A. Ikhtiyar
1. Pengertian Iktiyar
Ikhtiar menurut Bahasa adalah pilihan atau memilih hal yang baik (khair), Sedangkan
menurut istilah ialah segala bentuk perilaku atau perbuatan manusia untuk mencapai sesuatu
yang diinginkannya, atau usaha yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya yang dilakukan sepenuh hati, sungguh-sungguh dan semaksimal mungkin dengan
mengerahkan seluruh kemampuannya dan keterampilannya serta dilakukan sesuai dengan
syariat islam.
Ikhtiyar bisa juga diartiakn: usaha manusia untuk memenuhi kebutuhan dalam
hidupnya, baik material, spiritual, kesehatan, dan masa depannya dalam usaha mendapatkan
yang terbaik, agar tujuan hidupnya selamat sejahtera di dunia dan di akhirat.
2. Bentuk-bentuk ikhtiar
a. Bersungguh-sungguh
Sungguh-sungguh merupakan salah satu bentuk ikhtiar yang harus diperhatikan. Dalam
menggapai mimpi, cita-cita, angan, dan keinginan diperlukan kesungguhan yang mendalam
untuk menggapainya, jangan berusaha setengah-setengah, tapi kerjakanlah dengan
sungguh sungguh.
b. Pantang menyerah dan putus asa
Jika sudah melakukan suatu usaha, kemudian tidak mendapatkan apa yang diinginkan atau
gagal, tidak sesuai dengan harapan atau tidak memuaskan, maka teruslah mencoba untuk
menggapai apa yang diinginkan, jangan mudah untuk menyerah dan jangan pernah putus
asa, karena kegagalan merupakan awal dari kesuksesan kita. Jika kita menyerah, putus asa
dan tidak pernah ikhtiar maka kita tidak akan pernah mendapatkan apa yang kita inginkan.
c. Bekerja keras
Berusaha semaksimal mungkin untuk meraih apa yang diinginkan. Jangan bermalas-
malasan dan berusaha semau-maunya. Tapi berusahalah dan bekerja keraslah sekuat
tenaga agar kita dapat menggapai apa yang kita inginkan.
ت ِّم ۢ ْن بَ ْي ِن يَ َد ْي ِه َو ِم ْن خَ ْلفِ ٖه يَحْ فَظُوْ نَهٗ ِم ْن اَ ْم ِر هّٰللا ِ ۗاِ َّن هّٰللا َ اَل يُ َغيِّ ُر َما بِقَوْ ٍم َح ٰتّى يُ َغيِّرُوْ ا َما بِا َ ْنفُ ِس ِه ْم َواِ َذآ اَ َرا َد
ٌ لَهٗ ُم َعقِّ ٰب
هّٰللا ُ بِقَوْ ٍم س ُۤوْ ًءا فَاَل َم َر َّد لَهٗ ۚ َو َما لَهُ ْم ِّم ْن ُدوْ نِ ٖه ِم ْن َّوا ٍل
… Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan
dibelakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak akan
mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah keadaan yang ada pada
dirinya sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka
tidak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain
dia … (QS. Ar-Ra’du : 11)
َ هَّللا َ َكثِيرًا لَ َعلَّ ُك ْم تُ ْفلِحُونB ِم ْن فَضْ ِل هَّللا ِ َو ْاذ ُكرُواBض َوا ْبتَ ُغوا
ِ ْصاَل ةُ فَا ْنتَ ِشرُوا فِي اَأْلر
َّ ت ال ِ ُفَِإ َذا ق
ِ َضي
Apabila telah di tunaikan shalat, maka bertebarlah kamu di muka bumi, dan carilah
karunia allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung… (QS. Al-
jumu’ah : 10)
b. Dalil ikhtiar dalam hadist
4. Keutamaan ikhtiar
a. Merasakan kepuasan batin, karena telah berusaha dengan sekuat tenaga dan
kemampuan yang di milikinya.
b. Terhormat di hadapan Allah dan sesama manusia.
c. Tidak mudah putus asa.
d. Dapat berhemat karena merasakan susahnya bekerja.
e. Menghargai jerit payahnya dan jerit payah orang lain.
f. Menyelamatkan akidahnya, karena tidak (bebas) bertawakal kepada makhluk.
g. Tidak menggantungkan orang lain dalam hidupnya.
