Dosen Pengampu :
Di Susun Oleh
Kelompok 6
2023
KALIMAT TAUHID DAN PEMBAGIAN TAUHID
1. Pendahuluan
Segala puji bagi Allah, kita memuji-Nya, memohon pertolongan
dan ampunan kepada-Nya. Kita berlindung kepada-Nya dari kejahatan diri
kita sendiri dan keburukan amal kita. Barang siapa yang diberi petunjuk
oleh Allah tak akan ada orang yang sanggup menyesatkannya,dan barang
siapa yang disesatkan tak akan ada yang sanggup menunjukinya.
Bahwasannya tiada tuhan yang hak melainkan Allah semata, tiada sekutu
bagi-Nya danaku bersaksi bahwa Muhammad saw adalah hamba dan
utusan-Nya.
Semoga Allah merahmati kita, ketahuilah bahwa perkara terbesar
berkenaan dengan diutusnya para rasul dari yang pertama hingga terakhir
adalah perintah untuk ibadah kepada Allah semata yang tidak ada sekutu
bagi- Nya (Tauhid), serta memperingatkan dan melarang peribadatan
kepada selain Allah Demikianlah al-Qur’an dalam berbagai pembicaraan
dan cerita yang di kemukakannya selalu menjelaskan bahwa tauhid
adalah persoalan pokok yang diserukan oleh semua rasul. Setelah itu,
baru turun hukum-hukum dan syari’at, turun penjelasan tentang halal dan
haram. Karena itulah, Allah memerintahkan semua manusia untuk
melakukan ibadah itu, bahkan penciptaan manusia adalah hanya untuk
beribadah kepada Allah saja, sebagaimana firman Allah;
َ َو َما َخلَ ْقتُ ٱ ْل ِجن َوٱ ْ ِْل
نس ِإَّل ِليَ ْعبُدُو ِن
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku” (Adz-Dzariyat: 56)
Al-Qur’an membincangkan tentang al-amr (perintah) dan anbiya’
Allah (nabi-nabi Allah) karena kedua-duanya ada kaitan dengan
penciptaan dan kekuasaan Allah terhadap makhluk-Nya. Al-Qur’an
menerangkan segala bentuk balasan baik (pahala) untuk mereka yang
mentaati Allah, Rasul dan syariat-Nya. Tauhid ialah mengesakan Allah dan
mengakui keberadaannya serta kuat kepercayaannya bahwa Allah itu
hanya satu tidak ada yang lain. Tauhid adalah ajaran inti dari konsepsi
ketuhanan dalam agama Islam. Disimpulkan dalam potongan pertama
kalimat syahadatain, lā ilāh illā Allāh,konsep ini mengajarkan bahwa Allah
adalah satu-satunya dan segala-galanya dalam penyembahan dan
penciptaan. Ujungnya jelas, yaitu menolak kemusyrikan (polytheism)
karena Allah tidak mengenal imitator1 (laysakamitslihi syay’) dan
kompetitor2 (lam yakun lahukufuw a ad). Ada tiga macam tauhid dalam
islam, yakni: Tauhid Rububiyah, Uluhiyah, Asma wa sifat. Ketiga tauhid
tersebut harus dimiliki oleh manusia sebagai hamba-Nya. Sebagai umat
muslim kita tidak boleh hanya memiliki salah satu dari ketiga tauhid
tersebut, karena ketiga tauhid tersebut merupakan satu kesatuan yang
tidak bisa di pisahkan. Apabila kita hanya mempercayai salah satu di
antaranya maka kita tidak bisa disebut sebagai seorang yang syirik
bahkan keluar dari islam.
2. Pengertian Tauhid
Di dalam bahasa arab, tauhid adalah mashdar dari kata – َوح َد – ي َُو ِ ِّح ُد
ت َْو ِحيْداyang berarti mengesakan. Adapun menurut istilah, tauhid adalah
“meyakini akan ke-esa-an Allah -subhanahu wa ta’ala- dalam rububiyah
(penciptaan, pemeliharaan, pemilikan), uluhiyyah (ikhlas beribadah
kepadaNya) dan dalam Al-Asmaa wash-shifaat (nama-nama dan sifat)-
Nya“. Secara etimologi, tauhid berarti keesaan. Maksudnya, iktikad atau
keyakinan bahwa Allah adalah Esa; Tunggal; Satu. Pengertian ini sejalan
dengan pengertian tauhid yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu
“keesaan Allah”; mentauhidkan berarti “mengakui keesaan Allah;
3
mengesakan Allah.”
