MUSLIM
OLEH
EMILIA SNR20215034
Agama sebagai sistem kepercayaan dalam kehidupan umat manusia dapat dikaji
melalui berbagai sudut pandang. Isam sebagai agama yang telah berkembang selama
empat belas abad lebih menyimpan banyak masalah yang perlu diteliti, baik itu
menyangkut ajaran dan pemikiran keagamaan maupun realitas sosial, politik, ekonomi
dan budaya. Pembahasan mengenai Tauhid merupakan hal yang paling urgen dalam
Agama Islam, dimana Tauhid mengambil peranan penting dalam membentuk pribadi-
pribadi yang tangguh, selain juga sebagai inti atau akar daripada ‘Aqidah Islamiyah.
Kalimat Tauhid atau lebih dikenal dengan kalimat Syahadat atau juga disebut Kalimah
Thayyibah (Laailaahaillallah) begitu masyhur di kalangan umat Islam. Dalam
kesehariannya, seorang muslim melafalkan kalimat tersebut dalam setiap shalat wajibnya
yang lima waktu.
A. Pengertian Tauhid
“Tauhid”, secara bahasa, adalah kata benda (nomina) yang berasal dari perubahan
kata kerja wahhada–yuwahhidu, yang bermakna ‘menunggalkan sesuatu’. Sedangkan
berdasarkan pengertian syariat, “Tauhid” bermakna mengesakan Allah dalam hal-hal
yang menjadi kekhususan diri-Nya. Kekhususan itu meliputi perkara rububiyah,
uluhiyah, dan asma’ wa shifat. (Al-Qaul Al-Mufid, 1:5) Pengertian kata tauhid berasal
dari bahasa arab, bentuk masdar dari kata wahnada yuwahhidu yang secara etimologi
berarti keesaan, yakni percaya bahwa Allah SWT itu satu. Tidak lain adalah
Lauhidullah (mengesakan Allah Swt). Jadi pernyataan/pengakuan. Bahwa Allah Swt
itu esa/satu. LaailahaillAllah (tiada Tuhan selain Allah) Ilmu tauhid di sebut juga
ilmu Usuluddin, ilmu kalam, ilmu akidah, ilmu ma·rifat, adapula yang menyebutnya
ilmu sifat 20 karena di dalamnya dibicara kan 20 sifat yang wajib bagi Allah Swt.
B. Pembagian Tauhid
1. Tauhid Rububiyah,adalah keyakinan yang pasti bahwa hanya Allah semata Rabb dan
Pemilik segala sesuatu, tidak ada sekutu bagi-Nya, Dia-lah Yang Mahapencipta, Dia-
lah yang mengatur alam dan yang menjalankannya. Dia-lah yang menciptakan para
hamba, yang memberi rizki kepada mereka, menghidupkan dan mematikannya. Dan
beriman kepada qada' dan qadar-Nya serta ke-Esaan-Nya dalam Dzat-Nya.
Ringkasnya bahwa tauhid Rububiyah Allah Ta'ala dalam segala perbuatan-Nya:
Dalam dalil syar'i telah menegaskan tentang wajibnya beriman kepada Rububiyyah
Allah Ta'ala seperti dalam firman-Nya, "Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam"
(Al-Fatihah:2)
2. Tauhid Uluhiyah, yaitu mengesahkan Allah Ta'ala melalui perbuatan para hamba,
dinamakan juga dengan tauhid ibadah. Maknanya adalah keyakinan yang pasti bahwa
Allah adalah Ilah(sesembahan) yang haq dan tidak ada ilah selain-Nya, segala yang
diibadahi selain-Nya adalah bathil, hanya Dia-lah yang patut diibadahi, baginya
ketundukan dan ketaatan secara mutlak. Tidak boleh siapapun dijadikan sebagai
sekutu-Nya dan tidak boleh bentuk ibadah apapun diperuntukannya kepada selain-
Nya, seperi shalat, puasa, zakat, haji,do'a, dan isti'anah (meminta pertolongan),
nadzar, menyembelih, tawakal, khauf (takut), harap, cinta dan lain-lain dari macam-
macam ibadah yang zahir (tampak) maupun bathin.
Allah Ta'ala berfirman, "Hanya kepada Engkau-lah kami beribadah dan hanya
kepada Engkau-lah kami memohon pertolongan." (Al-Faatihah: 5).
Dan firman-Nya pula, "Dan barangsiapa beribadah kepada ilah yang lain di
samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka
sesungguhnya perhitungannya disisi Rabb-nya. Sesungguhnya orang-orang yang
kafir itu adalah beruntung." (AlMukminun: 117).
