Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KALIMAT TAUHID DAN PEMBAGIAN TAUHID

(Rububiyah, Uluhiyyah, Asma’ wa Shifat)

Disusun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah Pendalaman Aqidah Akhlak

Dosen Pengampu :

Drs. Ahmad Syarifuddin, M.Pd.I

Di Susun Oleh

Kelompok 6

Aulia Ersyliasari 2120201087

Hanum Salsa Bella 2120201089

PROGRAM STUDI GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG

2023
KALIMAT TAUHID DAN PEMBAGIAN TAUHID

(Rububiyah, Uluhiyyah, Asma’ wa Shifat)

1. Pendahuluan
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan
dan ampunan kepada-Nya. Kita berlindung kepada-Nya dari kejahatan diri
kita sendiri dan keburukan amal kita. Barang siapa yang diberi petunjuk
oleh Allah tak akan ada orang yang sanggup menyesatkannya,dan barang
siapa yang disesatkan tak akan ada yang sanggup menunjukinya.
Bahwasannya tiada tuhan yang hak melainkan Allah semata, tiada sekutu
bagi-Nya danaku bersaksi bahwa Muhammad saw adalah hamba dan
utusan-Nya.
Semoga Allah merahmati kita, ketahuilah bahwa perkara terbesar
berkenaan dengan diutusnya para rasul dari yang pertama hingga terakhir
adalah perintah untuk ibadah kepada Allah semata yang tidak ada sekutu
bagi- Nya (Tauhid), serta memperingatkan dan melarang peribadatan
kepada selain Allah Demikianlah al-Qur’an dalam berbagai pembicaraan
dan cerita yang di kemukakannya selalu menjelaskan bahwa tauhid
adalah persoalan pokok yang diserukan oleh semua rasul. Setelah itu,
baru turun hukum-hukum dan syari’at, turun penjelasan tentang halal dan
haram. Karena itulah, Allah memerintahkan semua manusia untuk
melakukan ibadah itu, bahkan penciptaan manusia adalah hanya untuk
beribadah kepada Allah saja, sebagaimana firman Allah;
َ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ٱ ْل ِجن َوٱ ْ ِْل‬
‫نس ِإَّل ِليَ ْعبُدُو ِن‬
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku” (Adz-Dzariyat: 56)
Al-Qur’an membincangkan tentang al-amr (perintah) dan anbiya’
Allah (nabi-nabi Allah) karena kedua-duanya ada kaitan dengan
penciptaan dan kekuasaan Allah terhadap makhluk-Nya. Al-Qur’an
menerangkan segala bentuk balasan baik (pahala) untuk mereka yang
mentaati Allah, Rasul dan syariat-Nya. Tauhid ialah mengesakan Allah dan
mengakui keberadaannya serta kuat kepercayaannya bahwa Allah itu
hanya satu tidak ada yang lain. Tauhid adalah ajaran inti dari konsepsi
ketuhanan dalam agama Islam. Disimpulkan dalam potongan pertama
kalimat syahadatain, lā ilāh illā Allāh,konsep ini mengajarkan bahwa Allah
adalah satu-satunya dan segala-galanya dalam penyembahan dan
penciptaan. Ujungnya jelas, yaitu menolak kemusyrikan (polytheism)
karena Allah tidak mengenal imitator1 (laysakamitslihi syay’) dan
kompetitor2 (lam yakun lahukufuw a ad). Ada tiga macam tauhid dalam
islam, yakni: Tauhid Rububiyah, Uluhiyah, Asma wa sifat. Ketiga tauhid
tersebut harus dimiliki oleh manusia sebagai hamba-Nya. Sebagai umat
muslim kita tidak boleh hanya memiliki salah satu dari ketiga tauhid
tersebut, karena ketiga tauhid tersebut merupakan satu kesatuan yang
tidak bisa di pisahkan. Apabila kita hanya mempercayai salah satu di
antaranya maka kita tidak bisa disebut sebagai seorang yang syirik
bahkan keluar dari islam.

2. Pengertian Tauhid
Di dalam bahasa arab, tauhid adalah mashdar dari kata – ‫َوح َد – ي َُو ِ ِّح ُد‬
‫ ت َْو ِحيْدا‬yang berarti mengesakan. Adapun menurut istilah, tauhid adalah
“meyakini akan ke-esa-an Allah -subhanahu wa ta’ala- dalam rububiyah
(penciptaan, pemeliharaan, pemilikan), uluhiyyah (ikhlas beribadah
kepadaNya) dan dalam Al-Asmaa wash-shifaat (nama-nama dan sifat)-
Nya“. Secara etimologi, tauhid berarti keesaan. Maksudnya, iktikad atau
keyakinan bahwa Allah adalah Esa; Tunggal; Satu. Pengertian ini sejalan
dengan pengertian tauhid yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu
“keesaan Allah”; mentauhidkan berarti “mengakui keesaan Allah;
3
mengesakan Allah.”

1
Definisi/arti kata 'imitator' di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah n orang yang
meniru; peniru.
2
Definisi/arti kata 'kompetitor' di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah norang yang
bersaing.
3
Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid,(Jakarta: Raka Grafindo Persada, 1996), cet. Ke-3, h. 1.
Secara istilah syari, tauhid berarti mengesakan Allah‟ dalam hal
mencipta, menguasai, mengatur dan memurnikan (mengikhlaskan)
peribadahan hanya kepada-Nya, meninggalkan penyembahan
kepada selainNya serta menetapkan asma ul husna dan sifat al-„ulya
bagi-Nya dan‟ mensucikan-Nya dari kekurangan dan cacat. Asal
makna “tauhid” ialah meyakinkan, bahwa Allah adalah “satu”, tidak ada
syarikat bagi-Nya. Oleh sebab itu, sebab dinamakan “Ilmu Tauhid”, ialah
karena bahagiannya yang terpenting, menetapkan sifat “wahdah” (satu)
bagi Allah dalam zat-Nya dan dalam perbuatan-Nya menciptakan alam
seluruhnya dan bahwa Ia sendiri-Nya pula tempat kembali segala alam ini
dan penghabisan segala tujuan.4
Dan tauhid apabila dimutlakkan, maka maknanya adalah
memurnikan seluruh peribadatan hanya untuk Allah ta’ala. Muhammad
Abduh menjelaskan yang artinya: “Tauhid ialah suatu ilmu yang
membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya,
sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada Nya, dan tentang sifat-sifat yang
sama sekali wajib dilenyapkan pada Nya. Juga membahas tentang rasul-
rasul Allah, meyakinkan kerasulan mereka, apa yang boleh dihubungkan
(dinisbatkan) kepada mereka, dan apa yang terlarang
menghubungkannya kepada diri mereka.” 5
Tauhid adalah keyakinan seorang hamba bahwa Allah itu Esa dan
tidak ada sekutu bagi-Nya, baik dalam Rububiyyah, Uluhiyyah, Asma’
(nama-nama) dan sifatNya. Seorang hamba hendaknya meyakini dengan
sepenuh hati bahwa Allah sajalah Tuhan pemilik atas segala sesuatu.
Dialah satu-satunya Pencipta, dan Pengatur alam semesta. Dialah yang
berhak untuk disembah tidak ada sekutu bagi-Nya, Dia memiliki sifat yang
penuh dengan kesempurnaan dan suci dari segala aib dan kekurangan,

