Anda di halaman 1dari 10

IMPLEMENTASI IKHTIYAR, DO’A DAN TAWAKAL DALAM KEHIDUPAN

A. Ikhtiyar  
1. Pengertian Iktiyar
Ikhtiar menurut Bahasa adalah pilihan atau memilih hal yang baik (khair), Sedangkan
menurut istilah ialah segala bentuk perilaku atau perbuatan manusia untuk mencapai sesuatu
yang diinginkannya, atau usaha yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya yang dilakukan sepenuh hati, sungguh-sungguh dan semaksimal mungkin dengan
mengerahkan seluruh kemampuannya dan keterampilannya serta dilakukan sesuai dengan
syariat islam.
Ikhtiyar bisa juga diartiakn: usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam
hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya dalam usaha mendapatkan
yang terbaik, agar tujuan hidupnya selamat sejahtera di dunia dan di akhirat.

2. Bentuk-bentuk ikhtiar
a. Bersungguh-sungguh
Sungguh-sungguh merupakan salah satu bentuk ikhtiar yang harus diperhatikan. Dalam
menggapai mimpi, cita-cita, angan, dan keinginan diperlukan kesungguhan yang mendalam
untuk menggapainya, jangan berusaha setengah-setengah, tapi kerjakanlah dengan
sungguh sungguh.
b. Pantang menyerah dan putus asa
Jika sudah melakukan suatu usaha, kemudian tidak mendapatkan apa yang diinginkan atau
gagal, tidak sesuai dengan harapan atau tidak memuaskan, maka teruslah mencoba untuk
menggapai apa yang diinginkan, jangan mudah untuk menyerah dan jangan pernah putus
asa, karena kegagalan merupakan awal dari kesuksesan kita. Jika kita menyerah, putus asa
dan tidak pernah ikhtiar maka kita tidak akan pernah mendapatkan apa yang kita inginkan.
c. Bekerja keras
Berusaha semaksimal mungkin untuk meraih apa yang diinginkan. Jangan bermalas-
malasan dan berusaha semau-maunya. Tapi berusahalah dan bekerja keraslah sekuat
tenaga agar kita dapat menggapai apa yang kita inginkan.

3. Dalil tentang ikhtiar


a.    Dalil ikhtiar dalam al-qur’an

‫ت ِّم ۢ ْن بَ ْي ِن يَ َد ْي ِه َو ِم ْن خَ ْلفِ ٖه يَحْ فَظُوْ نَهٗ ِم ْن اَ ْم ِر هّٰللا ِ ۗاِ َّن هّٰللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َح ٰتّى يُ َغيِّرُوْ ا َما بِا َ ْنفُ ِس ِه ْم َواِ َذآ اَ َرا َد‬
ٌ ‫لَهٗ ُم َعقِّ ٰب‬
‫هّٰللا ُ بِقَوْ ٍم س ُۤوْ ًءا فَاَل َم َر َّد لَهٗ ۚ َو َما لَهُ ْم ِّم ْن ُدوْ نِ ٖه ِم ْن َّوا ٍل‬

… Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan
dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan
mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada
dirinya sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka
tidak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain
dia … (QS. Ar-Ra’du : 11)
َ‫ هَّللا َ َكثِيرًا لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُون‬B‫ ِم ْن فَضْ ِل هَّللا ِ َو ْاذ ُكرُوا‬B‫ض َوا ْبتَ ُغوا‬
ِ ْ‫صاَل ةُ فَا ْنتَ ِشرُوا فِي اَأْلر‬
َّ ‫ت ال‬ ِ ُ‫فَِإ َذا ق‬
ِ َ‫ضي‬

Apabila telah di tunaikan shalat, maka bertebarlah kamu di muka bumi, dan carilah
karunia allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung… (QS. Al-
jumu’ah : 10)
b. Dalil ikhtiar dalam hadist

