah kepada Allah dengan memurnikan
ibadah hanya untuk-Nya saja.
Alhanifiyyah yaitu agamanya Nabi Ibrahim. Allah telah menyebutkan dalam Alquran,
millahnya Nabi Ibrahim dan mewajibkan semua manusia untuk mengikutinya. Millah artinya
adalah agama. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam Surat Millah Ibrahim Kita
diperintahkan untuk mengikuti millahnya Nabi Ibrahim yang dinamakan Alhanifiyyah.
Alhanifiyyah berasal dari kata alhanif yang artinya adalah mustaqim/lurus. Agama
Alhanifiyyah adalah agama yang lurus kepada Allah subhanahu wa ta’ala dan berpaling dari
selain-Nya. Yang dimaksud dengan millahnya Ibrahim yang kita diwajibkan untuk
mengikutinya adalah kita beribadah hanya untuk Allah subhanahu wa ta’ala dan
mengikhlaskan hanya untuk Allah bukan untuk yang lain meski hanya setitik, siapapun dia.
Selain Allah adalah mahluk, dan ibadah adalah hak istimewa hanya untuk Allah.

Beliau berkata,

ِ َّ‫ﻚ ﺃَ َﻣ َﺮ ﻪﻠﻟﺍُ َﺟ ِﻤﻴ َﻊ ﺍﻟﻨ‬


‫ َﻭ َﺧﻠَﻘَﻬُﻢ ﻟَﻬَﺎ‬، ‫ﺎﺱ‬ َ ِ‫َﻭﺑِ َﺬﻟ‬
Dengan agama al-hanifiyah inilah Allah memerintahkan semua manusia dan untuk tujuan
inilah Allah menciptakan mereka,

Perintah pertama yang disebutkan dalam Alquran adalah perintah untuk bertauhid.
Menyembah, menyerahkan ibadah hanya untuk Allah semata.

Beliau berkata,

] :56 ‫ﻭﻥ﴾ [ ﺍﻟﺬﺭﻳﺎﺕ‬ َ ِ ‫ﺖ ْﺍﻟ ِﺠ َّﻦ َﻭﺍﺈْﻟ‬


ِ ‫ﻧﺲ ﺇﻻَّ ﻟِﻴَ ْﻌﺒُ ُﺪ‬ ™ُ ‫﴿ﻭ َﻣﺎ َﺧﻠَ ْﻘ‬
َ : ‫ﺎﻝ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ‬
َ َ‫َﻛ َﻤﺎ ﻗ‬
Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman:ِ“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia
melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku (saja)” (QS.Adz-Dzaariyaat: 56).
Ini adalah hikmah diciptakannya jin dan manusia, tidak lain untuk beribadah kepada Allah
Halaqah 07 – Tidak Dinamakan Ibadah
Kecuali Dengan Tauhid
Beliau berkata,

‫ﻚ ﻟِ ِﻌﺒَﺎ َﺩﺗِ ِﻪ؛ ﻓَﺎ ْﻋﻠَ ْﻢ ﺃَ َّﻥ ْﺍﻟ ِﻌﺒَﺎ َﺩﺓَ ﻻ ﺗُ َﺴ َّﻤﻰ ِﻋﺒَﺎ َﺩﺓً ﺇِﻻ َﻣ َﻊ ﺍﻟﺘَّ ْﻮ ِﺣﻴ ِﺪ‬
َ َ‫ﺖ ﺃَ َّﻥ ﻪﻠﻟﺍَ َﺧﻠَﻘ‬
َ ‫ﻓَﺈِ َﺫﺍ َﻋ َﺮ ْﻓ‬
Jika Anda telah mengetahui bahwa Allah menciptakan Anda untuk beribadah kepada-Nya,
maka ketauhilah bahwa ibadah tidaklah dikatakan sebagai ibadah kecuali jika disertai tauhid
Seseorang tidak dinamakan beribadah kepada Allah kecuali dia mentauhidkan Allah dan
mengesakan Allah dalam ibadah tersebut. Jika seseorang beribadah tidak mengesakan Allah,
beribadah tidak hanya untuk Allah, maka dia tidak dinamakan ibadah.

Beliau berkata,

َ َ‫ﺻﺎَﻠ ﺓً ﺇِﻻ َﻣ َﻊ ﺍﻟﻄَّﻬ‬


‫ﺎﺭﺓ‬ َ ‫َﻛ َﻤﺎ ﺃَ َّﻥ ﺍﻟﺼَّﻼﺓَ ﻻ ﺗُ َﺴ َّﻤﻰ‬
Sebagaimana shalat, tidaklah dikatakan sebagai shalat kecuali jika disertai dengan bersuci
Jika seseorang sholat, rukuk, sujud, berdiri namun tidak thoharoh, maka secara dhohir orang
menyangka dia sholat. Padahal dia tidak thoharoh /bersuci, maka dia tidak dinamakan sedang
beribadah. Allah tidak menerima sholat seseorang yang berhadats sampai dia berwudhu.
Berthoharoh adalah syarat sahnya sholat. Orang yang tidak Berthoharoh, maka belum
dinamakan sholat.

Beliau berkata,

‫ﺙ ﺇِ َﺫﺍ َﺩ َﺧ َﻞ ﻓِﻲ ﺍﻟﻄَّﻬَﺎ َ ِﺭﺓ‬


ِ ‫ﻙ ﻓِﻲ ْﺍﻟ ِﻌﺒَﺎ َﺩ ِﺓ ﻓَ َﺴ َﺪﺕ; َﻛ ْﺎﻟ َﺤ َﺪ‬
ُ ْ‫ﻓَﺈِ َﺫﺍ َﺩ َﺧ َﻞ ﺍﻟ ِّﺸﺮ‬
Oleh karena itulah, jika syirik mencampuri ibadah, maka rusaklah ibadah itu, sebagaimana
hadats bila mencampuri kesucian.
Syirik jika masuk ke dalam ibadah seseorang, maka ibadah tersebut akan menjadi rusak.
Orang musyrikin yang meramaikan masjid, ibadah mereka gugur dan kelak akan kekal di
neraka. Orang Musyrikin Quraisy memakmurkan Masjidil Haram, Kakbah, amalan mereka
batal dan kekal di dalam neraka. Amalan berhaji sudah ada sebelum Nabi Muhammad, dan
ada sejak zaman Nabi Ibrahim, namun caranya sudah diubah oleh orang musyrikin Quraisy.
Kesyirikan dan kekufuran bisa membatalkan amalan, sebagaimana hadats bisa membatalkan
sholat seseorang.
Halaqah 08 – Syirik Bercampur Ibadah
Akan Merusak Ibadah

HSI AbdullahRoy

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

Silsilah Qawa’idul Arba’

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Beliau mengatakan,

، ُ‫ﺻﺎ ِﺣﺒُﻪ‬
َ ‫ﺎﺭ‬
َ ‫ﺻ‬َ ‫ َﻭ‬، ‫ َﻭﺃَﺣْ ﺒَﻂَ ْﺍﻟ َﻌ َﻤ َﻞ‬، ‫ﻙ ﺇِ َﺫﺍ َﺧﺎﻟَﻂَ ْﺍﻟ ِﻌﺒَﺎ َﺩﺓَ ﺃَ ْﻓ َﺴ َﺪﻫَﺎ‬
َ ْ‫ﺖ ﺃَ َّﻥ ﺍﻟ ِّﺸﺮ‬َ ‫ﻓَﺈِ َﺫﺍ َﻋ َﺮ ْﻓ‬
‫ْﺮﻓَﺔُ َﺫﻟِﻚ‬ َ ‫ﺖ ﺃَ َّﻥ ﺃَﻫَ َّﻢ َﻣﺎ َﻋﻠَﻴ‬
ِ ‫ْﻚ َﻣﻌ‬ َ ‫ﺎﺭ؛ َﻋ َﺮ ْﻓ‬ِ َّ‫ﻳﻦ ﻓِﻲ ﺍﻟﻨ‬ َ ‫ِﻣ َﻦ ْﺍﻟ َﺨﺎﻟِ ِﺪ‬
Jika Anda sudah mengetahui kalau syirik bercampur dengan ibadah, maka akan merusaknya,
menyebabkan gugurnya semua amalan pelakunya dan menyebabkan pelakunya menjadi
orang yang kekal di dalam Neraka, tentulah Anda akan mengetahui bahwa perkara yang
paling penting bagi Anda adalah mempelajari masalah ini (kesyirikan)
Kalau kita sudah tahu bahaya syirik yang membatalkan amalan, maka amalan sebesar apapun
kalau dia melakukan syirik akbar maka amalannya batal dari awal sampai akhir. Jika
seseorang yang sejak baligh sudah melakukan amalan sholat, puasa dan lainnya kemudian
saat umur 50 tahun melakukan syirik besar, maka amalannya akan dihapuskan oleh Allah
Subhanahu Wa Ta’ala. Seandainya engkau berbuat syirik niscaya akan batal seluruh
amalanmu. Dan jadilah engkau seorang yang merugi. Kemudian orang tersebut akan kekal di
neraka. Sekejap di neraka adalah musibah, apalagi jika tidak akan pernah keluar dari neraka.

‫ﻚ ِﻣ ْﻦ ﻫَ ِﺬ ِﻩ ﺍﻟ َّﺸﺒَ َﻜ ِﺔ‬ َ ِّ‫ﻟَ َﻌ َّﻞ ﻪﻠﻟﺍَ ﺃَ ْﻥ ﻳ َُﺨﻠ‬


َ ‫ﺼ‬
Semoga dengannya Allah berkenan membebaskan Anda dari jaring kesyirikan ini

َ ‫ } ﺇِ َّﻥ ﻪَّﻠﻟﺍ َ ﻻَ ﻳَ ْﻐﻔِ ُﺮ ﺃَﻥ ﻳُ ْﺸ َﺮ‬: ‫ﺎﻝ ﻪﻠﻟﺍ ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ ﻓِﻴ ِﻪ‬
‫ﻙ ﺑِ ِﻪ َﻭﻳَ ْﻐﻔِ ُﺮ‬ َ َ‫ ﺍﻟَّ ِﺬﻱ ﻗ‬، ِ‫ﻙ ﺑِﺎﻪﻠﻟ‬ ُ ْ‫َﻭ ِﻫ َﻲ ﺍﻟ ِّﺸﺮ‬
ُ‫ْﺮﻓَ ِﺔ ﺃَﺭْ ﺑَ ِﻊ ﻗَ َﻮﺍ ِﻋ َﺪ َﺫ َﻛ َﺮﻫَﺎ ﻪﻠﻟﺍ‬ َ ِ‫ َﻭ َﺫﻟ‬. ] :116 ‫ﻚ ﻟِ َﻤﻦ ﻳَ َﺸﺎﺀ { [ ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ‬
ِ ‫ﻚ ﺑِ َﻤﻌ‬ َ ِ‫ﻭﻥ َﺫﻟ‬
َ ‫َﻣﺎ ُﺩ‬
‫ﺗَ َﻌﺎﻟَﻰ ﻓِﻲ ِﻛﺘَﺎﺑِ ِﻪ‬
Yaitu kesyirikan kepada Allah, yang Allah Ta’ala telah berfirman tentangnya:“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang berada di
bawah (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya”(QS.An-Nisaa`: 116).
Pengetahuan tentang syirik bisa didapatkan dengan memahami empat kaidah yang telah
Allah Ta’ala sebutkan dalam Kitab-Nya.
Halaqah 09 – Qa’idah Pertama Bagian 1

HSI AbdullahRoy

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

Silsilah Qawa’idul Arba’

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Beliau mengatakan,

‫ﺑﺄﻥ ﻪﻠﻟﺍ ﺗﻌﺎﻟﻰ ﻫﻮ‬ ّ ‫ﺃﻥ ﺍﻟﻜﻔّﺎﺭ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻗﺎﺗﻠﻬﻢ ﺭﺳﻮﻝ ﻪﻠﻟﺍ ﻳُﻘِﺮُّ ﻭﻥ‬ ّ ‫ﺍﻟﻘﺎﻋﺪﺓ ﺍﻷﻭﻟﻰﺃﻥ ﺗﻌﻠﻢ‬
‫ } ﻗُﻞْ َﻣ ْﻦ‬: ‫ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬: ‫ ﻭﺍﻟﺪﻟﻴﻞ‬، ‫ﻭﺃﻥ ﺫﻟﻚ ﻟﻢ ﻳُ ْﺪ ِﺧ ْﻠﻬﻢ ﻓﻲ ﺍﻹﺳﻼﻡ‬ ّ ، ‫ﺍﻟﺨﺎﻟِﻖ ﺍﻟﻤﺪﺑِّﺮ‬
‫ﻲ ِﻣ ْﻦ‬َّ ‫ْﺼﺎ َﺭ َﻭ َﻣ ْﻦ ﻳ ُْﺨ ِﺮ ُﺝ ْﺍﻟ َﺤ‬
َ ‫ﻚ ﺍﻟ َّﺴ ْﻤ َﻊ َﻭﺍﺄْﻟ َﺑ‬ ُ ِ‫ﺽ ﺃَ َّﻣ ْﻦ ﻳَ ْﻤﻠ‬
ِ ْ‫ﻳَﺮْ ُﺯﻗُ ُﻜ ْﻢ ِﻣ ْﻦ ﺍﻟ َّﺴ َﻤﺎﺀِ َﻭﺍﺄْﻟ َﺭ‬
َ ُ‫ﻮﻥ ﻪَّﻠﻟﺍ ُ ﻓَﻘُﻞْ ﺃَﻓَﺎَﻠ ﺗَﺘَّﻘ‬
‫ﻮﻥ‬ َ ُ‫ِّﺖ ِﻣ ْﻦ ْﺍﻟ َﺤ ِّﻲ َﻭ َﻣ ْﻦ ﻳُ َﺪﺑِّ ُﺮ ﺍﺄْﻟ َ ْﻣ َﺮ ﻓَ َﺴﻴَﻘُﻮﻟ‬
َ ‫ﺖ َﻭﻳ ُْﺨ ِﺮ ُﺝ ْﺍﻟ َﻤﻴ‬ِ ِّ‫ْﺍﻟ َﻤﻴ‬
] :31 ‫{ [ ﻳﻮﻧﺲ‬
Kaidah pertama:Anda perlu mengetahui bahwa orang-orang kafir yang diperangi oleh
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meyakini bahwa AllahTa’ala adalah satu-satunya
Pencipta dan Pengatur (segala urusan). Namun demikian, hal itu tidaklah menyebabkan
mereka masuk ke dalam agama Islam. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala :

“Katakanlah: ‘Siapa yang memberi rizki kepada kalian dari langit dan bumi, atau siapa yang
kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapa yang mengeluarkan yang hidup
dari yang mati (menghidupkan) dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup (mematikan),
dan siapa yang mengatur segala urusan? ‘Maka mereka (kaum musyrikin) akan
menjawab:’Allah’. Maka katakanlah:’Mengapa kalian tidak bertakwa (kepada-Nya)” (QS.
QS. Yunus: 31).
Hendaknya kita mengetahui bahwa kaum musyrikin yang diperangi oleh Nabi Muhammad
SholAllahu Alaihi Wasallam di antaranya kaum beliau sendiri yaitu kaum Quraisy, mereka
menyatakan, meyakini dan mengetahui bahwasanya Allah Subhanahu Wa Ta’ala :
1. Yang menciptakan
2. Yang memberikan rezeki
3. Yang menghidupkan dan mematikan
4. Yang mengatur seluruh perkara ini
Namun aqidah dan keyakinan ini tidak memasukkan kaum Quraisy sebagai orang islam.
Kalau keyakinan ini dapat memasukkan kaum Quraisy ke dalam islam, tentulah tidak akan
diperangi oleh Nabi Muhammad SholAllahu Alaihi Wasallam. Pengetahuan ini tidak banyak
diketahui oleh saudara-saudara muslim kita. Mereka mendengar dari ustadznya, gurunya,
orang tuanya bahwasanya orang Quraisy, mereka menyembah berhala, seakan-akan mereka
tidak mengenal Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Ketahuilah bahwa orang musyrikin mengetahui
bahwa Allah lah yang mencipta dan seterusnya, sama seperti kita, namun keyakinan itu tidak
memasukkan mereka ke dalam agama islam. Berarti di sana harus ada sesuatu yang Nabi
Muhammad inginkan untuk memasukkan mereka ke dalam agama islam.
Halaqah 10 – Qa’idah Pertama Bagian 2
‫ﻚ ﺍﻟ َّﺴ ْﻤ َﻊ‬ ُ ِ‫ﺽ ﺃَ َّﻣ ْﻦ ﻳَ ْﻤﻠ‬
ِ ْ‫ } ﻗُﻞْ َﻣ ْﻦ ﻳَﺮْ ُﺯﻗُ ُﻜ ْﻢ ِﻣ ْﻦ ﺍﻟ َّﺴ َﻤﺎﺀِ َﻭﺍﺄْﻟ َﺭ‬: ‫ ﻗﻮﻟﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ‬: ‫ﻭﺍﻟﺪﻟﻴﻞ‬
‫ِّﺖ ِﻣ ْﻦ ْﺍﻟ َﺤ ِّﻲ َﻭ َﻣ ْﻦ ﻳُ َﺪﺑِّ ُﺮ ﺍﺄْﻟ َ ْﻣ َﺮ‬
َ ‫ﺖ َﻭﻳ ُْﺨ ِﺮ ُﺝ ْﺍﻟ َﻤﻴ‬ِ ِّ‫ﻲ ِﻣ ْﻦ ْﺍﻟ َﻤﻴ‬َّ ‫ﺎﺭ َﻭ َﻣ ْﻦ ﻳ ُْﺨ ِﺮ ُﺝ ْﺍﻟ َﺤ‬ َ ‫َﻭﺍﺄْﻟ َﺑ‬
َ ‫ْﺼ‬
] :31 ‫ﻮﻥ { [ ﻳﻮﻧﺲ‬ َ ُ‫ﻮﻥ ﻪَّﻠﻟﺍ ُ ﻓَﻘُﻞْ ﺃَﻓَﺎَﻠ ﺗَﺘَّﻘ‬
َ ُ‫ﻓَ َﺴﻴَﻘُﻮﻟ‬.
Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala:

“Katakanlah: ‘Siapa yang memberi rizki kepada kalian dari langit dan bumi, atau siapa yang
kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapa yang mengeluarkan yang hidup
dari yang mati (menghidupkan) dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup (mematikan),
dan siapa yang mengatur segala urusan? ‘Maka mereka (kaum musyrikin) akan
menjawab:’Allah’. Maka katakanlah:’Mengapa kalian tidak bertakwa (kepada-Nya)” (QS.
QS. Yunus: 31).
Ketika ditanya pertanyaan di atas, kaum Quraisy akan menjawab Allah. Mereka tidak
menjawab latta, uzza, habal dan sesembahan mereka yang lain. Lalu mengapa mereka tidak
bertakwa kepada Allah dan berbuat kesyirikan serta menjaga diri dari azab Allah. Sebagian
dari kita masih menganggap bahwa kaum Quraisy berkeyakinan yang mencipta, memberi
rezeki dan seterusnya adalah berhala mereka, padahal kaum Quraisy berkeyakinan bahwa
yang melakukan itu adalah Allah.

Jadi kalau di zaman sekarang ada orang musyrikin yang meyakini Allah maka itu bukanlah
suatu hal yang menakjubkan. Mereka mengakui bahwa yang mencipta adalah Allah, yang di
atas dan isyarat yang lain, meskipun dalam keseharian, mereka mengagungkan selain Allah,
meyakini selain Allah. Dan inilah yang membuat mereka tidak masuk ke dalam agama islam.
Halaqah 11 – Qa’idah Pertama Bagian 3
Halaqah yang ke-11 penjelasan Al-Qowāidul Arba’.
⇒ Apa yang memasukan seseorang kedalam agama Islam?
⇒ Apa yang membedakan adalah orang Islam dengan orang-orang musyrikin tersebut?

Apabila dalam masalah penciptaan, pengaturan rezeki ternyata sama antara kita dengan
mereka.
⇒ Lalu apa yang membedakan antara diri kita dengan mereka?

Apa yang diinginkan oleh Rasulullãh ‫ ﷺ‬dari orang-orang musyrikin tersebut?


✓ yang beliau ingin bukan hanya mereka mengakui bahwasanya Allāh yang mencipta,
memberikan rezeki & mengatur alam semesta, tetapi yang diinginkan oleh Allāh & Rasul-
Nya dari orang-orang musyrikin tersebut adalah supaya mereka meng-Esa-kan ibadah hanya
untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Inilah yang diinginkan oleh Allāh & Rasul-Nya.
Allāh & Rasul-Nya menginginkan dari orang-orang musyrikin tersebut selain mereka
mengakui bahwasanya Allāh yang mencipta, memberi rezeki & mengatur alam semesta,
diinginkan dari mereka supaya mereka meng-Esa-kan ibadah hanya untuk Allāh.

Orang-orang musyrikin tidak meng-Esa-kan Allāh didalam ibadahnya. Inilah yang


membedakan antara kita dengan mereka. Terkadang mereka melakukan ibadah untuk Allāh,
seperti ketika haji-an karena ibadah haji ini sudah ada sejak Nabi Ibrahim alaihi wa sallam
kemudian dilanjutkan Nabi Ismail dan seterusnya dan orang-orang quraisy keturunan Nabi
Ismail ibn Ibrahim. Ibadah haji masih mereka pegang sampai di zaman Rasulullãh ‫ﷺ‬, oleh
karena itu setiap tahun mereka senantiasa melakukan ibadah haji dan ini dilakukan untuk
Allāh Subhānahu wa Ta’āla, kita membaca dikitab² syiroh tentang perjanjian Aqobah yang
pertama maupun yg kedua Baiat Rasulullãh dengan kaum Ansor, kapan terjadi? Ketika
musim haji, ketika orang-orang Arab, orang-orang quraisy sekitarnya melakukan ibadah haji
menuju ke Mekkah, disanalah pertemuan Rasulullãh dengan orang-orang Anshor, terkadang
mereka beribadah kepada Allāh & terkadang mereka beribadah kepada selain Allāh, sehingga
ketika terjadi musibah misalnya diantara mereka ada sebagian yang datang kepada Jin atau
ada diantara mereka ketika ingin berperang & ingin menang menaruh senjata² mereka
digantungkan disebuah pohon tertentu dengan keyakinan bahwasanya itu akan membawa
barokah, terkadang mereka menyembah kepada Allāh beribadah kepada semata, terkadang
mereka serahkan sebagian ibadah mereka kepada selain Allāh. Inilah yang membedakan
antara diri kita (orang Islam) dengan orang-orang musyrikin tersebut. Kalau meyakini
bahwasanya Allāh yang mencipta satu-satunya , memberikan rezeki satu-satunya & mengatur
alam semesta satu-satunya seharusnya keyakinan ini menjadikan mereka hanya menyembah
kepada Allāh.
● Bagaimana kita menyembah sesuatu yang tidak mencipta..
● Bagaimana seseorang menyembah sesuatu yang tidak memberikan rezeki baik dari langit
maupun dari bumi sedikit pun..
● Bagaimana seseorang menyembah sesuatu yang tidak mengatur alam semesta

Bahkan mereka diciptakan, mereka diberikan rezeki, mereka diatur oleh Allāh Subhānahu wa
Ta’āla, kenapa mereka tidak menyembah saja Dzat yang telah menciptakan benda² tersebut,
yang telah menciptakan makhluk² tersebut.
Oleh karena itu Allāh mengatakan :

‫فَقُلْ َأفَالَ تَتَّقُ ْون‬


“Lalu katakan kepada mereka kenapa mereka tidak takut /takwa kepada Allāh Subhānahu wa
Ta’āla ”
Inilah yang diinginkan oleh Allāh & Rasul-Nya. Ini ditolak & diingkari oleh orang-orang
quraisy, ketika mereka didakwahi

‫ال إله إال هللا‬


” tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allāh ”

Mereka semuanya memahami bahwasanya makna kalimat ini berarti saya harus
meninggalkan seluruh sesembahan selain Allāh yang selama ini aku sembah, dan hanya
menyembah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Orang-orang Qurais & orang-orang kafir Qurais, orang-orang musyrikin mereka semuanya
memahami kalimat ini karena mereka adalah orang-orang Arab dan sangat mengenal makna
kalimat – ‫ – ال إله إال هللا‬ada diantara mereka yang menerima & langsung masuk Islam & ada
diantara mereka yang menolak tidak mau mengucapkan – ‫ – ال إله إال هللا‬Bahkan mereka
sombong

َ ‫يل لَهُ ْم اَل ِإ ٰلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ يَ ْستَ ْكبِر‬


‫ُون‬ َ ِ‫ِإنَّهُ ْم َكانُوا ِإ َذا ق‬
ٍ ُ‫ار ُكو آلِهَتِنَا لِ َشا ِع ٍر َمجْ ن‬
‫ون‬ ِ َ‫ون َأِئنَّا لَت‬
َ ُ‫َويَقُول‬
“sesungguhnya mereka (kata Allāh) apabila dikatakan kepada mereka / diajak untuk
mengucapkan – ‫ – ال إله إال هللا‬mereka sombong, menolak kebenaran tidak mau mengucapkan –
‫– ال إله إال هللا‬

Karena mereka tahu tentang tuntutan dari kalimat ini, jika saya mengucapkan kalimat ini
berarti saya harus masuk Islam, sesembahan yang begitu banyak aku tinggalkan & hanya
menyembah kepada Allāh yang satu, tidak boleh berdoa kepada selain Allāh, tidak boleh
beristianah – beristhigosah kepada selain Allāh oleh karena itu mereka (‫) يستكبرون‬sombong
dan tak mau mengucapkan kalimat ini

ِ َ‫ون َأِئنَّا لَت‬


ٍ ُ‫ار ُكو آلِهَتِنَا لِ َشا ِع ٍر َمجْ ن‬
‫ون‬ َ ُ‫َويَقُول‬
“dan mereka mengatakan apakah kami harus meninggalkan sesembahan² kami hanya karena
tukang syair yang gila ”
Selain mereka menolak mereka juga menghina Rasulullãh ‫ ﷺ‬mengatakan bahwasanya
Rasulullãh ‫ ﷺ‬adalah tukang syair, padahal beliau adalah orang yang tidak mengetahui
tentang syair, dan bahwasanya mengatakan beliau seorang yang gila. Semuanya ini
menunjukkan kesombongan mereka, selain menolak dakwah beliau mereka juga berusaha
untuk merendahkan beliau supaya manusia tidak mengikuti dakwah beliau.

Di dalam ayat yang lain mereka mengatakan


ِ ‫َأ َج َع َل اآْل لِهَةَ ِإ ٰلَهًا َو‬
ٌ‫احدًا ۖ ِإ َّن ٰهَ َذا لَ َش ْي ٌء ُع َجاب‬
“apakah dia menjadikan tuhan² yang banyak ini menjadi tuhan yang satu, sesungguhnya ini
adalah sesuatu yang sangat mengherankan”

Ini Adalah kesombongan orang-orang quraisy orang-orang musyrikin quraisy mereka tidak
mau mengatakan kalimat ‫ال إله إال هللا‬, karena inilah yang akan memasukan mereka ke dalam
agama Islam.