4
Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (diterjemahkan oleh Firdaus AN), (Jakarta: Bulan
Bintang, 1996), cet. Ke-10, h. 5.
5
Yusman Asmuni, Op.cit., h. 1.
serta bagi-Nya Asma‟ Al-Husna (nama-nama yang bagus) dan sifat-sifat
yang Maha Tinggi.6
Seorang muslim wajib mengimani akan keesaaan Allah ta’ala dan
bahwasannya tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah
ta’ala, adapun kalimat Tauhid itu sendiri maka yang dimaksud ialah La
ilaha illah yang berarti tidak ada yang berhak disembah selain Allah, di
dalam al-Quran Allah ta’ala berfirman :
‫َّل إِ َٰلَهَ إَِّل ه َُو ٱلر ْح َٰ َمنُ ٱلر ِحي ُم‬
ٓ ۖ ‫َوإِ َٰلَ ُه ُك ْم إِ َٰلَهٌ َٰ َو ِح ٌد‬

“Dan tuhan kamu adalah tuhan yang Maha Esa, tidak ada tuhan selai Dia,
yang Maha pengasih, Maha penyayang”. (QS. Al-Baqarah: 163)

3. KALIMAT TAUHID ‫الاله االهللا‬


A. Makna Kalimat Tauhid ‫الاله االهللا‬
Laa ilaaha illa Allah, maknanya tidak ada Tuhan yang berhak
disembah selain Allah. Ungkapan ini mencakup dua bagian; penafian
dan penetapan. “Laa ilaaha” nafy terhadap segala bentuk
sesembahan, dan “illa Allah” itsbat bahwa yang berhak disembah
hanyalah Allah. Redaksi dan gaya bahasa seperti ini dikenal dengan
nama uslub al-Qashr, atau pembatasan.
Ungkapan “Laa ilaaha” menafikan segala sesuatu yang
disembah selain Allah ta’ala, tiada ada sesuatu apapun dari itu semua
yang pantas disembah. Kata “ilaaha” disebutkan dalam bentuk
nakirah. Dalam kaedah bahasa Arab, apabila ada kata nakirah dalam
konteks penafian maka ianya menunjukkan makna umum.
Penafian pada kata “Laa ilaaha” mencakup segala sesuatu
yang mungkin ditujukan kepadanya ibadah dan penghambaan, dan
segala yang bertindak kepadanya selain Allah.
Adapun kata “illa Allah” menetapkan bahwa ibadah dan
penghambaan itu hanya bagi Allah, tiada sekutu baginya. Allah lah

6
Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, Ensiklopedi Islam Al-Kamil, Jakarta,
Darus Sunnah, 2010, hlm 63.
satu – satunya Tuhan yang berhak untuk disembah, sebagainya
hanya Dia-lah yang menciptakan, yang memberi rezeki, yang
menghidupkan, yang mematikan, dan lain sebagainya yang
menunjukkan nilai rububiyah-Nya. Tiada satupun yang berhak
berkongsi dengan Allah pada penciptaan makhluk, atau dalam
bertindak pada sesuatu. Itu semua bagian dan keesaan uluhiyyah
Allah, tidak berkongsi Dia dengan sesuatu apapun 7.
Tauhid, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tauhid
merupakan kata benda yang berarti keesaan Allah; kuat kepercayaan
bahwa Allah hanya satu.Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab,
masdar dari kata wahhada (‫ )وحد‬yuwahhidu (‫)يوحد‬.Secara etimologis,
tauhid berarti keesaan. Maksudnya, keyakinan bahwa Allah SWT
adalah Esa; Tunggal;satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian
tauhid yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu “keesaan
Allah”; mentauhidkan berarti “mengakui akan keesaan Allah;
mengeesakan Allah”. 8
Menurut Syeikh Muhammad Abduh tauhid ialah suatu ilmu yang
membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya,
sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat
yang sama sekali wajib dilenyapkan pada-Nya.Juga membahas
tentang rasul-rasul Allah, meyakinkan kerasulan mereka, apa yang
boleh dihubungkan (dinisbatkan) kepada mereka, dan apa yang
terlarang menghubungkannya kepada diri mereka.
Menurut Zainuddin, tauhid berasal dari kata “wahid”( ‫)واحد‬yang
artinya “satu”. Dalam istilah Agama Islam, tauhid ialah keyakinan
tentang satu atau Esanya Allah, maka segala pikiran dan teori berikut
argumentasinya yang mengarah kepada kesimpulan bahwa Tuhan itu
satu disebut dengan Ilmu Tauhid.

7
Hasballah Thaib, zamakhsyari bin hasballah thaib, Keutamaan Kalimat Tauhid, Medan,
UNDHAR PRESS, 2019, hlm 33.
8
Setiawan, A. (2017). Konsep pendidikan tauhid dalam keluarga perspektif pendidikan islam.
2(1), hlm 5.
Jadi, makna ‫ َّلاله اَّلهللا‬adalah peniadaan seluruh yang disembah
selain Allah SWT dan merupakan penetapan bahwa menyembah itu
hanya diperuntukkan kepada dan bagi Allah saja. Maka dengan
demikian, makna dari ‫ َّلاله اَّلهللا‬adalah peniadaan dan penetapan, yakni
meniadakan Tuhan selain Allah SWT dan menetapkan bahwa Tuhan
itu hanya Dia.