1
Definisi/arti kata 'imitator' di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah n orang yang
meniru; peniru.
2
Definisi/arti kata 'kompetitor' di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah norang yang
bersaing.
3
Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid,(Jakarta: Raka Grafindo Persada, 1996), cet. Ke-3, h. 1.
Secara istilah syari, tauhid berarti mengesakan Allah‟ dalam hal
mencipta, menguasai, mengatur dan memurnikan (mengikhlaskan)
peribadahan hanya kepada-Nya, meninggalkan penyembahan
kepada selainNya serta menetapkan asma ul husna dan sifat al-„ulya
bagi-Nya dan‟ mensucikan-Nya dari kekurangan dan cacat. Asal
makna “tauhid” ialah meyakinkan, bahwa Allah adalah “satu”, tidak ada
syarikat bagi-Nya. Oleh sebab itu, sebab dinamakan “Ilmu Tauhid”, ialah
karena bahagiannya yang terpenting, menetapkan sifat “wahdah” (satu)
bagi Allah dalam zat-Nya dan dalam perbuatan-Nya menciptakan alam
seluruhnya dan bahwa Ia sendiri-Nya pula tempat kembali segala alam ini
dan penghabisan segala tujuan.4
Dan tauhid apabila dimutlakkan, maka maknanya adalah
memurnikan seluruh peribadatan hanya untuk Allah ta’ala. Muhammad
Abduh menjelaskan yang artinya: “Tauhid ialah suatu ilmu yang
membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya,
sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada Nya, dan tentang sifat-sifat yang
sama sekali wajib dilenyapkan pada Nya. Juga membahas tentang rasul-
rasul Allah, meyakinkan kerasulan mereka, apa yang boleh dihubungkan
(dinisbatkan) kepada mereka, dan apa yang terlarang
menghubungkannya kepada diri mereka.” 5
Tauhid adalah keyakinan seorang hamba bahwa Allah itu Esa dan
tidak ada sekutu bagi-Nya, baik dalam Rububiyyah, Uluhiyyah, Asma’
(nama-nama) dan sifatNya. Seorang hamba hendaknya meyakini dengan
sepenuh hati bahwa Allah sajalah Tuhan pemilik atas segala sesuatu.
Dialah satu-satunya Pencipta, dan Pengatur alam semesta. Dialah yang
berhak untuk disembah tidak ada sekutu bagi-Nya, Dia memiliki sifat yang
penuh dengan kesempurnaan dan suci dari segala aib dan kekurangan,
4
Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (diterjemahkan oleh Firdaus AN), (Jakarta: Bulan
Bintang, 1996), cet. Ke-10, h. 5.
5
Yusman Asmuni, Op.cit., h. 1.
serta bagi-Nya Asma‟ Al-Husna (nama-nama yang bagus) dan sifat-sifat
yang Maha Tinggi.6
Seorang muslim wajib mengimani akan keesaaan Allah ta’ala dan
bahwasannya tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah
ta’ala, adapun kalimat Tauhid itu sendiri maka yang dimaksud ialah La
ilaha illah yang berarti tidak ada yang berhak disembah selain Allah, di
dalam al-Quran Allah ta’ala berfirman :
َّل إِ َٰلَهَ إَِّل ه َُو ٱلر ْح َٰ َمنُ ٱلر ِحي ُم
ٓ ۖ َوإِ َٰلَ ُه ُك ْم إِ َٰلَهٌ َٰ َو ِح ٌد
“Dan tuhan kamu adalah tuhan yang Maha Esa, tidak ada tuhan selai Dia,
yang Maha pengasih, Maha penyayang”. (QS. Al-Baqarah: 163)
6
Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri, Ensiklopedi Islam Al-Kamil, Jakarta,
Darus Sunnah, 2010, hlm 63.
satu – satunya Tuhan yang berhak untuk disembah, sebagainya
hanya Dia-lah yang menciptakan, yang memberi rezeki, yang
menghidupkan, yang mematikan, dan lain sebagainya yang
menunjukkan nilai rububiyah-Nya. Tiada satupun yang berhak
berkongsi dengan Allah pada penciptaan makhluk, atau dalam
bertindak pada sesuatu. Itu semua bagian dan keesaan uluhiyyah
Allah, tidak berkongsi Dia dengan sesuatu apapun 7.