‫ب َأ َح ُد ُك ْم ح ُْز َمةً َعلَى‬


َ ‫ َأل ْن يَحْ ت َِط‬:‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ‫ قَا َل َرسُو ُل هللا‬:‫ قَا َل‬،ُ‫ي هللاُ َع ْنه‬ Bَ ‫ض‬ِ ‫ع َْن َأبِي هُ َر ْي َرةَ َر‬
)‫ظَه ِْر ِه َخ ْي ٌر ِم ْن َأ ْن يَ ْسَأ َل َأ َحدًا فَيُ ْع ِطيَهُ َأوْ يَ ْمنَ َعهُ (رواه البخاري‬

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata, Rasulullah saw. bersabda, “Salah satu dari


kalian memikul kayu bakar dipunggungnya itu lebih baik daripada ia minta-minta kepada
seseorang baik diberi atau ditolak. (HR. Bukhari)

4. Keutamaan ikhtiar
a. Merasakan kepuasan batin, karena telah berusaha dengan sekuat tenaga dan
kemampuan yang di milikinya.
b. Terhormat di hadapan Allah dan sesama manusia.
c. Tidak mudah putus asa.
d. Dapat berhemat karena merasakan susahnya bekerja.
e. Menghargai jerit payahnya dan jerit payah orang lain.
f. Menyelamatkan akidahnya, karena tidak (bebas) bertawakal kepada makhluk.
g. Tidak menggantungkan orang lain dalam hidupnya.

B. Do’a
1. Pengertian do’a
Menurut bahasa doa berasal dari Bahasa Arab ‫ الدعاء‬yang merupakan bentuk masdar
dari mufrad ‫ داعى‬yang memiliki bermacam-macam arti. Dalam kamus Bahasa Arab di bawah
judul huruf ‫ و‬,‫ ع‬,‫ د‬disebutkan sebagai berikut:

 ‫ دعوة‬,‫ يدعو‬,‫ داعى‬artinya menyeru, memanggil.


  ‫ دعاء‬,‫ يدعو‬,‫ داعي‬artinya memanggil, mendoa, memohon, meminta.
 Dalam bentuk jama’nya ‫ ادعية‬artinya doa, permohonan, permintaan.
  ‫ دعاء له‬artinya mendoakan kebaikan kepadanya.
  ‫ دعاء عليه‬artinya mendoakan keburukan atau kejahatan kepadanya.
  ‫ داع‬artinya orang yang memanggil, orang yang menyeru, orang yang memohon.
 Dan ‫ الدعاء‬adalah bentuk masdarnya, yang pada umumnya diartikan sebagai suatu keinginan
yang besar kepada Allah SWT dan pujian kepadaNya.

Apapun doa secara terminologi adalah sebagai berikut:


a. Anis Masykhur dan Jejen Musfah, dalam bukunya "Doa Ajaran Ilahi" menyebutkan; doa
menurut Al-Thiby adalah melahirkan kehinaan dan kerendahan diri dalam keadaan tidak
berdaya dan tidak berkekuatan kemudian menyatakan hajat, keperluan, ketundukan kepada
Allah SWT. Dalam pengertian amalan keagamaan, doa dikenal sebagai upaya memanggil
Allah SWT dalam rangka mengajukan permohonan kepada-Nya.

b. Menurut Mohammad Saifullah Al-Aziz, dalam bukunya "Risalah Memahami Ilmu Tasawuf"
menyatakan bahwa; Doa adalah suatu realisasi penghambaan dan merupakan media
komunikasi antara makhluk dengan Khaliknya, serta dicurahkan segala isi hati yang paling
rahasia. Dengan berdoa, manusia merasa bertatap muka dengan Khaliknya serta memohon
petunjuk maupun perlindungan. Jadi, doa itu pada prinsipnya merupakan kunci dari segala
kebutuhan hidup di dunia maupun di akhirat.

c. Menurut Dadang Hawari dalam bukunya "Doa dan Zikir sebagai Pelengkap Terapi Medis"
menyatakan; Doa adalah permohonan yang dimunajatkan kepada Allah SWT. Maksudnya,
suatu amalan dalam bentuk yang diucapkan secara lisan atau dalam hati yang berisi
permohonan kepada Allah SWT. dengan selalu mengingat nama dan sifat-Nya.

