Anda di halaman 1dari 13

ADAB DALAM BERDO’A

Tugas Mata Kuliah

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Individual

Pada Pengantar Ilmu Akhlak

DOSEN PENGAMPU

Sholihin, S.pd.I.,M.Ag.

Oleh:

AULAA ASPIANI SALSABILA PUTRI

NIM : 2021011035

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PERSIS GARUT

1441 H/2021M
KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah Subhanahu Wata’ala yang telah


mengangkat derajat umat manusia dengan ilmu dan amal, atas seluruh alam.
Shalawat dan salam semoga tetap terlimpah atas Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wasallam yakni pemimpin umat manusia, dan semoga pula tercurah atas
keluarga dan para sahabatnya yang menjadi sumber ilmu dan hikmah.

Dengan ini penulis memuji-Nya, memohon pertolongan, dan ampunan


hanya kepada-Nya. Penulis berlindung kepada-Nya dari keburukan diri dan
keburukan amal yang telah penulis perbuat. Alhamdulillah atas izin Allah
Subhanahu wata’ala disertai usaha dan kerja keras, akhirnya makalah ini dapat
diselesaikan walaupun masih banyak kekurangan.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan dan memerlukan banyak perbaikan, untuk itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan makalah ini. Penulis sangat berharap makalah ini dapat
bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan orang banyak.

Garut, Oktober

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam merupakan agama yang sangat memperhatikan perilaku atau akhlak


yang mulia, baik dari segi material, metode, pendekatan dan pelaksanaannya.
Ajaran tentang iman, islam dan ihsan tampaknya belum sempurna jika tidak
menimbulkan dampak yang baik bagi akhlak seseorang. Agama dapat
berfungsi sebagai pengendali perbuatan dan perkataan, apabila agama masuk
dalam kepribadian seseorang, maka kepribadian itulah yang akan
menggerakkan seseorang untuk bertindak dan berperilaku, baik halnya ketika
ia berhadapan dengan Sang Pencipta atau ia sedang berhadapan dengan
makhluqnya, seperti halnya dalam berdo’a.

Manusia adalah makhluk yang tidak luput dari kesalahan dan dosa. Dan
manusia tidak akan terlepas dari lika-liku kehidupan. Terkadang manusia
bahagia, tekedang sedih. Adakalanya sukses, ada juga masa gagal. Suatu waktu
mengalami kemudahan, di waktu lain berurusan dengan kehidupan. Khusus
ketika mengalami kesedihan, manusia sangat membutuhkan bantuan orang lain
untuk mengatasi kesulitan hidup, walaupun tidak setiap orang memiliki
kesadaran dan kepedulian terhadap yang lain.

Dalam hal ini, Allah Subhanahu Wata’ala sangat membuka pintu lebar
untuk menerima keluh-kesah hamba-Nya. Bahkan Allah sangat murka terhadap
orang yang tidak pernah berdo’a atau berdo’a kepada selain kepada Allah.
Ketika kita berdo’a kepada Allah maka harus memakai adab, akhlak atau etika
yang harus diperatikan dan tidak boleh terlupakan dalam berdo’a.

B. Rumusan Masalah

1. Pengertian Akhlak.
2. Pengertian Do’a.
3. Perlukah Manusia Berdo’a?.
4. Kapan Waktunya Berdo’a?.
5. Etika dalam Berdo’a.
6. Sebab-sebab dikabulkannya Do’a.
7. Sebab-sebab Tidak dikabulkannya Do’a.
8. Makna dikabulkannya Do’a.

C. Tujuan Penulisan

1. Agar Mengetahui Pengertian Akhlak.


2. Agar Mengtahui Pengertian Do’a.
3. Agar Mengetahui Perlukah Manusia Berdo’a.
4. Agar Mengetahui Kapan Waktunya Berdo’a.
5. Agar Mengetahui Etika dalam Berdo’a.
6. Agar Mengetahui Sebab-sebab dikabulkannya Do’a.
7. Agar Mengetahui Sebab-sebab Tidak dikabulkannya Do’a.
8. Agar Mengetahui Makna dikabulkannya Do’a.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Akhlak

Menurut Etimologi, kata akhlak berasal dari Bahasa Arab yang telah
diserap kedalam Bahasa Indonesia. Yang dalam Bahasa Arab akhlak
merupakan jama’ dari kata khuluqon yang mengandung arti:

1. Tabi’at, yaitu sifat yang telah terbentuk dalam diri manusia tanpa
dikemauan atau tanpa usaha.
2. Adat, yaitu sifat dalam diri manusia yang diupayakan melalui latihan,
yakni berdasarkan keinginan.
3. Watak, yaitu jangkauannya meliputi hal yang menjadi tabi’at dan hal ang
diupayakan sehingga menjadi adat kebiasaan.