Tauhid, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kata tauhid
merupakan kata benda yang berarti keesaan Allah; kuat kepercayaan
bahwa Allah hanya satu.Perkataan tauhid berasal dari bahasa Arab,
masdar dari kata wahhada ( )وحدyuwahhidu ()يوحد.Secara etimologis,
tauhid berarti keesaan. Maksudnya, keyakinan bahwa Allah SWT
adalah Esa; Tunggal;satu. Pengertian ini sejalan dengan pengertian
tauhid yang digunakan dalam bahasa Indonesia, yaitu “keesaan
Allah”; mentauhidkan berarti “mengakui akan keesaan Allah;
mengeesakan Allah”. 8
Menurut Syeikh Muhammad Abduh tauhid ialah suatu ilmu yang
membahas tentang wujud Allah, sifat-sifat yang wajib tetap pada-Nya,
sifat-sifat yang boleh disifatkan kepada-Nya, dan tentang sifat-sifat
yang sama sekali wajib dilenyapkan pada-Nya.Juga membahas
tentang rasul-rasul Allah, meyakinkan kerasulan mereka, apa yang
boleh dihubungkan (dinisbatkan) kepada mereka, dan apa yang
terlarang menghubungkannya kepada diri mereka.
Menurut Zainuddin, tauhid berasal dari kata “wahid”( )واحدyang
artinya “satu”. Dalam istilah Agama Islam, tauhid ialah keyakinan
tentang satu atau Esanya Allah, maka segala pikiran dan teori berikut
argumentasinya yang mengarah kepada kesimpulan bahwa Tuhan itu
satu disebut dengan Ilmu Tauhid.
7
Hasballah Thaib, zamakhsyari bin hasballah thaib, Keutamaan Kalimat Tauhid, Medan,
UNDHAR PRESS, 2019, hlm 33.
8
Setiawan, A. (2017). Konsep pendidikan tauhid dalam keluarga perspektif pendidikan islam.
2(1), hlm 5.
Jadi, makna َّلاله اَّلهللاadalah peniadaan seluruh yang disembah
selain Allah SWT dan merupakan penetapan bahwa menyembah itu
hanya diperuntukkan kepada dan bagi Allah saja. Maka dengan
demikian, makna dari َّلاله اَّلهللاadalah peniadaan dan penetapan, yakni
meniadakan Tuhan selain Allah SWT dan menetapkan bahwa Tuhan
itu hanya Dia.
]٢٨:٦[ ظ ْل ٍم أُو َٰلَئِ َك لَ ُه ُم ْاْل َ ْم ُن َوهُم ُّم ْهتَدُو َن ُ ِالذِينَ آ َمنُوا َولَ ْم يَ ْلب
ُ ِسوا إِي َمانَ ُهم ب
َّل ا َِٰلهَ اَِّل ه َُو ْالعَ ِزي ُْز ْال َح ِك ْي ُم ِِۗ َّل ا َِٰلهَ اَِّل ه َۙ َُو َو ْال َم َٰٰۤل ِٕى َكةُ َواُولُوا ْال ِع ْل ِم قَ ٰۤا ِٕىم ۢا بِ ْال ِقس
ٓ َ ْط ٓ َ ّٰٗللاُ اَنه
َش ِه َد ه
ٓ َّل ا َِٰلهَ ا
َِّل اَن َ۠ا فَا ْعبُد ُْو ِن ُ َو َما ٓ ا َ ْر َس ْلنَا ِم ْن قَ ْب ِل َك ِم ْن ر
ٓ َ ٗس ْو ٍل اَِّل نُ ْو ِح ْٓي اِلَ ْي ِه اَنه
9
Hasballah Thaib, zamakhsyari bin hasballah thaib, Op.cit.,hlm 49.
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum engkau,
melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahwa tidak ada Ilah yang
berhak di ibadahi selain Aku, maka beribadalah kalian sekalian kepada-
Ku.”