d. Menurut Umar Hasyim, dalam karyanya "Memahami Seluk-baluk Takdir" menyatakan; Doa
adalah memohon kepada Allah SWT agar tercapai apa yang dimaksudkan dengan
perantaraan mengerjakan segala syarat yang menjadi sebab berhasilnya usaha tersebut. Doa
adalah takdir Tuhan untuk manusia

e. Menurut Abdul Azis Dahlan, dalam Ensklopedi Hukum Islam, menyebutkan; doa ialah
permohonan dan permintaan dari seorang hamba kepada Tuhan dengan menggunakan lafaz
yang dikehendaki dan dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan.

Pendefinisian tentang doa diatas, secara umum menunjukan pada makna yang sama
antara yang satu dengan yang lain. Sehingga, dapat dirumuskan sebagai berikut :

a) Doa adalah pernyataan hajat atau keperluan. Melalui, merealisasi penghambaan dengan
melahirkan kehinaan dan kerendahan diri dalam keadaan tidak berdaya dan tidak
berkekuatan, kemudian mencurahkan segala isi hati yang paling rahasia kepada Allah
SWT.
b) Doa merupakan media komunikasi antara makhluk dengan Khaliknya. Dengan demikian,
penggunaan lafaz harus sesuai serta dapat memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam
berdoa.
c) Berdoa bukanlah hanya memohon, tetapi harus juga berikhtiar sesuai dengan jalan yang
semestinya. Agar tercapai dengan apa yang dimaksud melalui perantaraan, mengerjakan
segala syarat yang menjadi sebab berhasilnya usaha tersebut. Doa juga merupakan takdir
(ketetanpan) Tuhan, dimana setiap manusia harus melakukannya.

Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa do’a, yaitu permohonan atau
permintaan hamba kepada Allah SWT, yang dikomunakisakan dengan lafadz-lafadz tertentu
sesuai dengan maksud dan tujuan, serta dibarengi dengan ikhtiyar, untuk dikabulkan atau
diwujudukan.

2. Dasar Hukum Berdoa


Adapun hukum berdoa yang sudah dijelaskan dalam al-Qur`an dan Hadis-hadis Nabi,
antara lain adalah:
a. Dalil-dalil dari al-Qur`an
a) Dalam al-Qur`an surat Al-A`raf ayat 55-56, Allah SWT berfirman :

‫ض بَ ْع َد ِإصْ ٰلَ ِحهَا َوٱ ْدعُوهُ َخوْ فًا َوطَ َمعًا ۚ ِإ َّن‬ ۟
ِ ْ‫ َواَل تُ ْف ِسدُوا فِى ٱَأْلر‬. َ‫ضرُّ عًا َو ُخ ْفيَةً ۚ ِإنَّهۥُ اَل ي ُِحبُّ ْٱل ُم ْعتَ ِدين‬
۟ ‫ٱ ْدع‬
َ َ‫ُوا َربَّ ُك ْم ت‬
َ‫َرحْ َمتَ ٱهَّلل ِ قَ ِريبٌ ِّمنَ ْٱل ُمحْ ِسنِين‬

"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya
dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya
rahmat Allah amat dekat kepada orangorang yang berbuat baik." (QS. Al-A`raf [7]: 55-56

b) Dalam al-Qur`an surat Al-Mukmin ayat 60, Allah berfirman :

ِ ‫َوقَا َل َربُّ ُك ُم ٱ ْدعُونِ ٓى َأ ْست َِجبْ لَ ُك ْم ۚ ِإ َّن ٱلَّ ِذينَ يَ ْستَ ْكبِرُونَ ع َْن ِعبَا َدتِى َسيَ ْد ُخلُونَ َجهَنَّ َم د‬
َ‫َاخ ِرين‬

"Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang


yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahannam dalam
keadaan hina di. (Q.S. Al-Mukmin [40] : 60)
c) Dalam al-Qur`an surat Al-A`raf ayat 180, Allah berfirman :