Inti dari Qoidah yang sudah kita sampaikan ini :


⑴ Bahwasanya orang-orang musyrikin yang diperangi Rasulullãh ‫ ﷺ‬sama dengan kita
mengakui bahwasanya Allāh menciptakan mereka, memberikan rezeki kepada mereka,
mengatur alam semesta ini, dan sesungguhnya ini tidak memasukkan mereka ke dalam agama
Islam.
Kemudian yang kedua Apa yang memasukkan seseorang kedalam agama Islam :
⑵ Apabila seseorang hanya meng-Esa-kan Allāh didalam beribadah, hanya menyerahkan
kepada Allāh. Adapun seseorang hanya meyakini Allāh yang mencipta, Allāh yang
memberikan rezeki, Allāh yang mengatur alam semesta, maka ini belum membedakan antara
dia (Islam) dengan orang musyrikin.
⑶ Hendaknya Didalam berdakwah atau mendakwahi manusia kedalam Agama Islam, tidak
mencukupkan diri hanya mengenalkan mereka bahwa Allāh yang menciptakan, memberikan
rezeki & juga mengatur alam semesta, karena ini tidak membedakan antara kita dengan yang
lain. Karena sebagian ketika berdakwah & mengajak orang kepada islam hanya
mengingatkan perkara² ini, padahal disana ada sesuatu yang lebih penting dari itu, artinya
setelahnya yang harus yang dia sampaikan, bukan hanya menyampaikan Rububiyah
keyakinan bahwasanya Allāh yang mencipta, memberikan rezeki dan juga mengatur alam
semesta. Tapi juga harus disampaikan bahwasanya keyakinan ini menuntut kita untuk hanya
meng-Esa-kan Allāh Subhānahu wa Ta’āla didalam ibadah.
Halaqah 12 – Qa’idah Yang Kedua Bagian
1

HSI AbdullahRoy

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

Silsilah Qawa’idul Arba’

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
،‫ إال لطلب القربة‬،‫ ما دعوناهم وتوجهنا إليهم‬:‫ أنهم يقولون‬:‫القاعدة الثانية‬
‫والشفاعة‬،
“Mereka yaitu orang-orang musyrikin – orang-orang musyrik di zaman Rasulullãh ‫ﷺ‬,
mereka berkata diantara ucapan mereka :

‫ َوال َّشفَا َعة‬،‫ب ْالقُرْ بَة‬


ِ َ‫ ِإاَل لِطَل‬،‫ َما َد َع ْونَاهُم َوتَ َو َج ْهنَا ِإلَ ْي ِه ْم‬،
“Kami (kata mereka) tidaklah menyembah sesembahan-sesembahan kami [seperti latta, uzza,
manna, Hubal & juga sesembahan² yang lain], mereka berkata tidaklah kami berdoa kepada
mereka (sesembahan²) tersebut – ‫ – َوتَ َو َج ْهنَا ِإلَ ْي ِهم‬dan kami menghadapkan peribadatan kami
kepada mereka – ‫ – ِإاَل‬kecuali – ‫ َوال َّشفَاعَة‬،‫ب ْالقُرْ بَة‬
ِ َ‫ – لِطَل‬tujuannya untuk mencari Al-Qurbah &
Assafa’at”

⇒ Tujuan mereka didalam berdoa kepada sesembahan² mereka adalah dua tujuan ini yaitu :

⑴ Al-Qurbah
Mereka ingin kedekatan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla, bagaimana mereka supaya dekat
dengan Allāh. Bahwasanya orang-orang musyrikin mereka juga mengenal Allāh Subhānahu
wa Ta’āla. Didalam Qoidah yang pertama & bahwasanya mereka meyakini bahwasanya
Allāh yang mencipta mereka, memberikan rezeki kepada mereka, mengatur alam semesta,
menghidupkan & juga mematikan yang menunjukkan bahwasanya orang-orang musyrikin
mereka juga mengenal Allāh akan tetapi sebatas Allāh yang mencipta, memberikan rezeki,
mengatur alam semesta & disini beliau mengatakan bahwasanya orang-orang musyrikin
diantara ucapan mereka tidaklah kami berdoa kepada patung² tersebut / sesembahan² tersebut
kecuali untuk mencari kedekatan, mereka merasa dirinya adalah orang yang jauh dari Allāh,
terlalu banyak kemaksiatan, terlalu banyak dosa yang dilakukan oleh karena itu mereka ingin
kedekatan kepada Allāh dengan cara memberikan sebagian ibadah kepada sesembahan²
tersebut yang mereka adalah orang-orang yang shaleh supaya sesembahan² tersebut
mendekatkan diri mereka kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

⑵ Assafa’at
Ingin mendapatkan syafa’at dari sesembahan² tersebut. Syafa’at disisi Allāh Subhānahu wa
Ta’āla. Ucapan Beliau rahimahullah disini adalah ucapan berdasarkan dalil & setelah ini
beliau akan menyebutkan dalilnya.
Halaqah 13 – Qa’idah Yang Kedua Bagian
2
‫ين اتَّ َخ ُذوا ِم ْن ُدونِ ِه َأ ْولِيَا َء َما نَ ْعبُ ُدهُ ْم ِإاَّل لِيُقَرِّ بُونَا‬
َ ‫ ۚ َوالَّ ِذ‬:‫ قوله تعالى‬،‫فدليل القربة‬
‫ون ۗ ِإ َّن هَّللا َ اَل يَ ْه ِدي َم ْن هُ َو‬ َ ُ‫ِإلَى هَّللا ِ ُز ْلفَ ٰى ِإ َّن هَّللا َ يَحْ ُك ُم بَ ْينَهُ ْم فِي َما هُ ْم فِي ِه يَ ْختَلِف‬
‫َكا ِذبٌ َكفَّا ٌر‬
” Dalil yang menunjukkan bahwasanya orang-orang musyrikin mereka menyembah kepada
sesembahan² tersebut tujuannya adalah supaya mendekatkan diri mereka kepada Allāh,
adalah firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla :

“dan sesungguhnya orang-orang yang telah menjadikan selain Allāh sebagai sesembahan²
(maksudnya adalah orang-orang kafir Qurais /orang-orang musyrikin quraisy) &
sesungguhnya orang-orang yang menjadikan selain Allāh sebagai sesembahan, mereka
mengatakan [ tidaklah kami menyembah mereka / tidaklah kami menyembah sesembahan²
tersebut kecuali supaya mereka mendekatkan diri kami kepada Allāh dengan sebenar-benar
pendekatan].

Ini yang mengabarkan kepada kita adalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Allāh mengabarkan
kepada kita ucapan orang-orang musyrikin quraisy. Apa ucapan mereka :

‫َما نَ ْعبُ ُدهُ ْم ِإاَّل لِيُقَ ِّربُونَا ِإلَى هَّللا ِ ُز ْلفَى‬


“tidaklah kami menyembah mereka / memberikan sebagian ibadah kepada sesembahan²
kecuali tujuannya baik supaya orang-orang tersebut / makhluk² tersebut mendekatkan diri
kepada Allāh ”

Ucapan mereka illallah menunjukkan bahwasanya mereka mengenal Allāh Subhānahu wa


Ta’āla & ini jelas menunjukkan kepada kita tentang tujuan orang-orang musyrikin tersebut
beribadah kepada berhala-berhala tersebut yaitu untuk mendekatkan diri mereka kepada
Allāh.

Kemudian Allāh mengatakan :

َ ُ‫ِإ َّن هَّللا َ يَحْ ُك ُم بَ ْينَهُ ْم فِي َما هُ ْم فِي ِه يَ ْختَلِف‬


‫ون‬
” Sesungguhnya Allāh akan menghukumi mereka mengadili diantara mereka didalam apa
yang mereka perselisihkan ”

Pada hari kiamat, apakah benar ucapan orang-orang musyrikin tersebut, apakah ucapan
mereka

‫َما نَ ْعبُ ُدهُ ْم ِإاَّل لِيُقَ ِّربُونَا ِإلَى هَّللا ِ ُز ْلفَى‬


Ini Adalah ucapan yang hak atau hanya sekedar persangkaan dari mereka, nanti di hari
kiamat Allāh Subhānahu wa Ta’āla menghukumi dan mengadili diantara siapa mereka yang
benar, apakah orang-orang musyrikin tersebut ataukah Rasulullãh ‫ﷺ‬.

‫ِإ َّن هَّللا َ اَل يَ ْه ِدي َم ْن هُ َو َكا ِذبٌ َكفَّا ٌر‬


“sesungguhnya Allāh tidak memberikan petunjuk kepada setiap orang yang berdusta dan dia
sangat kufur ”

Ini menunjukkan bahwasanya apa yang dikatakan oleh orang-orang musyrikin tersebut yang
pertama adalah kedustaan. Karena Allāh mengatakan

ٌ‫ِإ َّن هَّللا َ اَل يَ ْه ِدي َم ْن هُ َو َكا ِذب‬


” Sesungguhnya Allāh tidak akan memberikan petunjuk kepada orang yang berdusta ”

Kemudian Allāh mengatakan :

‫َكفَّا ٌر‬
” yang sangat kufur ”

Kaffar adalah shigoh mubalagoh dari kafir. Kafir artinya adalah orang yang kafir. Tetapi
orang yang Kaffar berarti orang yang sangat kafir. Menunjukkan bahwasanya apa yang
dilakukan oleh orang-orang musyrikin tersebut adalah ini perbuatan yang sangat kufur
kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Selain kedustaan itu adalah sangat kufur disisi Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Jadi ayat ini
adalah dalil yang jelas bahwasanya tujuan orang-orang musyrikin didalam menyembah
sesembahan² mereka adalah untuk diantaranya mencari kedekatan kepada Allāh Subhānahu
wa Ta’āla. Bukan meyakini bahwasanya sesembahan² tersebut yang memberikan rezeki
kepada mereka atau menciptakan mereka atau mengatur alam semesta, tidak dan sudah
disebutkan dalil mereka apabila ditanya siapa yang memberikan rezeki kepada mereka,
mereka menjawab Allāh.
Halaqah 14 – Qa’idah Yang Kedua Bagian
3

HSI AbdullahRoy

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

Silsilah Qawa’idul Arba’

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
________________________________________
‫ودليل الشفاعة‬،
” dan dalil tentang syafa’at (dalil bahwasanya mereka) mereka menyembah sesembahan²
tersebut adalah untuk mencari syafa’at, apa dalilnya?

‫قوله تعالى‬:
ۚ ِ ‫ون ٰهَُؤاَل ِء ُشفَ َعاُؤ نَا ِع ْن َد هَّللا‬
َ ُ‫ون هَّللا ِ َما اَل يَضُرُّ هُ ْم َواَل يَ ْنفَ ُعهُ ْم َويَقُول‬
ِ ‫ون ِم ْن ُد‬ َ ‫َويَ ْعبُ ُد‬
‫ض ۚ ُسب َْحانَهُ َوتَ َعالَ ٰى َع َّما‬ِ ْ‫ت َواَل فِي اَأْلر‬ ِ ‫اوا‬ َ ‫قُلْ َأتُنَبُِّئ‬
َ ‫ون هَّللا َ بِ َما اَل يَ ْعلَ ُم فِي ال َّس َم‬
َ ‫يُ ْش ِر ُك‬
‫ون‬
[18 :‫]يونس‬
Allāh berfirman :

”dan mereka (orang-orang quraisy) menyembah kepada selain Allāh sesuatu yang tidak
memberikan mudhorot kepada mereka & juga tidak memberikan manfaat dan mereka
menyembah kepada selain Allāh sesuatu yang tidak memberikan mudhorot dan juga
memberikan manfaat “.

Seharusnya seseorang apabila ingin menyembah, menyembah sesuatu yang memberikan


manfaat & memberikan mudhorot yaitu Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Ditangan-Nya lah
manfaat & juga mudhorot. Namun orang-orang musyrikin menyembah kepada selain Allāh
sesuatu yang sama sekali tidak memberikan manfaat & juga tidak bisa memberikan
mudhorot.
َ ُ‫َويَقُول‬
‫ون‬
“dan mereka mengatakan ”

ِ ‫ۚ ٰهَُؤاَل ِء ُشفَ َعاُؤ نَا ِع ْن َد هَّللا‬


Ketika mereka ditanya kenapa mereka menyembah kepada sesembahan² tersebut, mereka
mengatakan :

”mereka ini adalah orang-orang yang akan memberikan syafa’at kepada kami disisi Allāh
Subhānahu wa Ta’āla ”

Ini Adalah tujuan kedua mereka menyembah kepada sesembahan² tersebut, supaya
sesembahan² tersebut memberikan syafa’at kepada mereka disisi Allāh.

Menunjukkan sekali lagi bahwasanya mereka mengenal Allāh, dan bahwasanya tujuan
mereka adalah tujuan yang baik akan tetapi apakah cara yang dilakukan oleh mereka adalah
cara yang diridhoi Allāh Subhānahu wa Ta’āla…

Dengarkanlah firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla setelahnya :

ِ ْ‫ت َواَل فِي اَأْلر‬


ۚ‫ض‬ َ ‫قُلْ َأتُنَبُِّئ‬
َ ‫ون هَّللا َ بِ َما اَل يَ ْعلَ ُم فِي ال َّس َم‬
ِ ‫اوا‬
” Katakanlah wahai Muhammad kepada mereka – apakah kalian (wahai orang-orang
musyrikin) mengabarkan kepada Allāh , sesuatu yang Allāh tidak ketahui dilangit maupun di
bumi”.

Artinya apa yang dikatakan oleh orang-orang musyrikin adalah sesuatu yang tidak berdasar.
Seakan-akan mereka mengabarkan kepada Allāh sesuatu yang tidak Allāh ketahui di langit
maupun di bumi.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla tidak pernah mengabarkan yang demikian dari mana mereka tahu
bahwasanya orang-orang shaleh yang sudah meninggal tersebut yang mereka sembah
memberikan syafa’at disisi Allāh Subhānahu wa Ta’āla untuk mereka, apakah mereka
mengabarkan kepada Allāh sesuatu yang Allāh tidak ketahui dilangit maupun di bumi.

Kemudian Allāh mengatakan

َ ‫ُسب َْحانَهُ َوتَ َعالَ ٰى َع َّما يُ ْش ِر ُك‬


‫ون‬
” Maha Suci Allāh & Maha Tinggi dari apa yang mereka sekutukan ”

Di sini Allāh mengatakan

َ ‫َع َّما يُ ْش ِر ُك‬


‫ون‬
” dari apa yang mereka sekutukan ”
Menunjukkan bahwasanya apa yang mereka perbuat, apa yang mereka lakukan adalah
termasuk jenis kesyirikan. Oleh karena itu Allāh mengatakan

َ ‫ُسب َْحانَهُ َوتَ َعالَ ٰى َع َّما يُ ْش ِر ُك‬


‫ون‬
” Maha Suci Allāh & Maha Tinggi dari apa yang mereka sekutukan ”

Perbuatan mereka menyembah kepada selain Allāh, menyerahkan ibadah kepada selain Allāh
dengan tujuan supaya selain Allāh tersebut memberikan syafa’at disisi Allāh Subhānahu wa
Ta’āla untuk mereka, maka ini termasuk kesyirikan.
Halaqah 15 – Qa’idah Yang Kedua Bagian
4

HSI AbdullahRoy

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

Silsilah Qawa’idul Arba’

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Mualif / pengarang ingin menunjukkan kepada kita tentang ucapan beliau diawal,
bahwasanya tujuan orang-orang musyrikin menyembah berhala-berhala mereka adalah untuk
meminta kedekatan kepada Allāh & juga meminta syafa’at.

✓ Ini bukan berarti bahwasanya Mualif / pengarang mengingkari apa yang yang dinamakan
dengan syafa’at.

⇒ Syafa’at dihari kiamat adalah hak.

Kewajiban bagi seorang mukmin maupun mukminah (yang laki-laki maupun wanita) untuk
beriman adanya syafa’at berdasarkan dalil-dalil didalam Al-Qurān maupun didalam Assunah.
Wajib bagi seorang muslim untuk beriman dengan adanya syafa’at dihari kiamat, syafa’at
dihari kiamat bermacam-macam ada diantara syafa’at tersebut yang merupakan kekhususan
Rasulullãh ‫ﷺ‬, diantaranya syafa’atul Ujma (syafa’at yang paling besar) yang terjadi
dipadang Mahsyar dan diantara syafa’at yang khusus bagi Rasulullãh ‫ ﷺ‬adalah syafa’at
untuk masuk ke dalam surga (dibukanya pintu surga). Demikian pula syafa’at beliau kepada
paman beliau Abu Tholib. Dan disana ada syafa’at yang umum dimiliki oleh beliau ‫ﷺ‬,
demikian pula dilakukan oleh yang lain seperti para Malaikat, para Nabi, Orang-orang yang
beriman, seperti syafa’at bagi orang-orang yang berdosa diantara orang-orang yang beriman
yang mereka diazab oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla didalam Neraka dan disana ada syafa’at
mengangkat derajat didalam Surga dan ini semua berdasarkan dalil-dalil yang shahih bukan
berarti apa yang beliau ucapkan disini bahwasanya beliau mengingkari syafa’at tersebut
“tidak”.