B. Keistimewaan Kalimat Tauhid ‫الاله االالل‬


Kesempurnaan Tauhid yang dimiliki oleh seseorang, akan
membawa kepada jalan yang lurus dan Allah SWT akan senantiasa
selalu melindungi dan menjamin keselamatannya baik di dunia
maupun di akhirat. Oleh karena sebab itu, Kalimat Tauhid memiliki
keistimewaan yang sangat besar dan luar biasa.
Syekh Muhammad At-Tamimi dalam kitab Tauhid
mengemukakan bahwa `Ubadah bin Ash-Shamit, mengatakan bahwa
Rasulullah SAW bersabda: “Barangsiapa bersyahadat bahwa tidak
ada sesembahan yang hak selain Allah saja, tiada sekutu bagi-Nya,
dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, dan bersyahadat
bahwa Isa hamba Allah dan Rasul-Nya dan kalimat-Nya yang
disampaikan-Nya kepada Maryam serta ruh dari pada-Nya dan
bersyahadat pula bahwa surge adalah benar adanya, maka Allah pasti
memasukkannya ke dalam syurga betapapun amal yang telah
diperbuatnya” (HR Bukhari dan Muslim).
Banyak nash yang meriwayatkan dan menjelaskan keutamaan
atau keistimewaan kalimat Tauhid, diantaranya sebagai berikut.
Diriwayatkan dari Abu Sa`id Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW
bersabda, “Musa berkata, ‘Ya Tuhanku, ajarkanlah kepadaku sesuatu
untuk berdzikir dan berdoa kepada-Mu’. Allah berfirman, ‘Hai Musa,
katakanlah ‫’َّلاله اَّلهللا‬. Musa berkata lagi, ‘Ya Tuhanku, semua hamba-
Mu mengucapkan ini’. Allah pun berfirman, ‘Hai Musa, Andaikata
ketujuh langit dan penghuninya, selain Aku, serta ketujuh bumi
diletakkan pada daun timbangan, sedang ‫ َّلاله اَّلهللا‬diletakkan pada
daun timbangan lain, maka ‫اَّلهللا‬ ‫َّلاله‬niscaya lebih berat
timbangannya’. ”(HR. Ibnu Hibban dan Al-Hakim dengan menyatakan
bahwa hadits ini shahih).
At-Tirmidzi meriwayatkan hadits, yang dinyatakan hasan, dari
Anas, aku mendengar Rasulullah bersabda, “Allah berfirman, ‘Hai
anak Adam, seandainya kamu dating-Ku dengan dosa sepenuh jagad.
Sedangkan kamu ketika mati tidak dalam keadaan syirik sedikitpun
kepada-Ku, niscaya akan Aku berikan kepadamu ampunan sepenuh
jagad pula’.” Allah SWT berfirman.

]٢٨:٦[ ‫ظ ْل ٍم أُو َٰلَئِ َك لَ ُه ُم ْاْل َ ْم ُن َوهُم ُّم ْهتَدُو َن‬ ُ ِ‫الذِينَ آ َمنُوا َولَ ْم يَ ْلب‬
ُ ِ‫سوا إِي َمانَ ُهم ب‬

Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan


iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat
keamanan dan mereka itu orang-orang yang mendapat petunjuk. (Q.S
Al-An`am).

C. Syarat dan Rukun Kalimat Tauhid ‫َّلاله اَّلهللا‬


Pada dasarnya kalimat Tauhid yang merupakan salah satu
rukun Islam yaitu dalam koridor syahadat, memiliki syarat dan rukun
yang harus dicapai untuk menyempurnakan keimanan kepada Allah
SWT.
1. Syarat Kalimat Tauhid ‫َّلاله اَّلهللا‬
Syarat merupakan aspek penting dalam perwujudan
tercapainya sesuatu hal. Dalam hal ini ada tujuh syarat, yakni:
a. Mengetahui, maksudnya adalah mengetahui makna kalimat
Tauhid ‫َّلاله اَّلهللا‬secara peniadaan maupun penetapan. Sesuai
dengan Q.S Muhammad: 91.
b. Yakin, maksudnya adalah hati meyakini dan membenarkan
kalimat Tauhid ‫َّلاله اَّلهللا‬. Sesuai dengan Q.S Al-Hujurat: 5.
c. Ikhlas. Sesuai dengan Q.S Al-Bayyinah: 5.
d. Benar, maksudnya adalah hendaknya pernyataan beriman itu
bukan sekedar basa-basi, sehingga yang bersangkutan benar-
benar meyakini bahwa segala yang terkandung di dalam Al-
Qur`an dan segala yang disampaikan oleh Rasulullah SAW
benar adanya. Sesuai dengan Q.S Az-Zumar: 33.
e. Cinta, maksudnya adalah hendaknya Allah SWT lebih dicintai
daripada yang lain dengan total dan sepenuh hati. Sesuai
dengan Q.S Al-Maidah: 55.
f. Berserah diri kepada Allah SWT baik lahir maupun bathin.
Sesuai dengan Q.S Luqman: 22.
g. Menerima, yaitu tidak menolak apa yang dikehendaki oleh
makna yang terkandung dibalik kalimat Tauhid ‫َّلاله اَّلهللا‬
sebagaiman telah digariskan oleh Allah Yang Maha Bijaksana.
Sesuai dengan Q.S Ash-Shaffat: 33-35.
2. Rukun Kalimat Tauhid ‫َّلاله اَّلهللا‬
Seperti yang telah dibahas sebelumnya, rukun ini berkaitan
dengan pembahasan makna kalimat Tauhid ‫َّلاله اَّلهللا‬. Rukun
kalimat Tauhid ‫َّلاله اَّلهللا‬, yakni:
a. Meniadakan, maksudnya adalah meniadakan yang lain
seluruhnya hanya untuk menyembah, mengabdi dan berserah
diri kepada Allah. Dengan benar-benar memurnikan
peribadatan kepada-Nya.
b. Menetapkan, maksudnya adalah menetapkan Allah sebagai
raja diatas raja, Maha dari segala Maha.

D. Keutamaan Kalimat Tauhid


1) Laa Ilaaha Illa Allah Seutama - Utamanya Yang Dipersaksikan
Allah SWT bersaksi atas diri-Nya dengan kalimat ini,
sebagaimana para makhluk ciptaan Allah yang adil juga bersaksi
dengan kalimat ini. Allah berfirman:

‫َّل ا َِٰلهَ اَِّل ه َُو ْالعَ ِزي ُْز ْال َح ِك ْي ُم‬ ِِۗ ‫َّل ا َِٰلهَ اَِّل ه َۙ َُو َو ْال َم َٰٰۤل ِٕى َكةُ َواُولُوا ْال ِع ْل ِم قَ ٰۤا ِٕىم ۢا بِ ْال ِقس‬
ٓ َ ‫ْط‬ ٓ َ ٗ‫ّٰللاُ اَنه‬
‫َش ِه َد ه‬

“Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah


melainkan Dia; demikian pula para malaikat dan orang yang
berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada Tuhan yang berhak
disembah melainkan Dia, Yang maha perkasa, maha bijaksana.”
(QS. Ali Imran: 18)
Pada ayat di atas, Allah bersaksi atas keesaanNya, dan
Allahlah Saksi yang paling agung, kemudian ikut bersaksi para
ciptaan Allah yang terbaik, mulai dari malaikat, lalu mereka yang
berilmu dari para hamba-Nya. Kesemuanya bersaksi akan
seagung-agungnya, setinggi-tingginya, dan sebesar-besarnya
yang dipersaksikan, itulah kesaksian “Laa ilaaha illa Allah.”