۟ ُ‫ُوا ٱلَّ ِذينَ ي ُْل ِح ُدونَ فِ ٓى َأ ْس ٰ ٓمِئ ِهۦ ۚ َسيُجْ َزوْ نَ ما َكان‬
َ‫وا يَ ْع َملُون‬ ۟ ‫َوهَّلِل ِ ٱَأْل ْسمٓا ُء ْٱل ُح ْسن َٰى فَٱ ْدعُوهُ بهَا ۖ َو َذر‬
َ َ ِ َ

"Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang
telah mereka kerjakan" (Q.S. Al-A`raf [7] : 180)

b. Dalil-dalil dari Sunah

Di antara sabda Rasulullah Saw yang bisa dijadikan sebagai landasan berdoa adalah hadis-hadis
Rasulullah sebagai berikut:

a) Suruhan untuk berdoa oleh Rasullah saw kepada umatnya.

 ‫وفي الحديث دليل على أن هللا يحب أن يسأله العباد جميع مصالح دينهم ودنياهم من الطعام والشراب والكسوة‬
‫ ( ليسأل أحدكم ربه حاجته كلها حتى شسع نعله إذا‬: ‫ الحديث‬B‫ وفي‬، ‫ كما يسألونه الهداية والمغفرة‬، ‫وغير ذلك‬
‫ وفي‬، ‫ وكان بعض السلف يسأل هللا في صالته كل حوائجه حتى ملح عجينه وعلف شاته‬، ) ‫انقطع‬
‫ يا رب ! إنه ليعرض لي الحاجة من الدنيا فأستحي أن‬: ‫ عليه الصالة والسالم قال‬B‫ أن موسى‬: ‫اإلسرائيليات‬
‫ سلني حتى ملح عجينك وعلف حمارك‬: ‫ قال‬. ‫ أسألك‬.
“Pada hadits terdapat dalil bahwa Allah mencintai hamba-Nya yang meminta kepada-Nya semua
mashlahat agam dan dunia berupa makanan, minuman, pakaian dan lain-lain sebagai mana mereka
meminta hidayah dan ampunan. Dalam hadist, ‘hendaklah setiap kalian meminta kepada Rabbnya
semua kebutuhan, sampai-sampai ketika tali sandalnya lepas’.”

b. Istigfar Nabi saw. dalam sehari semalam.

َ‫(وهللاِ َإنِّي َأَل ْستَ ْغفِ ُر هللا‬


َ :ُ‫صلَّى هللاُ َعلَي ِه َو َسلَّ َم يَقُول‬
َ ِ‫ُول هللا‬
َ ‫ْت َرس‬ ُ ‫ َس ِمع‬:‫ي هللاُ عَنهُ قَا َل‬ Bَ ‫ض‬ َ ‫َوع َْن أبِي ه َُر‬
ِ ‫يرةَ َر‬
ِ ‫وم َأكثَ َر ِم ْن َسب ِعينَ َم َّرةً) َر َواهُ البُخ‬
ُّ‫َاري‬ ِ َ‫ َوَأتُوبُ ِإلي ِه فِي الي‬.
Dari Abi Hurairoh Ra. beliau berkata, “Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda, ‘Demi Allah,
sesungguhnya aku pasti memohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya dalam sehari lebih
dari tujuh puluh kali.’” (HR. Al-Bukhori)

a) Contoh doa Rasulullah untuk diberi petunjuk :

َ ُ ‫ َأ ْسَأل‬B‫ «اللَّه ُ َّم ِإنِّي‬B:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َّ َم – َأنَّه ُ َكانَ يَقُو ُل‬
‫ك‬ ِّ ِ‫ن النَّب‬Bِ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه ُ – َع‬
َ –‫ي‬ ِ ‫ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َم ْسعُو ٍد – َر‬
B‫ َو ْال َعفَافَ َو ْال ِغنَى‬B‫»الهُدَى َوالتُّقَى‬ْ )

“Dari Abdullah bin Mas’ud radhiallahu’anhu, dari Nabi Shallallahu’alaihi


Wasallam beliau biasa berdoa: (Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk,
ketaqwaan, keterjagaan, dan kekayaan)”(HR. Muslim)

Dari ayat-ayat dan hadis-hadis Nabi saw. yang tersebut di atas ahwa berdoa
adalah suatu tugas yang diperintahkan kepada hamba Allah untuk melaksanakannya.
Karena doa itu adalah ibadah.

