Anda di halaman 1dari 13

RESUME TAUHID DAN URGENSINYA BAGI KEHIDUPAN

MUSLIM
OLEH

EMILIA SNR20215034

STIK MUHAMMADYAH PONTIANAK KALIMANTAN BARAT


TAHUN 2020

Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji
melalui berbagai sudut pandang. Isam sebagai agama yang telah berkembang selama
empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu
menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi
dan budaya. Pembahasan mengenai Tauhid merupakan hal yang paling urgen dalam
Agama Islam, dimana Tauhid mengambil peranan penting dalam membentuk pribadi-
pribadi yang tangguh, selain juga sebagai inti atau akar daripada ‘Aqidah Islamiyah.
Kalimat Tauhid atau lebih dikenal dengan kalimat Syahadat atau juga disebut Kalimah
Thayyibah (Laailaahaillallah) begitu masyhur di kalangan umat Islam. Dalam
kesehariannya, seorang muslim melafalkan kalimat tersebut dalam setiap shalat wajibnya
yang lima waktu. 

A. Pengertian Tauhid
“Tauhid”, secara bahasa, adalah kata benda (nomina) yang berasal dari perubahan
kata kerja wahhada–yuwahhidu, yang bermakna ‘menunggalkan sesuatu’. Sedangkan
berdasarkan pengertian syariat, “Tauhid” bermakna mengesakan Allah dalam hal-hal
yang menjadi kekhususan diri-Nya. Kekhususan itu meliputi perkara rububiyah,
uluhiyah, dan asma’ wa shifat. (Al-Qaul Al-Mufid, 1:5) Pengertian kata tauhid berasal
dari bahasa arab, bentuk masdar dari kata wahnada yuwahhidu yang secara etimologi
berarti keesaan, yakni percaya bahwa Allah SWT itu satu. Tidak lain adalah
Lauhidullah (mengesakan Allah Swt). Jadi pernyataan/pengakuan. Bahwa Allah Swt
itu esa/satu. LaailahaillAllah (tiada Tuhan selain Allah) Ilmu tauhid di sebut juga
ilmu Usuluddin, ilmu kalam, ilmu akidah, ilmu ma·rifat, adapula yang menyebutnya
ilmu sifat 20 karena di dalamnya dibicara kan 20 sifat yang wajib bagi Allah Swt.