B. Do’a
1. Pengertian do’a
Menurut bahasa doa berasal dari Bahasa Arab الدعاءyang merupakan bentuk masdar
dari mufrad داعىyang memiliki bermacam-macam arti. Dalam kamus Bahasa Arab di bawah
judul huruf و, ع, دdisebutkan sebagai berikut:
b. Menurut Mohammad Saifullah Al-Aziz, dalam bukunya "Risalah Memahami Ilmu Tasawuf"
menyatakan bahwa; Doa adalah suatu realisasi penghambaan dan merupakan media
komunikasi antara makhluk dengan Khaliknya, serta dicurahkan segala isi hati yang paling
rahasia. Dengan berdoa, manusia merasa bertatap muka dengan Khaliknya serta memohon
petunjuk maupun perlindungan. Jadi, doa itu pada prinsipnya merupakan kunci dari segala
kebutuhan hidup di dunia maupun di akhirat.
c. Menurut Dadang Hawari dalam bukunya "Doa dan Zikir sebagai Pelengkap Terapi Medis"
menyatakan; Doa adalah permohonan yang dimunajatkan kepada Allah SWT. Maksudnya,
suatu amalan dalam bentuk yang diucapkan secara lisan atau dalam hati yang berisi
permohonan kepada Allah SWT. dengan selalu mengingat nama dan sifat-Nya.
d. Menurut Umar Hasyim, dalam karyanya "Memahami Seluk-baluk Takdir" menyatakan; Doa
adalah memohon kepada Allah SWT agar tercapai apa yang dimaksudkan dengan
perantaraan mengerjakan segala syarat yang menjadi sebab berhasilnya usaha tersebut. Doa
adalah takdir Tuhan untuk manusia
e. Menurut Abdul Azis Dahlan, dalam Ensklopedi Hukum Islam, menyebutkan; doa ialah
permohonan dan permintaan dari seorang hamba kepada Tuhan dengan menggunakan lafaz
yang dikehendaki dan dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan.
Pendefinisian tentang doa diatas, secara umum menunjukan pada makna yang sama
antara yang satu dengan yang lain. Sehingga, dapat dirumuskan sebagai berikut :
a) Doa adalah pernyataan hajat atau keperluan. Melalui, merealisasi penghambaan dengan
melahirkan kehinaan dan kerendahan diri dalam keadaan tidak berdaya dan tidak
berkekuatan, kemudian mencurahkan segala isi hati yang paling rahasia kepada Allah
SWT.
b) Doa merupakan media komunikasi antara makhluk dengan Khaliknya. Dengan demikian,
penggunaan lafaz harus sesuai serta dapat memenuhi ketentuan yang ditetapkan dalam
berdoa.
c) Berdoa bukanlah hanya memohon, tetapi harus juga berikhtiar sesuai dengan jalan yang
semestinya. Agar tercapai dengan apa yang dimaksud melalui perantaraan, mengerjakan
segala syarat yang menjadi sebab berhasilnya usaha tersebut. Doa juga merupakan takdir
(ketetanpan) Tuhan, dimana setiap manusia harus melakukannya.
Dari uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa do’a, yaitu permohonan atau
permintaan hamba kepada Allah SWT, yang dikomunakisakan dengan lafadz-lafadz tertentu
sesuai dengan maksud dan tujuan, serta dibarengi dengan ikhtiyar, untuk dikabulkan atau
diwujudukan.
