Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH TAUHID

DISUSUN OLEH:

Lalu Wahyu Nova Saputra (42102003)

Zacky Ahmad Fauji (42102020)

PRODI MANAGEMENT PERBANKAN SYARIAH

STEI SEBI

2021\2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Allah Subhaanahu


wata’ala, yang mana berkat Rahmat dan Hidayah-Nya kita masih bisa
menikmati indahnya iman dan manisnya islam. Sholawat serta salam marilah
kita curahkan kepada Nabi kita yakni Nabi Muhammad Sallallahu alaihi
wassalam, kepada para keluarganya, sahabatnya, dan umum kepada kita selaku
pengikut jejak sunah nya.

Tauhid menjadi dasar hidup manusia sebagai individu, yaitu hamba


Allah yang harus percaya kepada keesaan dan keberadaan Allah sebagai tuhan
seluruh alam. Terdapat sejumlah ayat di dalam Al Qur’an yang membahas
mengenai keutamaan tauhid. Salah satunya adalah diberikan rasa aman dan
mendapat petunjuk yang sempurna dari Allah SWT, sebagaimana firman Allah
yang artinya :“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampur-adukkan iman
mereka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat
rasa aman dan mereka mendapat petunjuk.” (QS. Al An’aam:82). Dengan
memahami tauhid, kita sebagai umat muslim akan lebih taat terhadap seluruh
perintah dan larangan tanpa keraguan sedikitpun.

Dalam makalah ini kami ingin menjelaskan seputar “Tauhid”.


Mengingat begitu ringkasnya pembahasan ini. Mohon maaf, apabila masih
memiliki kekurangan dari isi, penyampaian, dan yang tidak dapat kami
sebutkan. Semoga dengan adanya makalah ini bisa memberikan ilmu
pengetahuan guna untuk mengembangkan wawasan dan peningkatan
pengetahuan seputar ketauhidan. Aamiin Yaa Allah Aamiin Ya
Robbal’aalamin.

II
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................2
1.3 Tujuan Masalah ................................................................................................2

BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................3


2.1 Pengertian Tauhid .............................................................................................3
2.1.A Macam-macam Tauhid ...........................................................................3
2.2 Pengaruh Tauhid dalam Perilaku Penganutnya ...............................................5
2.3 Hal-hal yang bisa membatalkan Tauhid dalam Kehidupan sehari-hari dan
Kolerasi antara Tauhid dan Ikhlas ........................................................................6
2.3.A Kolerasi antara Tauhid dan Ikhlas ..........................................................9

BAB 3 PENUTUP ................................................................................................10


3.1 Kesimpulan .....................................................................................................10
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tauhid bukan sekedar mengenal dan mengerti bahwa pencipta alam


semesta ini adalah Allah, bukan sekedar mengetahui bukti-bukti rasional
tentang kebenaran wujud (keberadaan) dan wahdaniyah (keesaan)-Nya, dan
bukan pula sekedar mengenal Asma dan Sifat-Nya.

Iblis juga mempercayai bahwa tuhannya adalah Allah, bahkan dia


mengakui keesaan dan kemahakuasaan Allah dengan meminta kepada Allah
melalui Asma’ dan Sifat-Nya. Kaum jahiliyyah zaman dahulu yang dihadapi
Rasullullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam juga meyakini bahwa tuhan pencipta,
pengatur, pemelihara, dan penguasa alam semesta ini adalah Allah SWT.
Namun, kepercayaan mereka dan keyakinan mereka itu belum menjadikan
mereka sebagai makhluk yang berpredikat muslim yang beriman kepada Allah
SWT. Dan timbullah pertanyaan “Apakah hakikat tauhid itu?”.

Dalam makalah ini nanti akan dibahas makna dari tauhid itu sendiri dan
pengaruh tauhid terhadap umat muslim.

1
1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas dapat dirumuskan peramasalahan yakni ;


1. Apa makna tauhid dan macam-macam tauhid?
2. Apa pengaruh tauhid dalam perilaku umat muslim?
3. Apa saja hal-hal yang bisa membatalkan tauhid dalam kehidupan
sehari-hari?