Beliau menjelaskan setelahnya, bahwasanya syafa’at yang ada di dalam Al-Qurān maupun
Hadits ini ada dua macam
Beliau mengatakan :

‫ شفاعتان‬:‫والشفاعة‬
“Syafa’at itu ada dua ”

‫ منفية؛ وشفاعة مثبتة‬:‫شفاعة‬


⑴ syafa’at manfiyah ‫ منفية‬:‫شفاعة‬

Syafa’at yang diingkari. Diingkari oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

⑵ Syafa’at mustbatah ‫شفاعة مثبتة‬

Syafa’at yang ditetapkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Disana ada syafa’at yang diingkari oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla berdasarkan dalil-dalil di
dalam Al-Qurān disana ada syafa’at yang ditetapkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Kemudian beliau mengatakan :

‫ فيما ال يقدر عليه إال هللا‬،‫ ما كنت تطلب من غير هللا‬،‫فالشفاعة المنفية‬
◆ Apa yang dimaksud dengan syafa’at yang diingkari oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla

Yang dimaksud dengan syafa’at yang diingkari adalah syafa’at yang diminta dari selain Allāh

‫فيما ال يقدر عليه إال هللا‬


” Didalam perkara yang tidak mungkin melakukannya kecuali Allāh ”

Apabila syafa’at ini diminta dari selain Allāh maka inilah yang diingkari oleh Allāh
Subhānahu wa Ta’āla dihari kiamat. Tidak akan bermanfaat yang seperti ini, contohnya
seperti yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin quraisy karena mereka meminta syafa’at
bukan dari Allāh tetapi meminta syafa’at dari sesembahan² selain Allāh.

Oleh karena itu tadi mereka mengatakan :

ِ ‫ۚ ٰهَُؤاَل ِء ُشفَ َعاُؤ نَا ِع ْن َد هَّللا‬


Mereka mengharap kepada sesembahan² tersebut, takut kepada sesembahan² tersebut, berdoa
kepada sesembahan² tersebut, tujuannya supaya memberikan syafa’at bagi mereka disisi
Allāh Subhānahu wa Ta’āla pada hari kiamat.

Apabila syafa’at diminta dari selain Allāh maka inilah yang diingkari oleh Allāh Subhānahu
wa Ta’āla.
Halaqah 16 – Qa’idah Yang Kedua Bagian
5

HSI AbdullahRoy

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

Silsilah Qawa’idul Arba’

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Kemudian beliau mengatakan:

‫والدليل قوله تعالى‬:


‫ين آ َمنُوا َأ ْنفِقُوا ِم َّما َر َز ْقنَا ُك ْم ِم ْن قَب ِْل َأ ْن يَْأتِ َي يَ ْو ٌم اَل بَ ْي ٌع فِي ِه َواَل ُخلَّةٌ َواَل‬
َ ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذ‬
‫ون‬َ ‫ُون هُ ُم الظَّالِ ُم‬َ ‫َشفَا َعةٌ ۗ َو ْال َكافِر‬
Dan dalilnya adalah firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla, dalil apa?

● Dalil bahwasanya dihari Kiamat ada syafa’at yang tidak bermanfaat, ada syafa’at yang
diingkari, Allāh berfirman yang artinya

” Wahai orang-orang yang beriman (wahai orang-orang yang beriman yang mengaku
beriman kepada Allāh, kepada Rasul-Nya, kepada Hari Akhir, kepada Malaikat, kepada
takdir) wahai orang-orang yang beriman infaq kanlah dari apa yang telah kami rezeki kan
kepada kalian, infaq kanlah – bershodaqohlah dari sebagian apa yang telah Kami rezeki kan
kepada kalian, perintah dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla bagi orang-orang yang beriman
untuk berinfaq, bukan dengan seluruh hartanya tetapi dari sebagian apa yg Allāh berikan
kepada mereka,

‫ِم ْن قَب ِْل َأ ْن يَْأتِ َي يَ ْو ٌم اَل بَ ْي ٌع فِي ِه َواَل ُخلَّةٌ َواَل َشفَا َعة‬
Sebelum datang suatu hari (kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla) dimana hari tersebut tidak ada
perdagangan disana (tidak ada jual beli) demikian pula tidak ada ke kasih dan juga tidak ada
syafa’at.
Kita diperintahkan untuk berinfaq, bershodaqoh dari apa yang Allāh berikan kepada kita
sebelum datang suatu hari dimana disana tidak ada jual beli tidak ada menjual barang / tidak
ada membeli barang, [ ٌ‫ ] َواَل ُخلَّة‬dan juga tidak ada kekasih tidak bermanfaat adanya kasih
sayang disana, seorang bapak mengurus dirinya sendiri, seorang anak, mengurus dirinya
sendiri, seorang teman tidak menanyakan temannya yang lain, masing-masing
memperhatikan dirinya. [ ٌ‫ ] َواَل َشفَا َعة‬dan juga tidak ada syafa’at (kata Allāh Subhānahu wa
Ta’āla), Allāh mengatakan ٌ‫ َواَل َشفَا َعة‬tidak ada syafa’at dihari kiamat, disini Allāh mengingkari
adanya Syafa’at dihari kiamat, apa yang diingkari?

● Syafa’at yang diminta dari selain Allāh.

Tadi kita sebutkan, bahwasanya syafa’at dihari kiamat ada, tetapi disini Allāh mengatakan –
ٌ‫ – وال َشفَا َعة‬apa yang dimaksud ?

⇒ Yang dimaksud adalah syafa’at yang diminta dari selain Allāh, contohnya seperti yang
dilakukan oleh orang-orang musyrikin.

Ini yang diingkari oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

َ ‫ُون هُ ُم الظَّالِ ُم‬


‫ون‬ َ ‫َو ْال َكافِر‬
” Dan Orang-orang yang kafir, merekalah orang-orang yang Dzolim ” [Surat Al-Baqarah
254]

Ini Adalah termasuk ayat yang menunjukkan bahwasanya di Hari kiamat ada syafa’at yang
diingkari dan tidak bermanfaat
Halaqah 17 – Qa’idah Yang Kedua Bagian
6

HSI AbdullahRoy

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

Silsilah Qawa’idul Arba’

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Dan Ayat yang lain, contohnya adalah firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla :

َ ‫فَ َما تَنفَ ُعهُ ْم َشفَا َعةُ ال َّشافِ ِع‬


‫ين‬
“Maka tidak akan bermanfaat pada hari itu syafa’at orang-orang yang memberikan syafa’at ”
[al Muddatsir : 48].

Siapa mereka?

⇒Mereka adalah orang-orang yang didunia nya meminta syafa’at kepada selain Allāh.

Maka syafa’at di Hari kiamat saat itu bagi mereka adalah syafa’at yang diingkari. Tidak ada
syafa’at bagi mereka.

Di dalam ayat yang lain Allāh Subhānahu wa Ta’āla menerangkan tentang bagaimana
keadaan orang-orang yang dahulu di dunia mencari syafa’at dari selain Allāh dan bagaimana
akhir nasib mereka di hari kiamat.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

ِ ‫َولَقَ ْد ِجْئتُ ُمونَا فُ َرا َد ٰى َك َما َخلَ ْقنَا ُك ْم َأ َّو َل َم َّر ٍة َوتَ َر ْكتُ ْم َما َخ َّو ْلنَا ُك ْم َو َرا َء ظُه‬
‫ُور ُك ْم ۖ َو َما‬
َ ‫ين َز َع ْمتُ ْم َأنَّهُ ْم فِي ُك ْم ُش َر َكا ُء ۚ لَقَ ْد تَقَطَّ َع بَ ْينَ ُك ْم َو‬
‫ض َّل َع ْن ُك ْم َما‬ َ ‫نَ َر ٰى َم َع ُك ْم ُشفَ َعا َء ُك ُم الَّ ِذ‬
َ ‫ُك ْنتُ ْم تَ ْز ُع ُم‬
‫ون‬
[Surat Al-An’am 94]
‫َولَقَ ْد ِجْئتُ ُمونَا فُ َرا َد ٰى‬
“dan sungguh kalian (sekarang) telah datang kepada Kami dalam keadaan sendiri²”

✓ Yaitu pada hari kiamat

‫َك َما َخلَ ْقنَا ُك ْم َأ َّو َل َم َّر ٍة‬


“sebagaimana Kami telah menciptakan kalian pada saat pertama kali ”

✓Ketika mereka pertama lahir, datang dalam keadaan sendiri

ِ ‫َوتَ َر ْكتُ ْم َما َخ َّو ْلنَا ُك ْم َو َرا َء ظُه‬


‫ُور ُكم‬
” dan kalian telah meninggalkan dunia yang dahulu Kami berikan kepada kalian dibelakang
kalian, kalian tinggalkan harta kalian kemudian kalian datang pada hari ini dalam keadaan
sendiri sendiri ”

‫َو َما نَ َر ٰى َم َع ُك ْم ُشفَ َعا َء ُك ُم‬


” dan Kami tidak melihat bersama kalian orang-orang / makhluk ² yang akan memberikan
syafa’at bagi kalian ”

‫ين َز َع ْمتُ ْم َأنَّهُ ْم فِي ُك ْم ُش َر َكا ُء‬


َ ‫الَّ ِذ‬
” Syufaa² yang kalian menyangka bahwasanya mereka adalah ‫( ُش َر َكا ُء‬sekutu²) bagi kalian ”

Allāh mengatakan :

‫َو َما نَ َر ٰى َم َع ُكم‬


” Kami tidak melihat mereka (bersama kalian) ”

Mana makhluk² sesembahan² yang dahulu kalian anggap mereka adalah orang-orang yang
akan memberikan syafa’at bagi kalian di sisi Kami (yaitu disisi Allāh Subhānahu wa Ta’āla).

‫لَقَ ْد تَقَطَّ َع بَ ْينَ ُك ْم‬


” dan sungguh telah terputus diantara kalian ”

✓ Sekarang tidak ada hubungan antara kalian dengan mereka. Kalian adalah makhluk
mereka adalah makhluk dan masing-masing dari kalian akan mempertanggung jawabkan
amalan nya disisi Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Terputus antara diri kalian dengan orang-orang tersebut.


َ ‫ض َّل َع ْن ُك ْم َما ُك ْنتُ ْم تَ ْز ُع ُم‬
‫ون‬ َ ‫َو‬
“dan telah tersesat /telah hilang dari kalian apa yang dahulunya kalian sangka”

Ini Adalah nasib di hari kiamat bagi orang-orang yang didunianya mencari syafa’at bukan
dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan tetapi dari selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

⇒Inilah yang diingkari oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla, jadi beliau rahimahullah
menerangkan tentang Qoidah² ini bukan berarti beliau mengingkari syafa’at secara
keseluruhan dihari kiamat. Beliau ingin menerangkan disana ada syafa’at yang diingkari oleh
Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan disana ada syafa’at yang ditetapkan oleh Allāh Subhānahu
wa Ta’āla.

Ini Adalah ilmu yang sangat penting yang hendaknya diketahui oleh seorang muslim, karena
apa yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin ternyata itu bukan hilang begitu saja dan
masih diperaktekan oleh sebagian manusia setelah mereka, sebagian meminta syafa’at kepada
selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla, meminta kedekatan kepada Allāh dengan cara
menyembah kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Meskipun namanya berbeda dengan
yang disembah oleh orang-orang musyrikin, mereka meminta syafa’at kepada orang yang
shaleh yang sudah meninggal dunia berharap kepada mereka, berdoa kepada mereka dan
ketika ditanya mengatakan bahwasanya mereka adalah orang-orang yang akan memberikan
syafa’at kepada kami disisi Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Dan ini adalah sesuatu yang perlu
diluruskan & apa yang dilakukan ini sama persis dengan apa yang dilakukan dengan orang-
orang musyrikin quraisy di zaman Rasulullãh ‫ﷺ‬.
Halaqah 18 – Qa’idah Yang Kedua Bagian
7

HSI AbdullahRoy

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

Silsilah Qawa’idul Arba’

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Perlu diketahui bahwasanya Latta, salah satu sesembahan orang-orang quraisy ini dahulunya
adalah orang yang shaleh dan diantara amalannya dahulu sering apabila datang musim haji
memberi makan kepada para jamaah haji, setelah ia meninggal dunia karena dia adalah orang
yang shaleh, oleh orang-orang quraisy disembah dan diminta syafa’atnya disisi Allāh
Subhānahu wa Ta’āla.

Demikian pula apa yang diceritakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla didalam surat Nuh.

Bagaimana kesyirikan pertama kali terjadi di permukaan bumi siapa yang disembah oleh
orang-orang yang disembah orang-orang / kaum Nabi Nuh alaihi salam, yang disembah tidak
lain kecuali orang-orang yang shaleh

‫ق َونَ ْسرًا‬ َ ‫َوقَالُوا اَل تَ َذر َُّن آلِهَتَ ُك ْم َواَل تَ َذر َُّن َو ًّدا َواَل س َُواعًا َواَل يَ ُغ‬
َ ‫وث َويَعُو‬
‫ضلُّوا َكثِيرًا‬ َ ‫ۖ وقَ ْد َأ‬
َ
“mereka (kaumnya Nabi Nuh alaihi wa sallam) berkata janganlah kalian meninggalkan
sesembahan² kalian, ketika Nabi Nuh alaihi wa sallam mengajak mereka untuk bertauhid
menyembah kepada Allāh semata, mereka mengatakan janganlah kalian tinggalkan
sesembahan² kalian bersabarlah jangan mengikuti dakwah Nabi Nuh saling berwasiat untuk
berpegang teguh kebatilan ”
[QS Nuh 23]

Mereka menyebutkan lima nama

⑴ wad – ‫َودا‬
⑵ suwaa’ – ‫س َُواعًا‬
⑶ yaghuuts – ‫وث‬ َ ‫يَ ُغ‬
⑷ Ya’uuq ‫ق‬َ ‫يَعُو‬
⑸ nasran – ‫َونَ ْسرًا‬

Ini Adalah lima nama orang-orang yang shaleh yang ada di zaman Nabi Nuh alaihi wa
sallam, sebagaimana dikabarkan oleh Abdullah bin Abbas (anak dari paman Rasulullãh ‫)ﷺ‬
beliau adalah mufasir nya para sahabat radiallahu antum, beliau. mengatakan ketika
menafsirkan ayat ini

«‫هذه أسماء رجال صالحين من قوم نوح فلما هلكوا أوحى الشيطان إلى قومهم أن‬
،‫ ففعلوا‬،‫انصبوا إلى مجالسهم التي كانوا يجلسون فيها أنصابا ً وسموها بأسمائهم‬
‫ حتى إذا هلك أولئك ونُسي العلم ُعبدت‬،‫»ولم تُعبد‬
‫هذه أسماء رجال صالحين من قوم نوح‬
Ini Adalah nama nama dari orang-orang yang shaleh yang ada di zaman Nabi Nuh alaihi
salam.