B. Pembagian Tauhid
1. Tauhid Rububiyah,adalah keyakinan yang pasti bahwa hanya Allah semata Rabb dan
Pemilik segala sesuatu, tidak ada sekutu bagi-Nya, Dia-lah Yang Mahapencipta, Dia-
lah yang mengatur alam dan yang menjalankannya. Dia-lah yang menciptakan para
hamba, yang memberi rizki kepada mereka, menghidupkan dan mematikannya. Dan
beriman kepada qada' dan qadar-Nya serta ke-Esaan-Nya dalam Dzat-Nya.
Ringkasnya bahwa tauhid Rububiyah Allah Ta'ala dalam segala perbuatan-Nya:
Dalam dalil syar'i telah menegaskan tentang wajibnya beriman kepada Rububiyyah
Allah Ta'ala seperti dalam firman-Nya, "Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam"
(Al-Fatihah:2)
2. Tauhid Uluhiyah, yaitu mengesahkan Allah Ta'ala melalui perbuatan para hamba,
dinamakan juga dengan tauhid ibadah. Maknanya adalah keyakinan yang pasti bahwa
Allah adalah Ilah(sesembahan) yang haq dan tidak ada ilah selain-Nya, segala yang
diibadahi selain-Nya adalah bathil, hanya Dia-lah yang patut diibadahi, baginya
ketundukan dan ketaatan secara mutlak. Tidak boleh siapapun dijadikan sebagai
sekutu-Nya dan tidak boleh bentuk ibadah apapun diperuntukannya kepada selain-
Nya, seperi shalat, puasa, zakat, haji,do'a, dan isti'anah (meminta pertolongan),
nadzar, menyembelih, tawakal, khauf (takut), harap, cinta dan lain-lain dari macam-
macam ibadah yang zahir (tampak) maupun bathin.
Allah Ta'ala berfirman, "Hanya kepada Engkau-lah kami beribadah dan hanya
kepada Engkau-lah kami memohon pertolongan." (Al-Faatihah: 5). 
Dan firman-Nya pula, "Dan barangsiapa  beribadah kepada ilah yang lain di
samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka
sesungguhnya  perhitungannya disisi Rabb-nya. Sesungguhnya orang-orang yang
kafir itu adalah beruntung." (AlMukminun: 117).
Tauhid Uluhiyyah adalah inti dakwah yang diserukan oleh para Rasul.
Dan pengingkaran terhadap hal itu merupakan penyebab dari berbagai
malapetaka yang menimpa ummat-ummat  terdahulu.
Tauhid Uluhiyyah merupakan awal dan akhir agama, bathin dan lahirnya.
Juga merupakan  tema pertama dakwa para Rasul dan yang terakhir. Oleh
karenanya diutuslah para Rasul, diturunkannya kitab-kitab samawi, disyari'atkan
jihad, dibedakan antara orang muslim dengan orang kafir, dan penghuni surga
dengan penghuni neraka. Tauhid Uluhiyyah merupakan konsekuensi dari tauhid
Rububiyyah. Hal tersebut karena orang-orang musyrik tidak menyembah Rabb
yang Esa, akan tetapi mereka menyembah banyak rabb bahkan mereka
menganggap rabb-rabb tersebut dapat mendekatkan mereka kepada Allah dengan
sedekat-dekatnya.
Dari sini, aqidah salafush shalih -Ahlus Sunnah wal Jamaah berbeda
dengan yang lainnya dalam hal tauhid uluhiyyah. Ahlus Sunnah  tidak
mengartikan tauhid seperti pendapat sebagian kelompok bahwa makna tauhid itu
"adalah tidak ada Pencipta kecuali Allah," akan tetapi menurut mereka tauhid
uluhiyyah tidak terlealisir.
3. Tauhid Asma Wa Sifat,yaitu keyakinan dengan pasti bahwa Allah SWT mempunyai
asmaul husna (nama-nama yang baik), dan sifat-sifat yang mulia. Dia memiliki semua
sifat yang sempurna dan suci dari segala kekurangan. Dia-lah Yang Maha Esa dan
sifat-sifat  tersebut, tidak dimiliki oleh makluk-Nya.
Ahlus Sunnah wal Jama'ah: Mengetahui Rabb mereka dengan sifat-sifat-Nya yang
terdapat dalam al-Qur-an dan as-Sunnah. Mereka menyifati Rabb-nya seperti apa
yang Allah SWT telah sifatkan untuk diri-Nya dan seperti apa yang disifatkan oleh
Rasul-Nya SAW. tidak melakukan tahrif (penyelewengan) ungkapan-ungkapan dari
konteks pengertian yang sebenarnya, ataupun ilhad (Al-Ilhad yaitu berpaling dari
kebenaran; dan termasuk kategori ilhad adalah: ta'thil (mengabaikan), tahrif
(menyimpangkan), takyif (menfisualiasikan) dan tamstil (menyerupakan) sifat Allah.
Ta'thil: Tidak menetapkan sifat-sifat Allah atau menetapkan sebagaiannya dan
menafikan sisanya, Tahrif: Merubah nash baik sifat secara lafazh kepada makna yang
lafazhnya tidak menunjukkan kepadanya kecuali dengan kemungkinan makna yang
marjub (tidak kuat). Maka setiap tahrif adalah ta'thil dan tidak semua ta'thil adalah
tahrif, takyif: Menjelaskan hakekat sifat, atau (bertanya dengan lafazh bagaimana),
Tamstil: Menyerupakan sesuatu dengan Allah dari segala segi) dalam nama-nama-
Nya dan ayat-ayat-Nya, dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang telah ditetapkan
untuk dirinya-Nya tanpa tamstil, takyif, ta'thil dan tahrif. Dasar mereka dalam semua
masalah ini adalah firman Allah, "Tidak  ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya,
dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (As-Syuura: 11).