10
Abu Fatiah Al-Adnani, Buku Pintar Aqidah, Sukoharjo, Setia Kawan, tth, hlm 203
Pembagian Tauhid berdasarkan ayat-ayat Al-Quran dan Sunnah Rasul
SAW berdasarkan pembagian para ulama tauhid terbagi menjadi tiga
yaitu :
1. Tauhid Rububiyah.
Tauhid Rububiyyah secara syar‟i yaitu keyakinan yang pasti
bahwa Allah SWT adalah Tuhan segala sesuatu, penguasa, pencipta
segala sesuatu. Allah SWT pengatur alam semesta dan tidak ada
sekutu bagi-Nya. Hanya Allah SWT satu-satunya Yang Maha Suci,
Yang Menciptakan, Mengatur dan mengendalikan perkara bagi
seluruh mahluk.11
Yaitu mengesakan Allah subhannahu wa ta’ala dalam segala
perbuatanNya, dengan meyakini bahwa Dia sendiri yang menciptakan
segenap makhluk. Allah subhannahu wa ta’ala berfirman:
ٱّللُ َٰ َخ ِل ُق ُك ِِّل َش ْىءٍ ۖ َوه َُو َعلَ َٰى ُك ِِّل َش ْىءٍ َو ِكي ٌل
11
Said bin Musfir Al-Qathani, Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani, Jakarta, Fihrisatu, 2003,
hlm 77
َ قُ ِل الل ُهم َما ِل َك ْال ُم ْل ِك تُؤْ تِي ْال ُم ْل َك َم ْن تَشَا ُء َوت َنزعُ ْال ُم ْل َك ِمم ْن تَشَا ُء َوت ُ ِع ُّز َم ْن تَشَا ُء َوت ُ ِذ ُّل َم ْن تَشَا ُء بِيَد
ِك
َار فِي اللي ِْل َوت ُ ْخ ِر ُج ْال َحي ِمن َ ار َوتُو ِل ُج الن َه ِ ) تُو ِل ُج الل ْي َل فِي الن َه22( ِير ٌ ْال َخي ُْر إِن َك َعلَى ُك ِِّل َش ْيءٍ قَد
ِّ ت ِمنَ ْال َح
ٍ ي ِ َوت َْر ُز ُق َم ْن تَشَا ُء بِغَي ِْر ِح َسا
)23( ب َ ِِّت َوت ُ ْخ ِر ُج ْال َمي
ِ ِِّْال َمي
Jenis tauhid ini diakui semua orang. Tidak ada umat mana pun
yang menyangkalnya. Bahkanhati manusia sudah difitrahkan untuk
mengakuiNya, melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lain-Nya.
Sebagaimana perkataan para rasul yang difirmankan Allah:
ع ْو ُن َمثْب ُْورا
َ ظنُّ َك َٰي ِف ْر َ َ ص ٰۤا ِٕى َۚ َر َواِنِِّ ْي
ُ َّل َ َض ب ِ ت َما ٓ ا َ ْنزَ َل َٰ ٓه ُؤ َ َّٰۤل ِء اَِّل َربُّ السمَٰ َٰو
َ ْ ت َو
ِ اَّل ْر َ قَا َل لَقَ ْد َع ِل ْم
2. Tauhid Uluhiyah
Tauhid Uluhiyah adalah tauhid ibadah atau tauhid tujuan dan
permintaan. Yaitu hanya mengkhususkan ibadah kepada Allah SWT
dengan berbagai macam ibadah. Barang siapa yang menujukan
ibadahnya kepada selain Allah SWT maka termasuk musyrik. Tauhid
ini disebut Tauhid Ibadah karena ubudiah adalah sifat „abid (hamba)
yang wajib menyembah Allah SWT secara ikhlas, karena
ketergantungan kepada-Nya.
Tauhid Uluhiyah adalah mengEsakan Allah dengan
memurnikan perbuatan para hamba semata-mata dengan niat
mendekatkan diri pada Allah, seperti shalat, zakat, haji, puasa,
shadaqah, membaca al-Quran, berzikir, berdoa, nazar, kurban, takut,
tawakal, mahabbah (rasa cinta), bertaubat, berbakti kepada orang tua,
memuliakan tamu dan tetangga. Dengan kata lain tauhid Uluhiyah
adalah mengEsakan Allah dalam ibadah dan ketaatan dengan
mempersembahkan segala bentuk peribadatan dan ketaatan kepada
Allah semata. 12
Tauhid ini disebut tauhid Uluhiyah karena Uluhiyah adalah sifat
Allah yang ditunjukkan oleh nama-Nya, Allah SWT yang artinya Dzul
Uluhiyah (yang memiliki sifat uluhiyah). Tauhid ini adalah inti dakwah
para rasul karena ini adalah pondasi tempat dibangunnya seluruh
amal. Tanpa merealisasikannya, semua amal ibadah tidak akan
diterima. Karena tidak terwujudnya tauhid uluhiyah pada diri
hambanya.
