Anda di halaman 1dari 12

BAB 

 I
PENDAHULUAN
A.        Latar belakang masalah
Tauhid secara bahasa berasal dari kata wahhada – yuwahhidu yang artinya
menjadikan sesuatu satu/ tunggal/ esa (menganggap sesuatu esa).
Secara istilah syar’i, tauhid berarti mengesakan Allah dalam hal Mencipta, Menguasai,
Mengatur dan mengikhlaskan (memurnikan) peribadahan hanya kepada-Nya, meninggalkan
penyembahan kepada selain-Nya serta menetapkan Asma’ul Husna (Nama-nama yang
Bagus) dan Shifat Al-Ulya (sifat-sifat yang Tinggi) bagi-Nya dan mensucikan-Nya dari
kekurangan dan cacat.
           Ilmu tauhid belum dikenal pada masa Nabi Muhammad saw dan sahabat-sahabatnya
melainkan baru dikenal pada masa kemudiannya, setelah ilmu-ilmu keislaman satu persatu
muncul dan setelah orang banyak suka membicarakan alam ghaib atau metafisika.

B.        Rumusan masalah
1)      Apa pengertian dari tauhid dan ilmu tauhid?
2)      Apa ruang lingkup dari ilmu tauhid?
3)      Apa pentingnya tauhid dan ilmu tauhid?

C.        Tujuan penulisan
Tujuan makalah ini antara lain: 
1)      Untuk mengetahui pengertian dari tauhid dan ilmu tauhid
2)      Untuk mengetahui ruang lingkup ilmu tauhid
3)      Untuk mengetahui pentingnya ilmu tauhid
BAB II
PEMBAHASAN

A.                PENGERTIAN TAUHID
Asal makna tauhid, ialah meyakinkan (mengi’tikadkan), bahwa Allah adalah
“satu”, tidak ada syarikat bagi-Nya[1]. Ilmu tauhid ialah suatu ilmu yang membahas
tentang “Wujud Allah”, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya, sifat-sifat yang boleh
disifatkan kepada-Nya dan tentang sifat-sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan dari
pada-Nya.
Ilmu tauhid juga sering disebut sebagai ilmu kalam karena dalam memberikan
dalil tentang pokok (usul) agama cenderung kepada logika (mantiq), seperti yang biasa
dilakukan oleh para pemikir dalam menjelaskan seluk beluk hujjah tentang pendiriannya.
Tauhid adalah pegangan pokok dan sangat menentukan bagi kehidupan manusia,
karena tauhid menjadi landasan bagi setiap amal yang dilakukan

Allah berfirman :
‫صالِحًا ِم ْن َذ َك ٍر أَوْ أُ ْنثَى َوهُ َو ُم ْؤ ِم ٌن فَلَنُحْ يِيَنَّهُ َحيَاةً طَيِّبَةً َولَنَجْ ِزيَنَّهُ ْم أَجْ َرهُ ْم‬ َ ‫َم ْن َع ِم َل‬
َ‫بِأَحْ َس ِن َما َكانُوا يَ ْع َملُون‬
Artinya: “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan”. (Q.S. An Nahl : 97)
Tauhid bukan hanya sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta alam ini
adalah Allah SWT, bukan hanya sekedar mengetahui bukti-bukti rasional tentang
kebenaran wujud (keberadaaan) Nya, dan wahdaniyah (keesaan) Nya, dan bukan pula
sekedar mengenal asma’ wa sifat-Nya[2].
Tauhid adalah pemurnian ibadah kepada Allah. Yaitu, menghambakan diri hanya
kepada Allah secara murni, mentaati segala perintah-Nya, menjauhi segala larangan-Nya
setulus hati dengan rasa rendah diri, cinta, harap dan takut kepada-Nya.
B.           RUANG LINGKUP ILMU TAUHID
Aspek pokok dalam pembahasan ilmu tauhid adalah keyakinan akan eksistensi
Allah Yang Maha Sempurna. Karena itu, ruang lingkup pembahasan dalam ilmu tauhid
yang pokok adalah:
1.      Ma’rifatul Mabda’
Ruang pembahasan ilmu tauhid yang pertama yaitu Ma’rifatul mabda’. Yaitu
suatu ilmu yang membahas tentang  keberadaan dzat Allah dan hal-hal yang berhubungan
dengan Allah serta qadla’ dan qadar-Nya, yang terangkum dalam pembahasan rukun
iman, yakni iman kepada Allah dan iman kepada qadla’ dan qadar.
A. Iman Kepada Allah SWT
Iman kepada Allah SWT adalah percaya sepenuhnya akan kebenaran keberadaan Allah
SWT tanpa keraguan sedikitpun. Serta, mentaati dan menjalankan segala perintah-Nya
serta menjauhi segala larangan-Nya dengan sepenuh hati dengan penuh rasa rendah diri,
cinta, harap dan takut kepada-Nya. iman kepada Allah SWT meliputi tiga hal, yaitu:
1.  Dzat Allah SWT