2) Laa Ilaaha Illa Allah Sebaik-Baiknya Apa Yang Diucapkan Para


Nabi
Imam at-Tirmidzi meriwayatkan dari Amr ibn Syu’aib dari
ayahnya dari kakeknya, Abdullah ibn Amr RA, bahwasanya
Rasulullah SAW berkata:
“Sebaik baiknya do’a adalah berdo’a pada Hari Arafah, dan
sebaik-baiknya apa yang Aku ucapkan dan diucapkan pula oleh
para Nabi sebelumku; “Laa Ilaaha illa Allah wahdahu laa syariika
lahu, lahu al-hamdu, wahuwa ‘ala kulli syai’in qadiir.” (Tidak ada
Tuhan yang berhak disembah selain Allah, ialah satu-satunya
yang berhak disembah, tidak ada sekutu baginya, baginya
kekuasaan, dan baginya segala pujian, dan Dialah maha kuasa
atas segala sesuatu.” (HR. Tirmidzi)
Nabi Muhammad SAW juga selalu mengucapkan bacaan
yang demikian tatkala beliau bepergian untuk berhaji atau umrah.

3) Laa Ilaaha Illa Allah Sebaik-Baiknya Zikir Kepada Allah


Imam at-Tirmidzi dan an-Nasa’i serta Ibn Majah
meriwayatkan dari Rasulullah SAW, bahwa Beliau bersabda:
“Sebaik-baiknya zikir “laa ilaaha illa Allah” dan sebaik-
baiknya do’a “al-hamdulillah”.
Salah seorang hamba Allah yang saleh mendengar
seseorang berkata “Laa ilaaha illa Allah” lalu ia mengangkat
suaranya dan memanjangkannya, lantas iapun menangis seraya
berkata:
“Dan sesungguhnya aku ditimpakan goncangan yang kuat
tatkala mengingat-Mu ya Allah, sebagaimana burung dikejutkan
dengan air yang turun membasahinya.”
Salah seorang ulama mendengar seseorang berkata: Laa
ilaaha illa Allah, lantas ulama itupun berkata: Kau benar, Kau
ucapkan itu dengan haq. Laa ilaaha illa Allah adalah sebaik –
baiknya zikir, karena tidak sah iman seorang hamba kecuali
dengan meyakini kalimat tauhid ini. Kalimat ini laksana kunci bagi
mereka yang berislam. Tidak mungkin masuk pintu Islam kecuali
dengan kunci kalimat tauhid. Laa ilaaha illa Allah adalah pembeda
antara Islam dan kekufuran, antara yang haq dan bathil. Di dalam
kalimat tauhid ini ada penetapan ketuhanan hanya untuk Allah,
dan didalamnya ada penafian hak untuk disembah dari selain
Allah. Kalimat inilah jika seseorang meninggal dunia dengan
membawanya ia masuk syurga. Dengan segala keutamaan di
atas pantaslah jika ia disebut sebaik – baiknya zikir.

4) Laa Ilaaha Illa Allah Sebaik – Baiknya Perbuatan Baik Yang


Dilakukan Hamba
Imam Ahmad ibn Hambal meriwayatkan dari Abu Dzar al-
Ghifari RA, ia berkata: Aku berkata kepada Rasulullah SAW:
Wahai Rasulullah, berilah untukku suatu pesan ! Rasulullah SAW
bersabda:
“Jika engkau berbuat keburukan maka ikutkanlah kebaikan
setelahnya, niscaya ia akan menghapusnya.” Lalu Abu Dzar
bertanya kembali: Wahai Rasulullah, Apakah mengucap Laa
ilaaha illa Allah termasuk dalam kebaikan (yang dapat menghapus
keburukan)? Nabi menjawab: “Justru Laa ilaaha illa Allah adalah
sebaik – baik dan seutama – utamanya kebaikan (yang dapat
menghapus keburukan).” (HR. Ahmad)
5) Laa Ilaaha Illa Allah Setinggi – Tingginya Level Keimanan
Nabi Muhammad SAW menjelaskan bahwa kalimat tauhid
“laa ilaaha illa Allah” merupakan keimanan semata – mata hanya
kepada Allah. Dalam shahih al-Bukhari dan Muslim, Rasulullah
SAW bersabda:
“Aku memerintahkan kepada kalian empat hal, dan Aku
melarang kalian dari empat hal; Aku memerintahkan Kalian
beriman hanya semata – mata kepada Allah. Tahukah kalian apa
itu beriman semata – mata kepada Allah? Bersaksi bahwa tidak
ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Aku
perintahkan kalian mendirikan shalat, membayar zakat, berpuasa
di bulan Ramadhan, dan hendaklah kalian memberikan seperlima
dari pampasan yang kalian dapat kepada yang berhak
menerimanya.”

Rasulullah tidak cukup hanya menjadikan kalimat tauhid


sebagai inti keimanan kepada Allah, namun Beliau juga
menjelaskan bahwa kalimat ini berada pada level tertinggi
keimanan.9

4. Pembagian Tauhid (Rububiyah, Uluhiyyah, Asma’ wa Shifat)


Tauhid merupakan prioritas nomor satu dalam agenda dakwah para
nabi dan rasul. Seluruh nabi dan rasul yang diutus oleh Allah SWT
mengajak umatnya, pertama kali untuk menerima, meyakini, dan
melaksanakan tauhid. Seluruh usaha dakwah para nabi dan rasul
dipusatkan agar kaumnya beribadah kepada Allah SWT, dan tidak
menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Allah SWT berfirman
dalam QS. Al-Anbiya‟ (21) : 25

ٓ ‫َّل ا َِٰلهَ ا‬
‫َِّل اَن َ۠ا فَا ْعبُد ُْو ِن‬ ُ ‫َو َما ٓ ا َ ْر َس ْلنَا ِم ْن قَ ْب ِل َك ِم ْن ر‬
ٓ َ ٗ‫س ْو ٍل اَِّل نُ ْو ِح ْٓي اِلَ ْي ِه اَنه‬

9
Hasballah Thaib, zamakhsyari bin hasballah thaib, Op.cit.,hlm 49.
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau,
melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahwa tidak ada Ilah yang
berhak di ibadahi selain Aku, maka beribadalah kalian sekalian kepada-
Ku.”