3. Hikmah berdo’a

a. Do’a adalah ibadah dan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ُ‫ال ُّدعَا ُء هُ َو ْال ِعبَا َدة‬
“Do’a adalah ibadah.” (HR. Abu Daud )
2. Do’a adalah sebab untuk mencegah bala’ bencana.
3. Do’a itu amat bermanfaat dengan izin Allah. Manfaat do’a ada dalam tiga keadaan
sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut,
ْ ‫ث ِإ َّما َأ ْن تُ َعج ََّل لَهُ َد‬
« ُ‫ع َوتُه‬ ٍ َ‫ْس فِيهَا ِإ ْث ٌم َوالَ قَ ِطي َعةُ َر ِح ٍم ِإالَّ َأ ْعطَاهُ هَّللا ُ بِهَا ِإحْ دَى ثَال‬
َ ‫ما ِم ْن ُم ْسلِ ٍم يَ ْدعُو بِ َد ْع َو ٍة لَي‬
‫ال « هَّللا ُ َأ ْكثَ ُر‬
َ َ‫ ق‬.ُ‫ قَالُوا ِإذاً نُ ْكثِر‬.» ‫ف َع ْنهُ ِمنَ السُّو ِء ِم ْثلَهَا‬
Bَ ‫» َوِإ َّما َأ ْن يَ َّد ِخ َرهَا لَهُ فِى اآل ِخ َر ِة َوِإ َّما َأنُْ يَصْ ِر‬
“Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan
memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1]
Allah akan segera mengabulkan do’anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak,
dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas
mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do’a-do’a kalian.” (HR.
Ahmad 3/18, dari Abu Sa’id. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanadnya jayyid)
d. Do’a adalah sebab kuat dan semakin mendapatkan pertolongan menghadapi musuh.
e. Do’a merupakan bukti benarnya iman dan pengenalan seseorang pada Allah baik dalam
rububiyah, uluhiyah maupun nama dan sifat-Nya. Do’a seorang manusia kepada Rabbnya
menunjukkan bahwa ia yakini Allah itu ada dan Allah itu Maha Ghoni (Maha Mencukupi),
Maha Melihat, Maha Mulia, Maha Pengasih, Maha Mampu, Rabb yang berhak diibadahi
semata tidak pada selainnya.
6. Do’a menunjukkan bukti benarnya tawakkal seseorang kepada Allah Ta’ala. Karena seorang
yang berdo’a ketika berdo’a, ia berarti meminta tolong pada Allah. Ia pun berarti menyerahkan
urusannya kepada Allah semata tidak pada selain-Nya.
7. Do’a adalah sebagai peredam murka Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ‫َم ْن لَ ْم يَ ْسَأ ِل هَّللا َ يَ ْغ‬


‫ضبْ َعلَ ْي ِه‬
“Barangsiapa yang tidak meminta pada Allah, maka Allah akan murka padanya.” (HR. Tirmidzi
no. 3373. Syaikh Al Albani mengatakan  bahwa hadits ini hasan)
C. Tawakal
1. Pengertian tawakal
Tawakal secara bahasa berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti mewakilkan atau
menyerahkan seperti ucapan seorang wali ketika menyerahkan anak perempuannya kepada
penghulu untuk dinikahkan itu dinamakan tawakal atau mewakilkan.
Dalam agama Islam tawakal biasanya disebut ketika seorang muslim menyerahkan
semua urusan ataupun permasalahannya kepada Allah ketika dia ditimpa suatu ujian atau
musibah.
Tawakal juga merupakan bentuk keimanan seseorang kepada Allah karena mewakilkan harus
diberikan kepada orang yang dipercaya sehingga dengan tawakal seorang muslim benar-benar
percaya bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala adalah Tuhan yang berkuasa.
Selain itu orang-orang yang tawakal meyakini bahwa Allah itu esa yang menciptakan
segala-galanya pengetahuannya maha luas dia yang menguasai dan mengatur alam semesta.
Dengan keyakinan ini mendorongnya untuk menyerahkan segala persoalan baik persoalan
dunia ataupun persoalan akhirat kepada Allah.
2. Tanda-tanda tawakal
a. Tidak berharap kepada selain Allah dan hanya takut kepadanya