Allah adalah wajibul wujud dan tak ada batasan bagi kesempurnaan-Nya. Tidak
ada manusia yang sanggup mengetahui dzat Allah SWT karena dzat Allah swt tidak lah
tersusun dari unsur, tidak terbatas. Karena itu mustahil bagi manusia mengetahui dzat
Allah SWT, akal manusia tidak akan sanggup mencapai hakekat Allah SWT.
Nabi Muhammad SAW bersabda :
“Pikirkanlah tentang keadaan makhluk Allah dan janganlah kamu memikirkan tentang
dzat-Nya yang menyebabkan kamu binasa.” (H.R. Abu Nu’aim)
Allah berfirman:
َ‫﴾ ٱلَّ ِذين‬۱۹‫ب ﴿ە‬ِ َ‫ت أِّل ُ ۟ولِى ٱأْل َ ْل ٰب‬ ِ َ‫ٱختِ ٰل‬
ِ َ‫ف ٱلَّ ْي ِل َوٱلنَّه‬
ٍ ۢ َ‫ار َل َءا ٰي‬ ْ ‫ض َو‬ِ ْ‫ت َوٱأْل َر‬ ِ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬ ْ ‫إِ َّن فِى‬
ِ ‫خَل‬
ِ ْ‫ت َوٱأْل َر‬
‫ض َربَّنَا َما‬ ِ ‫ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو‬ِ ‫خَل‬ْ ‫يَ ْذ ُكرُونَ ٱهَّلل َ قِ ٰيَ ًۭما َوقُعُو ۭ ًدا َو َعلَ ٰى ُجنُوبِ ِه ْم َويَتَفَ َّكرُونَ فِى‬
۱۹۱﴿‫ار‬ ِ َّ‫اب ٱلن‬َ ‫﴾ َخلَ ْقتَ ٰهَ َذا ٰبَ ِطاًۭل ُسب ٰ َْحنَكَ فَقِنَا َع َذ‬
Artinya :
” Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan
siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang
mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): “Ya Tuhan kami,
tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah
kami dari siksa neraka “.(Q.S. Ali Imran : 190-191)
2.  Sifat Allah
Allah SWT memiliki sifat yang terdiri dari 3 kelompok sifat yaitu:
a. Sifat wajib
Sifat wajib Allah ada 20 yaitu:
1.         Wujud,
2.         Qidam,
3.         Baqa’
4.         Mukhalafatu lilhawadits,
5.         Qiyamuhu binafsih
6.         Wahdaniyyah
7.         Qudrah
8.         Iradah,
9.         Ilmu,
10.     Hayat
11.     Sama’
12.     Bashar
13.     Kalam
14.     Kaunuhu Qadiran
15.     Kaunuhu Muridan
16.     Kaunuhu Aliman
17.     Kaunuhu Hayyan
18.     Kaunuhu Sami’an