1.3 Tujuan Masalah

1. Mengetahui makna tauhid secara bahasa dan istilah dan mengetahui


macam-macam tauhid
2. Mengetahui pengaruh tauhid dalam perilaku umat muslim
3. Mengetahui Apa saja hal-hal yang bisa membatalkan tauhid dalam
kehidupan sehari-hari

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Makna tauhid

Tauhid bisa diartikan secara bahasa dan etimologis/istilah. Arti-arti


tersebut sebagai berikut :

Pertama, makna secara bahasa berasal dari bahasa arab, masdar dari kata
wahhada – yuwahhidu -tauhidan yang artinya menjadikan sesuatu satu saja.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-utsaimin bekata, “Makna ini tidak tepat kecuali
penafian. Yaitu menafikan (mengecualikan) segala sesuatu selain sesuatu yang kita
jadikan satu saja, kemudian baru menetapkannya”. (Syarh Tsalatsatil Ushul,
hal.39)

Kedua, makna secara etimologis, tauhid berarti keesaan. Maksudnya,


keyakinan bahwa Allah SWT adalah esa, tuggal, satu. Pengertian ini sejalan
dengan pengertian tauhid yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu keesaan
Allah, mentauhidkan berarti mengakui akan keesaan Allah. Muhammad bin Shalih
al-utsaimin bekata, ”Makna ini secara istilah syar’i, makna tauhid adalah
menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan yang benar dengan segala
kekhususannya.” (Syarh Tsalatsatil Ushul, hal.39)

2.1.A Macam-macam tauhid

Berkenaan dengan macam-macam tauhid, tauhid dapat diklasifikasikan


mejadi tiga hal yaitu, sebagai berikut :

A. Tauhid rububiyah

Rububiyah adalah kata yang dinisbatkan kepada Allah SWT, yaitu


“Rab”. Nama ini memiliki beberapa arti, yaitu antara lain: al-murabbi
(memelihara), an-nasir (penolong), al-malik(pemilik), al-mushlih (yang
memperbaiki), as-sayyid (tuan), dan al-wali (wali). Dalam termonologi syariat
islam, istilah tauhid rububiyah memiliki arti: percaya bahwa hanya Allah-lah satu-

3
satu-Nya pencipta, pemilik, pengendali alam raya yang dengan takdirnya Ia
menghidupkan dan mematikan serta mengendalikan alam dengan sunnah-
sunnahnya. Dalam pengertian ini tauhid rububiyah belum terlepas dari akar makna
bahasanya. Sebab, Allah adalah pemelihara makhluk, para rasul, dan juga wali-
wali-Nya dengan segala kemampuan yang telah diberikannya kepada mereka.

Tauhid rububiyah mencakup beberapa dimensi keimanan, diantaranya :

1. Beriman kepada perbuatan-perbuatan Allah yang bersifat umum. Misalnya


menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan, mematikan, menguasai, dan lain-
lain.

2. Beriman kepada takdir Allah SWT.

3. Beriman kepada zat Allah.

B. Tauhid Uluhiyyah

Kata uluhiyyah diambil dari kata ilah yang bermakna yang disembah yang
dita’ati. Kata ini digunakan untuk menyebut sesembahan yang haq dan yang
bathil. Sebagaimana sembahan yang haq terlihat dalam firman Allah yang artinya :

“Allah, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) melainkan dia yang hidup
kekal lagi terus menerus mengurus (makhluknya)”. (QS:al-Baqarah:225).

Pengertian tauhid uluhiyyah dalam terminologi syariat islam sebenarnya


tidak keluar dari kedua makna tersebut, yaitu meng-Esakan Allah dalam ibadah
dan ketaatan seperti shalat, puasa, zakat, haji, dan lain-lain guna mendapatkan
ridho Allah.

C. Tauhid Asma Wa Sifat

Makna tauhid asma wa sifat adalah beriman kepada nama-nama Allah dan
sifat-sifat-Nya sebagaimana dijelaskan dalam al-Qur’an dan sunnah Rasulullah
Sallallahu ‘alaihi wa Sallam, serta meniadan kekurangan-kekurangan dan aib-aib
yang ditiadakan oleh Allah terhadap diri-Nya, dan apa yang disampaikan oleh
Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam yang terdiri dari sifat-sifat tahrif (

4
pengubahan kata), ta’thil (meniadakan sama sekali), takyif (menanyakan
bagaimana keadaan), dan tamtsil (mencontoh dengan sifat selain Allah).

2.2 Pengaruh Tauhid dalam Perilaku Penganutnya

Tauhid adalah harta termahal yang dimiliki oleh seorang hamba. Karena
tauhid memiliki banyak pengaruh dalam kehidupan nyata, berikut adalah banyak
pengaruh tauhid dalam kehidupan muslim :

Pertama, orang yang bertauhid dan beriman kepada Allah dan rasul-Nya
pasti tahu mengapa Allah SWT menciptakannya sehingga ia berada di atas jalan
yang lurus, ia mengetahui dari mana awal dan ke mana akhir hidupnya, jauh dari
kebutaan dan kesesatan.

“Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih
banyak mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan
yang lurus?” (QS. Al-Mulk : 22).

Kedua, tauhid menjadikan hati-hati manusia bersatu dengan Rabb yang


satu, satu kitab, satu risalah, dan satu kiblat, dan iman juga menjadikan manusia
saling mencintai dan bersaudara Rasulullah SAW bersabda :

َ ُ‫عى لَه‬
‫سائ ُِر‬ َ ‫عض ٌْو تَدَا‬ ُ ُ‫س ِد ِإذَا ا ْشتَكَى مِ ْنه‬ ُ ‫َمث َ ُل ال ُمؤْ مِ نِيْنَ فِي ت ََوا ِدِّ ِه ْم َوت ََراحُمِ ِه ْم َوت َ َعا‬
َ ‫ط ِف ِه ْم َمث َ ُل ال َج‬
ِ ‫ع ِن النُّ ْع َم‬
)‫ان ب ِْن بَ ِشي ٍْر رضي هللا عنه‬ َ ‫س َه ِر َوال ُح َمََ َِّ ى‬
َ ‫(ر َواهُ ُم ْس ِل ٌم‬ َّ ‫س ِد بِال‬
َ ‫ال َج‬.

“Perumpamaan orang-orang beriman dalam hal saling mencintai, saling


menyayangi dan saling bersikap lemah lembut adalah seperti satu tubuh, jika
salah satu anggota tubuh merasakan sakit maka semua anggota tubuh yang lain
akan sulit tidur dan demam.” (HR. Muslim dari An-Nu’man bin Basyir RA).

Sebagai individu muslim yang berbuhungan terhadap muslim lain yang


melakukan ta’awun (saling bekerja sama) dalam kebaikan dan taqwa dimana
anggota masyarakatnya saling melarang dari perbuatan dosa dan permusuhan,
semua berusaha untuk sukses menggapai ridha Allah, individunya merasa takut
untuk berbuat zhalim, mencuri, menipu, membunuh, berzina, menyuap atau
menerima suap, berdusta, dengki, ghibah atau perbuatan jahat lain karena ia takut
kepada Allah dan takut kepada hari di mana ia harus berhadapan dengan Allah
SWT untuk mempertanggungjawabkan semua amalnya.

5
Dan ketika kaum muslimin berpegang teguh dengan tauhid mereka menjadi
orang-orang yang terbaik seperti firman-Nya :

ِ َّ ِ‫ع ِن ْال ُمنك َِر َوتُؤْ مِ نُونَ ب‬


‫اَّلل ۗ َو َل ْو آ َمنَ أ َ ْه ُل‬ َ َ‫اس ت َأ ْ ُم ُرونَ بِ ْال َم ْع ُروفِ َوت َ ْن َه ْون‬ ْ ‫ُكنت ُ ْم َخي َْر أ ُ َّم ٍة أ ُ ْخ ِر َج‬
ِ َّ‫ت لِلن‬
﴾١١٠﴿ َ‫ب لَ َكانَ َخي ًْرا لَّ ُهم ۚ ِ ِّم ْن ُه ُم ْال ُمؤْ مِ نُونَ َوأ َ ْكثَ ُرهُ ُم ْالفَا ِسقُون‬ ِ ‫ْال ِكت َا‬

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,


menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman
kepada Allah.” (QS. Ali-Imran : 110).

Ketiga, bila iman telah menyebar luas di masyarakat, maka pastilah akan
membuahkan amal shalih yang diridhai Allah swt sehingga membuka berbagai
pintu kebaikan dan mendatangkan pertolongan Allah dalam menghadapi musuh-
musuh mereka.