ض بَ ْع َد ِإصْ ٰلَ ِحهَا َوٱ ْدعُوهُ َخوْ فًا َوطَ َمعًا ۚ ِإ َّن ۟
ِ ْ َواَل تُ ْف ِسدُوا فِى ٱَأْلر. َضرُّ عًا َو ُخ ْفيَةً ۚ ِإنَّهۥُ اَل ي ُِحبُّ ْٱل ُم ْعتَ ِدين
۟ ٱ ْدع
َ َُوا َربَّ ُك ْم ت
ََرحْ َمتَ ٱهَّلل ِ قَ ِريبٌ ِّمنَ ْٱل ُمحْ ِسنِين
"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Dan janganlah kamu membuat
kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya
dengan rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya
rahmat Allah amat dekat kepada orangorang yang berbuat baik." (QS. Al-A`raf [7]: 55-56
ِ َوقَا َل َربُّ ُك ُم ٱ ْدعُونِ ٓى َأ ْست َِجبْ لَ ُك ْم ۚ ِإ َّن ٱلَّ ِذينَ يَ ْستَ ْكبِرُونَ ع َْن ِعبَا َدتِى َسيَ ْد ُخلُونَ َجهَنَّ َم د
ََاخ ِرين
۟ ُُوا ٱلَّ ِذينَ ي ُْل ِح ُدونَ فِ ٓى َأ ْس ٰ ٓمِئ ِهۦ ۚ َسيُجْ َزوْ نَ ما َكان
َوا يَ ْع َملُون ۟ َوهَّلِل ِ ٱَأْل ْسمٓا ُء ْٱل ُح ْسن َٰى فَٱ ْدعُوهُ بهَا ۖ َو َذر
َ َ ِ َ
"Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam
(menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang
telah mereka kerjakan" (Q.S. Al-A`raf [7] : 180)
Di antara sabda Rasulullah Saw yang bisa dijadikan sebagai landasan berdoa adalah hadis-hadis
Rasulullah sebagai berikut:
وفي الحديث دليل على أن هللا يحب أن يسأله العباد جميع مصالح دينهم ودنياهم من الطعام والشراب والكسوة
( ليسأل أحدكم ربه حاجته كلها حتى شسع نعله إذا: الحديثB وفي، كما يسألونه الهداية والمغفرة، وغير ذلك
وفي، وكان بعض السلف يسأل هللا في صالته كل حوائجه حتى ملح عجينه وعلف شاته، ) انقطع
يا رب ! إنه ليعرض لي الحاجة من الدنيا فأستحي أن: عليه الصالة والسالم قالB أن موسى: اإلسرائيليات
سلني حتى ملح عجينك وعلف حمارك: قال. أسألك.
“Pada hadits terdapat dalil bahwa Allah mencintai hamba-Nya yang meminta kepada-Nya semua
mashlahat agam dan dunia berupa makanan, minuman, pakaian dan lain-lain sebagai mana mereka
meminta hidayah dan ampunan. Dalam hadist, ‘hendaklah setiap kalian meminta kepada Rabbnya
semua kebutuhan, sampai-sampai ketika tali sandalnya lepas’.”
َ ُ َأ ْسَألB «اللَّه ُ َّم ِإنِّيB:صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسل َّ َم – َأنَّه ُ َكانَ يَقُو ُل
ك ِّ ِن النَّبBِ ض َي هَّللا ُ َع ْنه ُ – َع
َ –ي ِ ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن َم ْسعُو ٍد – َر
B َو ْال َعفَافَ َو ْال ِغنَىB»الهُدَى َوالتُّقَىْ )
Dari ayat-ayat dan hadis-hadis Nabi saw. yang tersebut di atas ahwa berdoa
adalah suatu tugas yang diperintahkan kepada hamba Allah untuk melaksanakannya.
Karena doa itu adalah ibadah.