Tauhid Uluhiyyah adalah inti dakwah yang diserukan oleh para Rasul.
Dan pengingkaran terhadap hal itu merupakan penyebab dari berbagai
malapetaka yang menimpa ummat-ummat terdahulu.
Tauhid Uluhiyyah merupakan awal dan akhir agama, bathin dan lahirnya.
Juga merupakan tema pertama dakwa para Rasul dan yang terakhir. Oleh
karenanya diutuslah para Rasul, diturunkannya kitab-kitab samawi, disyari'atkan
jihad, dibedakan antara orang muslim dengan orang kafir, dan penghuni surga
dengan penghuni neraka. Tauhid Uluhiyyah merupakan konsekuensi dari tauhid
Rububiyyah. Hal tersebut karena orang-orang musyrik tidak menyembah Rabb
yang Esa, akan tetapi mereka menyembah banyak rabb bahkan mereka
menganggap rabb-rabb tersebut dapat mendekatkan mereka kepada Allah dengan
sedekat-dekatnya.
Dari sini, aqidah salafush shalih -Ahlus Sunnah wal Jamaah berbeda
dengan yang lainnya dalam hal tauhid uluhiyyah. Ahlus Sunnah tidak
mengartikan tauhid seperti pendapat sebagian kelompok bahwa makna tauhid itu
"adalah tidak ada Pencipta kecuali Allah," akan tetapi menurut mereka tauhid
uluhiyyah tidak terlealisir.
3. Tauhid Asma Wa Sifat,yaitu keyakinan dengan pasti bahwa Allah SWT mempunyai
asmaul husna (nama-nama yang baik), dan sifat-sifat yang mulia. Dia memiliki semua
sifat yang sempurna dan suci dari segala kekurangan. Dia-lah Yang Maha Esa dan
sifat-sifat tersebut, tidak dimiliki oleh makluk-Nya.
Ahlus Sunnah wal Jama'ah: Mengetahui Rabb mereka dengan sifat-sifat-Nya yang
terdapat dalam al-Qur-an dan as-Sunnah. Mereka menyifati Rabb-nya seperti apa
yang Allah SWT telah sifatkan untuk diri-Nya dan seperti apa yang disifatkan oleh
Rasul-Nya SAW. tidak melakukan tahrif (penyelewengan) ungkapan-ungkapan dari
konteks pengertian yang sebenarnya, ataupun ilhad (Al-Ilhad yaitu berpaling dari
kebenaran; dan termasuk kategori ilhad adalah: ta'thil (mengabaikan), tahrif
(menyimpangkan), takyif (menfisualiasikan) dan tamstil (menyerupakan) sifat Allah.
Ta'thil: Tidak menetapkan sifat-sifat Allah atau menetapkan sebagaiannya dan
menafikan sisanya, Tahrif: Merubah nash baik sifat secara lafazh kepada makna yang
lafazhnya tidak menunjukkan kepadanya kecuali dengan kemungkinan makna yang
marjub (tidak kuat). Maka setiap tahrif adalah ta'thil dan tidak semua ta'thil adalah
tahrif, takyif: Menjelaskan hakekat sifat, atau (bertanya dengan lafazh bagaimana),
Tamstil: Menyerupakan sesuatu dengan Allah dari segala segi) dalam nama-nama-
Nya dan ayat-ayat-Nya, dan mereka menetapkan bagi Allah apa yang telah ditetapkan
untuk dirinya-Nya tanpa tamstil, takyif, ta'thil dan tahrif. Dasar mereka dalam semua
masalah ini adalah firman Allah, "Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan-Nya,
dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat." (As-Syuura: 11).
Artinya : “Maka ketahuilah (ilmuilah) bahwasanya tidak ada sesembahan yang benar
selain Allah”. (QS. Muhammad:19)
Berdasarkan ayat diatas, bahwa memahami makna syahadat adalah wajib hukumnya dan
mesti didahulukan daripada rukun-rukun islam yang lain. Rasulullah SAW juga
menugaskan : “Barang siapa yang mengucapkan Laa ilaaha illa-Allah dengan ikhlas
maka akan masuk ke dalam surga.” (HR. Ahmad). Yang dimaksud dengan ikhlas disini
adalah memahami, mengamalkan dan mendakwahkan kalimat tersebut sebelum yang
lainnya.