Orang yang memiliki sifat tawakal merupakan refleksi dari surah Al-Fatihah, ayat 5:

ُ‫ك نَ ْستَ ِعيْن‬


َ ‫ك نَ ْعبُ ُد َوِإيَّا‬
َ ‫ِإيَّا‬

“Hanya kepada Engulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon
pertolongan.”

Orang yang tawakal merefleksikan sifat dan sikapnya untuk tidak takut kepada selain
Allah dan hanya berharap kepada Allah. Dibuktikan dengan mengatakan benar apabila yang ia
yakini benar menurut syariat dan berani mengatakan tidak apabila hal tersebut tidak sesuai
dengan syariat.

b. Tidak meresahkan masalah rezeki

Orang yang tawakal senantiasa yakin kepada Allah mengenai urusan rezeki hamba yang
hidup di muka bumi ini. Seperti anggapan bahwa setiap hewan di bumi dapat bertahan hidup
dengan rezekinya masing-masing. Begitu pula orang yang memiliki sifat tawakal akan
menyerahkan semuanya kepada Allah dan tidak merasa risau dengan keadaan. Dengan
demikian sifat ini akan melahirkaan sifat husnudzon kepada Allah. Tanda ini berkaitan erat
dengan ayat qs al-an’am ayat 151:

ٍ ‫م ِم ْن ِإ ْماَل‬Bْ ‫ۖ واَل تَ ْقتُلُوا َأوْ اَل َد ُك‬


‫م‬Bُْ‫م َوِإيَّاه‬Bْ ‫ق ۖ نَحْ نُ نَرْ ُزقُ ُك‬ َ
dan janganlah kamu membunuh anak-anak kamu karena takut kemiskinan, Kami akan
memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka.

c. Tidak khawatir dengan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi

Tanda orang tawakal ini akan selalu teguh ketika ada dan kemungkinan yang akan
terjadi. Iya kan menyandarkan dan menyerahkan semuanya kepada Allah dan sadar betul
bahwa apa yang terjadi merupakan kodrat dan iradat Allah sehingga ketika sesuatu terjadi
orang mukmin yang memiliki sifat tawakal akan bisa mengambil hikmah dari apa yang sudah
terjadi.
3. Keutamaan Orang yang Tawakal

a. Dapat membuktikan keimanan yang benar


Orang yang bertawakal kepada Allah swt merupakan orang yang dapat membuktikan
keimanannya, karena salah satu cirri orang beriman adalah bertawakal kepada Allah swt.

b. Memperoleh jaminan rezeki


Rasulullah saw bersabda :
“Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan tawakal yang sebenar-benarnya, kalian
pasti diberi rezeki sebagaimana burung diberi rezeki, ia pergi pada pagi hari dalam keadaan
perut kosong, kemudian pulang pada sore harinya dalam keadaan kenyang.” (HR Tirmidzi)

c. Memperoleh kecukupan dari apa yang dibutuhkan


Orang yang bertawakal kepada Allah akan dicukupkan apa yang menjadi keperluannya dalam
hidup. Bila dari sisi jumlah tidak cukup, paling tidak dengan bertawakal itu dia akan merasa
cukup dengan apa yang diperolehnya. Allah swt berfirman :
 “….Barangsiapa bertawakal kepada Allah niscaya Dia akan mencukupkan
(keperluan)nya….” (ath-Thalaaq : 3)

