Anda di halaman 1dari 7

AHLAKUL KHARIMAH DALAM ISLAM

Secara etimologis akhlaq berasal dari kata Al-Huluq, akhlaq yang berarti tabiat,
budi pekerti, kebiasaan. Secara istilah akhlaq berarti sesuatu yang melekat pada
jiwa manusia yang daripadanyalah lahir perbuatan-perbuatan yang mudah tanpa
melalui proses pemikiran pertimbangan atau penelitian. Dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia, kata akhlak diartikan sebagai budi pekerti atau kelakuan.
[3]Menurut Abuddin Nata akhlak adalah perbuatan yang dilakukan dengan
mendalam dan tanpa pemikiran, namun perbuatan tersebut telah mendarah
daging dan melekat dalam jiwa, sehingga saat melakukan perbuatan tidak lagi
memerlukan pertimbangan dan pemikiran.[4]
Akhlakul Karimah adalah Akhlak yang baik dan terpuji yaitu suatu aturan atau
norma yang mengatur hubungan antar sesama manusia dengan tuhan dan alam
semesta. Akhlak mahmudah (akhlak terpuji) atau disebut pula dengan akhlak al
karimah (akhlak yang mulia). Temasuk akhlak al karimah antara lain adalah ridha
kepada Allah, cinta dan beriman kepada-Nya, beriman kepada malaikat, kitab
Allah, Rasul Allah, hari kiamat, takdir Allah, taat beribadah, selalu menepati janji,
melaksanakn amanah, berlaku sopan dalam ucapan dan perbuatan, qana’ah
(rela terhadap pemberian Allah), tawakkal (berserah diri), sabar, syukur,
tawadhu’ (merendahkan diri), berbakti kepada kedua orang tua, dan segala
perbuatan yang baik menurut pandangan atau ukuran Islam.

Jenis Akhlakul Karimah


Akhlakul karimah lainnya adalah akhlak yang terpuji baik yang langsung
terhadap Allah dengan melaksanakan ibadah yang wajib maupun yang sunah,
dan melaksanakan hubungan yang baik terhadap sesama manusia yang meliputi
antara lain :

1. Husnudzhan hablumminallah wahablumminannas ( Hubungan Baik

Kepada Alloh Dan Hubungan Baik Sesama Manusia )

2. Qana’ah yaitu menerima segala pemberian Allah SWT.

3. Ikhlas yaitu melaksanak sesuatu perbuatan yang baik hanya karena

Alllah SWT.

4. Sabar yaitu menerima pemberian dari Allah baik berupa nikmat

maupun berupa cobaan.


5. Istiqomah yaitu teguh pendirian terhadap keyakinannya.

6. Tasammuh yaiitu memiliki sifat tenggang rasa, lapang dada, dan

memiliki sifat toleransi.

7. Ikhtiar yaitu berusaha atau kerja keras untuk mencapai tujuan.

8. Berdoa yaitu memohon kepada Allah.

Selain itu, dalam QS. Al-Baqarah/2: 177:


ٓ
ِ َ‫اخ ِر َو ْٱل َم ٰلَِئ َك ِة َو ْٱل ِك ٰت‬
َ‫ب َوٱلنَّبِ ِّيۦن‬ ِ ‫ب َو ٰلَ ِك َّن ْٱلبِ َّر َم ْن َءا َمنَ بِٱهَّلل ِ َو ْٱليَوْ ِم ٱلْ َء‬
ِ ‫ق َو ْٱل َم ْغ ِر‬ ۟
ِ ‫ْس ْٱلبِ َّر َأن تُ َولُّوا ُوجُوهَ ُك ْم قِبَ َل ْٱل َم ْش ِر‬َ ‫لَّي‬
َ‫صلَ ٰوةَ َو َءاتَى ٱل َّز َك ٰوة‬ َّ ‫ب َوَأقَا َم ٱل‬ ِ ‫يل َوٱلسَّآِئلِينَ َوفِىٓ ٱل ِّرقَا‬ ٰ
ِ ِ‫َو َءاتَى ْٱل َما َل َعلَ ٰى ُحبِّ ِهۦ َذ ِوى ْٱلقُرْ بَ ٰى َو ْٱليَتَ َم ٰى َو ْٱل َم ٰ َس ِكينَ َوٱ ْبنَ ٱل َّسب‬
ٓ ٰ ۟ ٰ ۟ ‫َو ْٱل ُموفُونَ ب َع ْه ِد ِه ْم َذا ٰ َعهَد‬
ْ ‫ُأ‬
َ‫ص َدقُوا ۖ َو ۟ولَِئكَ هُ ُم ٱل ُمتَّقُون‬ َّ ‫ُأ‬
َ َ‫س ۗ ۟ولَِئكَ ٱل ِذين‬ ‫ْأ‬ ْ
ِ َ‫ضرَّآ ِء َو ِحينَ ٱلب‬ َّ ‫صبِ ِرينَ فِى ْٱلبَْأ َسآ ِء َوٱل‬ َّ ٰ ‫ُوا ۖ َوٱل‬ ‫ِإ‬ ِ

