Anda di halaman 1dari 3

Materi agama : tentang tauhid

Pesaantren agama, RAMADHAN 1445 H

Pengertian ini sejalan dengan pengertian tauhid yang digunakan dalam bahasa indonesia, yaitu “keesaan
Allah”, dan mentauhidkan berarti “mengakui akan keesaan Allah mengesakan Allah”.Tauhid adalah bagian
paling penting dari keseluruhan subtansi aqidah ahlus sunnah wal jamaah.

Bagian ini harus dipahami secara utuh agar maknanya yang sekaligus mengandung klasifikasi jenis-
jenisnya dapat terealisasi dalam kehidupan. Berikut adalah penjelasan selengkapnya
mengenai tauhid yang perlu dipelajari, dilansir dari berbagai sumber.

Pengertian Tauhid

Ditinjau dari buku Teologi Islam Ilmu Tauhid karya Drs Hadis Purba dan Drs. Salamuddin, terdapat
beberapa pengertian tauhid yang telah dikemukakan oleh para ahli. Beberapa definisi atau pengertian
tauhid tersebut antara lain;

1. Menurut Syaikh Muhammad Abduh (1926:4), dikemukakan bahwa "Ilmu tauhid adalah suatu ilmu
yang membahas tentang wujud Allah, tentang sifat-sifat yang wajib disifatkan kepada-Nya, sifat-
sifat yang sama sekali wajib dilenyapkan daripada-Nya, juga membahas tentang rasul-rasul-Nya,
meyakinkan kerasulan mereka, sifat-sifat yang boleh ditetapkan kepada mereka, dan apa yang
terlarang dinisbatkan kepada mereka."
2. Husain Affandi al-Jisr (tt:6) mengemukakan bahwa "Ilmu tauhid adalah ilmu yang membahas
tentang hal-hal yang menetapkan akidah agama dengan dalil-dalil yang meyakinkan."
3. Ibnu Khaldun (tt:458) mengemukakan bahwa "Ilmu tauhid berisi alasan-alasan dari aqidah
keimanan dengan dalil-dalil aqliyah dan alasan-alasan yang merupakan penolakan terhadap
golongan bid'ah yang dalam bidang aqidah telah menyimpang dari mazhab salaf dan ahlus
sunnah."
4. M.T. Thair Abdul Muin (tt:1) menyampaikan bahwa "Tauhid adalah ilmu yang menyelidiki dan
membahas soal yang wajib, mustahil dan jaiz bagi Allah dan bagi sekalian utusan-Nya; juga
menguoas dalil-dalil yang mungkin cocok dengan akal pikiran sebagai alat bantu untuk
membuktikan adanya Zat yang mewujudkan."
5. Masih banyak sekali definisi atau pengertian tauhid yang telah dikemukakan oleh para ahli. Meski
susunan kata-kata atau redaksi dari penjabaran mereka tidak sama, namun semuanya memiliki
kesamaan yakni masalah tauhid berkisar pada persoalan-persoalan yang berhubungan dengan
Allah SWT, rasul-rasul-Nya, dan hal-hal yang berkenaan dengan kehidupan manusia setelah mati.

Jenis-Jenis Tauhid

Tauhid merupakan bagian paling penting dari keseluruhan substansi aqidah ahlus sunnah wal jamaah.
Bagian ini harus dipahami secara utuh agar maknanya yang sekaligus mengandung klarifikasi jenis-
jenisnya, dapat terealisasi dalam kehidupan.
Dalam kaitan ini tercakup dua hal. Pertama, memahami ajaran tauhid secara teoritis berdasarkan dalil-dalil
al-Qur’an, sunnah dan akal sehat. Kedua, mengaplikasikan ajaran tauhid tersebut dalam kenyataan
sehingga ia menjadi fenomena yang tampak dalam kehidupan manusia.

Secara teoritis, tauhid diklarifikasikan dalam tiga jenis, yakni;

1. Tauhid Rububiyah
2. Tauhid Uluhiyah
3. Tauhid Asma’Wash-Shifat

Berikut penjelasan selengkapnya mengenai masing-masing jenis tauhid tersebut.

1. Tauhid Rububiyah

Jenis tauhid yang pertama adalah tauhid Rubibiyah. Rububiyah adalah kata yang dinisbatkan kepada salah
satu nama Allah Swt, yaitu ‘Rabb’. Nama ini mempunyai beberapa arti antara lain: al-murabbi (pemelihara),
an-nasir (penolong), al-malik (pemilik), al-mushlih (yang memperbaiki), as-sayyid (tuan) dan al-wali (wali).

Dalam terminologi syari’at Islam, istilah tauhid rububiyah berarti: “percaya bahwa hanya Allah-lah satu-
satunya pencipta, pemilik, pengendali alam raya yang dengan takdir-Nya ia menghidupkan dan mematikan
serta mengendalikan alam dengan sunnah-sunnah-Nya”, dilansir dari Pengantar Studi Aqidah Islam
oleh Muhammad Ibrahim Bin Abdullah Al-Buraikan.