d. Tidak dikuasai setan


Orang yang bertawakal tidak bisa digoda apalagi dikuasai oleh setan. Sebab, bagaimana
mungkin setan dapat menggoda orang-orang yang begitu dekat dan terikat kepada Allah swt
sebagaimana dalam firmanNya :
“Sungguh, setan itu tidak akan berpengaruh terhadap orang yang beriman dan bertawakal
kepada Tuhan.” (an-Nahl : 99)

e. Menghargai usaha yang dilakukan


Saat seseorang berusaha lalu tidak mencapai hasil yang diharapkannya kadang dia merasa sia-
sia atau percuma saja berusaha bila hasilnya hanya demikian. Sikap ini disebabkan oleh tidak
bertawakalnya dia kepada Allah swt. Bila dia bertawakal, maka dia akan menerima apa yang
sudah diperolehnya dan mensyukurinya. Namun, lain halnya dengan orang yang bertawakal,
bila belum memuaskan seperti yang dia harapkan, maka dia akan berusaha lagi dengan usaha
yang lebih maksimal. Dapat dipahami bahwa bila pekerjaan atau usaha dirinya sendiri saja
sudah tidak dihargai, bagaimana mungkin dia bisa menghargai pekerjaan orang lain, apalagi bila
pekerjaan itu tidak mencapai hasil yang diinginkannya.

f. Dicintai Allah swt


Setiap muslim pasti ingin dicintai Allah swt. Salah satu orang yang dicintai Allah adalah orang
yang bertawakal kepada Allah swt.

D. Hubungan antara ikhtiyar, do’a, dan tawakal


Berikhtiar adalah wajib. Maka barangsiapa mau berikhtiar, ikhtiarnya akan dicatat sebagai
ibadah. Jika ikhtiarnya membuahkan hasil, maka setidaknya ia akan mendapat 2 (dua)
keuntungan:
1. Akan memperoleh pahala dari Allah SWT.
2. Akan mendapat keberhasilan atau manfaat dari apa yang telah ia usahakan.
Tetapi jika ikhtiarnya belum berhasil, maka setidaknya ia akan mendapat pahala dari
Allah SWT. Jika ia sabar, maka ia akan mendapatkan pahala yang berlipat. Untuk memperlancar
atau mempermudah ikhtiar kita mencapai keberhasilan, kita perlu dan bahkan harus melakukan
doa sebagai usaha batiniah. Allah SWT berfirman dalam Surat Al Mukmin, ayat 60:

‫ا ْدعُونِي َأ ْستَ ِجبْ لَ ُك ْم‬

Artinya: “Berdoalah kepada-Ku, Aku akan mengabulkannnya”