‫فلما هلكوا أوحى الشيطان إلى قومهم أن انصبوا إلى مجالسهم التي كانوا يجلسون‬
‫فيها أنصابا ً وسموها بأسمائهم‬
“ketika mereka (orang-orang shaleh) tersebut meninggal dunia datanglah syaitan kepada
kaum Nabi Nuh alaihi wa sallam dan mewahyukan mereka (apa yang mereka wahyukan?)
supaya kalian membuat gambar² – patung² yang merupakan simbol bagi mereka & di pasang
patung² tersebut di majelis² kalian kemudian kalian namai patung² tersebut dengan nama²
mereka”

َ ‫يَ ُغ‬, Ya’uuq ‫ق‬


Ini Adalah patung suwaa’ – ‫ ُس َوا ًع‬, yaghuuts – ‫وث‬ َ ‫ & يَعُو‬patung nasran – ‫ونَ ْسرًا‬.
َ

⇒ Tujuan Ketika suatu saat mereka lemah di dalam beribadah, malas didalam beribadah
kemudian mereka melihat patung² tersebut & ingat tentang giat nya orang-orang shaleh
tersebut didalam beribadah maka ini diharapkan bisa menambah semangat untuk beribadah
kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Ini Adalah termasuk langkah syaitan menyesatkan manusia.

Kemudian beliau mengatakan

‫ولم تُعيد‬
Tetapi saat itu belum saat itu belum disembah

‫فلم هلك أولئك ونُسي العلم ُعبدت‬


“ketika generasi tersebut meninggal dunia, kemudian ilmu dilupakan maka setelah itu baru
sesembahan tersebut disembah ”
Ketika generasi tersebut meninggal dunia semuanya datang syaitan & mengatakan
bahwasanya bapak-bapak kalian dahulu membuat patung² ini adalah untuk disembah di
mintai syafa’at setelah itu ( ‫ )عُبدت‬disembahlah patung² tersebut.

Ini dilakukan oleh kaumnya Nabi Nuh alaihi wa sallam bukan orang-orang quraisy,
sebagaimana yang disampaikan oleh para ulama orang-orang musyrikin membuat patung²
tersebut baik dari kayu maupun dari batu bukanlah tujuannya untuk menyembah batu tersebut
atau kayu tersebut, tapi kayu & batu tersebut adalah simbol dari apa yang mereka sembah.
Seperti yang dilakukan oleh orang-orang Nasrani yang mereka membuat atau menyembah
salib. Membuat Salib mereka menyembahnya ini adalah simbol dari Nabi Isa alaihi wa sallam
yang menurut keyakinan mereka adalah mati dalam keadaan di salib, mereka sebenarnya
adalah menyembah Nabi Isa alaihi wa sallam adapun salib yang mereka sembah itu adalah
hanya sekedar simbol. Demikian pula yang dilakukan oleh orang-orang musyrikin quraisy
patung yang mereka buat itu adalah sekedar simbol dari sesuatu yang mereka sembah.
Mereka juga menyembah orang-orang shaleh sebagaimana kaum Nabi Nuh alaihi wa sallam,
mereka juga menyembah orang-orang shaleh yang sudah meninggal dunia.

Oleh karena itu hal ini perlu diwaspadai karena apa yang dilakukan oleh orang-orang quraisy
bukan berarti sudah mati & tidak ada tetapi masih dilakukan oleh sebagian manusia.
Halaqah 19 – Qa’idah Yang Kedua Bagian
8

HSI AbdullahRoy

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

Silsilah Qawa’idul Arba’

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Kemudian beliau mengatakan :

‫ وال ّشافع ُم ْك َر ٌم بالشفاعة‬،‫ التي تُطلب من هللا‬:‫والشفاعة المثبَتة هي‬


Adapun syafa’at yang ada, yang ditetapkan yang akan bermanfaat di hari kiamat adalah
syafa’at yang diminta dari Allāh.

Seseorang di dunia mengatakan :

✓ “Ya Allāh aku meminta syafa’at para Malaikat dihari kiamat ”

Atau mengatakan :

✓ “Ya Allāh aku meminta syafa’at Nabi Muhammad dihari kiamat ”

Berarti dia telah meminta syafa’at dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Berbeda dengan sebagian yang dia datang misalnya kesebuah kuburan wali misalnya atau
seorang Nabi, dia mengatakan :

⇒ ” Wahai Nabi aku meminta syafa’atmu di hari kiamat ”

Atau mengatakan:

⇒ ” Berilah aku syafa’at mu pada hari kiamat ”


Lain antara yang pertama tadi atau dengan yang kedua.

Yang pertama memohon kepada Allāh [Ya Allāh aku meminta syafa’at Nabi mu pada hari
kiamat]. Adapun yang kedua dia mengatakan [Wahai Nabi aku meminta syafa’at mu pada
hari kiamat].

Yang pertama meminta kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan ini adalah cara yang benar &
ini syafa’at yang bermanfaat di hari kiamat.

Oleh karena itu Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengatakan :

‫ۖ قُلْ هَّلِل ِ ال َّشفَا َعةُ َج ِميعًا‬


“Katakanlah wahai Muhammad, bahwasanya syafa’at semuanya adalah milik Allāh”[Surat
Az-Zumar 44]

Apabila syafa’at semuanya adalah milik Allāh, maka seseorang tidak meminta syafa’at
tersebut kecuali kepada yang memiliki yaitu adalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Adapun
selain Allāh siapapun dia maka dia tidak memiliki

َ ‫َوالَّ ِذ‬
‫ين تَ َخ ُد ِم ْن ُدنِ ِه ال ُّشفَ َعة‬
َ ‫ون هَّللا ِ ُشفَ َعا َء ۚ قُلْ َأ َولَ ْو َكانُوا اَل يَ ْملِ ُك‬
َ ُ‫ون َش ْيًئا َواَل يَ ْعقِل‬
‫ون‬ ِ ‫َأ ِم اتَّ َخ ُذوا ِم ْن ُد‬
[Surat Az-Zumar 43]

Apakah mereka menjadikan selain Allah sebagai pemberi syafa’at pemberi syafa’at

َ ‫قُلْ َأ َولَ ْو َكانُوا اَل يَ ْملِ ُك‬


َ ُ‫ون َش ْيًئا َواَل يَ ْعقِل‬
‫ون‬
“Katakanlah apakah kalian tetap meminta syafa’at kepada mereka, padahal mereka tidak
memiliki sesuatu dan mereka tidak berakal ”

Kita meminta syafa’at dari Dzat yang memiliki

‫ۖ قُلْ هَّلِل ِ ال َّشفَا َعةُ َج ِميعًا‬


” Katakanlah bahwasanya syafa’at semuanya milik Allāh Subhānahu wa Ta’āla”

Maka inilah syafa’at yang akan bermanfaat dihari kiamat. Orang yang di dunia meminta
syafa’at nya kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Kemudian beliau mengatakan :

‫وال ّشافع ُم ْك َر ٌم بالشفاعة‬


Dan orang yang memberikan syafa’at di hari kiamat, berarti dia telah diutamakan / di mulia
kan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan syafa’at tersebut.
Allāh Subhānahu wa Ta’āla di hari kiamat mampu untuk mengeluarkan seseorang yang
berdosa dari Neraka dan dimasukkan ke dalam Surga,

✓ Tanpa adanya orang yang memberikan syafa’at.


✓ Tanpa adanya Malaikat yang memberikan syafa’at.
✓ atau Nabi yang memberikan syafa’at atau orang yang shaleh memberikan syafa’at.

Namun kenapa Allāh Subhānahu wa Ta’āla menjadikan di hari kiamat adanya syafa’at, disini
beliau mengatakan

‫وال ّشافع ُم ْك َر ٌم بالشفاعة‬


Karena tujuannya adalah untuk memuliakan orang yang memberikan syafa’at tersebut, ingin
menunjukkan kemuliaan dia disisi Allāh dihadapan makhluk-Nya.

Bagaimana keutamaan para Nabi, kemuliaan Rasulullãh ‫ﷺ‬, kemuliaan orang-orang yang
beriman. Allāh ingin menunjukkan keutamaan mereka & kemuliaan mereka disisi makhluk-
Nya.
Halaqah 20 – Qa’idah Yang Kedua Bagian
9

HSI AbdullahRoy

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

Silsilah Qawa’idul Arba’

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Kemudian beliau mengatakan :

‫ ( َم ْن َذا الَّ ِذي‬:‫رضي هللاُ قوله وعمله بعد اإلذن كما قال تعالى‬
َ ‫ من‬:‫والمشفوع له‬
]255:‫يَ ْشفَ ُع ِع ْن َدهُ ِإاَّل بِِإ ْذنِ ِه)[البقرة‬
Siapakah yang berhak untuk mendapatkan syafa’at di hari kiamat, mereka adalah (kata
beliau) :

‫رضي هللاُ قوله وعمله‬


َ ‫من‬
“orang yang Allāh ridhoi amalannya & juga ucapannya”

✓ Inilah orang yang mendapatkan syafa’at di hari kiamat, adapun orang yang tidak Allāh
ridhoi ucapannya yang tidak Allāh ridhoi amalannya, maka Allāh tidak akan mengizinkan
siapapun untuk memberikan syafa’at kepada dirinya.

Allāh Subhānahu wa Ta’āla meridhoi dari kita Tauhid & Allāh tidak ridho kesyirikan, artinya
orang yang akan mendapatkan syafa’at di hari kiamat adalah orang yang berTauhid yang
meng-Esa-kan Allāh Subhānahu wa Ta’āla dalam ibadahnya tidak menyerahkan ibadah
sedikitpun kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Inilah orang yang akan mendapatkan ridho Allāh & mereka lah yang berhak untuk
mendapatkan syafa’at.
Suatu hari Rasulullãh ‫ ﷺ‬pernah di tanya oleh Abu Hurairah radiallahu anhu, bertanya kepada
Rasulullãh ‫ ﷺ‬tentang siapa yang paling bahagia mendapatkan syafa’at dari Rasulullãh ‫ﷺ‬
dihari kiamat.

Abu Hurairah berkata :

‫ك يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة قَا َل‬ ِ َّ‫ُول هَّللا ِ َم ْن َأ ْس َع ُد الن‬


َ ِ‫اس بِ َشفَا َعت‬ َ ‫ال قِي َل يَا َرس‬ َ َ‫َع ْن َأبِي هُ َري َْرةَ َأنَّهُ ق‬
َ‫اس بِ َشفَا َعتِي يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة َم ْن قَا َل اَل ِإلَه‬ِ َّ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم … َأ ْس َع ُد الن‬ َ ِ ‫َرسُو ُل هَّللا‬
‫ِإاَّل هَّللا ُ َخالِصًا ِم ْن قَ ْلبِ ِه َأ ْو نَ ْف ِس ِه‬
[HR Bukhari, no.99].

‫ك يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة‬ ِ َّ‫ُول هَّللا ِ َم ْن َأ ْس َع ُد الن‬


َ ِ‫اس ِب َشفَا َعت‬ َ َ‫َع ْن َأبِي هُ َري َْرةَ َأنَّهُ ق‬
َ ‫ال قِي َل يَا َرس‬
“Ya Rasulullãh siapa orang yang paling berbahagia dengan syafa’at mu (yaitu pada hari
kiamat) ”

Maka Rasulullãh ‫ ﷺ‬mengatakan :

‫َم ْن قَا َل اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ َخالِصًا ِم ْن قَ ْلبِ ِه َأ ْو نَ ْف ِس ِه‬


” Barangsiapa yang mengatakan – ُ ‫ – اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا‬ikhlas dari hatinya ”

Orang yang yang mengatakan – ُ ‫ – اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا‬berarti dia telah ber ikrar

” Tidak ada sesembahan yang berhak disembah kecuali Allāh ”

dan diamalkan di dalam kehidupan dia. – ‫ – خَ الِصًا ِم ْن قَ ْلبِ ِه‬ikhlas dari hati nya. Bukan karena
dipaksa bukan karena sebagai orang yang munafik yang hanya mengucapkan – ُ ‫– اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا‬
dilisannya bukan dengan hati nya. Dia mengucapkan – ُ ‫ – اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا‬ikhlas dari hati nya dan
diamalkan dikehidupan dia sehari-hari, tidak berdoa kecuali kepada Allāh, tidak
menyembelih kecuali hanya untuk Allāh, tidak bernadzar kecuali untuk Allāh, tidak
beristighosah, istiadah, beristianah kecuali hanya kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan
seluruh ibadah, satupun ibadah tidak ada yang diserahkan kepada selain Allāh Subhānahu wa
Ta’āla

Inilah orang yang akan berbahagia dengan syafa’at nya Rasulullãh ‫ﷺ‬.

Dalam hadits yang lain beliau ‫ ﷺ‬mengatakan :

‫ت َد ْع َوتِي يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة‬ ُ ‫اختَبَْأ‬


ْ ‫لِ ُكلِّ نَبِ ٍّي َد ْع َوةٌ ُم ْستَ َجابَةٌ فَتَ َعج ََّل ُكلُّ نَبِ ٍّي َد ْع َوتَهُ َوِإنِّي‬
‫ت َد ْع َوتِي َشفَا َعةً ُأِل َّمتِي يَ ْو َم ْالقِيَا َم ِة‬ُ ‫اختَبَْأ‬
ْ ‫َشفَا َعةً ُأِل َّمتِي َوِإنِّي‬
“sesungguhnya setiap Nabi memiliki Dakwah yang mustajab /memiliki doa yang mustajab
(dikabulkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla) & masing-masing dari Nabi telah
menyegerakan dari doa nya (yaitu di dunia, mereka sudah menyegerakan doanya didunia ini),
dan sesungguhnya aku telah menyembunyikan doa ku / mengakhirkan doa ku pada hari
kiamat sebagai syafa’at dariku untuk umatku “.

Ini doa mustajab dari beliau miliki, yang Allāh karuniakan kepada beliau beliau simpan dan
ditunda sampai hari kiamat dengan maksud sebagai syafa’at bagi umat nya pada hari kiamat.