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan,
akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari
kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang
dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir
(yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan
(memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan
orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang
sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah
orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang
bertakwa”.
Misi Rasulullah antara lain untuk memperbaiki akhlak. Adapun memperbaiki
akhlak di sini bukan untuk masyarakat jahiliyyah saja, akan tetapi juga
menanamkan prinsip-prinsip atau dasar pengetahuan, kaidah-kaidah akhlak
yang bersumber dari Al-Quran untuk kepentingan manusia dan kemanusiaan.
Bagaimana masyarakat Arab kala itu yang penuh kebatilan, kedzaliman,
ketidakjujuran, anti kritik dan anti kemanusiaan.

Kemudian di dalam ayat:

َ‫ٱلج ِهلِين‬ ِ ‫ُرف َوَأ‬


َ ٰ ‫عرض َع ِن‬ َ ‫ُخ ِذ ٱل َع‬
ِ ‫فو َوأ ُمر بِٱلع‬

“Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf, serta
berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh.” (QS. Al-A’raf: 199).
Ayat ini singkat namun padat dan mengandung arti yang begitu luas, dengan
kalimatnya yang singkat ia sudah mencakup seluruh aspek akhlaqul karimah.
Ayat ini memerintahkan kita kepada tiga hal:
Kata ‫( خذ العفو‬maafkanlah) memerintahkan kita untuk memaafkan orang yang
bersalah, menyambung tali silaturrahmi kepada saudara yang
mememutuskannya, memperbaiki hubungan dengan orang lain, memaafkan
orang yang menyakiti kita dan lain sebagainya. Kalimat ini mengandung segala
bentuk memaafkan dan bersabar terhadap orang lain.

Kata ‫ُرف‬
ِ ‫( َوأ ُمر بِٱلع‬suruhlah orang mengerjakan yang ma´ruf (baik).) mengandung
perintah untuk menyeru kepada segala hal yang dianggap baik dalam syariat,
baik berupa perkataan maupun perbuatan.

ِ ‫( َوَأ‬berpalinglah dari pada orang-orang yang bodoh)


Kata َ‫عرض ع َِن ٱل ٰ َج ِهلِين‬
mengandung perintah untuk bersabar dan berpaling dari orang-orang bodoh
serta memuliakan diri dengan tidak berdebat dengan mereka. Seorang penyair
arab berkata:

 Jika orang bodoh berbicara maka janganlah engkau menjawabnya,

 Diam itu lebih baik daripada menjawabnya,

 Saya bersikap diam terhadap seseorang yang bodoh,

 Maka dia mengira aku tak bisa menjawabnya padahal aku bukan tak

bisa menjawabnya.

Sumber Akhlakul Karimah


Sumber akhlak adalah yang menjadi ukuran baik-buruk atau mulia dan tercela.
Al-Quran dijadikan sebagai patokan utama untuk memperbaiki akhlak. Dimulai
dari akhlak pribadi, keluarga dan seterusnya hingga lingkungan tempat tinggal
maupun lingkungan pekerjaannya. Sumber akhlak adalah al-Qur’an dan al-
Hadits, bukan akal pikiran atau pandangan masyarakat, sebagaimana pada
konsep etika dan moral.[5] Dalam konsep akhlak, segala sesuatu dinilai baik-
buruk, terpuji-tercela, semata-mata karena syara‟ (al-Qur’an dan Sunnah)
menilainya demikian. Al-Qur’an sebagai dasar akhlak menerangkan tentang
Rasulullah SAW sebagai suri tauladan (uswatun khasanah) bagi seluruh umat
manusia.
Dalam Alquran, Allah SWT berfirman:

‫لَقَ ْد َكانَ لَ ُك ْم فِ ْي َرسُوْ ِل هّٰللا ِ اُس َْوةٌ َح َسنَةٌ لِّ َم ْن َكانَ يَرْ جُوا هّٰللا َ َو ْاليَوْ َم ااْل ٰ ِخ َر َو َذ َك َر هّٰللا َ َكثِ ْي ًر‬