Dan jenis tauhid ini adalah inti dakwah para rasul, mulai rasul
yang pertama hingga yang terakhir. Allah subhannahu wa ta’ala
berfirman:
12
Abu Fatiah Al-Adnani, Op cit, … hlm 214
ت َعلَ ْي ِه
ْ ّٰللاُ َو ِم ْن ُه ْم م ْن َحق
ت فَ ِم ْن ُه ْم م ْن َه َدى هَ َۚ غ ْو ُ ّٰللاَ َوا ْجتَنِبُوا الطا ُ َولَقَ ْد بَعَثْنَا فِ ْي ُك ِِّل اُم ٍة ر
س ْوَّل ا َ ِن ا ْعبُدُوا ه
َْف َكانَ َعاقِبَةُ ْال ُم َك ِذِّبِيْن ُ ض فَا ْن
َ ظ ُر ْوا َكي َ ْ الض َٰللَةُ ِۗ فَ ِسي ُْر ْوا فِى
ِ اَّل ْر
ٓ َّل ا َِٰلهَ ا
َِّل اَن َ۠ا فَا ْعبُد ُْو ِن ُ َو َما ٓ ا َ ْر َس ْلنَا ِم ْن قَ ْب ِل َك ِم ْن ر
ٓ َ ٗس ْو ٍل اَِّل نُ ْو ِح ْٓي اِلَ ْي ِه اَنه
َ َ ع ب َ ا ِد ه ِ َۚ َو ل َ ْو أ َ شْ َر ك ُ وا ل
ح ب ِ طَ ع َ ن ْ ه ُ ْم َم ا ك َا ن ُ وا ِ ك ه ُ د َ ى ّٰللا ِ ي َ هْ ِد ي ب ِ ِه َم ْن ي َ شَ ا ءُ ِم ْن َ ِ ذَٰ َ ل
ي َ ع ْ َم ل ُ و َن
ار ذِى ْالقُ ْر َٰبى ِ ّٰللا َو ََّل ت ُ ْش ِر ُك ْوا ِب ٖه َشيْـًٔا وبِ ْال َوا ِل َدي ِْن اِ ْح َسانا و ِبذِى ْالقُ ْر َٰبى َو ْال َي َٰتمَٰ ى َو ْال َمسَٰ ِكي ِْن َو ْال َج
َ َوا ْعبُدُوا ه
ّٰللاَ ََّل ي ُِحبُّ َم ْن كَا َن ُم ْخت َاَّلَت ا َ ْي َمان ُ ُك ْم ِۗ اِن ه ْ ب َواب ِْن السبِ ْي َۙ ِل َو َما َملَك ِ ب بِ ْال َج ۢ ْن
ِ اح
ِ ب َوالص ِ ُار ْال ُجن
ِ َو ْال َج
َف ُخ ْورا
ٓ َِّل اِياهُ َو ِب ْال َوا ِل َدي ِْن اِ ْحسَٰ ن ِۗا اِما َي ْبلُغَن ِع ْن َد َك ْال ِك َب َر ا َ َح ُدهُ َما ٓ ا َ ْو ِك َٰل ُه َما فَ ََل تَقُ ْل ل ُه َما
ٓ َوقَضَٰ ى َرب َُّك اََّل ت َ ْعبُد ُْٓوا ا
ف و ََّل ت َ ْن َه ْرهُ َما َوقُ ْل ل ُه َما قَ ْوَّل ك َِريْما
ٍ ِّ ُ ا
قُ ۡل ت َ َعالَ ۡوا ا َ ۡت ُل َما َحر َم َربُّ ُك ۡم َعلَ ۡي ُك ۡم اََّل ت ُ ۡش ِر ُك ۡوا ِب ٖه ش َۡيـًٔـــا و ِب ۡال َوا ِل َد ۡي ِن اِحۡ َسانا َۚ َو ََّل ت َۡقتُلُ ٰۡۤوا ا َ ۡو ََّل َد ُك ۡم ِ ِّم ۡن
س التِ ۡى َحر َم َ ط َن َۚ َو ََّل ت َۡقتُلُوا الن ۡف َ َظ َه َر ِم ۡن َها َو َما ب َ َ َما َ اح ِ قؕ نَحۡ ُن ن َۡر ُزقُ ُك ۡم َواِياه ُۡم َۚ َو ََّل ت َۡق َربُوا ۡالف ََو ٍ ا ِۡم ََل
١٥١ صى ُك ۡم بِ ٖه لَعَل ُك ۡم ت َعۡ ِقلُ ۡو َن ـق َٰذ ِل ُك ۡم َو هِ ِّ ّٰللاُ اَِّل بِ ۡال َح
ه
ّلل اْلسماء الحسنى فادعوه بها و ذَ ُروا الذِينَ ي ُْل ِحدُونَ فِي أ َ ْس َمائِ ِه َسيُجْزَ ْو َن َما كَانُوا يَعْ َملُو َن
ِ ِ َو
“Hanya milik Allah asmaa-ul husna, Maka berdoalah kepada-Nya
dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang
yang menyimpang dari kebenaran dalam nama-namaNya nanti
mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka
kerjakan” (Al-A’raf : 180).
