Anda di halaman 1dari 8

Muchlisin S.Ag, M.

Si

TOPIK BAHASAN
a) Pengertian Akhlaq dan Tasawuf
b) Ciri-ciri umum Tasawuf
c) Dasar-Dasar Tasawuf dalam Al-qur’an dan Hadis
d) Hubungan antara Tasawuf dan Akhlak
e) Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan Masyarakat

Akhlaq
Etimologis :
berasal dari kosakata bahasa Arab (Akhlaq) yang
merupakan bentuk jamak dan kata (khuluq) yang berarti
as-sajiyah (perangai), attabi'ah (watak). al-adah
(kebiasaan atau kelaziman) dan ad-din (keteraturan)
( JamaIuddin Abud-Fadal Muhammad bin Makrarn Ibnu Manzur aI-Ansariyyi al-ifriqiyyi aI-Misriyyi. Lisanul-A rab,
jilid X. cet. 1. Beirut:Darul-Fikr. 20031424). h. 104).

• Kamus Al-Munjid :kata Akhlaq berasal dari bahasa


Arab beranti tabi'at. budi pekerti. perangai. adat atau
kebiasaan.
(Louis Ma'luf. Al-Munjid fillughoh wal-a lam. (Beirut: Darul-Masyriq. ¡976). h.94).

1
TERMINOLOGIS :
1. “Akhlak adalah sifat yang tertanam pada jiwa seseorang
yang mendorongnya untuk melakukan suatu perbuatan
tanpa membutuhkan pemikiran dan pertimbangan
terlebih dahulu.” (Ibnu Miskawaih-w 421 H/1030 M)
2. Akh1ak adalah gambaran tentang keadaan jiwa yang
tertanam secara mendalam.Keadaan jiwa itu
melahirkan tindakan dengan mudah dan gampang tanpa
membutuhkan pemikiran dan pertimbangan.” Al-Gazali
(w.550 H./1 111 M)

3. “Akhlak adalah sifat yang tertanam pada jiwa seseorang


secara mendalam yang daripadanya muncul perbuatan
baik maupun buruk dengan tidak mernbutuhkan
pemikiran dan pertimbangan. Ibrahim Anis

Akhlaq…..

secara kebahasaan kata akhlak mengacu kepada


sifat-sifat manusia secara universal.
Akhlaq terbagi dua :
1) Al-akhlaq al-karimah, Al-akhlaq
Al-hasanah (Akhlaq baik) atau Al-
akhlaq al-mahmudah (akhlaq
terpuji)
AKHLAQ
2) Al-ahlaq Al-qobihah (ahlaq yang
buruk) atau Al-ahlaq Al-
madzmumah

Al-akhlaq al-karimah

Alghozali : Merupakan sumber ketaatan dan


kedekatan kepada Allah SWT. Sehingga
mempelajari dan mengamalkannya menjadi
tanggungjawab individual.
Al-Mawardi : Perangai yang baik dan ucapan
yang baik
Ibnu Hazm : Pangkal akhlaq terpuji ada 4 yaitu
; Adil, Paham, Keberanian dan kedermawanan.

2
2. Al-ahlaq Al-qobihah (ahlaq yang buruk) atau Al-ahlaq Al-
madzmumah

Kata madzmumah berasal dari bhs Arab yg


artinya tercela. Segala bentuk akhlaq yang
bertentangan dengan Akhlaq terpuji disebut
akhlaq tercela. Akhlaq tercela bisa merusak
keimanan seseorang dan menjatuhkan
martabatnya sebagai manusia.

Al-ahlaq Al-madzmumah

1) Syirik (Syirik akbar maupun ashghor)


2) Kufur (bhs: menutupi, syara’ : tidak beriman
kepada Allah dan rasulnya baik dengan
mendustakan maupun tidak mendustakan).
Kufur ada dua : besar maupun kecil.
3) Nifak dan fasik
4) Takabur dan ujub
5) Dengki
6) Ghibah (membicarakan aib orang lain)
7) Riya’