Artinya: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (QS. Al Ahzab: 21).
Ibnu katsir menerangkan bahwa ayat yang mulia itu merupakan dalil pokok yang
paling besar, yang menganjurkan kepada manusia yang beriman agar meniru
Rasulullah SAW dalam semua ucapan, perbuatan, dan sepak terjangnya.
Karena itulah Allah SWT memerintahkan kepada kaum mukmin agar meniru
sikap Nabi SAW dalam hal kesabaran, keteguhan hati, kesiagaan, dan
perjuangannya, serta tetap menanti jalan keluar dari Allah SWT. Semoga
shalawat dan salam-Nya terlimpahkan kepada Rasulullah SAW sampai hari
kiamat. Keluhuran akhlak Nabi SAW juga disebutkan dalam ayat lainnya. Allah
SWt berfirman:

ٍ ُ‫ َوِإنَّكَ لَ َعلى ُخل‬ 


‫ق َع ِظ ٍيم‬

Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur. (Al-Qalam: 4).
Akhlak yang mulia merupakan tolak ukur utama dalam menilai tingkat keimanan
seseorang. Bahkan Nabi kita Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam ketika ditanya tentang
apa yang paling banyak memasukkan seseorang ke dalam surga, beliau
mengatakan:

ِ ُ‫تَ ْقوى هَّللا ِ َو ُحسْنُ ْال ُخل‬


‫ق‬

“Bertaqwa kepada Allah dan berakhlak dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad,
Tirmidzi, Ibnu Majah)
Salah satu alasan diutusnya Nabi Muhammad SAW oleh Allah SWT di Arab tidak
lain untuk membenahi akhlak masyarakat pada masa itu. Hal ini disebutkan
dalam hadits.  

‫ق‬ َ ‫ثت ُأِلتَ ِّم َم‬


ِ ‫صالِ َح اَأْل ْخاَل‬ ُ ‫ “ِإنَّ َما ب ُِع‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ ‫ال رسو ُل هَّللا‬ َ َ‫”ع َْن َأبِي ه َُريرة ق‬. 
َ َ‫ ق‬:‫ال‬

Dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah


bersabda: “Sesungguhnya aku diutus hanyalah untuk menyempurnakan akhlak-
akhlak yang baik. (HR. Ahmad  2/381)
Mengenai akhlak Nabi SAW, Siti Aisyah radhiyallahu anha  menjawab: 

َ‫ َكانَ ُخلُقُهُ ْالقُرْ آن‬ 

Artinya: Akhlak beliau adalah Al-Qur’an.


Rasulullah SAW sama sekali belum pernah memukulkan tangannya kepada
seorang pun dari pelayannya, dan belum pernah memukul seorang pun dari istri
(beliau), dan belum pernah memukulkan tangannya kepada sesuatu pun kecuali
bila dalam berjihad di jalan Allah.  Baginda Nabi SAW juga tidak pernah
melakukan suatu pembalasan yang pernah ditimpakan kepada dirinya,
melainkan bila batasan-batasan Allah dilanggar, maka beliau baru melakukan
pembalasan dan itu hanyalah karena Allah SWT.
Juga sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam :

ٍ ُ‫اس بِ ُخل‬
‫ق َح َس ٍن‬ َ َّ‫ق الن‬
ِ ِ‫َو َخال‬

Pergaulilah manusia dengan akhlak mulia [HR. at-Tirmidzi no. 1987

Pentingnya memiliki akhlakul karimah


Dalam ajaran agama Islam, akhlakul karimah merupakan salah satu indikator
dalam menilai tingkat keimanan seorang umat. Hal tersebut sesuai dengan
sabda Rasulullah SAW berikut ini:

ِ ُ‫تَ ْقوى هَّللا ِ َو ُحسْنُ ْال ُخل‬


‫ق‬

Artinya:
“Bertaqwa kepada Allah dan berakhlak dengan akhlak yang baik.” (HR. Ahmad,
Tirmidzi, Ibnu Majah)

Selain itu:

‫َأ ْك َم ُل ْال ُمْؤ ِمنِ ْينَ ِإ ْي َمانًا َأحْ َسنُهُ ْم ُخلُقًا‬

Artinya:
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang terbaik akhlaknya.”
(HR At- Tirmidzi)

Dalam hadits lain beliau bersabda:

“Sesungguhnya yang paling aku cintai di antara kalian dan yang paling dekat
tempat tinggalnya denganku pada hari kiamat adalah yang paling mulia
akhlaknya” (HR. Tirmidzi, shahih)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda :

ٍ ُ‫َما ِم ْن َش ْي ٍء َأ ْثقَ ُل فِ ْي ِميْزَا ِن ْال ُمْؤ ِم ِن َيوْ َم ْالقِيَا َم ِة ِم ْن ُخل‬