Secara singkat kata akhlak yang berarti kesopanan dan agama ( budi
pekerti ). Akhlak yaitu tingkah laku manusia yang dilakukan dengan sengaja,
diawali dari proses latihan yang menjadi kebiasaan, bersumber dari dorongan
jiwa untuk melakukan perbuatan dengan mudah, tanpa melalui proses
pemikiran, pertimbangan, atau penelitian. Terdapat pula kata akhlakul karimah
yang memiliki arti perbuatan mulia lagi terpuji yang diwujudkan dalam bentuk
sikap, ucapan, perbuatan yang baik sesuai dengan ajaran islam.

B. Pengertian Do’a

Do’a berasal dari kata dasar “ ‫و‬-‫ع‬-‫ ” د‬yang berarti kecenderungan pada

sesuatu pada diri kita melalui suara dan kata-kata. Dari kata ini terbentuklah

menjadi kata jadian ( masdar ), yaitu ‫دع اء – دع وة‬ yang mempunyai arti

bermacam-macam. Bisa berarti do’a dalam konteks permohonan, memanggil,


mengundang, meminta, menamakan, mendatangkan, dan lain-lain.
Sementara pengertian do’a secara leksikal adalah menyeru kepada Allah
dan memohon bantuan dan pertolongan kepadanya. sebagai seruan,
permintaan, permohonan, pertolongan dan ibadah kepada Allah swt.

C. Perlukah Manusia Berdo’a?

Dahulu ada yang berpendapat bahwa do’a tidak berguna. Mereka berkata:
“ Kalau yang diharapkan oleh siapa yang berdo’a telah diketahui oleh Tuhan,
dengan pengetahuan-Nya yang menyuruh itu bahwa harapan tersebut akan
terjadi, maka apa gunanya berdo’a? Ada lagi berkata bahwa sebenarnya segala
sesuatu telah ditetapkan Allah dan tertulis Lauh al-Mahfuzh. Jika demikian apa
gunanya doa? Jika diperhatikan di dalam al-Qur’an, paling tidak ada dua hal
yang mendorong manusia untuk mendekatkan diri atau beribadah kepada Allah
”.

Pertama, Sisi kebesaran dan keagungan Allah.

Kedua, Sisi manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang memiliki naluri
gembira dan sedih, senang dan susah, takut, cemas, dan mengharap, sehingga
ia membutuhkan sandaran dan pegangan dalam hidupnya. Kenyataan
membuktikan bahwa bersandar kepada sesama makhluk seringkali tidak
membuahkan hasil, karena itu mereka membutuhkan sandaran yang Maha kuat
dan mutlak yang dapat memberikan bantuan dan bimbingan serta mampu
menghilangkan rasa cemas, sehingga dapat memenuhi harapannya. Tidak ada
yang mampu melakukan hal tersebut kecuali Allah swt. Allah berfirman dalam
QS. Fathir: 13-14:

ِ ِ
َ ‫س َوالْ َق َمَر ُكلٌّ جَيْ ِري‬
‫ألج ٍل ُم َس ًّمى‬ َ ‫َّم‬ َ ‫َّها ِر َويُول ُج الن‬
ْ ‫َّه َار يِف اللَّْي ِل َو َس َّخَر الش‬ َ ‫يُول ُج اللَّْي َل يِف الن‬
ِ ِ ِ ِ ِِ ِ ِ َّ ‫َذلِ ُكم اللَّه ربُّ ُكم لَه الْم ْل‬
ُ ُ‫) ِإ ْن تَ ْدع‬13( ‫ين تَ ْدعُو َن م ْن ُدونه َما مَيْل ُكو َن م ْن قطْم ٍري‬
‫وه ْم اَل‬ َ ‫ك َوالذ‬ ُ ُ ُ ْ َُ ُ
‫ك ِمثْ ُل‬ ِ
َ ‫استَ َجابُوا لَ ُك ْم َو َي ْو َم الْقيَ َام ِة يَ ْك ُفُرو َن بِ ِش ْركِ ُك ْم َوال يُنَبُِّئ‬ ِ
ْ ‫يَ ْس َمعُوا ُد َعاءَ ُك ْم َولَ ْو مَس عُوا َما‬
14( ‫ري‬ ٍ ِ‫َخب‬
“ Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tidak mempunyai
apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tidak
mendengar seruanmu, dan sekiranya mereka mendengar, mereka juga tidak
memperkenankan permintaanmu Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari
kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu
sebagai yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui ”.