Tasawuf
Terminologis
Tasawuf adalah ilmu yang mempelajari usaha
membersihkan diri, berjuang memerangi hawa
nafsu, mencari jalan kesucian, dengan makrifat
menuju keabadian, saling mengingatkan antara
manusia serta berpegang teguh pada janji Allah
dan mengikuti syari’at rosulullah dalam
mendekatkan diri dan mencapai keridloanNya.
(Prof. Dr. Rosihan Anwar, M.Ag, Akhlaq Tasawuf, CV, Pustaka setia, Bandung,2010,hal.
147)

3
Tasawuf

Etimologis :
1. Dari kata shuf (Wol Kasar) karena orang2 sufi
selalu memakai pakaian tsb sbg lambang
kesederhanaan
2. Dari kata Shofa : Bersih
3. Dari kata Ahl Al-ssuffah : orang2 yg tinggal di
suatu kamar disamping masjid nabi di Madinah
4. Dari kata Sophos (Yunani) yg berarti Hikmah
5. Dari kata Shaf (baris dalam sholat yang paling
depan)

CIRI-CIRI TASAWUF

1. Memiliki moral
2. Pemenuhan fana (sirna) dalam realitas
mutlaq
3. Pengetahuan intuitif langsung
4. Timbulnya rasa kebahagian sebagai karunia
Allah karena tercapainya maqomat
(tingkatan).
5. Penggunaan simbul pengungkapan yang
biasanya bersifat harfiah dan tersirat.

ANNAFS / JIWA MANUSIA

Menurut para fliosof dan juga sebagian sufi, jiwa


manusia (annafs) dibagi ke dalam tiga bagian yaitu :
1. nafsu syahwat (al-nafs al-syahwiyyah), yaitu
daya jiwa yang biasanya mewakili jiwa tumbuh-
tumbuhan, seperti makan, tumbuh dan
berkembang biak,
2. nafsu amarah (al-nafs al-ghadhabiyah), daya
marah yang biasanya dianggap mewakili jiwa
hewan, seperti gerak dan pengindraan,
3. Nafsu atau jiwa rasional (al-nafs al-nuthqiyah),
yaitu jiwa rasional yang mewakili jiwa manusia.

4
HUBUNGAN AKHLAQ & TASAWUF
 Dalam pandangan sufi, ahlaq dan sifat seseorang bergantung pada jiwa yang
berkuasa atas dirinya. Jika yang berkuasa adalah nafsu hewani/nabati maka yang
akan tampil dari perilakunya adalah perilaku hewani atau nabati itu. Sebaliknya
jika yang berkuasa adalah nafsu insani maka yang akan tampil adalah perilaku
insani pula. (Prof. Dr. Rosihan Anwar, M.Ag, Akhlaq Tasawuf, CV, Pustaka setia,
Bandung,2010,hal. 223)
 Tujuan tasawuf adalah memperoleh suatu hubungan husus langsung dengan
tuhan. Perasaan benar-benar berada di kehadirat tuhan (ihsan). Maka untuk
mencapainya seseorang harus menjadi orang yang berakhlak mulia. Jadi ahlaq
merupakan gerbang bagi imu tasawuf.
 Tasawuf adalah ilmu agama yang husus berkaitan dengan aspek-aspek moral
serta tingkah laku yang merupakan substansi ajaran Islam (ahlaq)
 Hakikat Tasawuf adalah perpindahan sikap mental , keadaan jiwa dari satu
keadaan ke keadaan yang lain yang lebih baik, lebih tinggi dan lebih sempurna
melalui riyadloh (latihan husus dan bertahap).

Aktualisasi Akhlak dalam Kehidupan Masyarakat

 Akhlak kepada Allah


 Akhlak kepada diri sendiri
Sabar, Syukur, Menunaikan Amanah, Benar dan jujur. Menepati janji (al-wafa’) dan
Memelihara kesucian diri
 Akhlak kepada keluarga
Berbakti kepada Orang tua, Bersikap baik kepada keluarga
 Akhlak kepada masyarakat
Berbuat baik kepada tetangga, Suka menolong orang lain
 Akhlak kepada Lingkungan
Suatu perusakan terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan
terhadap diri sendiri.
Manusia dituntut untuk memperhatikan apa yang sebenarnya dikehendaki
Allah sebagai pemilik alam lingkungan sekitar manusia.
(Prof. Dr. Rosihan Anwar, M.Ag, Akhlaq Tasawuf, CV, Pustaka setia,
Bandung, 2010,hal. 114-115)