C. Makna Kalimat Laa Ilaaha Ila-Allah


Kalimat Laa ilaah illa-Allah mengandung dua makna, yaitu makna penolakan
segala bentuk sesembahan selain Allah SWT, dan makna menetapkan bahwa satu-
satunya sesembahan yang benar hanyalah Dia semata. Berkaitan dengan kalimat ini Allah
SWT berfirman

Artinya : “Maka ketahuilah (ilmuilah) bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar
selain Allah”. (QS. Muhammad:19)

Berdasarkan ayat diatas, bahwa memahami makna syahadat adalah wajib hukumnya dan
mesti didahulukan daripada rukun-rukun islam yang lain. Rasulullah SAW juga
menugaskan : “Barang siapa yang mengucapkan Laa ilaaha illa-Allah dengan ikhlas
maka akan masuk ke dalam surga.” (HR. Ahmad). Yang dimaksud dengan ikhlas disini
adalah memahami, mengamalkan dan mendakwahkan kalimat tersebut sebelum yang
lainnya.

D. Syarat-syarat Laa Ilaaha Illa-Allah


Bersaksi dengan Laa ilaaha illa-Allah harus dengan tujuh syarat. Tanpa
syarat-syarat itu kesaksian tersebut tidak akan bermanfaat bagi yang
mengikrarkannya. Secara singkat tujuh syarat itu ialah:
a. ‘Ilmu (mengetahui), yang menafikan jahl (Kebodohan)
b. Yaqin (yakin), yang menafikan syak (keraguan)
c. Qabul (menerima), yang menafikan radd (penolakan)
d. Inqiyad (patuh), yang menafikan tark (meninggalkan)
e. Ikhlas, yang menafikan syirik
f. Shidq (jujur), yang menafikan kidzb (dusta)
g. Mahabbah (kecintaan), yang menafikan baghdha’ (kebencian)

E. Adapun rinciannya adalah sebagai berikut:

a. Syarat pertama : ‘Ilmu (mengetahui)


Artinya memahami makna dan maksudnya. Mengetahui apa yang ditiadakan dan
apa yang ditetapkan serta menafikan ketidaktahuannya tentang hal tersebut.

Artinya : “ Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat
memberi syafaat; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafaat ialah) orang yang
mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya)”. (QS. Az-Zukhruf:86)
Maksudnya orang yang bersaksi dengan Laa ilaaha illa-Allah dan memahami
dengan hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya. Seandainya, tetap tidak mengerti
apa maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.

b. Syarat kedua : Yaqin (Yakin)


Orang yang mengikrarkannya harus meyakini kandungan kalimat Laa
ilaaha illa-Allah itu. Manakala ia meragukannya maka sia-sia belaka persaksian
itu. Allah SWT berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman hanyalah orang-orang yang
beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu”. (QS.
Al-Hujurat:15)

Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Siapa
yang engkau temui di balik tembok (kebun) ini, yang menyaksikan bahwa tiada
Ilah selain Allah dengan hati yang meyakininya, ia tidak berhak masuk surga.
c. Syarat ketiga: Qabul (Menerima)
Menerima kandungan dan konsekuensi dari Laa ilaaha illa-Allah;
menyembah Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya. Siapa
yang mengucapkannya, tetapi tidak menerima dan menaati, maka ia termasuk
orang-orang yang difirmankan Allah SWT:

Artinya : Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: Laa


ilaaha illa-Allah” (Tiada Tuhan yang berhak disembah melainkan Allah SWT)
mereka menyombongkan diri. Dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami
harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena seorang penyair gila?”.
(QS. Ash-Shafat: 35-36)

d. Syarat keempat: Inqiyaad (Tunduk dan Patuh)


Allah SWT berfirman:

Artinya : “ Dan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang dia
orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang kokoh” .( QS. Luqman: 22)

e. Syarat kelima : Shidq (Jujur)


Yaitu mengucapkan kalimat laa ilaaha illa-Allah dan hatinya juga
membenarkannya. Manakala lisannya mengucapkan , tetapi hatinya mendustakan,
maka ia adalah munafik dan pendusta. Allah SWT berfirman :