3. Hikmah berdo’a
a. Do’a adalah ibadah dan salah satu bentuk ketaatan kepada Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda,
ُال ُّدعَا ُء هُ َو ْال ِعبَا َدة
“Do’a adalah ibadah.” (HR. Abu Daud )
2. Do’a adalah sebab untuk mencegah bala’ bencana.
3. Do’a itu amat bermanfaat dengan izin Allah. Manfaat do’a ada dalam tiga keadaan
sebagaimana yang disebutkan dalam hadits berikut,
ْ ث ِإ َّما َأ ْن تُ َعج ََّل لَهُ َد
« ُع َوتُه ٍ َْس فِيهَا ِإ ْث ٌم َوالَ قَ ِطي َعةُ َر ِح ٍم ِإالَّ َأ ْعطَاهُ هَّللا ُ بِهَا ِإحْ دَى ثَال
َ ما ِم ْن ُم ْسلِ ٍم يَ ْدعُو بِ َد ْع َو ٍة لَي
ال « هَّللا ُ َأ ْكثَ ُر
َ َ ق.ُ قَالُوا ِإذاً نُ ْكثِر.» ف َع ْنهُ ِمنَ السُّو ِء ِم ْثلَهَا
Bَ » َوِإ َّما َأ ْن يَ َّد ِخ َرهَا لَهُ فِى اآل ِخ َر ِة َوِإ َّما َأنُْ يَصْ ِر
“Tidaklah seorang muslim memanjatkan do’a pada Allah selama tidak mengandung dosa dan
memutuskan silaturahmi (antar kerabat, pen) melainkan Allah akan beri padanya tiga hal: [1]
Allah akan segera mengabulkan do’anya, [2] Allah akan menyimpannya baginya di akhirat kelak,
dan [3] Allah akan menghindarkan darinya kejelekan yang semisal.” Para sahabat lantas
mengatakan, “Kalau begitu kami akan memperbanyak berdo’a.” Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam lantas berkata, “Allah nanti yang memperbanyak mengabulkan do’a-do’a kalian.” (HR.
Ahmad 3/18, dari Abu Sa’id. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanadnya jayyid)
d. Do’a adalah sebab kuat dan semakin mendapatkan pertolongan menghadapi musuh.
e. Do’a merupakan bukti benarnya iman dan pengenalan seseorang pada Allah baik dalam
rububiyah, uluhiyah maupun nama dan sifat-Nya. Do’a seorang manusia kepada Rabbnya
menunjukkan bahwa ia yakini Allah itu ada dan Allah itu Maha Ghoni (Maha Mencukupi),
Maha Melihat, Maha Mulia, Maha Pengasih, Maha Mampu, Rabb yang berhak diibadahi
semata tidak pada selainnya.
6. Do’a menunjukkan bukti benarnya tawakkal seseorang kepada Allah Ta’ala. Karena seorang
yang berdo’a ketika berdo’a, ia berarti meminta tolong pada Allah. Ia pun berarti menyerahkan
urusannya kepada Allah semata tidak pada selain-Nya.
7. Do’a adalah sebagai peredam murka Allah. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Orang yang memiliki sifat tawakal merupakan refleksi dari surah Al-Fatihah, ayat 5:
“Hanya kepada Engulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon
pertolongan.”
Orang yang tawakal merefleksikan sifat dan sikapnya untuk tidak takut kepada selain
Allah dan hanya berharap kepada Allah. Dibuktikan dengan mengatakan benar apabila yang ia
yakini benar menurut syariat dan berani mengatakan tidak apabila hal tersebut tidak sesuai
dengan syariat.
Orang yang tawakal senantiasa yakin kepada Allah mengenai urusan rezeki hamba yang
hidup di muka bumi ini. Seperti anggapan bahwa setiap hewan di bumi dapat bertahan hidup
dengan rezekinya masing-masing. Begitu pula orang yang memiliki sifat tawakal akan
menyerahkan semuanya kepada Allah dan tidak merasa risau dengan keadaan. Dengan
demikian sifat ini akan melahirkaan sifat husnudzon kepada Allah. Tanda ini berkaitan erat
dengan ayat qs al-an’am ayat 151:
Tanda orang tawakal ini akan selalu teguh ketika ada dan kemungkinan yang akan
terjadi. Iya kan menyandarkan dan menyerahkan semuanya kepada Allah dan sadar betul
bahwa apa yang terjadi merupakan kodrat dan iradat Allah sehingga ketika sesuatu terjadi
orang mukmin yang memiliki sifat tawakal akan bisa mengambil hikmah dari apa yang sudah
terjadi.
3. Keutamaan Orang yang Tawakal