‫ض َو ٰلَكِن َكذَّبُوا فَأ َ َخذْنَاهُم بِ َما‬


ِ ‫س َماءِ َو ْاْل َ ْر‬ َ ‫َولَ ْو أ َ َّن أ َ ْه َل ْالقُ َر ٰى آ َمنُوا َواتَّقَ ْوا لَفَت َ ْحنَا‬
ٍ ‫علَ ْي ِهم بَ َركَا‬
َّ ‫ت ِ ِّمنَ ال‬
﴾٩٦﴿ َ‫كَانُوا يَ ْك ِسبُون‬

“Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa,


Pastilah kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi,
tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat kami) itu, maka kami siksa mereka
disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’raaf : 96)

‫ِّت أ َ ْقدَا َم ُك ْم‬


ْ ‫ص ْر ُك ْم َويُثَ ِب‬ ُ ‫يَا أَيُّ َها الَّذِينَ آ َمنُوا ِإن ت َن‬
َ َّ ‫ص ُروا‬
ُ ‫َّللا يَن‬

“Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya


dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.” (QS. Muhammad : 7)

Begitulah jika kita mau memahami tentang ketauhidan. Karena secara tidak
langsung dengan kita mau memahami tauhid, aqidah, iman, kepada Allah susah
untuk digoyahkan dan persaudaraan sesama muslimpun menjadi lebih kuat.

2.3 Hal-hal yang bisa membatalkan Tauhid Dalam Kehidupan

Sehari-hari

Indonesia adalah salah satu negara yang warganya penganut agama islam
terbanyak di dunia. Namun apakah setiap umat muslim sudah benar-benar
mengaplikasikan ketauhidan dalam kehidupan sehari-hari? apakah sudah benar-
benar mengesakan Allah SWT?. Karena terkadang, secara sadar atau tidak sadar

6
kita bisa mekukakan hal-hal yang bisa mengotori bahkan membatalkan tauhid.
Lalu apa saja hal-hal yang dapat membatalkan tauhid?. Hal-hal tersebut, sebagai
berikut:

1. Berbuat Syirik

Syirik adalah menyekutukan Allah SWT dengan sesuatu atau menyamakan


Allah dengan yang lain (menyembah selain Allah). Perbuatan syirik adalah
perbuatan sia-sia dan bertentangan dengan ajaran islam. Orang yang menyembah
selain Allah di sebut musyrik. Allah SWT sangat mengutuk perbuatan syirik,
karena sangat merendahkan Allah SWT dan tidak akan mendapat ampunan dari
Allah SWT. Firman Allah dalam surat An-Nisa ayat 48: Yang artinya :

“Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni


segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya.
Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa
yang besar”. (Q.S An-Nisa : 48)

Perbuatan syirik juga memiliki 2 macam yaitu Syirik Akbar (besar) dan
Syirik Asghar (kecil). Syirik besar adalah perbuatan yang jelas-jelas menunjukkan
sikap menyekutukan Allah SWT, seperti menganggap bahwasanya ada Tuhan
selain Allah, menyembah berhala, atau meyakini keberadaan dewa-dewi sebagai
tandingan Allah SWT. Lalu syirik kecil, syirik kecil bisa juga disebut dengan
syirik tersembunyi karena seeorang sering kali tidak sadar melakukan syirik
tersebut. Maksud dari syirik kecil ialah menyandarkan sesuatu kejadian kepada
selain Allah SWT atau bisa juga merasa dirinya bisa melakukan sesuatu tanpa
pertolongan Allah SWT (sombong).

2. Kemaksiatan

Kemaksiatan kebalikan dari ketaataan. Segala sesuatu yang dilarang atau


meniggalkan perintah Allah SWT adalah kemaksiatan. Sebisa mungkin kita untuk
tidak melakukan Tindakan maksiat. Karena jika saja melakukan Tindakan maksiat
sekali saja, akan membuat titik hitam di hati kita.kecuali kita bisa
bertaubat.sebagaimana hadist Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam:

Dari Abu Hurairah, dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Seorang


hamba apabila melakukan suatu kesalahan, maka dititikkan dalam hatinya sebuah
titik hitam. Apabila ia meninggalkannya dan meminta ampun serta bertaubat,

7
hatinya dibersihkan. Apabila ia kembali (berbuat maksiat), maka ditambahkan
titik hitam tersebut hingga menutupi hatinya. Itulah yang diistilahkan “ar raan”
yang Allah sebutkan dalam firman-Nya (yang artinya), ‘Sekali-kali tidak
(demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutupi hati
mereka’. (HR. At Tirmidzi no. 3334, Ibnu Majah no. 4244, Ibnu Hibban (7/27)
dan Ahmad (2/297). At Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini hasan shahih.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)

3. Perbuatan yang Mengada-ada Dalam Agama

Perbuatan megada-ada atau yang disebut bid’ah adalah membuat hal-hal


baru dalam agama tanpa ada dasar dalil yang kuat. Dan Rasulullah pernah
bersabda:

Dari Abi Najih Al-Irbadl bin Sariyah ra, bahwa Rasul saw bersabda:…
jauhi kamulah dari urusan yang mengada-ada, karena setiap yang baru itu adalah
bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat. (HR. Abu Dawud).