19.     Kaunuhu Basiran
20.     Kaunuhu Mutakalliman.
2.2.      Sifat mustahil
Sifat mustahil adalah berkebalikan dengan sifat wajib yang juga terdiri dari 20
sifat mustahil, yaitu:
1.         Adam
2.         Huduts
3.         Fana’
4.         Mumatsalah;
5.         Al ihtiyaju bighairih;
6.         Ta’addud;
7.         Ajzu;
8.         Karahah;
9.         Jahlun;
10.     Mautun;
11.     Shammu;
12.     A’ma;
13.     Bukmu;
14.     Kaunuhu Ajizan;
15.     Kaunuhu Karihan;
16.     Kaunuhu Jahilan;
17.     Kaunuhu Mayyitan;
18.     Kaunuhu Ashamm;
19.     Kaunuhu A’ma;
20.     Kaunuhu Abkam.
2.3.      Sifat jaiz
Adapun sifat jaiz bagi Allah itu ada satu sifat, yaitu Allah bebas berbuat, artinya
perbuatan Allah terhadap makhluk-Nya untuk boleh diperbuat-Nya dan boleh pula tidak.
Maksudnya, Allah tidak wajib membuatnya dan pula tidak mustahil kalau tidak
membuatnya.
3.      Af’al
Af’al adalah perbuatan Allah SWT. Segala yang ada di dunia ini adalah perbuatan
Allah SWT. Untuk mengetaui tentang af’al Allah adalah dengan melakukan Syuhud
(memandang/menyaksikan) dan meyakini bahwa segala perbuatan kita baik perbuatan
yang baik maupun perbuatan yang buruk adalah berasal dari Allah SWT.
b.      Iman Kepada Qadla’ dan Qadar.
Qadar ialah masdar dari kata qadarat is-sya’u artinya kepastian sesuatu. Aqdarahu
qadran artinya, kepastian itu berhasil dengan pemastiannya[3].
Iman kepada qadla dan qadar berarti bahwa seseorang mempercayai dengan
sepenuh hati bahwa Allah SWT telah telah mentakdirkan segala makhluk baik takdir
yang baik maupun takdir yang buruk..
Allah SWT berfirman :
٣﴿ ‫﴾ َوالَّ ِذي قَ َّد َر فَهَدَى‬٢﴿ ‫ق فَ َس َّوى‬
َ َ‫﴾الَّ ِذي خَ ل‬
Artinya :
“Yang menciptakan dan menyempurnakan (penciptaan-Nya){2} dan yang menentukan
kadar (masing-masing) dan memberi petunjuk,{3} (Q.S. Al –A’la : 2-3)