‫ق َح َس ٍن‬

“Tidak ada sesuatu yang lebih berat pada timbangan (kebajikan) seorang
mukmin pada hari kiamat daripada akhlak yang mulia” (HR At-Tirmidzi)
Hadits ini mengisyaratkan kepada kita bahwa seseorang mukmin berusaha untuk
melakukan amalan yang terbaik dengan timbangan yang terberat pada hari
kiamat. Karena kita sadar bahwa umur dan kemampuan kita untuk beramal
sholeh terbatas, maka Nabi mengarahkan kita untuk berakhlak yang mulia,
karena akhlak mulia merupakan amal ibadah yang sangat berat timbangannya
pada hari kiamat.
Generasi millennial
Milenial atau sering disebut generasi Y adalah sekelompok orang yang lahir
setelah generasi X. Mereka lahir pada kisaran 1980 hingga 2000-an. Pada 2020,
generasi milenial akan mendominasi populasi di Indonesia dengan porsi sekitar
34 persen. generasi milenial di Indonesia sangat kecanduan internet. Dalam
sehari rata-rata generasi milenial bisa menggunakan internet dengan durasi lebih
dari tujuh jam dalam sehari. loyalitas generasi milenial tergolong rendah. Saat
ada produk yang lebih bagus, generasi milenial dengan mudah akan berpaling.
Mayoritas milenial lebih memilih melakukan transaksi non-tunai. generasi
milenial bisa bekerja dengan lebih cepat dan cerdas lantaran didukung oleh
keberadaan teknologi. Perkembangan teknologi juga mendorong milenial
memiliki kemampuan multi-tasking. Perilaku ini membuat milenial terbiasa
melakukan dua hingga tiga pekerjaan sekaligus. Generasi milenial juga memiliki
perilaku senang berwisata. 1 dari 3 millenial di Indonesia liburan minimal 1 kali
dalam setahun. Di sisi lain, milenial terhitung gemar berbagi, peduli dan responsif
terhadap masalah sosial.
Membangun Kultur Akhlakul Karimah di Kalangan Generasi Millenial
Untuk membangun budaya/kultur Akhlakul Karimah di Kalangan Generasi
Millenial dapat dilakukan sebagai berikut:

1. Memperbanyak kajian tentang keutamaan berkahlakul karimah. Kajian

dapat dilakukan dengan online/ofline. Banyak situs/web yang

menyuguhkan tentang keutamaan memiliki akhlak yang baik. Jika

generasi millennial sudah faham tentang keutamaan berakhlak

karimah, insyaAllah akan muncul dari dalam dirinya (motivasi internal)

untuk berakhlakul karimah. Dan motivasi ini biasanya akan lebih lama,

tidak mudah luntur, karena akhlak yang tercermin original dari dalam

dirinya.

2. Memperbaiki kualitas dan kuantitas ibadah. Ibadah adalah bukti

keimanan dan ketaqwaan seseorang. Nash-nya, jika ibadah

seseorang bagus, akhlak yang keluar dari dirinya baik ucapan

maupun perbuatan juga akan bagus. Pada prinsipnya, luaran dari


ibadah adalah akhlak. Jika ibadahnya bagus, akhlaknya bagus, jika

ibadahnya kurang bagus, akhlaknya juga kurang bagus.

3. Memilah dan memilih komunitas yang bagus, yang memiliki

kesamaan visi misi dan tujuan hidup. Lingkungan yang bagus akan

menambah semangat seseorang untuk memperbaiki kualitas

hidupnya.

4. Aktif dalam organisasi keagamaan/Muhammadiyah yang di dalamnya

banyak kegiatan yang dapat memperdalam pemahaman keagamaan

dan dialog antar anggota sehingga saling menguatkan nilai-nilai

keislaman dalam dirinya.

Penutup
Akhlakul karimah adalah akhlak yang terpuji yang sumbernya dari Al Qur’an dan
As Sunnah. Akhlak seseorang dapat dilihat dari ucapan dan perilakunya sehari-
hari. Untuk menumbuhkan akhlakul karimah, khususnya bagi generasi millennial,
pertama dengan menambah intensitas dalam melihat dan mendengarkan kajian
online sehingga memunculkan nilai-nilai keislaman dalam dirinya. Kedua,
menigkatkan kualitas dan kuantitas ibadah. Ketiga, Memilah dan memilih
komunitas yang bagus. Keempat, Aktif dalam organisasi
keagamaan/Muhammadiyah.

Anda mungkin juga menyukai