Bid’ah ini suatu hal yang baru dalam agama yang bertentangan dengan al-
Qur’an, hadist, dan ijma ulama. Namun ada bid’ah yang diperbolehkan yang biasa
disebut bid’ah Hasanah. Salah satu contoh bid’ah Hasanah kisah yang termaktub
dalam sebuah hadits. Diriwayatkan dari Umar bin Khatab, beliau berkata tentang
sholat tarawih yang mana ia berijtihad untuk melaksanakannya di Masjid Nabawi
dan menugaskan Ubay bin Ka’b untuk menjadi imam. Padahal, sebelumnya orang
mengerjakannya secara terpisah karena tidak ada aturan mengenai tata caranya.

Kemudian, al-Faruq r.a mengumpulkan orang-orang tersebut dalam satu


qari’ dan satu imam. Saat melihat kesatuan jamaah yang padu dan barisan yang
rapat di belakang seorang imam, Umar berkata, “Ini adalah sebaik-baik bid’ah.”

Namun sekali lagi, kita harus benar-benar teliti tentang perbuatan yang
megada-ada dalam agama (bid’ah). Apakah bid’ah tersebut masih sejalan dengan
al-Qur’an dan hadist atau tidak. Karena jika tidak, maka itu termasuk sesuatu yang
sesat.

8
2.3.A Kolerasi Antara Tauhid dan Ikhlas

Tujuan mempelajari ilmu tauhid juga dapat menjadikan setiap umat muslim
sebagai pribadi yang ikhlas dalam menerima setiap ketentuan Allah. Dalam islam
syarat diterimanya amalan ibadah adalah ikhlas dan mengikuti sunnah atau
tuntutan Rasulullah Sallallahu ‘alaihi wa Sallam.

Sehingga kolerasi antara tauhid dan ikhlas adalah beribadah bukan semata-
mata untuk syurga atau neraka, bukan semata-mata dosa ataupun pahala melainkan
lillahi ta’ala. Maka seseorang yang sudah menupuk sifat ikhlas dalam dirinya
otomatis ketauhidan/keimanan kepada Allah SWT sudah tidak diragukan lagi.
Sebagaimana firman Allah agar kita bisa menjadikan hidup kita ibadah karena
Allah SWT :

"Katakanlah, 'Sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku


hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam, tiada sekutu bagi-Nya dan demikian
itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama
menyerahkan diri (kepada Allah).'" (Al-An'am: 162-163).

9
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tauhid adalah pemurnian ibadah kepada Allah. Maksudnya meng-


hambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan konsekuen, dengan menaati
segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya dengan penuh keikhlasan
dan rasa rendah diri, cinta, harap, dan takut kepada-Nya.

10
Referensi

27 Kelompok Telaah Kitab Ar-Risaalah, Buku Pintar Aqidah, (Sukoharjo : Roemah Buku,

2010), Hal 211.

http://faperta.unsoed.ac.id/2019/05/20/beberapa-hal-yang-merusak-iman-pengajian-
ramadhan-1440-h-faperta-unsoed/

https://tirto.id/pengertian-syirik-dan-macam-macamnya-dalam-agama-islam-gf5J

https://muhammadhaidir.wordpress.com/2013/02/18/hal-hal-yang-dapat-merusak-
tauhid/

https://kumparan.com/berita-hari-ini/pengertian-bidah-dan-macam-macamnya-
dalam-ajaran-islam-1vdoQi9zeFC/full

https://news.detik.com/berita/d-4898106/hadist-tentang-ikhlas-dan-keutamaannya

https://www.alhikmah.ac.id/pengaruh-tauhid-dalam-kehidupan/

Syarah kitab Tauhid by Syekh Bin Baz

IM. Yusran Asmuri dari Tim penyusun Kamus, Kamus besar Bahasa Indonesia
(Jakarta, Departemen P & K, 1989), Hal. 1091.

2M. Yusran Asmuri dari Tim penyusun kamus, Ibid, Hal. 6.

3A, Hanafi, Pengantar Tauhid Islam (Jakarta : Pustaka al-Husna Baru, 2003), Hal.
1.

25 Kelompok Ar-Risalah, buku Pintar Aqidah, (Sukoharjo : Roemah Buku, 2010)


Hal. 211

26 Muhammad bin Abdullah Al-Buraikan, Ibrahim, Pengantar studi Aqidah Islam.

11
12

Anda mungkin juga menyukai