Kemudian beliau mengatakan :

ُ ‫ات ِم ْن ُأ َّمتِي اَل يُ ْش ِر‬


‫ك بِاهَّلل ِ َش ْيًئا‬ َ ‫َو ِه َي نَاِئلَةٌ ِإ ْن َشا َء هَّللا ُ َم ْن َم‬
“dan syafa’at ini (syafa’at ku) akan di terima insyaAllah oleh setiap yang meninggal diantara
umatku yang dia meninggal tanpa menyekutukan Allāh sedikit pun”

Menunjukkan bahwasanya orang ya


ng berhak untuk mendapatkan syafa’at Rasulullãh ‫ﷺ‬, dan juga syafa’at para Malaikat & juga
syafa’at yang lain adalah orang yang tidak menyekutukan Allāh, orang yang di ridhoi Allāh
Subhānahu wa Ta’āla.

Beliau mengatakan :
“Setelah diizinkan Allāh Subhānahu wa Ta’āla”.

Para Nabi, para Malaikat, para syuhada, orang-orang yang beriman mereka tidak akan bisa
memberikan syafa’at kepada orang lain kecuali setelah di izinkan oleh Allāh Subhānahu wa
Ta’āla.

Jika Allāh mengizinkan maka mereka memberikan syafa’at, tapi jika Allāh tidak
mengizinkan, maka mereka tidak bisa memberikan syafa’at. Tidak mungkin mereka bisa
memberikan syafa’at kecuali setelah di izinkan & dibolehkan oleh Allāh Subhānahu wa
Ta’āla.

Sebagaimana kata beliau :

‫ كم قال هللا تعالى‬:


( ‫[) َم ْن َذا الَّ ِذي يَ ْشفَ ُع ِع ْن َدهُ ِإاَّل بِِإ ْذنِ ِه‬255:‫]البقرة‬
“dan tidak ada yang memberikan syafa’at disisi Nya (yaitu disisi Allāh), kecuali dengan izin
dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla”.

Menunjukkan bahwasanya syafa’at dihari kiamat berbeda dengan syafa’at di dunia. Di Hari
kiamat seorang Nabi tidak mungkin memberikan syafa’at kecuali setelah diizinkan oleh Allāh
Subhānahu wa Ta’āla.

‫ت اَل تُ ْغنِي َشفَا َعتُهُ ْم َش ْيًئا ِإاَّل ِم ْن بَ ْع ِد َأ ْن يَْأ َذ َن هَّللا ُ لِ َم ْن يَ َشا ُء‬ ٍ َ‫َو َك ْم ِم ْن َمل‬
ِ ‫ك فِي ال َّس َما َوا‬
َ ْ‫َويَر‬
‫ض ٰى‬
“berapa banyak Malaikat di langit yang tidak akan bermanfaat syafa’at mereka disisi Allāh – ‫ِإ‬
‫ – اَّل ِم ْن بَ ْع ِد َأ ْن يَْأ َذنَ هَّللا ُ لِ َم ْن يَ َشا ُء‬kecuali setelah diizinkan orang Allāh Subhānahu wa Ta’āla ”[Surat
An-Najm 26]

Menunjukkan bahwasanya Malaikat pun tidak bisa memberikan syafa’at kecuali setelah
diizinkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Oleh karena itu sekali lagi seorang muslim apabila ingin mendapatkan syafa’at di hari kiamat
maka hendaklah ia meminta kepada Allāh, Dzat akan mengiizinkan syafa’at tersebut. Dan
Dialah yang memiliki syafa’at tersebut.

Hendaklah dia menghindari cara mendapatkan syafa’at yang tidak dibenarkan dan ini adalah
cara orang-orang musyrikin yang ada di zaman Rasulullãh ‫ﷺ‬, demikian pula cara yang
dilakukan oleh orang-orang musyrikin di zaman Nabi Nuh alaihi wa sallam, yaitu mereka
mencari syafa’at dengan cara meminta kepada selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla
Halaqah 21 – Qa’idah Yang Ketiga Bagian
1

HSI AbdullahRoy

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

Silsilah Qawa’idul Arba’

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Beliau berkata :

ٍ ‫أن النبي – صلى هللا عليه وسلم – ظهر على ُأنا‬


‫س متفرّقين في‬ ّ :‫القاعدة الثالثة‬
‫عباداتهم‬
Kaidah yang ketiga :

“Bahwasanya Nabi ‫ ﷺ‬muncul & di utus oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla ditengah² manusia
yang mereka berbeda² didalam ibadah nya”
artinya bukan satu, bukan satu sesembahan.

Beliau mengatakan :

‫منهم َمن يعبد الشمس والقمر‬،


Diantara orang-orang musyrikin ada yg menyembah Matahari & juga Bulan.

Ada sebagian manusia di zaman beliau yg menyembah Matahari & juga Bulan

‫ومنهم َمن يعبُد المالئكة‬،


Dan diantara mereka ada yang menyembah Malaikat

‫ومنهم من يعبد األنبياء والصالحين‬،


Dan diantara mereka ada yang menyembah para Nabi & juga orang-orang shaleh

‫ومنهم من يعبد األحجار واألشجار‬،


Dan diantara mereka ada yang menyembah pohon-pohonan demikian juga batu-batuan.

Ini Adalah semuanya termasuk orang-orang musyrikin, menyembah kepada selain Allāh
namun apa yang disembah selain Allāh tersebut adalah sesuatu yang berbeda-beda, ada
diantara mereka

⇒ Yang menyembah Matahari


⇒ Ada yang menyembah Bulan
⇒ Ada yang menyembah Nabi
⇒ Ada yang menyembah orang yang shaleh
⇒Ada yang menyembah pohon
⇒ Ada yang menyembah batu.

Beliau ‫ ﷺ‬diutus oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla ditengah-tengah manusia yang berbeda
didalam ibadahnya.

Kemudian beliau mengatakan :

‫وقاتلهم رسول هللا – صلى هللا عليه وسلم‬


“Kemudian Rasulullãh ‫ ﷺ‬memerangi mereka”

‫ولم يفرِّق بينهم‬


“Dan Beliau ‫ ﷺ‬tidak membedakan diantara mereka”

Beliau ‫ ﷺ‬ketika diutus oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla kepada orang-orang musyrikin
tersebut mengajak mereka bertauhid meng-Esa-kan Allāh Subhānahu wa Ta’āla dan beliau
memerangi mereka semuanya tidak membedakan dengan yang lain. Bahkan diperintahkan
oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla untuk memerangi semua orang-orang yang musyrikin
dengan berbagai jenisnya.

Dalilnya beliau mengatakan

]39/‫ِّين ُكلُّهُ هَّلِل ِ [األنفال‬ َ ‫ َوقَاتِلُوهُ ْم َحتَّى اَل تَ ُك‬:‫والدليل قوله تعالى‬
َ ‫ون فِ ْتنَةٌ َويَ ُك‬
ُ ‫ون الد‬
“Dan perangilah mereka (perangilah orang-orang musyrikin) sampai kapan?”

ٌ‫ون فِ ْتنَة‬
َ ‫َحتَّى اَل تَ ُك‬
“sehingga tidak terjadi Fitnah dipermukaan bumi ini ”

Yang dimaksud dengan fitnah disini adalah kesyirikan.


Perangilah mereka sampai tidak terjadi kesyirikan dipermukaan bumi ini.

ِ ‫ِّين ُكلُّهُ هَّلِل‬ َ ‫َويَ ُك‬


ُ ‫ون الد‬
” Dan sehingga agama ini semuanya hanyalah untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla”

Perintah dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla kepada Rasulullãh ‫ & ﷺ‬juga para shahabat
radiallahu anhum untuk memerangi orang-orang musyrikin yang mereka menyekutukan
Allāh Subhānahu wa Ta’āla dengan maksud supaya tidak terjadi terjadi fitnah dibumi ini.
Tidak terjadi kesyirikan dibumi ini. Sehingga Agama ini semuanya hanyalah untuk Allāh
Subhānahu wa Ta’āla.

Allāh memerintahkan untuk memerangi mereka semua tanpa membedakan antara satu
dengan yang lain.
Halaqah 22 – Qa’idah Yang Ketiga Bagian
2

HSI AbdullahRoy

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

Silsilah Qawa’idul Arba’

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Beliau mengatakan :

‫ودليل الشمس والقمر‬


“dalil bahwasanya di zaman Nabi shallallahu alaihi wa salam ada yg menyembah Matahari &
Bulan ”

‫ قوله تعالى‬:
Adalah firman Allāh Subhānahu wa Ta’āla

ِ ‫س َواَل لِ ْلقَ َم ِر َوا ْس ُج ُدوا هَّلِل‬


ِ ‫َو ِم ْن َآيَاتِ ِه اللَّ ْي ُل َوالنَّهَا ُر َوال َّش ْمسُ َو ْالقَ َم ُر اَل تَ ْس ُج ُدوا لِل َّش ْم‬
]37/‫) [فصلت‬37( ‫ون‬ َ ‫الَّ ِذي َخلَقَه َُّن ِإ ْن ُك ْنتُ ْم ِإيَّاهُ تَ ْعبُ ُد‬،
Dalil yang menunjukkan bahwasanya di zaman Nabi ‫ ﷺ‬ada yang menyembah Matahari &
Bulan adalah firman Allāh yang artinya :

“Dan diantara ayat² Allāh yang menunjukkan kekuatan Allāh Subhānahu wa Ta’āla adalah –
‫ – اللَّ ْي ُل َوالنَّهَا ُر َوال َّش ْمسُ َو ْالقَ َم ُر‬malam & siang & Matahari & Bulan, ini adalah termasuk tanda²
kekuasaan Allāh, menunjukkan tentang kekuasaan Allāh Subhānahu wa Ta’āla, yang
menjadikan malam, yang menjadikan siang, tidak ada yang menjadikan itu semua kecuali
Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Tidak ada selain Allāh yang bisa merubah malam menjadi siang atau atau merubah siang
menjadi malam
‫َوال َّش ْمسُ َو ْالقَ َم ُر‬
Demikian pula termasuk Matahari & juga Bulan.

Ini termasuk tanda-tanda kekuasaan Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Kemudian Allāh mengatakan :

‫س َواَل لِ ْلقَ َم ِر‬


ِ ‫اَل تَ ْس ُج ُدوا لِل َّش ْم‬
” Janganlah kalian bersujud kepada Matahari & juga Bulan”

Karena Matahari & Bulan adalah termasuk makhluk, dan dia adalah termasuk tanda-tanda
kekuasaan Allāh.

Allāh mengatakan :

‫اَل تَ ْس ُج ُدوا‬
“Janganlah kalian bersujud ” Kepada Matahari & bulan.

Larangan Allāh supaya manusia jangan bersujud kepada Matahari & Bulan menunjukkan
bahwasanya pada saat itu ada diantara orang-orang musyrikin yang menyembah Matahari &
juga Bulan.

Oleh karena itu Allāh melarang mengatakan» ‫اَل تَ ْس ُجدُوا‬, “janganlah kalian bersujud”.
Menunjukkan bahwasanya pada saat itu ada diantara manusia yang ada di zaman Nabi ‫ﷺ‬
menyembah kepada Matahari & juga menyembah kepada Bulan.

Di dalam Al-Qurān beberapa kisah yang menunjukkan memang bahwasanya disana ada
sebagian manusia yang menyembah Matahari & Bulan, seperti Ratu Saba'(yang di dakwah-i
Nabi Sulaiman) di zaman sekarang masih ada yang menyembah Matahari. Menunjukkan
bahwasanya Nabi ‫ ﷺ‬ketika beliau diutus bukan hanya memerangi orang-orang yang
menyembah berhala, yang menyembah patung tapi beliau juga diutus untuk memerangi
semua orang-orang musyrikin dengan berbagai jenis peribadatan mereka, termasuk
diantaranya yang menyembah Matahari maupun Bulan.

َ ‫َوا ْس ُج ُدوا هَّلِل ِ الَّ ِذي َخلَقَه َُّن ِإ ْن ُك ْنتُ ْم ِإيَّاهُ تَ ْعبُ ُد‬
‫ون‬
“Dan hendaklah kalian bersujud Allāh yang telah menciptakan mereka semua jika kalian
benar-benar beribadah & menyembah kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla “.

Setelah Allāh Subhānahu wa Ta’āla melarang bersujud kepada Matahari & Bulan,
bagaimanapun dia memberikan manfaat bagi manusia, bagaimanapun besarnya dimata
manusia kemudian Allāh menyuruh kita untuk bersujud kepada Allāh yang telah menciptakan
Matahari & Bulan & semua makhluk, yang menciptakan makhluk² tersebut lah yang berhak
untuk disembah.
Kemudian beliau mengatakan

‫ َويَ ْو َم يَحْ ُش ُرهُ ْم َج ِميعًا ثُ َّم يَقُو ُل لِ ْل َماَل ِئ َك ِة َأهَُؤاَل ِء ِإيَّا ُك ْم‬:‫ودليل المالئكة قوله تعالى‬
‫ون ْال ِج َّن‬
َ ‫ت َولِيُّنَا ِم ْن ُدونِ ِه ْم بَلْ َكانُوا يَ ْعبُ ُد‬ َ ‫ك َأ ْن‬
َ َ‫) قَالُوا ُسب َْحان‬40( ‫ون‬ َ ‫َكانُوا يَ ْعبُ ُد‬
]41 ،40/‫) [سبأ‬41( ‫ون‬ َ ُ‫َأ ْكثَ ُرهُ ْم بِ ِه ْم ُمْؤ ِمن‬
Dalil yang menunjukkan bahwasanya Nabi ‫ ﷺ‬orang-orang musyrikin yang menyembah
kepada para Malaikat, apa dalilnya

“pada hari ketika Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengumpulkan mereka semuanya yaitu di
padang Masyar, dikumpulkan manusia dari awal sampai akhir dikumpulkan para Jin diawal
sampai akhir & dikumpulkan para Malaikat, bahkan dikumpulkan hewan²

‫َويَ ْو َم يَحْ ُش ُرهُ ْم َج ِميعًا‬


pada hari dimana Allāh Subhānahu wa Ta’āla akan mengumpulkan

‫ثُ َّم يَقُو ُل لِ ْل َماَل ِئ َك ِة‬


Kemudian Allāh berkata kepada Malaikat :

‫َأهَُؤاَل ِء ِإيَّا ُك ْم َكانُوا يَ ْعبُ ُدون‬


(disana ada manusia baik yang mukmin, yang kafir, yang musyrik yang munafik, ada Jin & di
sana ada Malaikat) “Apakah mereka dahulu menyembah kalian”

Allāh berkata kepada Malaikat yang sebagian manusia telah menyembah mereka (kepada
para Malaikat), apakah mereka dahulu menyembah kalian wahai para Malaikat? Pertanyaan
ini bahwasanya menunjukkan bahwasanya memang didunia ada diantara manusia yg
menyembah Malaikat.