2.      Ma’rifatul Wasithah
Ruang pembahasan ilmu yang selanjutnya adalah Ma’rifatul Wasithah. Yaitu 
membahas tentang utusan Allah seperti Malaikat, Nabi/Rasul, dan Kitab Suci, yang
terangkum dalam rukun iman, yaitu iman kepada malaikat-malaikat Allah SWT, iman
kepada kitab-kitab Allah SWT, dan iman kepada Rasul-rasul Allah SWT.
Allah SWT berfirman:
‫ب الَّ ِذي أَ ْن َز َل‬
ِ ‫ب الَّ ِذي نَ َّز َل َعلَ ٰى َرسُولِ ِه َو ْال ِكتَا‬ ِ ‫يَا أَيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا آ ِمنُوا بِاهَّلل ِ َو َرسُولِ ِه َو ْال ِكتَا‬
‫ضاَل اًل بَ ِعيدًا‬
َ ‫ض َّل‬ َ ‫ِم ْن قَ ْب ُل ۚ َو َم ْن يَ ْكفُرْ بِاهَّلل ِ َو َماَل ئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر فَقَ ْد‬
Artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan
sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat
sejauh-jauhnya.”(Q.S. An-Nisa : 136)
1.      Iman Kepada Malaikat-Malaikat Allah SWT
Secara umum pengertian iman kepada malaikat-malaikat Allah SWT adalah
percaya akan adanya malaikat. Malaikat adalah makhluk yang diciptakan oleh Allah
SWT dari cahaya. Malaikat adalah makhluk yang tunduk dan patuh atas tugas dan
perintah Allah SWT yaitu untuk mengurus alam semesta ini.
Allah SWT berfirman :
‫آ َمنَ ال َّرسُو ُل بِ َما أُ ْن ِز َل إِلَ ْي ِه ِم ْن َربِّ ِه َو ْال ُم ْؤ ِمنُونَ ُكلٌّ آ َمنَ بِاهَّلل ِ َو َمالئِ َكتِ ِه َو ُكتُبِ ِه َو ُر ُسلِ ِه ال‬
‫صي ُر‬ ِ ‫ك َربَّنَا َوإِلَ ْيكَ ْال َم‬ َ َ‫ق بَ ْينَ أَ َح ٍد ِم ْن ُر ُسلِ ِه َوقَالُوا َس ِم ْعنَا َوأَطَ ْعنَا ُغ ْف َران‬ ُ ِّ‫نُفَر‬
Artinya :
"Rasul telah beriman kepada Al-Qur'an yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya
(demikian pula) orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah, mailakat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan rasul-rasul-Nya (Q.S. Al-Baqarah: 285).
Nabi Muhammad SAW bersabda :
"Iman itu percaya kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, dan para rasul-
Nya, serta kepada hari akhir dan kepastian yang baik dan buruk daripada-Nya. (Bukhari
Muslim).
Adapun 10 malaikat yang wajib diketahui adalah Jibril, Mikail, Izro’il, Munkar,
Nakir, Roqib, Atid, Isrofil, Ridwan, dan Malik
2.      Iman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT
Iman kepada kitab-kitab Allah SWT adalah percaya bahwa Allah telah
meurunkan kitab-kitab Nya kepada para Nabi dan Rasul Nya yang berisi tentang wahyu
Allah SWT unutk disampaikan kepada seluruh umat manusia didunia sebagai pedoman
hidup agar manusia tetap pada jalan yang benar dan diridloi oleh Allah SWT. Kitab-kitab
Allah tersebut diantaranya adalah : Taurat, Zabur, Injil dan Al-Qur’an.
3.      Iman Kepada Rasul Allah SWT
Beriman kepada rasul-rasul Allah merupakan rukun iman keempat. Maksudnya
ialah mempercayai bahwa Allah SWT telah mengutus para Rasul-Nya untuk membawa
syiar agama dan membimbing umat pada jalan lurus dan diridhoi Allah. Rasul-rasul ini
mempunyai sifat diantaranya adalah sifat siddiq (jujur), amanah (terpercaya), tabligh
menyampaikan, fathonah (cerdas).
3.      Ma’rifatul Ma’ad
Ma’rifatul Ma’admerupakan bagian dari ruang lingkup ilmu tauhid yang
membahas tentang hari kiamat, tanda-tanda hari kiamat serta hikmah beriman kepada hari
kiamat. Yang dimaksud hari kiamat adalah hancurnya seluruh dunia beserta alam semesta
ini dan seluruh makhluk hidup yang ada didalamnya. Yang selanjutnya akan berganti
kepada alam yang baru yaitu akhirat.
Beriman kepada hari kiamat adalah percaya dengan sepenuhya bahwa alam dan
segala isinya akan dihancurkan oleh Allah SWT, dan semua makhluk yang ada didunia
akan mati, kemudian dibangkitkan dari alam kuburnya  untuk diperhitungkan segala amal
kebaikan dan kejahatannya dan hidup kekal di alam akhirat.
Allah SWT berfirman :