Sikap Yang dikembangkan


1. at-tawassuth
2. at-tawazun
3. al-i'tidal atau tegak lurus
4. sikap tasamuh

5
1. Attawasuth
1. at-tawassuth atau sikap tengah-tengah, sedang-sedang, tidak
ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan. Ini disarikan dari firman
Allah SWT:

ُ ْ‫سطا ً ِلّت َ ُكونُوا‬


‫ش َه َداء‬ َ ‫َك َذلِكَ َجعَ ْلنَا ُك ْم أ ُ ﱠمةً َو‬
ً ‫ش ِهيدا‬َ ‫سو ُل َعلَ ْي ُك ْم‬ ‫اس َويَ ُكونَ ﱠ‬
ُ ‫الر‬ ِ ‫َعلَى النﱠ‬
Dan demikianlah kami jadikan kamu sekalian (umat Islam)
umat pertengahan (adil dan pilihan) agar kamu menjadi saksi
(ukuran penilaian) atas (sikap dan perbuatan) manusia
umumnya dan supaya Allah SWT menjadi saksi (ukuran
penilaian) atas (sikap dan perbuatan) kamu sekalian. (QS al-
Baqarah: 143).

2. at-tawazun
At-tawazun atau seimbang dalam segala hal, terrnasuk dalam penggunaan dalil
'aqli (dalil yang bersumber dari akal pikiran rasional) dan dalil naqli (bersumber
dari Al-Qur’an dan Hadits). Firman Allah SWT:

َ ‫ت َوأَنزَ ْلنَا َم َع ُه ُم ْال ِكت‬


‫َاب‬ ِ ‫سلَنَا ِب ْالبَ ِيّنَا‬
ُ ‫س ْلنَا ُر‬
َ ‫لَقَ ْد أ َ ْر‬
‫ْط‬ِ ‫اس بِ ْال ِقس‬ َ ُ‫َو ْال ِميزَ انَ ِليَق‬
ُ ‫وم النﱠ‬
Sungguh kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa bukti
kebenaran yang nyata dan telah kami turunkan bersama mereka al-kitab dan
neraca (penimbang keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.
(QS al-Hadid: 25)

3. al-i'tidal atau tegak lurus


Dalam Al-Qur'an Allah SWT berfirman:

ِ ‫ش َه َداء بِ ْال ِقس‬


‫ْط‬ ُ ِ ّ ِ َ‫يَا أَيﱡ َها الﱠذِينَ آ َمنُواْ ُكونُواْ قَ ﱠو ِامين‬
‫َآن قَ ْو ٍم َعلَى أَﻻﱠ ت َ ْع ِدلُوا ا ْع ِدلوا ُه َو‬
ْ ُ ْ ُ ‫شن‬َ ‫َوﻻَ يَجْ ِر َمنﱠ ُك ْم‬
َ‫ير بِ َما ت َ ْع َملُون‬
ٌ ِ‫ب ِللت ﱠ ْق َوى َواتﱠقُواْ ّ َ إِ ﱠن ّ َ َخب‬ ُ ‫أ َ ْق َر‬
Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi
orang-orang yang tegak membela (kebenaran) karena Allah menjadi
saksi (pengukur kebenaran) yang adil. Dan janganlah kebencian kamu
pada suatu kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah
karena keadilan itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah
kepada Allah, karena sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang
kamu kerjakan. (QS al-Maidah: 8)