Apa Jawaban Malaikat

َ ُ‫ون ْال ِج َّن َأ ْكثَ ُرهُ ْم بِ ِه ْم ُمْؤ ِمن‬


( ‫ون‬ َ ‫ك َأ ْن‬
َ ‫ت َولِيُّنَا ِم ْن ُدونِ ِه ْم بَلْ َكانُوا يَ ْعبُ ُد‬ َ َ‫قَالُوا ُسب َْحان‬
]41 ،40/‫) [سبأ‬41
Mereka menjawab “Maha Suci Engkau Ya Allāh, Engkau adalah wali Kami selain mereka,
bahkan mereka adalah menyembah para Jin, sebagian besar mereka beriman dengan Jin-Jin
tersebut”

Artinya menunjukkan kepada kita ada di antara manusia yang menyembah kepada Malaikat,
ada diantara mereka yang menyembah kepada Jin
Halaqah 23 – Qa’idah Yang Ketiga Bagian
3

HSI AbdullahRoy

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

Silsilah Qawa’idul Arba’

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
Beliau mengatakan :

Penjelasan ucapan Syeikh Muhammad At Tamiimi rahimahullaah:

‫اس اتَّ ِخ ُذونِي‬ َ ‫ت قُ ْل‬


ِ َّ‫ت لِلن‬ َ ‫ال هَّللا ُ يَا ِعي َسى اب َْن َمرْ يَ َم َأَأ ْن‬
َ َ‫ َوِإ ْذ ق‬:‫ودليل األنبياء قوله تعالى‬
‫ق‬ َ ‫ول َما لَي‬
ٍّ ‫ْس لِي بِ َح‬ َ ُ‫ون لِي َأ ْن َأق‬ ُ ‫ك َما يَ ُك‬ َ َ‫ال ُسب َْحان‬ ِ ‫َوُأ ِّم َي ِإلَهَي ِْن ِم ْن ُد‬
َ َ‫ون هَّللا ِ ق‬
]116/‫[المائدة‬
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

“Dan ketika Allāh berkata kepada Isa Ibnu Maryam, dan ini juga terjadi di padang Masyhar
Allāh akan bertanya kepada Malaikat, hamba² Allāh yang shaleh yang diagungkan yang
disembah oleh sebagian manusia & Allāh akan bertanya kepada Nabi Isa alaihi salam yang
disembah yang diagungkan oleh sebagian makhluk : “
Wahai Isa Ibn Maryam
Penjelasan ucapan Syeikh Muhammad At Tamiimi rahimahullaah:

‫ون لِي َأ ْن‬


ُ ‫ك َما يَ ُك‬ ِ ‫اس اتَّ ِخ ُذونِي َوُأ ِّم َي ِإلَهَي ِْن ِم ْن ُد‬
َ َ‫ون هَّللا ِ ق‬
َ َ‫ال ُسب َْحان‬ َ ‫ت قُ ْل‬
ِ َّ‫ت لِلن‬ َ ‫َأَأ ْن‬
]116/‫ق [المائدة‬ ٍّ ‫ْس لِي ِب َح‬َ ‫ول َما لَي‬ َ ُ‫َأق‬
” apakah engkau dahulu ketika di dunia berkata kepada mereka manusia

ِ ‫اتَّ ِخ ُذونِي َوُأ ِّم َي ِإلَهَ ْي ِن ِم ْن ُد‬


ِ ‫ون هَّللا‬
Wahai manusia jadikanlah aku & juga ibu ku sebagai Tuhan sesembahan selain Allāh ”

Apakah engkau dahulu ketika didunia pernah pernah mengajak mereka, mendorong mereka
memerintahkan mereka untuk menjadikan kamu sebagai seorang Tuhan & juga menjadikan
ibumu sebagai seorang Tuhan ?

Pertanyaan ini kelak akan ditanyakan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla kepada Nabi Isa alaihi
salam, apa jawaban beliau…

َ َ‫قَا َل ُس ْب َحان‬
‫ك‬
” Maha Suci Engkau ya Allāh ”

sebagaimana para Malaikat tadi ketika ditanya mereka juga mengatakan ” َ‫” ُس ْب َحانَك‬

Kemudian beliau mengatakan :

َ ُ‫ون لِي َأ ْن َأق‬


َ ‫ول َما لَي‬
ٍّ ‫ْس لِي بِ َح‬
‫ق‬ ُ ‫َما يَ ُك‬
” Tidak pantas bagiku / tidak boleh bagiku untuk mengatakan sesuatu yang aku tidak berhak
untuk mengatakannya”

Aku adalah seorang hamba, seorang manusia seorang makhluk, tidak pantas bagiku untuk
mengatakan kepada manusia, wahai manusia jadikanlah aku sebagai Tuhan. Artinya pada
hari itu Nabi Isa alaihi salam berlepas diri dari apa-apa yang dilakukan oleh orang-orang yang
menyembah beliau didunia, dan ini menunjukkan kepada kita bahwasanya ada diantara
manusia yang mereka menyembah para Nabi, disini diantaranya Nabi Isa alaihi salam & ini
juga diperangi Rasulullãh ‫ﷺ‬, beliau memerangi orang yang menyembah atau mengaku
menyembah nabi Isa alaihi salam, meskipun yang disembah adalah seorang nabi sekalipun,
seorang yang paling sholeh sekalipun, tapi karena dia menyembah kepada selain Allāh & ini
adalah bentuk kesyirikan maka diperangi Rasulullãh ‫ﷺ‬.

Beliau tidak mengatakan apabila menyembah seorang Nabi maka tidak masalah, akan tetapi
beliau ‫ ﷺ‬tetap memerangi mereka, meskipun mereka menyembah para Nabi & tidak
membedakan antara orang yang menyembah berhala, yang menyembah Matahari maupun
menyembah para Nabi.

Kemudian beliau mengatakan

Penjelasan ucapan Syeikh Muhammad At Tamiimi rahimahullaah:

‫ودليل الصالحين‬
Dan dalil bahwasanya disana ada orang yang menyembah orang-orang yang shaleh

َ ‫ون َك ْش‬
‫ف الضُّ ِّر َع ْن ُك ْم َواَل‬ َ ‫ قُ ِل ا ْد ُعوا الَّ ِذ‬:‫قوله تعالى‬
َ ‫ين َز َع ْمتُ ْم ِم ْن ُدونِ ِه فَاَل يَ ْملِ ُك‬
َ ‫ون ِإلَى َربِّ ِه ُم ْال َو ِسيلَةَ َأيُّهُ ْم َأ ْق َربُ َويَرْ ج‬
‫ُون‬ َ ‫ون يَ ْبتَ ُغ‬
َ ‫ين يَ ْد ُع‬ َ ‫) ُأولَِئ‬56( ‫تَحْ ِوياًل‬
َ ‫ك الَّ ِذ‬
)57( ‫ان َمحْ ُذورًا‬ َ ُ‫َرحْ َمتَهُ َويَ َخاف‬
َ ‫ون َع َذابَهُ ِإ َّن َع َذ‬
َ ‫اب َرب َِّك َك‬
[57 ،56/‫]اإلسراء‬
Allāh Subhānahu wa Ta’āla berfirman :

“Katakanlah Wahai Muhammad, berdoa lah kalian kepada orang-orang yang kalian sangka
sebagai Tuhan selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla,

َ ‫ون َك ْش‬
‫ف الضُّ رِّ َع ْن ُك ْم َواَل تَحْ ِوياًل‬ َ ‫فَاَل يَ ْملِ ُك‬
“niscaya mereka tidak mampu untuk menghilangkan kesusahan dari kalian & tidak bisa
memindahkan kesusahan tersebut kepada yang Lain ”

Ini Adalah ancaman kepada mereka, silahkan mereka berdoa kepada orang-orang yang kalian
sangka itu adalah Tuhan² selain Allāh niscaya mereka tidak akan memiliki, tidak akan
mampu untuk menghilangkan kesusahan dari kalian,

Jika Allāh Subhānahu wa Ta’āla menghendaki kesusahan bagi kalian maka tidak ada yang
bisa menghilangkan kesusahan tersebut kecuali Dia, sekalipun segala sesuatu yang disembah
selain Allāh menginginkannya tapi kalau Allāh ingin menghilangkan kesusahan tersebut
niscaya akan terjadi.

Kemudian Allāh mengatakan :

َ‫ون ِإلَى َربِّ ِه ُم ْال َو ِسيلَة‬


َ ‫ون يَ ْبتَ ُغ‬ َ ‫ُأولَِئ‬
َ ‫ك الَّ ِذ‬
َ ‫ين يَ ْد ُع‬
“mereka (orang-orang yang mereka berdoa kepadanya/ maksudnya adalah orang-orang
shaleh yang mereka beribadah kepada orang-orang shalih tersebut ) ternyata mereka juga
mencari wasilah kepada Allāh ”

Yang dimaksud wasilah didalam ayat ini adalah AlQurbah.

Kita melihat buku-buku atau kamus² bahasa arab & kita mencari makna Al-wasilah kita akan
mendapatkan bahwa maknanya adalah Al-Qurbah.

Allāh mengabarkan didalam ayat ini bahwasanya orang-orang shaleh tersebut yang di agung-
agungkan & di sembah oleh orang-orang musyrikin ternyata mereka

َ‫ون ِإلَى َربِّ ِه ُم ْال َو ِسيلَة‬


َ ‫يَ ْبتَ ُغ‬
“merekapun sendiri berusaha untuk mencari wasilah kepada Allāh”

Mereka sendiri ingin mencari kedekatan kepada Allāh

ُ‫َأيُّهُ ْم َأ ْق َرب‬
Siapa diantara mereka yang akan lebih dekat kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.
Orang-orang yang menyembah mereka menyangka apabila menyembah orang-orang shalih
tersebut maka orang-orang shalih tersebut maka orang-orang shalih tersebut akan
mendekatkan diri mereka kepada Allāh.

Padahal Di sini Allāh menyebutkan mereka sendiri (orang-orang shalih) sebenarnya juga
mencari kedekatan kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla. Siapa diantara mereka yang lebih
dekat kepada Allāh

َ ُ‫ُون َرحْ َمتَهُ َويَ َخاف‬


ُ‫ون َع َذابَه‬ َ ‫َويَرْ ج‬
“Dan mereka mengharap rahmat dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla & takut dari azab Allāh
Subhānahu wa Ta’āla ”

Mereka sendiri juga keadaannya demikian, dalam keadaan mengharap kepada Allāh
Subhānahu wa Ta’āla. Mengatakan :

‫ان َمحْ ُذورًا‬ َ ‫ِإ َّن َع َذ‬


َ ‫اب َرب َِّك َك‬
” Dan sesungguhnya adzab Rabb mu adalah sesuatu yang harus diwaspadai ”

Ayat ini juga menunjukkan bahwasanya ada yg diantara orang-orang musyrikin yang mereka
mengagung-agungkan orang-orang yang shaleh. Padahal orang-orang shalih tersebut
berlomba untuk mendekatkan dirinya kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla mereka juga takut
kepada adzab Allāh & mereka juga mengharap rahmat dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla
Halaqah 24 – Qa’idah Yang Ketiga Bagian
4

HSI AbdullahRoy

Ustadz Dr. Abdullah Roy, M.A

Silsilah Qawa’idul Arba’

‫السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته‬


‫الحمد هلل والصالة والسالم على رسول هللا وعلى آله وصحبه أجمعين‬
________________________________________
‫ودليل األشجار واألحجار‬
Dan Dalil disana ada yang menyembah pohon demikian pula batu adalah firman Allāh
Subhānahu wa Ta’āla

‫) َو َمنَاةَ الثَّالِثَةَ اُأْل ْخ َرى‬19(‫ت َو ْال ُع َّزى‬


َ ‫ َأفَ َرَأ ْيتُ ْم الاَّل‬:‫?قوله تعالى‬
[20-19:‫]النجم‬.
“apa pendapat kalian tentang Al Lata, ‘Uza & juga Al Mana”

Ini Adalah tiga diantara sesembahan-sesembahan orang-orang musyrikin quraisy,


⑴ Al Lata
⑵’ Uza
⑶ Mana

Siapa Al Lata :

⑴ Lata ini adalah orang yang shaleh yang dahulu diantara amal shalehnya adalah memberi
makan orang-orang yang sedang berhaji, ketika dia meninggal dunia maka di agung² kan oleh
orang-orang musyrikin quraisy,

⑵ Adapun ‘Uza
Maka ini bentuknya adalah sebuah pohon, sebuah pohon yang besar yang di agung²kan oleh
orang-orang quraisy.

⑶ Mana

Sebuah Batu besar

Menunjukkan bahwasanya disana ada yang meng agungkan pohon demikian pula batu, ada
diantara orang-orang musyrikin yang menyembah orang shaleh, dan ada diantara mereka
yang menyembah batu & ada diantara mereka yang menyembah pohon.

‫– وحديث أبي واق ٍد الليثي – رضي هللا عنه‬


Dan diantara dalilnya adalah Hadits Abu Waqid Al Laitsy radiallahu anhu, beliau berkata :

ُ
‫ونحن حدثاء عه ٍد بكفر‬ ‫ خرجنا مع رسول هللا صلى هللا عليه وسلم إلى حُنين‬:‫قال‬،
“kami keluar bersama Rasulullãh ‫ ﷺ‬kearah Hunain (ini terjadi dibukanya kota Mekkah pada
tahun 8 H) banyak diantara orang-orang musyrikin quraisy yang masuk ke dalam agama
Islam (yang sebelumnya musyrik ketika dibuka kota Mekkah mereka masuk agama Islam)
(setelah dibukanya kota Mekkah maka Rasulullãh ‫ ﷺ‬menuju kota Hunain) dan bersama
beliau orang-orang Islam baik yang lama maupun yg baru & disini Abu Waqid menceritakan
“kami keluar bersama Rasulullãh ‫ ﷺ‬ke arah Hunain & kami baru saja masuk ke dalam
agama Islam”

Artinya bekas-bekas jahiliyah / bekas² kesyirikan sebagian masih ada didalam diri mereka

ٌ‫وللمشركين سدرة‬
“Dan orang-orang musyrikin memiliki sebuah pohon ”

‫يعكفون عندها وينوطون بها أسلحتهم‬


” yang mereka ber itikaf disekitar pohon tersebut dan menaruh senjata-senjata mereka
dipohon tersebut ”

Abu Waqid menceritakan bahwasanya orang-orang musyrikin dahulu mereka memiliki


sebuah pohon, yang mereka sering beritikaf pohon tersebut, berdiam diri disana,
mengagungkan pohon tersebut, mengagungkan Allāh disamping itu mereka juga menaruh
senjata² mereka di pohon tersebut tujuannya mencari barokah supaya senjata tersebut, ketika
digunakan untuk berperang membawa barokah & membawa kemenangan. Dan ini
menunjukkan bahwasanya perilaku seperti ini adalah termasuk perilaku orang-orang
musyrikin.