D. Kapan Waktunya Berdo’a?

Ada yang mengatakan bahwa pada saat shalat itulah sedekat-dekatnya


dengan Allah, maka saat itulah kita dapat berdoa. Akan tetapi, dengan rahmat
Allah yang maha luas, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah memberikan
kemudahan kepada kita untuk meminta kapan saja, dimana saja dan akan
dikabulkan, tentu dengan syarat-syarat tertentu. Allah Subhanahu wa Ta’ala
berfirman:

ِ ‫وقَ َال ربُّ ُكم ْادعويِن َأستَ ِجب لَ ُكم ِإ َّن الَّ ِذين يستَ ْكرِب و َن عن ِعباديِت سي ْدخلُو َن جهن‬
َ ‫َّم َداخ ِر‬
‫ين‬ َ ََ ُ ََ َ َ ْ َ ُ ْ َ َ ْ ْ ْ ُ ُ َ َ
“ Berdo’alah kepadaKu, niscaya akan Ku-perkenankan bagimu. Sesungguhnya
orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembahKu akan masuk
neraka Jahannam dalam keadaan hina dina ”. ( Q.S. Ghafir: 60 )

‫ان َف ْليَ ْستَ ِجيبُوا يِل َولُْيْؤ ِمنُوا يِب لَ َعلَّ ُه ْم‬
ِ ‫َّاع ِإ َذا دع‬
َ َ ِ ‫يب َد ْع َو َة الد‬
ِ ‫وِإ َذا سَألَك ِعب ِادي عيِّن فَِإيِّن قَ ِر‬
ُ ‫يب ُأج‬
ٌ َ َ َ َ َ
‫َي ْر ُش ُدو َن‬

“ Dan apabila hamba-hambaKu bertanya kepadamu tentang Aku, maka


(jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan
orang yang bendo’a apabila ia berdo’a kepadaKu, maka hendaklah mereka itu
memenuhi (segala perintah)Ku dan hendaklah mereka beriman kepadaKu, agar
mereka selalu berada dalam kebenaran ”. ( Q.S. Al-Baqarah: 186 )

E. Etika Dalam Berdo’a

1. Do’a dengan Menghadap Kiblat dan Menengadahkan Tangan.


2. Memulai Do’a dengan Memuji Allah.
Memuji Allah dan bershalawat merupakan bagian dari etika dan adab
dalam memanjatkan do’a. Seseorang dapat memulai doa dengan memuji
Allah dengan cara menyebut nama Allah yang sesuai dengan nama-Nya
yang ada dalam Asmaul Husna. Selain memuji Allah, do’a juga bisa
dimulai dengan shalawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.
3. Berdoa Dengan Khusyu’ dan Berprasangka Baik kepada Allah.
Saat seseorang memanjatkan do’a kepada Allah, maka ia perlu
memanjatkan do’anya dengan khusyu’ dan penuh kerendahan hati. Akan
tetapi, hal ini juga perlu diiringi dengan prasangka baik kepada Allah dan
keyakinan bahwa do’a tersebut akan dikabulkan oleh Allah. Karena Allah
tidak memiliki keberatan dan kesulitan untuk mengabulkan semua do’a.
4. Berdo’a di Waktu Mustajab.
Do’a di waktu yang mustajab dapat membuat do’a yang dipanjatkan lebih
mudah diijabah. Beberapa waktu mustajabnya do’a adalah pada saat
perang, turun hujan, ketika sujud, antara adzan dan iqamah, ketika puasa
menjelang berbuka, di sepertiga malam, pada hari Arafah, bulan
Ramadhan, sore hari Jum’at, dan waktu sahur.
5. Mengulang-ulang Do’a.
Diperbolehkan berdo’a sambil mengulang-ulang permohonan bahkan
hingga merengek-rengek. Hal ini merupakan bentuk kesungguhan dan
pengharapan dalam berdo’a. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam biasa
mengulang doanya hingga tiga kali.
6. Tidak Terburu-buru dalam Berdo’a.
Akan tetapi, sebuah do’a juga tidak semestinya diminta dengan terburu-
buru. Dengan begitu, tidak muncul perasaan bahwa Allah tidak
mengabulkan do’a yang dipanjatkan tersebut. Tergesa-gesa dan berharap
do’anya dikabulkan secara instan menyebabkan timbulnya perasaan malas
dalam berdo’a.
7. Berdo’alah dengan Rendah Diri dan Tidak dengan Suara yang Keras.