Artinya : “ Di antara manusia ada yang mengatakan : “ Kami beriman kepada


Allah dan hari kemudian”, padahal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang
yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman,
padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri sedang mereka tidak sadar.
Dalam hati mereka ada penyakit, lalu ditambah Allah penyakitnya, dan bagi
mereka siksa yang pedih, disebabkan mereka berdusta”. (QS. Al- Baqarah : 8-10)
f. Syarat keenam : Iklas
Yaitu membersihkan amal dari segala debu-debu syirik, dengan jalan tidak
mengucapkannya karena mengingkari isi dunia, riya’ atau sum’ah. Dalam hadis
Rasulullah dikatakan :” Sesungguhnya Allah mengharamkan atas neraka orang
yang mengucapkan laa ilaaha illa-Allah karena menginginkan ridha Allah”. (HR.
Al-Bukhari dan Muslim)

g. Syarat ketujuh : Mahabbah (kecintaan)


Maksudnya mencintai kalimat laa ilaaha illa-Allah, juga mencintai orang-
orang yang mengamalkan konsekuensinya. Allah SWT berfirman :

Artinya : “Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-


tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai
Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat beriman sangat cinta kepada
Allah”. (QS. Al-Baqarah:165)

Maka ahli tauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih sedangkan ahli
syirik mencintai Allah dan mencintai yang lainnya. Hal ini sangat bertentangan
dengan isi kandungan laa ilaaha illa-Allah.

F. Konsekuensi Laa ilaaha illa-Allah


Yaitu meninggalkan ibadah kepada selain Allah dari segala macam yang
dipertuhankan sebagai keharusan dari peniadaan laa ilaaha illa-Allah. Dan
beribadah kepada Allah semata tanpa unsur kesyirikan sedikit pun , sebagai
keharusan dari penetapan illa-Allah.

G. Tauhid Sebagai Landasan Bagi Semua Aspek Kehidupan


Tauhid dalam pandangan Islam merupakan akar yang melandasi setiap aktivitas
manusia. Kekokohan dan tegaknya tauhid mencerminkan luasnya
pandangan,timbulnya semangat beramal dan lahirnya sikap optimistik. Sehingga
tauhid dapat digambarkan sebagai sumber segala perbuatan (amal shalih) manusia.
Tujuan tauhid adalah memanusiakan manusia. Itu sebabnya dehumanisasi
merupakan tantangan tauhid yang harus dikembalikan pada tujuan tauhid,yaitu
memberikan perubahan terhadap masyarakatnya. Perubahan itu didasarkan pada cita-
cita profetik yang diderivikasikan dari misi historis sebagaimana tertera dalam firman
Allah