Kemudian beliau mengatakan :

‫ ذات أنواط‬:‫يقال لها‬،


“pohon tersebut dinamakan Dzatu Anwat ”

Dikenal dikalangan orang-orang musyrikin dengan nama Dzatu Anwat

‫فمررنا بسدرة‬
Maka ketika kami menuju ke Hunain melalui / menemui sebuah pohon,

‫ يا رسول هللا‬:‫!فقلنا‬
Maka kami berkata kepada Rasulullãh ‫ ”ﷺ‬Ya Rasulullãh

‫اجعل لنا ذات أنواط كما لهم ذات أنواط؛‬


“buatkanlah untuk kami sebuah Dzatu Anwathin sebagaimana orang-orang musyrikin
memiliki Dzatu Anwath”

Mereka meminta kepada Rasulullãh supaya di jadikan sebuah pohon yang disitu mereka
beritikaf dan mereka menaruh & meletakkan senjata² mereka disitu

Ucapan ini diucapkan oleh mereka, karena mereka baru saja masuk ke dalam agama Islam.
Tentunya lain antara orang yang sudah lama masuk & belajar agama Islam dengan orang
yang baru saja masuk ke dalam agama Islam. Oleh karena itu tidak heran apabila disini
sebagian shahabat yang baru saja masuk agama islam mereka meminta kepada Rasulullãh
supaya dibuatkan Dzatu Anwath.

Kemudian beliau mengatakan :

‫ فقال رسول هللا‬: ‫هللا أكبر‬،


“Allāh Maha Besar ”

Allāh Maha Besar dari apa yang kalian ucapkan, kalian telah mengucapkan sesuatu yang
besar syirik kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Kemudian beliau mengatakan

‫ اجْ َعلْ لَنَا ِإلَهًا َك َما‬:‫ قلتم والذي نفسي بيده كما قالت™ بنو إسرائيل لموسى‬،‫إنها ال ُسنَن‬
ٌ‫لَهُ ْم َآلِهَة‬
[138/‫]األعراف‬
“Ini Adalah jalan² orang-orang sebelum kalian (kemudian beliau mengatakan) – ‫– قلتم والذي‬
kalian telah mengatakan “Demi Allāh yang Jiwaku berada di tangan-Nya kalian telah
mengatakan sesuatu yang pernah dikatakan oleh banu Israel kepada Musa alaihi salam,
ucapan kalian ini persis dengan yang dikatakan bani Israel kepada Musa alaihi salam”.
Apa yang mereka katakan :

ٌ‫اجْ َعلْ لَنَا ِإلَهًا َك َما لَهُ ْم َآلِهَة‬


Bani Israil ketika diselamatkan oleh Musa alaihi salam dari cengkraman Fir’aun dan tentara
nya dikeluarkan dari Mesir dan Allāh menyelamatkan mereka dari laut (setelah
menyembrang lautan ) mereka mengatakan

ٌ‫اجْ َعلْ لَنَا ِإلَهًا َك َما لَهُ ْم َآلِهَة‬


“Wahai Musa buatkanlah untuk kami sesembahan sebagaimana mereka memiliki
sesembahan-sesembahan ”

Mereka ingin memiliki sesembahan yang bisa di lihat yang bisa mereka sentuh, sebagaimana
mereka melihat ini diantara orang-orang musyrikin, orang-orang bani Israil tinggal bersama
orang-orang musyrikin melihat orang-orang musyrikin mereka menyembah sesuatu yang bisa
dilihat, sehingga mereka disini meminta kepada Nabi Musa untuk membuatkan Tuhan yang
mereka akan sembah sebagaimana orang-orang musyrikin memiliki Tuhan.

ٌ‫اجْ َعلْ لَنَا ِإلَهًا َك َما لَهُ ْم َآلِهَة‬


“Jadikanlah untuk kami seorang Tuhan sebagaimana mereka orang-orang musyrikin memiliki
Tuhan”

Persis dengan yang di katakan oleh Bani Israel kepada Nabi Musa alaihi salam, oleh karena
itu Rasulullãh ‫ ﷺ‬mengatakan “Allāhu Akbar”

‫ قلتم والذي نفسي بيده كما قالت™ بنو إسرائيل لموسى‬،‫إنها ال ُسنَن‬
“demi Allāh kalian katakan sama dengan yang di katakan oleh bani Israil kepada Nabi Musa

Hal ini menunjukkan kepada kita bahwasanya diantara orang-orang musyrikin yang mereka
menyembah kepada pohon.

Sehingga dengan ini kita mengetahui apa yang dikatakan oleh Al Mualif / pengarang
semuanya berdasarkan dalil, ketika beliau mengatakan

ٍ ‫ي ظَهَ َر َعلَى ُأنَا‬


: ‫س ُمتَفَرِّ قِي َْن في ِعبَا َداتِ ِه ْم‬ َّ ِ‫َأ َّن النَّب‬
“bahwasanya Nabi ‫ ﷺ‬muncul & diutus oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla ditengah-tengah
manusia mereka berbeda-beda di dalam ibadahnya”.

Kenapa hal ini beliau kemukankan kepada kita supaya kita tahu bahwasanya seseorang yang
menyembah orang shaleh sekalipun maka ini termasuk kesyirikan kepada Allāh Subhānahu
wa Ta’āla.
Ini termasuk kesyirikan karena sebagian menganggap yang dilarang adalah apabila kita
menyembah berhala atau menyembah batu, atau menyembah Matahari, tapi kalau kita berdoa
kepada orang-orang shalih, menyembah orang shalih maka ini tidak masalah.

Kita katakan ucapan ini adalah tidak benar dan bertentangan dengan dalil dari Al-Qurān dan
juga sunnah Rasulullãh ‫ﷺ‬.
Halaqah 25 – Qa’idah Yang Keempat
Kaidah yang ke-4 (yang terakhir) dari empat Qoidah Yang dengannya kita bisa memahami
apa itu kesyirikan.

Beliau mengatakan:

‫أن مشركي زماننا أغلظ شر ًكا من األ ّولين‬


ّ :‫القاعدة الرابعة‬،
Ketahuilah kata beliau bahwasanya orang-orang musyrikin di zaman kita ini (beliau hidup
200 thn yg lalu)

‫أغلظ شر ًكا من األ ّولين‬


“Lebih keras / lebih dahsyat kesyirikan nya dari pada orang-orang musyrikin zaman dahulu”

Kata beliau orang-orang musyrikin di zaman sekarang (di zaman beliau) itu lebih dahsyat
/lebih keras kesyirikan nya / lebih berat kesyirikan nya dari pada orang-orang musyrikin
zaman dahulu.

Ini ucapan beliau pada kaidah yang keempat.

Apa kata beliau :

‫ألن األ ّولين يُشركون في الرخاء™ ويُخلصون في الش ّدة‬،


ّ
Kenapa demikian?

Kata beliau orang-orang musyrikin yang terdahulu mereka menyekutukan Allāh ketika dalam
keadaan rākho dalam keadaan senang dalam keadaan bahagia dalam keadaan tenteram,
mereka menyekutukan Allāh

‫ويُخلصون في الش ّدة‬،


Tetapi ketika mereka susah mereka meng ikhlas kan ibadah nya kepada Allāh.

Ini adalah sifat orang musyrikin zaman dahulu, ketika mereka senang ketika mereka terkena
musibah mereka meng-ikhlaskan ibadahnya hanya untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Kemudian beliau mengatakan :

‫ومشركوا زماننا شركهم دائم؛ في الرخاء والش ّدة‬.


Adapun orang-orang musyrikin di zaman kita (kata beliau) kesyirikan mereka senantiasa dan
selalu baik ketika mereka dalam keadaan senang maupun keadaan susah, mereka
menyekutukan Allāh. Adapun yang dahulu / orang-orang musyrikin yang dahulu mereka
menyekutukan hanya ketika senang tapi dalam keadaan susah mereka meng-ikhlaskan
ibadahnya untuk Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

⇒ Tentunya orang yang melakukan kesyirikan baik dalam keadaan susah maupun senang ini
lebih keras & lebih dahsyat & lebih besar daripada orang yang menyekutukan Allāh ketika
dalam keadaan senang & tidak dalam keadaan susah.

Oleh karena itu beliau mengatakan :

“orang-orang musyrikin di zaman kita lebih dahsyat kesyirikan nya susah senang mereka
berbuat syirik, adapun zaman dahulu melihat keadaan dalam keadaan senang menyekutukan
Allāh dalam keadaan susah baru mereka ingat kepada Allāh Subhānahu wa Ta’āla.

Dalilnya apa?

Beliau mengatakan :

‫ِّين فَلَ َّما نَجَّاهُ ْم‬


َ ‫ين لَهُ الد‬
َ ‫ص‬ ™ِ ‫ ?فَِإ َذا َر ِكبُوا فِي ْالفُ ْل‬:‫والدليل قوله تعالى‬
ِ ِ‫ك َد َع ْوا هَّللا َ ُم ْخل‬
َ ‫?ِإلَى ْالبَرِّ ِإ َذا هُ ْم يُ ْش ِر ُك‬
‫ون‬
[65:‫]العنكبوت‬.
Kata Allāh Subhānahu wa Ta’āla dalam firmanNya :

” Apabila mereka berada di dalam kapal (artinya mereka sedang dalam perjalanan dilaut
menaiki kapal)

َ ‫ين لَهُ الد‬


‫ِّين‬ َ ‫ص‬ ِ ‫فَِإ َذا َر ِكبُوا فِي ْالفُ ْل‬
ِ ِ‫ك َد َع ْوا هَّللا َ ُم ْخل‬
Mereka berdoa kepada Allāh dalam keadaan meng-ikhlaskan agama ini hanya untuk Allāh ”

Ini yang mengabarkan kepada kita adalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla mengabarkan tentang
keadaan orang musyrikin ketika mereka melakukan bepergian memakai kapal ditengah-
tengah lautan, Allāh mengabarkan

َ ِ‫َد َع ْوا هَّللا َ ُم ْخلِصـ‬


َ ‫ين لَهُ الد‬
‫ِّين‬
Mereka berdoa kepada Allāh dalam keadaan meng-ikhlaskan agamanya hanya untuk Allāh ”

Kabar dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla tentang keadaan orang-orang musyrikin saat itu. Kita
tidak pernah mendengar /tidak pernah melihat apa yang mereka lakukan di tengah lautan
tetapi Allāh Subhānahu wa Ta’āla melihat & mendengar apa yang mereka lakukan.

Allāh mengabarkan ternyata mereka meng-ikhlaskan ibadahnya kepada Allāh didalam ayat
yang lain Allāh mengabarkan, ketika mereka berada di tengah lautan kemudian datang angin
yang keras & ombak yang sangat besar, mereka meng-ikhlaskan ibadah nya kepada Allāh &
mengatakan :
‫لئن انجيتنا من هذه لنكـونن من الشاكرين‬
“Ya Allāh seandainya Engkau menyelamatkan kami dari ini semua niscaya kami termasuk
orang-orang yang bersyukur “[QS Yunus 22]

Berjanji kepada Allāh ditengah lautan, apabila mereka selamat sampai daratan &
diselamatkan oleh Allāh Subhānahu wa Ta’āla niscaya mereka akan menjadi orang-orang
yang bersyukur
✓Lupa dengan Lata
✓Lupa dengan Uzza
✓Lupa dengan Mana
✓Lupa dengan sesembahan² yang lain selain Allāh Subhānahu wa Ta’āla

Yang mereka ingat saat itu adalah Allāh Subhānahu wa Ta’āla yang hanya bisa
menyelamatkan mereka dari kesusahan saat itu. Oleh karena itu Allāh mengatakan

َ ‫ين لَهُ الد‬


‫ِّين‬ َ ‫ص‬ِ ِ‫َد َع ْوا هَّللا َ ُم ْخل‬
“dalam keadaan susah tersebut mereka meng-ikhlaskan karena Allāh Subhānahu wa Ta’āla ”

Tapi apa kata Allāh?

َ ‫فَلَ َّما نَجَّاهُ ْم ِإلَى ْالبَرِّ ِإ َذا هُ ْم يُ ْش ِر ُك‬


‫ون‬
” ketika Allāh menyelamatkan mereka ke daratan tiba-tiba mereka kembali menyekutukan
Allāh Subhānahu wa Ta’āla ”

Lupa dengan apa yang sudah dikatakan oleh mereka ketika berada di tengah lautan

َ ‫ِإ َذا هُ ْم يُ ْش ِر ُك‬


‫ون‬
” tiba-tiba mereka kembali menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’āla ”

Ayat ini adalah dalil sebagaimana yang disebutkan oleh pengarang bahwasanya orang-orang
musyrikin mereka meng-ikhlaskannya ibadah nya ketika susah & menyekutukan Allāh ketika
dalam keadaan senang.

⇒ Adapun orang-orang musyrikin di zaman beliau & ini juga masih ada dizaman kita dalam
keadaan senang & susah mereka tetap menyekutukan Allāh Subhānahu wa Ta’āla, tidak
jarang diantara mereka ketika datang musibah bukan kembali & meminta kepada Allāh
Subhānahu wa Ta’āla akan tetapi meminta kepada selain Allāh.

Ketika Gunung berapi akan meletus, atau terjadi tsunami kembalinya bukan kepada Allāh
Subhānahu wa Ta’āla & meminta perlindungan & penjagaan dari Allāh Subhānahu wa Ta’āla
tetapi kembali kepada benda-benda menaruh ini & itu dirumah datang kepada orang yang
dinamakan dengan paranormal atau orang yang sakti dengan harapan mereka bisa
menyelamatkan dari musibah² tersebut.
Dalam keadaan susah pun mereka masih bergantung kepada selain Allāh Subhānahu wa
Ta’āla dalam keadaan senang juga.

Oleh karena itu apa yang dikatakan oleh beliau pada Qoidah keempat ini adalah sesuatu yang
berdasar bukan sesuatu yang mengada-ada, bahwasanya orang-orang musyrikin di zaman kita
lebih dahsyat daripada orang-orang musyrikin yang ada di zaman dahulu.

Kemudian beliau mengatakan :

‫وهللا أعلم‬.
“Dan Allāh Subhānahu wa Ta’āla lebih mengetahui ”

Dengan demikian kita sudah menyelesaikan sebuah kitab yang sangat bermanfaat yang
dikarang oleh syaikh Muhammad At Tamiimi dan beliau adalah ulama besar yang meninggal
pada tahun 1206 H

Anda mungkin juga menyukai