ُّ ِ‫ضُّر ًعا َّو ُخ ْفيَةً اِنَّه اَل حُي‬


) 55 :‫ ( األعراف‬.‫ب الْ ُم ْعتَ ِديْ َن‬ َ َ‫ اُْدعُ ْوا َربَّ ُك ْم ت‬: ‫قال اهلل تعاىل‬
Allah Subhanahu Wata’ala berfirman: “ Berdo’alah kalain pada tuhan
kalian dengan berendah diri dan suara ang lembut. Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang ang melampaui batas ”. ( Q.S. Al-A’raf: 55 )
8. Memperbanyak Taubat dan Memohon Ampun.
Bertaubat dan memohon ampun menjadi salah satu amalan yang sangat
dicintai Allah. Karena itu, Allah sangat mencintai hamba yang banyak
bertaubat dan memohon ampunan. Jika seseorang sudah dicintai oleh
Allah, maka akan lebih mudah pula do’anya diijabah oleh Allah.
9. Tidak Berdo’a Keburukan.
Do’a yang dipanjatkan juga sebaiknya bukan merupakan do’a keburukan.
Baik keburukan untuk diri sendiri, anak, keluarga, ataupun orang lain.
Karena jika do’a tersebut dikabulkan oleh Allah dan bertepatan dengan
diijabahnya do’a, maka do’a tersebut bisa menimbulkan penyesalan.
10. Jangan berdo’a disertai dengan menyekutukan sesuatu kepada Allah.

‫ْم َوِإلَْي ِه‬ ‫اخر اَل ِإٰلَهَ ِإاَّل ُهو ُك ُّل َشى ٍء َهالِ ٌ ِإاَّل‬ ‫َّ ِ ِإهَٰل‬
ُ ‫ك َو ْج َههُۥ لَهُ ٱحْلُك‬ ْ َ َ َ َ‫َواَل تَ ْدعُ َم َع ٱلله ًا ء‬
‫ُت ْر َجعُون‬
“ Janganlah kamu berdo’a disamping (berdo’a) kepada Allah (berdo’a
pula) kepada sembahan ang lain. Tidak ada yang berhak disembah di
samping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa,
kecuali Allah. Bagi-Nya-lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya-lah
kamu dikembalikan “.

F. Sebab-sebab Dikabulkannya Do’a

Pertama, Mengikhlaskan do’a tersebut untuk Allah, konsisten (istiqamah) dan


menjauhi kemusyrikan.

Kedua, Berdo’a kepada Allah dengan sepenuh hati, menghadirkan hatinya


untuk benar-benar dikabulkan oleh Allah. Tidak berdo’a dengan hati yang lalai
dan berpaling, sehingga hanya menggerakkan lisannya saja, sedangkan hatinya
berpaling memikirkan yang lainnya.

Ketiga, Mencari waktu-waktu yang merupakan waktu istimewa terkabulnya


do’a. Yang dituntut dari seorang muslim adalah berdo’a secara terus-menerus
di waktu kapan pun. Allah juga memberikan keterangan waktu-waktu yang
mustajabah, keadaan dan kondisi yang baik serta tempat-tempat mulia, yang
apabila digunakan untuk berdo’a akan menjadi sebab dikabulkan do’a kita.
Waktu-waktu mustajabah itu di antaranya :

1. Untuk pertahunnya, yaitu do’a di hari Arafah, waktu-waktu di Al-


Masy’aril Haram bagi haji, malam lailatul qadar pada sepuluh hari terakhir
bulan Ramadhan.
2. Untuk perbulannya, yaitu bulan Ramadhan, terlebih pada sepuluh hari
terakhir.
3. Untuk perpekannya, yaitu hari Jum’at antara duduk imam di atas mimbar
sampai selesai shalat, satu waktu pada hari Jum’at dan ada yang
menyatakan pada akhir waktu Ashar hari Jum’at.
4. Untuk perharinya, yaitu pada waktu menjelang fajar, sepertiga akhir
malam.
5. Adapun keadaan dan kondisi yang dianjurkan untuk berdo’a, di antaranya
ialah: do’a ketika para mujahidin bertempur di jalan Allah, ketika turun
hujan, setelah wudhu, ketika adzan, antara adzan dan iqamah, ketika
iqamah shalat wajib, keadaan sujud, ujung (akhir setiap shalat wajib), saat
sedang berpuasa, ketika berbuka, do’a orang yang berhaji sampai pulang,
do’a orang terdzhalimi, do’a imam yang adil, setelah membaca al Qur`an,
dalam majlis ilmu, dan lainnya.