‫صا َرى َوالصَّابِئِينَ َم ْن آ َمنَ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر َو َع ِم َل‬ َ َّ‫إِ َّن الَّ ِذينَ آ َمنُوا َوالَّ ِذينَ هَا ُدوا َوالن‬
ٌ ْ‫صالِحًا فَلَهُ ْم أَجْ ُرهُ ْم ِع ْن َد َربِّ ِه ْم َواَل َخو‬
َ‫ف َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ زَ نُون‬ َ
Artinya :
“Sesungguhnya orang-orang mukmin , orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan
orang-orang Shabiin, siapa sja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah,
hari akhir dan beramal shalih, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak
ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Q.S. Al
Baqarah : 62)

C.                Aspek-Aspek Ketauhidan
Tauhid Rububiyah
Tauhid rububiyah ialah mengesakan dalam pengaturan kerajaan. Itu adalah
pernyataan bahwa sesunggguhnya Allah ialah tuhan pengatur segala sesuatu, Dia
pemiliknya, Dia pencipta aturannya dan pemberi rezekinya[4].
Allah SWT berfirman :
َّ ‫صا َر َو َم ْن ي ُْخ ِر ُج ْال َح‬
َ‫ي ِمن‬ َ ‫ك ال َّس ْم َع َواأْل َ ْب‬
ُ ِ‫ض أَ َّم ْن يَ ْمل‬ ِ ْ‫قُلْ َم ْن يَرْ ُزقُ ُك ْم ِمنَ ال َّس َما ِء َواأْل َر‬
َ‫ت َوي ُْخ ِر ُج ْال َميِّتَ ِمنَ ْال َح ِّي َو َم ْن يُ َدبِّ ُر اأْل َ ْم َر ۚ فَ َسيَقُولُونَ هَّللا ُ ۚ فَقُلْ أَفَاَل تَتَّقُون‬
ِ ِّ‫ْال َمي‬
Artinya :
“Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau
siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang
mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup
dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah".
Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?"( Q.S. Yunus : 31)
Tauhid Uluhiyah
Tauhid uluhiyah adalah peng-Esaan Allah SWT dalam ketuhanan. Ketauhidan
dibina atas dasar ikhlas karena Allah SWT semata, yang mempunyai kebulatan
cinta,takut, mengharap, tawakal gemar, hormat, dan doa hanya karena Allah SWT
sendiriNya[5].
Allah SWT berfirman :
١٢٩﴿ ‫ش ْال َع ِظ ِيم‬
ِ ْ‫ت َوهُ َو َربُّ ْال َعر‬
ُ ‫﴾فَإِن ت ََولَّوْ ْا فَقُلْ َح ْسبِ َي هّللا ُ ال إِلَهَ إِالَّ هُ َو َعلَ ْي ِه تَ َو َّك ْل‬
Artinya :
“Jika mereka berpaling (dari keimanan), maka katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku; tidak
ada Tuhan selain Dia. Hanya kepada-Nya aku bertawakkal dan Dia adalah Tuhan yang
memiliki 'Arsy yang agung". (Q.S. At Taubah : 129)
Tauhid Asma dan Sifat
Tauhid asma dan sifat adalah penyataan ikrar bahwa sesungguhnya Allah SWT
Maha Tahu kepada segala sesuatu, Maha Kuasa terhadap segala sesuatu, dan
sesungguhnya Dia Maha Hidup dan Maha Tegak, tiada alpa dan tiada tertidur lena,
bagiNya segala kehendak terlaksana, hikmah yang tandas dan tuntas[6]
 Pentingnya Ilmu Tauhid

Tauhid Adalah Kewajiban Pertama dan Terakhir

Rasul memerintahkan para utusan dakwahnya agar menyampaikan tauhid terlebih dulu
sebelum yang lainnya. Nabi shollallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Mu’adz bin Jabal
radhiyallahu ta’ala ‘anhu, “Jadikanlah perkara yang pertama kali kamu dakwahkan ialah agar
mereka mentauhidkan Allah.” (HR. Bukhori dan Muslim). Nabi juga bersabda, “Barang siapa
yang perkataan terakhirnya Laa ilaaha illAllah niscaya masuk surga.” (HR. Abu Dawud, Ahmad
dan Hakim dihasankan Al-Albani dalam Irwa’ul Gholil)