Tauhid rububiyah mencakup dimensi-dimensi keimanan berikut ini;

 Beriman kepada perbuatan-perbuatan Allah yang bersifat umum. Misalnya, menciptakan, memberi
rizki, menghidupkan, mematikan, menguasai.
 Beriman kepada takdir Allah.
 Beriman kepada zat Allah.

Di nyatakan dalam Al Qur’an:

‫اْلَح ْم ُد ِهَّلِل اَّلِذي َخ َلَق الَّس َم اَو اِت َو اَأْلْر َض َو َج َع َل الُّظ ُلَماِت َو الُّن وَر‬
“Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan terang” (QS. Al an am ayat 1)
2. Tauhid Uluhiyah

Jenis tauhid yang kedua adalah tauhid Uluhiyah. Kata Uluhiyah diambil dari akar kata 'ilah' yang berarti
'yang disembah' dan 'yang ditaati'. Karena ini digunakan untuk menyebut sembahan yang hak dan yang
batil. Pemakaian kata lebih dominan digunakan untuk menyebut sembahan yang hak sehingga maknanya
berubah menjadi: Dzat yang disembah sebagai bukti kecintaan, penggunaan, dan pengakuan atas
kebesaran-Nya.

Dengan demikian kata ilah mengandung dua makna: pertama adalah ibadah; kedua adalah ketaatan,
dikutip dari buku Filsafat Pendidikan Islam oleh Hasan Basri.Pengertian tauhid Uluhiyah dalam terminologi
syari’at Islam sebenarnya tidak keluar dari kedua makna tersebut. Maka definisinya adalah: “Mengesakan
Allah dalam ibadah dan ketaatan”.
Oleh sebab itu realisasi yang benar dari tauhid uluhiyah hanya bisa terjadi dengan dua dasar; Pertama,
memberikan semua bentuk ibadah hanya kepada Allah SWT, semata tanpa adanya sekutu yang lain.
Kedua, hendaklah semua ibadah itu sesuai dengan perintah Allah dan meninggalkan larangan-Nya
melakukan maksiat.

‫ِإَّياَك َن ْع ُبُد َو ِإَّياَك َن ْس َت ِعيُن‬


“Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan” (Al Fatihah: 5)

3. Tauhid Asma’Wash-Shifat

Jenis tauhid yang ketiga adalah tauhid Asma’Wash-Shifat. Definisi tauhid al-asma wa ash-shifat artinya
pengakuan dan kesaksian yang tegas atas semua nama dan sifat Allah yang sempurna, masih dikutip dari
buku Pengantar Studi Aqidah Islam oleh Muhammad Ibrahim Bin Abdullah Al-Buraikan.

Allah Swt menetapkan sifat-sifat bagi diri-Nya secara rinci. Yaitu dengan menyebut bagian-bagian
kesempurnaan itu satu persatu. Menetapkan sifat mendengar dan melihat bagi diri-Nya sendiri. Tetapi
Allah SWT juga menafikan sifat-sifat kekurangan dari diri-Nya. Hanya saja penafikan itu bersifat umum.

Artinya, Allah SWT menafikan semua bentuk sifat kekurangan bagi dirinya yang bertentangan dengan
kesempurnaan-Nya secara umum tanpa merinci satuan-satuan dari sifat-sifat kekurangan tersebut.
Terkadang memang terjadi sebaliknya, yaitu bahwa Allah SWT menetapkan sifat-sifat bagi dari-Nya secara
global dan merinci sifat-sifat kekurangan yang ingin dinafikan.

Allah Ta’ala berfirman yang artinya:


‫َو ِهَّلِل اَأْلْس َم اُء اْلُحْس َن ى َف اْد ُعوُه ِبَه ا‬
“Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka memohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-nama-Nya” (QS. Al
A’raf: 180)

Pentingnya mempelajari tauhid


Banyak orang yang mengaku Islam. Namun jika kita tanyakan kepada mereka, apa makna tauhid, bagaimana tauhid yang
benar, maka sedikit sekali orang yang dapat menjawabnya.

Sungguh ironis melihat realita orang-orang yang mengidolakan artis-artis atau pemain sepakbola saja begitu hafal dengan
nama, hobi, alamat, sifat, bahkan keadaan mereka sehari-hari.

Di sisi lain seseorang mengaku menyembah Allah namun ia tidak mengenal Allah yang disembahnya. Ia tidak tahu
bagaimana sifat-sifat Allah, tidak tahu nama-nama Allah, tidak mengetahui apa hak-hak Allah yang wajib dipenuhinya.
Yang akibatnya, ia tidak mentauhidkan Allah dengan benar dan terjerumus dalam perbuatan syirik. Wal’iyydzubillah.
Maka sangat penting dan urgen bagi setiap muslim mempelajari tauhid yang benar, bahkan inilah ilmu yang paling utama.

Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin berkata: “Sesungguhnya ilmu tauhid adalah ilmu yang paling mulia dan paling
agung kedudukannya. Setiap muslim wajib mempelajari, mengetahui, dan memahami ilmu tersebut, karena merupakan
ilmu tentang Allah Subhanahu wa Ta’ala, tentang nama-nama-Nya, sifat-sifat-Nya, dan hak-hak-Nya atas hamba-Nya”
(Syarh Ushulil Iman, 4).

Anda mungkin juga menyukai