G. Sebab-sebab tidak dikabulkannya do’a

jika kita merasa Do’a kita tidak juga dikabulkan, maka jangan berprasangka
buruk kepada Allah, mengingat ada beberapa kemungkinan:
1. Do’a kita tidak dikabulkan karena tidak memenuhi persyaratan, bagaimana
seharusnya kita berdo’a kepada Allah.
2. Tidak dikabulkan karena jika dikabulkan sesuai kehendak kita justru akan
membuat kita celaka. Orang yang meminta harta ang banyak, jabatan ang
tinggi tetapi tidak juga dikabulkan Allah, maka mungkin saja Allah tidak
memberikannya karena khawatir kita akan bertambah celaka dengan
memiliki harta ang banyak dan jabatan tersebut.
3. Hati yang lalai dan berpaling ketika berdoa kepada Allah.
4. Memakan harta atau barang haram.

H. Makna Dikabulkannya Do’a

Pengertian dikabulkannya do’a itu tidak berarti selamanya do’a itu dikabulkan
sesuai permintaan kita tetapi ada tiga kemungkinan:

pertama, Do’a itu tidak dikabulkan sesuai dengan permohonan kita.

kedua, Do’a itu tidak dikabulkan tetapi dijadikan tabungan untuk nanti di hari
akhir.

ketiga, Do’a itu tidak dikabulkan tetapi dosa-dosa kita diampuni dengan sebab
sering berdo’a kepada Allah.

Dengan demikian kita tidak akan merugi karena sering berdo’a kepada Allah
sekalipun menurut ukuran kita, do’a kita tidak juga dikabulkan.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Manusia adalah makhluk yang tidak luput dari kesalahan dan dosa. Dan
manusia tidak akan terlepas dari lika-liku kehidupan. Dalam hal ini, Allah
Subhanahu Wata’ala sangat membuka pintu lebar untuk menerima keluh-kesah
hamba-Nya. Bahkan Allah sangat murka terhadap orang yang tidak pernah
berdo’a atau berdo’a kepada selain kepada Allah. Ketika kita berdo’a kepada
Allah maka harus memakai adab, akhlak atau etika yang harus diperatikan dan
tidak boleh terlupakan dalam berdo’a.

Akhlak atau etika dalam berdo’a:

1. Do’a dengan Menghadap Kiblat dan Menengadahkan Tangan.


2. Memulai Do’a dengan Memuji Allah.
3. Berdoa Dengan Khusyu’ dan Berprasangka Baik kepada Allah.
4. Berdo’a di Waktu Mustajab.
5. Mengulang-ulang Do’a.
6. Tidak Terburu-buru dalam Berdo’a.
7. Berdo’alah dengan Rendah Diri dan Tidak dengan Suara yang Keras.
8. Memperbanyak Taubat dan Memohon Ampun.
9. Tidak Berdo’a Keburukan.
10. Jangan berdo’a disertai dengan menyekutukan sesuatu kepada Allah.

Berdo’a dilakukan kapan dan dimana saja, serta tidak ada batasan untuk
berdo’a kepada Allah selama ia memakai etika atau adab yang harus dilakukan.
Allah juga memberikan keterangan waktu-waktu yang mustajabah, untuk
menjadi sebab dikabulkan do’a kita. diantaranya: ketika para mujahidin
bertempur di jalan Allah, ketika turun hujan, setelah wudhu, ketika adzan,
antara adzan dan iqamah, ketika iqamah shalat wajib, keadaan sujud, ujung
(akhir setiap shalat wajib), saat sedang berpuasa, ketika berbuka, do’a orang
yang berhaji sampai pulang, do’a orang terzhalimi, do’a imam yang adil,
setelah membaca al Qur`an, dalam majlis ilmu, dan lainnya.

Terkadang tidak semua Do’a yang kita panjatkan terkabul atau mulus
sesuai dengan apa yang diharapkan, terkadang kita juga kecewa mengapa do’a
yang selama ini kita panjatkan tidak Allah kabulkan semuanya. Nah,, mungkin
saja kita tidak memenuhi persyaratan, bagaimana seharusnya kita berdo’a
kepada Allah. Atau bisa jadi apa yang kita pinta belum tentu yang terbaik
menurut Allah justru malah menjadi celaka untuk kita. Maka dengan begitu
kita harus selalu berhusnudzon atau berbaik sangka kepada Allah karena boleh
jadi Do’a itu tidak dikabulkan tetapi dijadikan tabungan untuk nanti di hari
akhir, atau do’a itu tidak dikabulkan tetapi dosa-dosa kita diampuni dengan
sebab seringnya berdo’a kepada Allah.

Anda mungkin juga menyukai