Allah SWT akan memberikan jawaban atau merespons apa yang menjadi keinginan atau
usaha kita, kalau kita berdoa kepada-Nya. Hikmah berdoa kepada Allah SWT dalam kaitannnya
dengan ikhtiar adalah bahwa doa akan mendekatkan kita kepada Allah SWT, dan karenanya
akan memperlancar tercapainya apa yang kita usahakan.
Hikmah lain adalah bahwa dengan berdoa, kita akan terhindar dari klaim bahwa
keberhasilan kita semata-mata karena ikhtiar kita sendiri tanpa campur tangan dari Allah SWT.
Tentu ini akan mejadi kesombongan yang luar biasa sebagaimana disebutkan dalam ayat
berikutnya,
ِ ‫ِإ َّن الَّ ِذينَ يَ ْستَ ْكبِرُونَ ع َْن ِعبَا َدتِي َسيَ ْد ُخلُونَ َجهَنَّ َم د‬
  َ‫َاخ ِرين‬
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku
akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina.” (QS al-Mu’min: 60)
Oleh karena itu, tidak sepatutnya kita lupa berdoa kepada Allah SWT dalam setiap usaha
kita meraih sesuatu. Semakin banyak kita berdoa dalam kehidupan kita sehar-hari, semakin
dekatlah kita kepada Allah SWT dan tentu ini menjadi hal yang terpuji karena dengan berdoa
kita menunjukkan kerendahan dan pengakuan betapa kecil dan lemahnya kita di depan Allah
SWT.
Selain melakukan ikhtiar dan doa kepada Allah SWT dalam upaya kita meraih sesuatu,
ada satu hal lagi yang tak boleh kita tinggalkan, yakni tawakal. Dalam surat Ali Imran, ayat 159,
Allah SWT berfirman: 
َ‫فَِإ َذا َع َز ْمتَ فَت ََو َّكلْ َعلَى هَّللا ِ ِإ َّن هللاَ يُ ِحبُّ ْال ُمت ََو ِّكلِين‬
Artinya: “Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertwakallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang brtawakal pada-Nya.”
Jadi memang ikhtiar dan doa sesungguhnya belum cukup karena masih ada satu hal lagi
yang harus kita lakukam, yakni tawakal atau berserah diri kepada Allah SWT. Pertanyaannya,
mengapa kita harus bertawakal kepada Allah SWT?  Tawakal memiliki peran penting dalam
hidup ini, terutama terkait dengan usaha dan doa kita. Seperti kita ketahui dan mungkin sering
kita alami bersama bahwa tidak setiap yang kita usahakan atau inginkan akan tercapai dengan
segera sebagaimana kemauan kita, sebab memang bukan manusia yang mengatur hidup ini.
Allah-lah yang mengatur seluruh alam dengan segala permasalahannya. Allah Maha Tahu apa
yang akan terjadi di masa depan. Allah Maha Adil dan Bijaksana dengan semua rencana dan
keputusan-Nya. 
Oleh karena itu, sudah seharusnya usaha dan doa kita, kita serahkan kepada Allah SWT.
Biarlah Allah yang mengatur kapan usaha dan doa kita akan terkabul. Allah lebih tahu apa yang
terbaik buat hamba-hamba-Nya. Allah lebih tahu kapan usaha dan doa kita akan terkabul.
Terkadang, apa yang baik menurut manusia belum tentu baik menurut Allah SWT. Terkadang
pula, Allah belum mengabulkan usaha dan doa kita karena Allah menilai kita belum siap,
terutama secara mental spiritual, untuk menerima keberhasilan yang kita inginkan.  Ingatlah,
ada sebagian orang yang ketika usaha dan doanya dikabulkan, mereka justru makin jauh dari
Allah SWT dengan melakukan banyak kemaksiatan. Sebagai contoh, seseorang berdoa
memohon kenaikan pangkat dalam jabatannya. Ketika pangkatnya naik dan berkuasa, ia justru
banyak melakukan penyalah gunaan jabatan, seperti korupsi, manipulasi dan sebagainya.  Hal
seperti itu banyak kita jumpai di era sekarang ini dimana jabatan tidak lagi dinilai sebagai suatu
amanah tetapi telah dipandang sebagai kesempatan untuk memupuk kekayaan sebesar-
besarnya secara tidak sah. Sungguh tragis dan ironis, setelah doanya terkabul, ia malah menjadi
penghuni penjara. Ini artinya, secara mental spiritual ia sebenarnya belum siap menerima
sebuah keberhasilan duniawi.  Jamaah Jumat rahimakumullah, Dengan bertawakal kepada Allah
SWT, kita tentu lebih siap untuk menerima kenyataan. Mereka yang tidak tawakal, mungkin
akan sangat kecewa dan bahkan mengalami stres berat ketika usaha dan doanya tidak atau
belum terkabul. Sebagian dari mereka bahkan ada yang menyalahkan Tuhan dengan menuduh
Tuhan tidak adil. Sebaliknya, mereka yang bertawakal tentu akan sabar menerimanya sambil
introspeksi diri dengan tetap berusaha dan berdoa secara istiqamah. Mereka tidak akan putus
asa karena menyadari sepenuhnya bahwa Allah-lah Yang Maha Tahu kapan sebaiknya usaha
dan doanya akan terkabul. Ketika usaha dan doanya telah terkabul, tentu mereka akan
bersyukur karena menyadari sepenuhnya keberhasilan itu berasal dari Allah SWT. Salah satu
bentuk syukur itu adalah dengan tetap taat kepada Allah SWT yang disebut takwa. 

Anda mungkin juga menyukai