Ayat ini menunjukkan bahwa hikmah diutusnya para rasul adalah


mengajak kaumnya untuk beribadah kepada Allah SWT semata, dan
melarang kaumnya dari beribadah kepada selain Allah SWT. Ayat ini
juga menunjukkan bahwa agama seluruh nabi dan rasul, sekalipun
syariat-syariat (tata cara peribadahan dan muamalah) berlainan,
sebagaimana disebutkan firman Allah SWT dalam QS. Al-Maidah (5) : 48

ِ ‫ص ِّدِقا ِ ِّل َما َبيْنَ َي َديْ ِه ِمنَ ْال ِك َٰت‬


‫ب َو ُم َهي ِْمنا َعلَيْ ِه فَا ْح ُك ْم بَ ْينَ ُه ْم ِب َما ٓ ا َ ْنزَ َل ه‬
‫ّٰللاُ َو ََّل ت َت ِب ْع‬ َ ‫ق ُم‬ ِ ِّ ‫ب ِب ْال َح‬
َ ‫َوا َ ْنزَ ْلنَا ٓ اِلَي َْك ْال ِك َٰت‬
‫اح َدة و َٰل ِك ْن‬
ِ ‫ّٰللاُ لَ َجعَلَ ُك ْم اُمة و‬ ‫عة و ِم ْن َهاجا َِۗولَ ْو ش َٰۤا َء ه‬ َ ‫ق ِل ُك ٍِّل َجعَ ْلنَا ِمنْ ُك ْم ِش ْر‬ِ ِّ ِۗ ‫ا َ ْه َو ٰۤا َءهُ ْم َعما َج ٰۤا َء َك ِمنَ ْال َح‬
َ‫ّٰللا َم ْر ِجعُ ُك ْم َج ِميْعا فَيُنَبِِّئ ُ ُك ْم بِ َما كُ ْنت ُ ْم فِيْ ِه ت َْخت َ ِلفُ ْو َۙن‬ ِ ِۗ ‫ِلِّيَ ْبلُ َو ُك ْم فِ ْي َما ٓ َٰا َٰتى ُك ْم فَا ْستَبِقُوا ْال َخي َْٰر‬
ِ ‫ت اِلَى ه‬

“Dan kami telah menurunkan kitab (al-Quran) kepadamu (Muhammad)


dengan membawa kebenaran,yang membenarkan kitab-kitab yang
diturunkan sebelumnya dan menjaganya, maka putuskanlah perkara
mereka menurut apa yang diturunkan Allah dan janganlah engkau
mengikuti keinginan mereka dengan meninggalkan kebenaranyang telah
datang kepadamu. Untuk setiap umat diantara kamu, Kami berikan
aturan dan jalan yang terang.”

Dakwah tauhid, penjelasan tentang akidah yang shahih dan peringatan


terhadap bahaya syirik merupakan pokok pertama dalam dakwah
seluruh rasul, dari sejak nabi Nuh hingga nabi Muhammad SAW. Inilah
tujuan pokok yang dengannya akan baik seluruh urusan dunia dan
agama. Bila akidah telah benar, hanya taat kepada Allah SWT dan
Rasul-Nya, kemudian istiqamah diatas syariat dan petunjuk-Nya, maka
akan baiklah kehidupan dunia dan agama.10

10
Abu Fatiah Al-Adnani, Buku Pintar Aqidah, Sukoharjo, Setia Kawan, tth, hlm 203
Pembagian Tauhid berdasarkan ayat-ayat Al-Quran dan Sunnah Rasul
SAW berdasarkan pembagian para ulama tauhid terbagi menjadi tiga
yaitu :

1. Tauhid Rububiyah.
Tauhid Rububiyyah secara syar‟i yaitu keyakinan yang pasti
bahwa Allah SWT adalah Tuhan segala sesuatu, penguasa, pencipta
segala sesuatu. Allah SWT pengatur alam semesta dan tidak ada
sekutu bagi-Nya. Hanya Allah SWT satu-satunya Yang Maha Suci,
Yang Menciptakan, Mengatur dan mengendalikan perkara bagi
seluruh mahluk.11
Yaitu mengesakan Allah subhannahu wa ta’ala dalam segala
perbuatanNya, dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan
segenap makhluk. Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:

‫ٱّللُ َٰ َخ ِل ُق ُك ِِّل َش ْىءٍ ۖ َوه َُو َعلَ َٰى ُك ِِّل َش ْىءٍ َو ِكي ٌل‬

“Allah menciptakan segala sesuatu …” (QS. Az-Zumar: 62).

Bahwasanya Dia adalah Pemberi rizki bagi setiap manusia, binatang


dan makhluk lainnya. Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:

ٍ ‫ع َها ِۗ ُكل فِ ْي ِك َٰت‬


‫ب ُّمبِي ٍْن‬ َ ‫ّٰللاِ ِر ْزقُ َها َويَ ْعلَ ُم ُم ْستَقَرهَا َو ُم ْست َْو َد‬
‫ض اَِّل َعلَى ه‬ َ ْ ‫َو َما ِم ْن َد ٰۤاب ٍة فِى‬
ِ ‫اَّل ْر‬

“Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah


yang memberi rizkinya,…” (QS. Hud: 6).

Dan bahwasanya Dia adalah Penguasa alam dan Pengatur semesta,


Dia yang mengangkatdan menurunkan, Dia yang memuliakan dan
menghinakan, Mahakuasa atas segala sesuatu. Pengatur rotasi siang
dan malam, Yang menghidupkan dan Yang mematikan.Allah
subhannahu wa ta’ala berfirman:

11
Said bin Musfir Al-Qathani, Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, Jakarta, Fihrisatu, 2003,
hlm 77
َ ‫قُ ِل الل ُهم َما ِل َك ْال ُم ْل ِك تُؤْ تِي ْال ُم ْل َك َم ْن تَشَا ُء َوت َنزعُ ْال ُم ْل َك ِمم ْن تَشَا ُء َوت ُ ِع ُّز َم ْن تَشَا ُء َوت ُ ِذ ُّل َم ْن تَشَا ُء بِيَد‬
‫ِك‬
َ‫ار فِي اللي ِْل َوت ُ ْخ ِر ُج ْال َحي ِمن‬ َ ‫ار َوتُو ِل ُج الن َه‬ ِ ‫) تُو ِل ُج الل ْي َل فِي الن َه‬22( ‫ِير‬ ٌ ‫ْال َخي ُْر إِن َك َعلَى ُك ِِّل َش ْيءٍ قَد‬
ِّ ‫ت ِمنَ ْال َح‬
ٍ ‫ي ِ َوت َْر ُز ُق َم ْن تَشَا ُء بِغَي ِْر ِح َسا‬
)23( ‫ب‬ َ ِِّ‫ت َوت ُ ْخ ِر ُج ْال َمي‬
ِ ِِّ‫ْال َمي‬

“Katakanlah: “Wahai Tuhan Yang mempunyai kerajaan, Engkau


berikan kerajaan kepada orang yang Engkau kehendaki dan Engkau
cabut kerajaan dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau muliakan
orang yang Engkau kehendaki dan Engkau hinakan orang yang
Engkau kehendaki. Di tangan Engkaulah segala kebajikan.
Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau
masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke
dalam malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati, dan
Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau beri rizki
siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab (batas).”(QS. Al-Imran:
26-27).