Baca Juga : Makalah tasawuf akhlaki atau amali

Tauhid Adalah Kewajiban yang Paling Wajib. Allah berfirman,

َ ِ‫ون َذل‬
‫ك لِ َمنْ َي َشاء‬ َ ‫إِنَّ هَّللا َ ال َي ْغفِ ُر أَنْ ُي ْش َر‬
َ ‫ك ِب ِه َو َي ْغفِ ُر َما ُد‬
“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Allah mengampuni dosa selain itu bagi
orang-orang yang Dia kehendaki.”(QS. An-Nisaa’: 116)

Sehingga syirik menjadi larangan yang terbesar. Sebagaimana syirik adalah larangan terbesar
maka lawannya yaitu tauhid menjadi kewajiban yang terbesar pula. Allah menyebutkan
kewajiban ini sebelum kewajiban lainnya yang harus ditunaikan oleh hamba. 

Allah Ta’ala berfirman

ِ ‫َواعْ ُب ُدوا هَّللا َ َوال ُت ْش ِر ُكوا ِب ِه َش ْي ًئا َو ِب ْال َوالِ َدي‬


‫ْن إِحْ َسا ًنا‬

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, dan
berbuat baiklah pada kedua orang tua.” (QS. An-Nisaa’: 36).

Kewajiban ini lebih wajib daripada semua kewajiban, bahkan lebih wajib daripada berbakti
kepada orang tua. Sehingga seandainya orang tua memaksa anaknya untuk berbuat syirik maka
tidak boleh ditaati. 

Allah berfirman,

‫ك ِب ِه عِ ْل ٌم َفال ُتطِ عْ ُه َما‬


َ َ‫ْس ل‬ َ ‫ك َعلى أَنْ ُت ْش ِر‬
َ ‫ك ِبي َما لَي‬ َ ‫َوإِنْ َجا َهدَا‬
“Dan jika keduanya (orang tua) memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu
yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya…” (QS.
Luqman: 15)
Dalam ayat ini Allah menyebutkan hal-hal yang Dia perintahkan. Dan hal pertama yang
Dia perintahkan adalah untuk menyembahNya dan tidak menyekutukanNya. Perintah ini
didahulukan daripada berbuat baik kepada orang tua serta manusia-manusia pada umumnya.
Maka sangatlah aneh jika seseorang bersikap sangat. baik terhadap sesama manusia, namun
dia banyak menyepelekan hak-hak Tuhannya terutama hak beribadah hanya kepada Allah
semata.

Itulah hakekat dan kedudukan tauhid di agama kita.Hati yang Saliim Adalah Hati yang
Bertauhid Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Ketahuilah di dalam tubuh itu ada
segumpal daging, apabila ia baik maka baiklah seluruh tubuh. Ketahuilah bahwa ia adalah hati.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Allah Ta’ala berfirman,

ٍ ‫)إِال َمنْ أَ َتى هَّللا َ ِب َق ْل‬٨٨( ‫ون‬


‫ب َسل ٍِيم‬ َ ‫َي ْو َم ال َي ْن َف ُع َما ٌل َوال َب ُن‬
“Hari dimana harta dan keturunan tidak bermanfaat lagi, kecuali orang yang menghadap Allah
dengan hati yang saliim (selamat).” (QS. Asy Syu’araa’: 88-89)

Imam Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Yaitu hati yang selamat dari dosa dan
kesyirikan.” (Tafsir Al-Qur’an Al-’Adzhim, Tafsir surat Asy Syu’araa’). Maka orang yang ingin
hatinya bening hendaklah ia memahami tauhid dengan benar.