Sementara ilmu teknologi juga berkecenderungan reduksionistik yang melihat


manusia secara parsial. Tujuan liberatif adalah liberalisasi bangsa dari kekejaman
kemiskinan,keangkuhan teknologi dan pemerasan kelimpahan. Kita menyatu rasa
dengan mereka yang miskin,yang terperangkap dalam kesadaran teknokratis,dan
mereka yang tergusur oleh kekuatan ekonomi raksasa. Kita ingin bersama-sama
membebaskan diri dari belenggu yang kita bangun sendiri.
Adapun tujuan transendensi adalah menambah dimensi transcendental dalam
kebudayaan. Kita sudah banyak menyerah kepada arus hedonisme,materialisme dan
budaya yang dekaden. Kita senyatanya membersihkan diri dengan mengingatkan
kembali dimensi transcendental yang menjadi bagian sah dari fitrah kemanusiaan
Dalam konteks perjuangan,tauhid merupakan kekuatan yang menopang segala
aktivitas yang akan kita lakukan. Tauhid sebagai semangat ilmiah,maka dapa didekati
dengan dua pendekatan,yaitu pendekatan teologis dan pendekatan filosofis.
Pendekatan teologis berarti kita dituntut untuk memiliki komitmen pribadi,loyalitas
(kesetiaan) dan sebagai actor sekaligus spectator. Sementara pendekatan fiosofis
berarti kita dituntut untuk peka terhadap isu social keagamaan,dan sekaligus
meresponnya melalui aksi nyata. Dua pendekatan di atas adalah bagaimana kita
mendasarkan tauhid sebagai sumber cita-cita dan semangat perjuangan. Setiap
perjuangan yang dilakukan harus mendatangkan sebuah kemaslahatan bukan sebuah
kemadharatan. Visi tauhid adalah membentuk masyarakat yang mengejar nilai-nilai
utama dan mengusahakan keadilan, yang pada gilirannya memberikan inspirasi
manusia-tauhid untuk mengubah dunia sekelilingnya agar sesuai kehendak Allah.
Sedangkan misi tauhid adalah membentuk serangkaian tindakan agar kehendak Allah
tersebut terwujud menjadi kenyataan dan ini merupakan bagian integral dari
komitmen itu. Sehingga menjadi wajib bagi kita untuk menegakkan suatu orde social
yang adil serta berdasarkan al-Qur’an dan as-Sunnah.
H. Jaminan Allah Bagi Ahli Tauhid
Tauhid memiliki kedudukan yang sangat agung dalam islam. Oleh karena itu, bagi
siapa yang mampu merealisasikan tauhid dengan benar akan mendapat beberapa
keistimewaan. Bagi orang-orang yang termasuk ahli tauhid, Allah menjanjikan banyak
kebahagiaan, baik di dunia maupun di akhirat. Beberapa diantaranya ialah:
1. Ahli Tauhid Mendapatkan Keamanan dan Petunjuk
Allah SWT berfirman dalam QS. Al-An’am ayat 82:

Artinya:
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Kezhaliman meliputi tiga perkara, yaitu kezhaliman terhadaphak Allah yaitu
dengan berbuat syirik, kezhalman seseorang terhadap diri sendiri yaitu dengan
berbuat maksiat, dan kezhaliman terhadap orang lain yaitu dengan menganiaya orang
lain.
Yang dimaksud kezhaliman pada ayat di atas adalah syirik, sebagaimana
dijelaskan oleh Rasulullah SAW ketika menafsirkan ayat tersebut. Ibnu Mas’ud
radhiyallahu’anhu mengatakan, “Ketika ayat ini turun,tersa beratlah di hati para
sahabat, mereka mengatakan siapakah diantara kita yang tidak pernah mendzalimi
dirinya sendiri (berbuat maksiat), maka Rasulullah SAW bersabda: ‘Tidak demikian,
akan tetapi yang dimaksud kzhaliman pada ayat tersebut adalahkesyirikan.

2. Ahli Tauhid Dijamin Masuk Surga


Rasulullah SAW bersabda:

ُ‫قَا َل َم ْن َش ِه َد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ َوحْ َدهُ اَل َش ِريكَ لَهُ َوَأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُهُ َوَأ َّن ِعي َسى َع ْب ُد هَّللا ِ َو َرسُولُهُ َو َكلِ َمتُه‬
‫ق َأدْخَ لَهُ هَّللا ُ ْال َجنَّةَ َعلَى َما َكانَ ِم ْن ْال َع َم ِل‬ ٌّ ‫َأ ْلقَاهَا ِإلَى َمرْ يَ َم َورُو ٌ~ح ِم ْنهُ َو ْال َجنَّةُ َح‬
ٌّ ‫ق َوالنَّا ُ~ر َح‬
Artinya:
"Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak kecuali
Allah satu-satunya dengan tidak menyekutukan-Nya dan bahwa Muhammad adalah
hamba-Nya dan utusan-Nya dan (bersaksi) bahwa 'Isa adalah hamba Allah, utusan-
Nya dan firman-Nya yang Allah berikan kepada Maryam dan ruh dari-Nya, dan
surga adalah haq (benar adanya), dan neraka adalah haq, maka Allah akan
memasukkan orang itu ke dalam surga betapapun keadaan amalnya"
(H.R. Bukhori no.3180)
Allah SWT menjanjikan ahli tauhid untuk dimasukkan ke dalam surga. Ahli
tauhid adalah mereka yang bersaksi (bersyahadat) dengan persaksian yang
disebutkan dalam hadits tersebut. Maksud syahadat yang benar harus mengandung
tiga hal, yaitu mengucapkannya dengan lisan, memahami maknanya, dan
mengamalkan segala konsekuensinya. Tidak cukup hanya mengucapkannya saja.
Yang dimaksud dengan “ sesuai amal yang telah dikerjakannya, terdapat dua
tafsiran:
Pertama, mereka akan masuk surga walaupun memiliki dosa-dosa selain syirik
karena dosa-dosa selain syirik tersebut tidak menghalanginya untuk masuk ke dalam
surga, baik secara langsung maupung dengan melewati adzab di neraka.
Kedua, mereka akan masuk surga, namun kedudukan mereka dalam surga sesuai
dengan amalan mereka, karena kedudukan seseorang di surga bertingkat-tingkat
sesuai dengan amal shalihnya.