Jenis tauhid ini diakui semua orang. Tidak ada umat mana pun
yang menyangkalnya. Bahkanhati manusia sudah difitrahkan untuk
mengakuiNya, melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lain-Nya.
Sebagaimana perkataan para rasul yang difirmankan Allah:

‫ع ْو ُك ْم ِل َي ْغ ِف َر لَ ُك ْم ِ ِّم ْن ذُنُ ْو ِب ُك ْم َوي ُ َؤ ِ ِّخ َر ُك ْم ا َِٰلٓى ا َ َج ٍل‬


ُ ‫ض َي ْد‬ َ ْ ‫ت َو‬
ِۗ ِ ‫اَّل ْر‬ ِ ‫اط ِر السمَٰ َٰو‬ ِ َ‫ّٰللا شَك ف‬ِ ‫سلُ ُه ْم اَفِى ه‬ ُ ‫ت ُر‬ ْ َ‫قَال‬
‫س ْل َٰط ٍن ُّمبِي ٍْن‬ ُ ‫صد ُّْونَا َعما َكا َن َي ْعبُ ُد َٰا َب ٰۤا ُؤنَا فَأْت ُ ْونَا ِب‬ ُ َ ‫ُّم َس ًّم ِۗى قَالُ ْٓوا ا ِْن ا َ ْنت ُ ْم اَِّل َبش ٌَر ِ ِّمثْلُنَا ِۗ ت ُ ِر ْيد ُْو َن ا َ ْن ت‬

“Berkata rasul - rasul mereka: “Apakah ada keragu-raguan terhadap


Allah, Pencipta langit dan bumi?”(QS. Ibrahim: 10).

Adapun orang yang paling dikenal pengingkarannya adalah Fir’aun.


Namun demikian di hatinya masih tetap meyakiniNya. Sebagaimana
perkataan Musa ‘alaihissalam kepadanya:

‫ع ْو ُن َمثْب ُْورا‬
َ ‫ظنُّ َك َٰي ِف ْر‬ َ َ ‫ص ٰۤا ِٕى َۚ َر َواِنِِّ ْي‬
ُ ‫َّل‬ َ َ‫ض ب‬ ِ ‫ت َما ٓ ا َ ْنزَ َل َٰ ٓه ُؤ َ َّٰۤل ِء اَِّل َربُّ السمَٰ َٰو‬
َ ْ ‫ت َو‬
ِ ‫اَّل ْر‬ َ ‫قَا َل لَقَ ْد َع ِل ْم‬

“Musa menjawab: “Sesungguhnya kamu telah mengetahui, bahwa


tiada yang menurunkan mujizat-mujizat itu kecuali Tuhan Yang
memelihara langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata: dan
sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir`aun, seorang yang akan
binasa.”(QS. Al-Isra’: 102).

 Dalil-Dalil Tauhid Ar-Rububiyyah


Banyak dalil menunjukkan bahawa Allah itu Maha Esa dan tiada
sesuatu menyamai Allah dari segi Rububiyyah. Antaranya:
1) Lihatlah pada tulisan di papan hitam, sudah pasti ada yang
menulisnya. Orang yang berakalwaras akan mengatakan bahawa
setiap sesuatu pasti ada pembuatnya.
2) Semua benda di alam ini, daripada sekecil-kecilnya hinggalah
sebesar-besarnya, menyaksikan bahawa Allah itu adalah Rabb al-
’Alamin. Dia berhak ke atas semua kejadian di alam ini.
3) Susunan alam yang mengkagumkan, indah dan tersusun rapi
adalah bukti Allah Maha Pencipta. Jika alam boleh berkata-kata,
dia akan menyatakan bahawa dirinya makhluk ciptaanAllah.
Orang yang berakal waras akan berkata bahawa alam ini dijadikan
oleh satu Zat Yang Maha Berkuasa, yaitu Allah. Tidak ada orang
yang berakal waras akan menyatakan bahwa sesuatu itu boleh
berlaku dengan sendiri. Begitulah hebatnya Ilmu Allah.
Pandanglah saja kepada kejadian manusia dan fikirkanlah betapa
rapi dan seni ciptaan-Nya. Terdapat seribu satu macam ciptaan
Allah yang memiliki sifat yang berbeda-beda antara satu sama
lain. Semuanya menunjukkan bahwa Allah adalah Rabb yang
Maha Bijaksana.

 Tauhid Rububiyyah mencakup dimensi-dimensi keimanan sebagai


berikut:
1) Meng-Esakan Allah dalam perbuatan-perbuatan-Nya, misalnya
menciptakan, memberi rezeki, menghidupkan, mematikan,
menguasai. Maksudnya meyakini dan membenarkan sepenuhnya
bahwa perbuatanperbuatan ini hanya dilakukan oleh Allah semata,
tidak ada seorangpun selain-Nya yang mampu melakukannya.
2) Beriman kepada takdir Allah
3) Beriman kepada zat Allah.

2. Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah adalah tauhid ibadah atau tauhid tujuan dan
permintaan. Yaitu hanya mengkhususkan ibadah kepada Allah SWT
dengan berbagai macam ibadah. Barang siapa yang menujukan
ibadahnya kepada selain Allah SWT maka termasuk musyrik. Tauhid
ini disebut Tauhid Ibadah karena ubudiah adalah sifat „abid (hamba)
yang wajib menyembah Allah SWT secara ikhlas, karena
ketergantungan kepada-Nya.
Tauhid Uluhiyah adalah mengEsakan Allah dengan
memurnikan perbuatan para hamba semata-mata dengan niat
mendekatkan diri pada Allah, seperti shalat, zakat, haji, puasa,
shadaqah, membaca al-Quran, berzikir, berdoa, nazar, kurban, takut,
tawakal, mahabbah (rasa cinta), bertaubat, berbakti kepada orang tua,
memuliakan tamu dan tetangga. Dengan kata lain tauhid Uluhiyah
adalah mengEsakan Allah dalam ibadah dan ketaatan dengan
mempersembahkan segala bentuk peribadatan dan ketaatan kepada
Allah semata. 12
Tauhid ini disebut tauhid Uluhiyah karena Uluhiyah adalah sifat
Allah yang ditunjukkan oleh nama-Nya, Allah SWT yang artinya Dzul
Uluhiyah (yang memiliki sifat uluhiyah). Tauhid ini adalah inti dakwah
para rasul karena ini adalah pondasi tempat dibangunnya seluruh
amal. Tanpa merealisasikannya, semua amal ibadah tidak akan
diterima. Karena tidak terwujudnya tauhid uluhiyah pada diri
hambanya.
Dan jenis tauhid ini adalah inti dakwah para rasul, mulai rasul
yang pertama hingga yang terakhir. Allah subhannahu wa ta’ala
berfirman:

12
Abu Fatiah Al-Adnani, Op cit, … hlm 214
‫ت َعلَ ْي ِه‬
ْ ‫ّٰللاُ َو ِم ْن ُه ْم م ْن َحق‬
‫ت فَ ِم ْن ُه ْم م ْن َه َدى ه‬َ َۚ ‫غ ْو‬ ُ ‫ّٰللاَ َوا ْجتَنِبُوا الطا‬ ُ ‫َولَقَ ْد بَعَثْنَا فِ ْي ُك ِِّل اُم ٍة ر‬
‫س ْوَّل ا َ ِن ا ْعبُدُوا ه‬
َ‫ْف َكانَ َعاقِبَةُ ْال ُم َك ِذِّبِيْن‬ ُ ‫ض فَا ْن‬
َ ‫ظ ُر ْوا َكي‬ َ ْ ‫الض َٰللَةُ ِۗ فَ ِسي ُْر ْوا فِى‬
ِ ‫اَّل ْر‬

“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat


(untuk menyerukan): ‘Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thaghut
itu’.”(QS. An-Nahl: 36).

ٓ ‫َّل ا َِٰلهَ ا‬
‫َِّل اَن َ۠ا فَا ْعبُد ُْو ِن‬ ُ ‫َو َما ٓ ا َ ْر َس ْلنَا ِم ْن قَ ْب ِل َك ِم ْن ر‬
ٓ َ ٗ‫س ْو ٍل اَِّل نُ ْو ِح ْٓي اِلَ ْي ِه اَنه‬

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu,


melainkan Kami wahyukan kepadanya, ‘Bahwasanya tidak ada Tuhan
(yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan
Aku’.”(QS. Al-Anbiya’: 25).

Juga disebut “Tauhid Ibadah”, karena ubudiyah adalah sifat ‘abd


(hamba) yang wajib menyembah Allah secara ikhlas, karena
ketergantungan mereka kepadanya.Tauhid ini adalah inti dari dakwah
para rasul, karena ia adalah asas dan pondasi tempat dibangunnya
seluruh amal. Tanpa mereali-sasikannya, semua amal ibadah tidak
akanditerima. Karena kalau ia tidak terwujud, maka bercokolah
lawannya, yaitu syirik. Sedangkan Allah subhannahu wa ta’ala
berfirman:

َ َ ‫ع ب َ ا ِد ه ِ َۚ َو ل َ ْو أ َ شْ َر ك ُ وا ل‬
‫ح ب ِ طَ ع َ ن ْ ه ُ ْم َم ا ك َا ن ُ وا‬ ِ ‫ك ه ُ د َ ى ّٰللا ِ ي َ هْ ِد ي ب ِ ِه َم ْن ي َ شَ ا ءُ ِم ْن‬ َ ِ ‫ذَٰ َ ل‬
‫ي َ ع ْ َم ل ُ و َن‬

“seandainya mereka mempersekutukan Alah, niscaya lenyaplah dari


mereka amalan yangtelah mereka kerjakan.” (Al-An’am: 88).

ْ ‫َيءٍ َۙوه َُو َع َٰلى ُك ِِّل ش‬


‫َيءٍ و ِك ْي ٌل‬ ْ ‫ّٰللاُ خَا ِل ُق ُك ِِّل ش‬
‫َه‬

“Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), niscaya akan hapuslah


amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi.” (QS.
Az-Zumar: 65).
Dan tauhid jenis ini adalah kewajiban pertama segenap hamba. Allah
subhannahu wa ta’ala berfirman:

‫ار ذِى ْالقُ ْر َٰبى‬ ِ ‫ّٰللا َو ََّل ت ُ ْش ِر ُك ْوا ِب ٖه َشيْـًٔا وبِ ْال َوا ِل َدي ِْن اِ ْح َسانا و ِبذِى ْالقُ ْر َٰبى َو ْال َي َٰتمَٰ ى َو ْال َمسَٰ ِكي ِْن َو ْال َج‬
َ ‫َوا ْعبُدُوا ه‬
‫ّٰللاَ ََّل ي ُِحبُّ َم ْن كَا َن ُم ْخت َاَّل‬‫َت ا َ ْي َمان ُ ُك ْم ِۗ اِن ه‬ ْ ‫ب َواب ِْن السبِ ْي َۙ ِل َو َما َملَك‬ ِ ‫ب بِ ْال َج ۢ ْن‬
ِ ‫اح‬
ِ ‫ب َوالص‬ ِ ُ‫ار ْال ُجن‬
ِ ‫َو ْال َج‬
‫َف ُخ ْورا‬

“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukanNya dengan


sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapak
…”(QS. An-Nisa’: 36).

ٓ ‫َِّل اِياهُ َو ِب ْال َوا ِل َدي ِْن اِ ْحسَٰ ن ِۗا اِما َي ْبلُغَن ِع ْن َد َك ْال ِك َب َر ا َ َح ُدهُ َما ٓ ا َ ْو ِك َٰل ُه َما فَ ََل تَقُ ْل ل ُه َما‬
ٓ ‫َوقَضَٰ ى َرب َُّك اََّل ت َ ْعبُد ُْٓوا ا‬
‫ف و ََّل ت َ ْن َه ْرهُ َما َوقُ ْل ل ُه َما قَ ْوَّل ك َِريْما‬
ٍ ِّ ُ ‫ا‬

“Dan Tuhanmu telah memerintahkan kamu supaya kamu jangan


menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu
bapakmu dengan sebaik-baiknya …”(QS. Al-Isra’:23)

‫قُ ۡل ت َ َعالَ ۡوا ا َ ۡت ُل َما َحر َم َربُّ ُك ۡم َعلَ ۡي ُك ۡم اََّل ت ُ ۡش ِر ُك ۡوا ِب ٖه ش َۡيـًٔـــا و ِب ۡال َوا ِل َد ۡي ِن اِحۡ َسانا َۚ َو ََّل ت َۡقتُلُ ٰۡۤوا ا َ ۡو ََّل َد ُك ۡم ِ ِّم ۡن‬
‫س التِ ۡى َحر َم‬ َ ‫ط َن َۚ َو ََّل ت َۡقتُلُوا الن ۡف‬ َ َ‫ظ َه َر ِم ۡن َها َو َما ب‬ َ ‫َ َما‬ َ ‫اح‬ ِ ‫قؕ نَحۡ ُن ن َۡر ُزقُ ُك ۡم َواِياه ُۡم َۚ َو ََّل ت َۡق َربُوا ۡالف ََو‬ ٍ ‫ا ِۡم ََل‬
١٥١ ‫صى ُك ۡم بِ ٖه لَعَل ُك ۡم ت َعۡ ِقلُ ۡو َن‬ ‫ـق َٰذ ِل ُك ۡم َو ه‬ِ ِّ ‫ّٰللاُ اَِّل بِ ۡال َح‬
‫ه‬

“Katakanlah, ‘Marilah kubacakan apa yang diharamkan atas kamu dari


Tuhanmu, yaitu: janganlah kamu mempersekutukan kamu dengan
Dia, berbuat baiklah terhadap kedua orangibu-bapak …’.”(QS. Al-
An’am: 151).