6
ُ‫ع ْنه‬
َ ُ‫ي ﷲ‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ص ْخر َر‬ َ ‫الرحْ َم ِن ْب ِن‬ ‫ع ْب ِد ﱠ‬َ ‫ع ْن أ َ ِبي ه َُري َْرة َ؛‬ َ
َ ‫ َما نَ َه ْيت ُ ُك ْم‬:‫ﷲ ﷺ يَقُ ْو ُل‬
،ُ‫ع ْنهُ فَاجْ تَنِب ُْوه‬ ِ ‫س ْو َل‬ ُ ‫سمِ ْعتُ َر‬ َ : ‫ل‬
َ ‫قَا‬
ْ‫ فَإِنﱠ َما أ َ ْهلَكَ الﱠ ِذيْنَ مِ ن‬،‫ط ْعت ُ ْم‬ َ َ ‫َو َما أ َ َم ْرت ُ ُك ْم بِ ِه فَأْتُوا مِ ْنه ُ َما ا ْست‬
[‫]رواه البخاري ومسلم‬ ‫علَى أ َ ْنبِيَائِ ِه ْم‬
َ ‫اختِﻼَفُ ُه ْم‬ َ ‫قَ ْب ِل ُك ْم ؛ كَثْ َرة ُ َم‬
ْ ‫سائِ ِل ِه ْم َو‬
Artinya: Dari Abu Huroiroh Abdur Rohman bin Shokhrin Rodhiyallahu anhu ia
berkata: ” Saya telah mendengar Rosulullah Shollallahu alaihi wa sallam
bersabda: ” Apa apa yang saya larang darimu maka jauhilah, dan apa apa yang
saya perintahkan, maka lakukanlah semampumu, sesungguhnya yang
membinasakan manusia sebelum kamu adalah banyak pertanyaan dan
perselisihan mereka terhadap para Nabinya ” [HR Bukhori dan Muslim]

4. sikap tasamuh
sikap tasamuh atau toleransi. Yakni menghargai perbedaan serta
menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Namun
bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda
tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini. Firman Allah SWT:

‫وﻻ لَهُ قَ ْوﻻً لﱠ ِيّنا ً لﱠعَلﱠهُ يَتَذَ ﱠك ُر أ َ ْو يَ ْخشَى‬


َ ُ‫فَق‬
Maka berbicaralah kamu berdua (Nabi Musa AS dan Nabi Harun AS)
kepadanya (Fir'aun) dengan kata-kata yang lemah lembut dan mudah-
mudahan ia ingat dan takut. (QS. Thaha: 44)

toleransi harus dilanjutkan dengan mutual-respect. Dalam semangat dan


konteks keindonesiaan, sesungguhnya yang diharapkan bukan sekadar
menumbuhkan toleransi dan bekerja sama untuk kepentingan umat
beragama secara eksklusif, melainkan suatu gerakan moral untuk
meningkatkan harkat dan martabat bangsa.

Referrences
• Abi Fakhrur Razi, Rahmat Saputra, Cahaya Akhlak: Panduan bagi Pelajar untuk Memiliki Akhlak
Mulia, Cyber Media Publishing, Jawa Timur, 2019
• Ichwan Fauz. Etika Muslim
• Dr. Abd. Haris, ETIKA HAMKA ; Konstruksi Etik Berbasis Rasional-Religius,
• Hamzah Ya’kub, Etika Islam: Pembinaan Akhlaqulkarimah (Suatu Pen gantar), (Bandung: CV.
Diponegoro, 1983), cet. ke-2
• Hasyim Asy’ari, Adab aI-’ÂIim wa al-M uta’allim fîMâ Yahtâju ilaihi al-M uta’allim fi Ahwâl at-Ta’allum
wa Mâ Yatawaqqaf ‘Alaihi al-M uta’allim fi Maqâm atTa’allum, (jombang: Tp., 2001), cet. ke-1.
• Muhammad Abid ai-Jâbiri, al- Aqlu al-A khlaqi al- Ara bi: Dirasah Tahliliyah Naqdiyyah li Nuzum al-
Qiyâm fîats-Tsaqâfah al-’Arabiyyah, (Maroko: Markäz Dirâsat ai-Wihdah aI-’Arabiyyah, 2001), cet. ke-
1.
• Muhammad Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran: Tafsir Maudhu’i atas Pelba gai Persoalan Umat,
(Bandung: Mizan, 1996).
• Olaf H. Schumann, Menghadapi tantangan, memperjuangkan kerukunan,
• Ahmad Syarif Yahya , Ngaji toleransi , PT Elex Media Komputindo Jakarta, 2017
• https://islam.nu.or.id/post/read/16551/karakter-tawassuth-tawazun-i039tidal-dan-tasamuh-dalam-
aswaja (diunduh : 20 des 2020)
• Prof. Dr. Rosihan Anwar, M.Ag, Akhlaq Tasawuf, CV, Pustaka setia, Bandung,2010,hal

7
Interesting Facts

Semoga Ada Manfa’atnya

Anda mungkin juga menyukai