Dan firmanNya :
ير
ُ صِ َْس ك َِمثْ ِل ِه َش ْي ٌء َوه َُو الس ِمي ُع الب
َ لَي
“Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang
Maha mendengar lagi Maha melihat.” (QS. As-Syura’ : 11)
13
Ahmadi, Tauhid dan pembagiannya, artikel dan kajian islam, 2010
KESIMPULAN
Kalimat tauhid Laa ilaaha illa Allah, maknanya tidak ada Tuhan yang
berhak disembah selain Allah. makna َّلاله اَّلهللاadalah peniadaan
seluruh yang disembah selain Allah SWT dan merupakan penetapan
bahwa menyembah itu hanya diperuntukkan kepada dan bagi Allah
saja.
Keutamaan Kalimat Tauhid
1. Laa Ilaaha Illa Allah Seutama - Utamanya Yang Dipersaksikan
2. Laa Ilaaha Illa Allah Sebaik – Baiknya Apa Yang Diucapkan Para
Nabi
3. Laa Ilaaha Illa Allah Sebaik – Baiknya Zikir Kepada Allah
4. Laa Ilaaha Illa Allah Sebaik – Baiknya Perbuatan Baik Yang
Dilakukan Hamba
5. Laa Ilaaha Illa Allah Setinggi – Tingginya Level Keimanan
Tauhid dibagi menjadi 3 yaitu:
1. Tauhid Rububiyyah, Yaitu mengesakan Allah subhannahu wa
ta’ala dalam segala perbuatanNya, dengan meyakini bahwa Dia
sendiri yang menciptakan segenap makhluk. Tauhid Rububiyyah
mencakup dimensi-dimensi keimanan sebagai berikut:
Meng-Esakan Allah dalam perbuatan-perbuatan-Nya,
Beriman kepada takdir Allah
Beriman kepada zat Allah.
2. Tauhid Uluhiyah, adalah tauhid ibadah atau tauhid tujuan dan
permintaan. Yaitu hanya mengkhususkan ibadah kepada Allah
SWT dengan berbagai macam ibadah.
3. Tauhid Asma was Sifat, Yaitu menetapkan nama-nama dan sifat-
sifat untuk Allah –subhanahu wa ta’ala- sesuai dengan yang telah
ditetapkan oleh Allah untuk diriNya maupun yang telah ditetapkan
oleh Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wa sallam- tanpa mentakwil
(ta’wil), memisalkan (tamtsil), menanyakan bagaimananya (takyif)
dan meniadakan (ta’thil) dari nama dan sifat tsb.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Fatiah Al-Adnani. Buku Pintar Aqidah. Sukoharjo: Setia Kawan, tth. hlm
203
Ahmadi, Tauhid dan pembagiannya. Artikel dan kajian islam. 2010.
Hasballah Thaib, zamakhsyari bin hasballah thaib. Keutamaan Kalimat Tauhid.
UNDHAR PRESS:Medan. 2019.
Muhammad Abduh, Risalah Tauhid, (diterjemahkan oleh Firdaus AN), (Jakarta:
Bulan Bintang, 1996), cet. Ke-10, h. 5.
Said bin Musfir Al-Qathani. Buku Putih Syaikh Abdul Qadir Al-Jailani.
Fihrisatu:Jakarta. 2003.
Setiawan, A. Konsep pendidikan tauhid dalam keluarga perspektif pendidikan
islam. 2(1). 2017.
Syaikh Muhammad bin Ibrahim bin Abdullah At-Tuwaijiri. Ensiklopedi Islam Al-
Kamil. Darus Sunnah:Jakarta. 2010.
Yusran Asmuni, Ilmu Tauhid. Raka Grafindo Persada: Jakarta. 1996.cet. Ke-3,
h. 1.