Konstribusi Materi Tauhid al-Rububiyyah menghubungkan


Tauhid Al-Uluhiyyah DalamUpaya Mencapai Tauhidullah Seperti yang
telah dinyatakan di atas, Tauhid al-Rububiyyah ialah mengakui
keesaanAllah sebagai Rabb, Tuan, Penguasa, Pencipta dan
Pengurnia secara mutlak. Tidak ada sekutu bagi-Nya di dalam
Rububiyyah. Sesungguhnya kesanggupan dan kesediaan
manusiamentauhidkan Allah dari segi Rububiyyah dengan segala
pengertiannya akan menghubung ataumenyebabkan manusia
mengakui Tauhid al-Uluhiyyah yaitu mengesakan Allah dalam
pengabdian.

3. Tauhid Asma was Sifat


Yaitu menetapkan nama-nama dan sifat-sifat untuk Allah
subhanahu wa ta’ala- sesuai dengan yang telah ditetapkan oleh Allah
untuk diriNya maupun yang telah ditetapkan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam- tanpa mentakwil (ta’wil), memisalkan
(tamtsil), menanyakan bagaimananya (takyif) dan meniadakan (ta’thil)
dari nama dan sifat tsb. Hal ini pula harus disertai dengan meniadakan
kekurangan-kekurangan dan aib-aib yang ditiadakan oleh Allah
terhadap diriNya, dan apa yang ditiadakan oleh Rasulullah shallallahu
‘alaihiwa sallam- bagi Allah ta’ala, karena Allah ta’ala sesungguhnya
maha sempurna dan sangat jauh dari aib ataupun kekurangan.
Allah Ta’ala telah menyatakan bahwa Ia memiliki nama-nama
yang husna (baca: sangat baik/indah) dan Ia memerintahkan kita
untuk berdo’a dengan nama–namaNya, Allah telah berfirman di dalam
Al-Qur’an :

‫ّلل اْلسماء الحسنى فادعوه بها و ذَ ُروا الذِينَ ي ُْل ِحدُونَ فِي أ َ ْس َمائِ ِه َسيُجْزَ ْو َن َما كَانُوا يَعْ َملُو َن‬
ِ ِ ‫َو‬
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka berdoalah kepada-Nya
dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran dalam nama-namaNya nanti
mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka
kerjakan” (Al-A’raf : 180).
Dan firmanNya :

‫ير‬
ُ ‫ص‬ِ َ‫ْس ك َِمثْ ِل ِه َش ْي ٌء َوه َُو الس ِمي ُع الب‬
َ ‫لَي‬
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang
Maha mendengar lagi Maha melihat.” (QS. As-Syura’ : 11)

Tiga jenis Tauhid di atas, wajib diketahui oleh setiap muslim


(dan segala ubudiyah kita kepada Allah wajib dengan ketiga tauhid itu
semua) karena Tauhid adalah pondasi keimanan seseorang kepada
Allah ta’ala, sehingga hendaklah kita senantiasa menjaga kemurnian
tauhid kita di dalam beribadah kepada Allah ta’ala dari apa saja yang
dapat merusak Tauhid kita. Wallahu a’lam bis-showab.13

13
Ahmadi, Tauhid dan pembagiannya, artikel dan kajian islam, 2010
KESIMPULAN

 Kalimat tauhid Laa ilaaha illa Allah, maknanya tidak ada Tuhan yang
berhak disembah selain Allah. makna ‫ َّلاله اَّلهللا‬adalah peniadaan
seluruh yang disembah selain Allah SWT dan merupakan penetapan
bahwa menyembah itu hanya diperuntukkan kepada dan bagi Allah
saja.
 Keutamaan Kalimat Tauhid
1. Laa Ilaaha Illa Allah Seutama - Utamanya Yang Dipersaksikan
2. Laa Ilaaha Illa Allah Sebaik – Baiknya Apa Yang Diucapkan Para
Nabi
3. Laa Ilaaha Illa Allah Sebaik – Baiknya Zikir Kepada Allah
4. Laa Ilaaha Illa Allah Sebaik – Baiknya Perbuatan Baik Yang
Dilakukan Hamba
5. Laa Ilaaha Illa Allah Setinggi – Tingginya Level Keimanan
 Tauhid dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Tauhid Rububiyyah, Yaitu mengesakan Allah subhannahu wa
ta’ala dalam segala perbuatanNya, dengan meyakini bahwa Dia
sendiri yang menciptakan segenap makhluk. Tauhid Rububiyyah
mencakup dimensi-dimensi keimanan sebagai berikut:
 Meng-Esakan Allah dalam perbuatan-perbuatan-Nya,
 Beriman kepada takdir Allah
 Beriman kepada zat Allah.
2. Tauhid Uluhiyah, adalah tauhid ibadah atau tauhid tujuan dan
permintaan. Yaitu hanya mengkhususkan ibadah kepada Allah
SWT dengan berbagai macam ibadah.
3. Tauhid Asma was Sifat, Yaitu menetapkan nama-nama dan sifat-
sifat untuk Allah –subhanahu wa ta’ala- sesuai dengan yang telah
ditetapkan oleh Allah untuk diriNya maupun yang telah ditetapkan
oleh Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- tanpa mentakwil
(ta’wil), memisalkan (tamtsil), menanyakan bagaimananya (takyif)
dan meniadakan (ta’thil) dari nama dan sifat tsb.
DAFTAR PUSTAKA

Abu Fatiah Al-Adnani. Buku Pintar Aqidah. Sukoharjo: Setia Kawan, tth. hlm
203
Ahmadi, Tauhid dan pembagiannya. Artikel dan kajian islam. 2010.
Hasballah Thaib, zamakhsyari bin hasballah thaib. Keutamaan Kalimat Tauhid.
UNDHAR PRESS:Medan. 2019.
Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (diterjemahkan oleh Firdaus AN), (Jakarta:
Bulan Bintang, 1996), cet. Ke-10, h. 5.
Said bin Musfir Al-Qathani. Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani.
Fihrisatu:Jakarta. 2003.
Setiawan, A. Konsep pendidikan tauhid dalam keluarga perspektif pendidikan
islam. 2(1). 2017.
Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri. Ensiklopedi Islam Al-
Kamil. Darus Sunnah:Jakarta. 2010.
Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid. Raka Grafindo Persada: Jakarta. 1996.cet. Ke-3,
h. 1.

Anda mungkin juga menyukai