3. Ahli Tauhid Diharamkan dari Neraka


Rasulullah SAW bersabda :

Artinya:
"Sesungguhnya Allah telah mengharamkan neraka atas orang yang mengucapkan
Laa Ilaaha Illallah dengan mengharap wajah Allah."
(H.R. Bukhori no.4982)
Pengharaman neraka ada dua bentuk. Pertama, diharamkan masuk neraka secara
mutlak dalam arti dia tidak akan pernah masuk neraka sama sekali. Boleh jadi dia
mempunyai dosa, lalu Allah SWT mengampuninya atau dia termasuk golongan
orang-orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Kedua, diharamkan
kekal masuk neraka dalam arti dikeluarkan dari neraka setelah sempat dimasukkan
ke dalamnya selama beberapa waktu.
4. Ahli Tauhid Diampuni Dosa-dosanya
Rasulullah SAW bersabda:

Artinya:
“Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepadaKu dengan membawa
kesalahan kepenuh bumi kemudian engkau menemuiKu dengan tidak mensekutukan
sesuatu denganKu niscaya aku akan datang kepadamu dengan ampunan sepenuh
bumi.”
(Tirmidzi no.3463)

5. Jaminan Bagi Masyarakat yang Bertauhid


Allah SWT berfirman :
Artinya:
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan
mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang
sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang
telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan menukar (keadaan) mereka,
sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-
Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang
(tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”

Mengutip Asy-Syaikh Abdurrahman As-Sa’di, termasuk keutamaan tauhid adalah:


a. Dapat menghapus dosa-dosa
b. Merupakan faktor terbesar dalam melapangkan berbagai kesusahan serta bisa
menjadi penangkal dari berbagai akibat buruk dalam kehidupan dunia dan
akhirat.
c. Mencegah kekekalan dalam api neraka meskipun dalam hati hanya tertanam
keimanan sebesar biji sawi.
d. Merupakan sebab satu-satunya untuk menggapai ridha Allah SWT dan
pahala-Nya.
e. Penerimaan seluruh amalan dan ucapan baik yang ampak dan yang
tersembunyi tergantung kepada tauhid seseorang.
f. Memudahkan seorang hamba untuk melakukan kebaikan-kebaikan dan
meninggalkan kemungkaran-kemungkaran serta menghibur tatkala
menghadapi berbagai musibah.
g. Bila tauhid sempurna dalam hati seseorang, Allah menjadikannya mencintai
keimanan.
h. Meringankan segala kesulitan dan rasa sakit.
i. Melepskan seorang hamba dari ketergantungan dan pengharapan kepada
makhluk.
j. Bila tauhid sempurna dalam hati seseorang dan terealisasi lengkap dengan
keikhlasan, amal yang sedikit akan berubah menjadi banyak.
Allah SWT menjamin kemenangan, pertolongan, kemuliaan, kemudahan dan petunjuk di
dunia bagi pemilik tauhid.
Tauhid merupakan inti pokok agama islam sebagai pengakuan umat islam terhadap
pencipta yang mutlak dan tidak ada yang dituju selainya.Untuk itu dalam firman Allah dan
sabda Nabi Muhammad SAW dikatakan :

“orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman
(syirik), mereka itulah oarng yang mendapat keamanan. Mereka itu adalah orang-orang yang
mendapatpetunjuk.”(QS.Al-An-nam:82)

Anda mungkin juga menyukai