Tauhid Adalah Hak Allah yang Harus Ditunaikan Hamba Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Hak Allah yang harus ditunaikan hamba yaitu mereka menyembah-Nya dan
tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun…”(HR.BukharidanMuslim)

Menyembah Allah dan tidak menyekutukan-Nya artinya mentauhidkan Allah dalam


beribadah. Tidak boleh menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun dalam beribadah, sehingga
wajib membersihkan diri dari syirik dalam ibadah. Orang yang tidak membersihkan diri dari
syirik maka belumlah dia dikatakan sebagai orang yang beribadah kepada Allah saja (diringkas
dari Fathul Majid).

Ibadah adalah hak Allah semata, maka barangsiapa menyerahkan ibadah kepada selain Allah
maka dia telah berbuat syirik. Maka orang yang ingin menegakkan keadilan dengan
menunaikan hak kepada pemiliknya sudah semestinya menjadikan tauhid sebagai ruh
perjuangan mereka.

Tauhid Adalah Sebab Kemenangan di Dunia dan di Akhirat, Para sahabat dari kalangan
Muhajirin dan Anshar radhiyallahu ta’ala ‘anhum adalah bukti sejarah atas hal ini. Keteguhan
para sahabat dalam mewujudkan tauhid sebagai ruh kehidupan mereka adalah contoh sebuah
generasi yang telah mendapatkan jaminan surga dari Allah serta telah meraih kemenangan
dalam berbagai medan pertempuran, sehingga banyak negeri takluk dan ingin hidup di bawah
naungan Islam. Inilah generasi teladan yang dianugerahi kemenangan oleh Allah di dunia dan di
akhirat.
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,

 “Orang-orang yang terdahulu (masuk Islam) dari kalangan Muhajirin dan Anshor dan
orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah telah ridho kepada mereka dan
merekapun telah ridho kepada Allah. Allah telah menyiapkan bagi mereka surga-surga yang
dibawahnya mengalir sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah
kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 100)

Hakekat dan Kedudukan Tauhid

Hakekat tauhid adalah mengesakan Allah. Bentuk pengesaan ini terbagi menjadi tiga, berikut
penjelasannya :

                               I.            Mengesakan Allah dalam Rububiyah-Nya

Maksudnya adalah kita meyakini keesaan Allah dalam perbuatan-perbuatan yang hanya
dapat dilakukan oleh Allah, seperti mencipta dan mengatur seluruh alam semesta beserta
isinya, memberi rezeki, memberikan manfaat, menolak mudharat dan lainnya yang merupakan
kekhususan bagi Allah. Hal yang seperti ini diakui oleh seluruh manusia, tidak ada seorang pun
yang mengingkarinya. Orang-orang yang mengingkari hal ini, seperti kaum atheis, pada
kenyataannya mereka menampakkan keingkarannya hanya karena kesombongan mereka. 

Padahal, jauh di dalam lubuk hati mereka, mereka mengakui bahwa tidaklah alam
semesta ini terjadi kecuali ada yang membuat dan mengaturnya. Mereka hanyalah
membohongi kata hati mereka sendiri. Hal ini sebagaimana firman Allah “Apakah mereka
diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan? Ataukah mereka telah
menciptakan langit dan bumi itu? sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka
katakan).“(Ath-Thur:35-36)

Namun pengakuan seseorang terhadap Tauhid Rububiyah ini tidaklah menjadikan


seseorang beragama Islam karena sesungguhnya orang-orang musyrikin Quraisy yang diperangi
Rasululloh mengakui dan meyakini jenis tauhid ini. Sebagaimana firman Allah, “Katakanlah:
‘Siapakah Yang memiliki langit yang tujuh dan Yang memiliki ‘Arsy yang besar?’ Mereka akan
menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka apakah kamu tidak bertakwa?’ Katakanlah:
‘Siapakah yang di tangan-Nya berada kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia melindungi,
tetapi tidak ada yang dapat dilindungi dari -Nya, jika kamu mengetahui?’ Mereka akan
menjawab: ‘Kepunyaan Allah.’ Katakanlah: ‘Maka dari jalan manakah kamu ditipu?’” (Al-
Mu’minun: 86-89). Dan yang amat sangat menyedihkan adalah kebanyakan kaum muslimin di
zaman sekarang menganggap bahwa seseorang sudah dikatakan beragama Islam jika telah
memiliki keyakinan seperti ini. Wallahulmusta’an.
                            II.            Mengesakan Allah Dalam Uluhiyah-Nya

Maksudnya adalah kita mengesakan Allah dalam segala macam ibadah yang kita
lakukan. Seperti shalat, doa, nadzar, menyembelih, tawakkal, taubat, harap, cinta, takut dan
berbagai macam ibadah lainnya. Dimana kita harus memaksudkan tujuan dari kesemua ibadah
itu hanya kepada Allah semata. Tauhid inilah yang merupakan inti dakwah para rasul dan
merupakan tauhid yang diingkari oleh kaum musyrikin Quraisy. 

Hal ini sebagaimana yang difirmankan Allah mengenai perkataan mereka itu “Mengapa
ia menjadikan sesembahan-sesembahan itu Sesembahan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini
benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan.” (Shaad: 5). Dalam ayat ini kaum musyrikin
Quraisy mengingkari jika tujuan dari berbagai macam ibadah hanya ditujukan untuk Alloh
semata. Oleh karena pengingkaran inilah maka mereka dikafirkan oleh Allah dan Rasul-Nya
walaupun mereka mengakui bahwa Allah adalah satu-satunya Pencipta alam semesta.

                         III.            Mengesakan Allah Dalam Nama dan Sifat-Nya

Maksudnya adalah kita beriman kepada nama-nama dan sifat-sifat Alloh yang
diterangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Rasululloh. Dan kita juga meyakini bahwa hanya
Allah-lah yang pantas untuk memiliki nama-nama terindah yang disebutkan di Al-Qur’an dan
Hadits tersebut (yang dikenal dengan Asmaul Husna). Sebagaimana firman-Nya “Dialah Allah
Yang Menciptakan, Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, hanya bagi Dialah Asmaaul
Husna.” (Al-Hasyr: 24)

Seseorang baru dapat dikatakan seorang muslim yang tulen jika telah mengesakan Allah
dan tidak berbuat syirik dalam ketiga hal tersebut di atas. Barangsiapa yang menyekutukan
Allah (berbuat syirik) dalam salah satu saja dari ketiga hal tersebut, maka dia bukan muslim
tulen tetapi dia adalah seorang musyrik.

BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Dari pembahasan di atas yang membahas mengenai tauhid yaitu sebuah ilmu yang
mempelajari bagaimana beriman kepada sang pencipta dengan baik dan benar
tauhid dari segi bahasa mentauhidkan sesuatu berarti menjadikan sesuatu itu esa.
Dari segi syari  tauhid ialah mengesakan Allah didalam perkara-perkara yang Allah
sendiri tetapkan melalui Nabi-Nabi Nya yaitu dari segi Rububiyyah, Uluhiyyah dan
Asma Was Sifat.

[1] ‘Abduh, Syeh Muhammad.1979. Risalah Tauhid. Cetakan Ketujuh.Jakarta: Bulan Bintang. hlm.36.


[2]Wahab, Muhammad Bin Abdul. 2007. Kitab Tauhid. Islamhouse. hlm. 3.
[3]Soedjarwo, Dja’far.. 1989. Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam. Surabaya : Al-Ikhlas. hlm.910.
[4]Soedjarwo, Dja’far.. 1989. Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam. Surabaya : Al-Ikhlas. hlm.45.
[5]Soedjarwo, Dja’far.. 1989. Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam. Surabaya : Al-Ikhlas. hlm.50.
[6]Soedjarwo, Dja’far.. 1989. Ketuhanan Yang Maha Esa Menurut Islam. Surabaya : Al-Ikhlas. hlm.48.

Anda mungkin juga menyukai