Artinya : “ Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tidak dapat
memberi syafaat; akan tetapi (orang yang dapat memberi syafaat ialah) orang yang
mengakui yang hak (tauhid) dan mereka meyakini (nya)”. (QS. Az-Zukhruf:86)
Maksudnya orang yang bersaksi dengan Laa ilaaha illa-Allah dan memahami
dengan hatinya apa yang diikrarkan oleh lisannya. Seandainya, tetap tidak mengerti
apa maknanya, maka persaksian itu tidak sah dan tidak berguna.
Kalau ia ragu maka ia menjadi munafik. Nabi Muhammad SAW bersabda: “Siapa
yang engkau temui di balik tembok (kebun) ini, yang menyaksikan bahwa tiada
Ilah selain Allah dengan hati yang meyakininya, ia tidak berhak masuk surga.
c. Syarat ketiga: Qabul (Menerima)
Menerima kandungan dan konsekuensi dari Laa ilaaha illa-Allah;
menyembah Allah semata dan meninggalkan ibadah kepada selain-Nya. Siapa
yang mengucapkannya, tetapi tidak menerima dan menaati, maka ia termasuk
orang-orang yang difirmankan Allah SWT:
Artinya : “ Dan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang dia
orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada
buhul tali yang kokoh” .( QS. Luqman: 22)
Maka ahli tauhid mencintai Allah dengan cinta yang tulus bersih sedangkan ahli
syirik mencintai Allah dan mencintai yang lainnya. Hal ini sangat bertentangan
dengan isi kandungan laa ilaaha illa-Allah.
Artinya:
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan
kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah
orang-orang yang mendapat petunjuk.”
Kezhaliman meliputi tiga perkara, yaitu kezhaliman terhadaphak Allah yaitu
dengan berbuat syirik, kezhalman seseorang terhadap diri sendiri yaitu dengan
berbuat maksiat, dan kezhaliman terhadap orang lain yaitu dengan menganiaya orang
lain.
Yang dimaksud kezhaliman pada ayat di atas adalah syirik, sebagaimana
dijelaskan oleh Rasulullah SAW ketika menafsirkan ayat tersebut. Ibnu Mas’ud
radhiyallahu’anhu mengatakan, “Ketika ayat ini turun,tersa beratlah di hati para
sahabat, mereka mengatakan siapakah diantara kita yang tidak pernah mendzalimi
dirinya sendiri (berbuat maksiat), maka Rasulullah SAW bersabda: ‘Tidak demikian,
akan tetapi yang dimaksud kzhaliman pada ayat tersebut adalahkesyirikan.
ُقَا َل َم ْن َش ِه َد َأ ْن اَل ِإلَهَ ِإاَّل هَّللا ُ َوحْ َدهُ اَل َش ِريكَ لَهُ َوَأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُهُ َوَأ َّن ِعي َسى َع ْب ُد هَّللا ِ َو َرسُولُهُ َو َكلِ َمتُه
ق َأدْخَ لَهُ هَّللا ُ ْال َجنَّةَ َعلَى َما َكانَ ِم ْن ْال َع َم ِل ٌّ َأ ْلقَاهَا ِإلَى َمرْ يَ َم َورُو ٌ~ح ِم ْنهُ َو ْال َجنَّةُ َح
ٌّ ق َوالنَّا ُ~ر َح
Artinya:
"Barang siapa yang bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak kecuali
Allah satu-satunya dengan tidak menyekutukan-Nya dan bahwa Muhammad adalah
hamba-Nya dan utusan-Nya dan (bersaksi) bahwa 'Isa adalah hamba Allah, utusan-
Nya dan firman-Nya yang Allah berikan kepada Maryam dan ruh dari-Nya, dan
surga adalah haq (benar adanya), dan neraka adalah haq, maka Allah akan
memasukkan orang itu ke dalam surga betapapun keadaan amalnya"
(H.R. Bukhori no.3180)
Allah SWT menjanjikan ahli tauhid untuk dimasukkan ke dalam surga. Ahli
tauhid adalah mereka yang bersaksi (bersyahadat) dengan persaksian yang
disebutkan dalam hadits tersebut. Maksud syahadat yang benar harus mengandung
tiga hal, yaitu mengucapkannya dengan lisan, memahami maknanya, dan
mengamalkan segala konsekuensinya. Tidak cukup hanya mengucapkannya saja.
Yang dimaksud dengan “ sesuai amal yang telah dikerjakannya, terdapat dua
tafsiran:
Pertama, mereka akan masuk surga walaupun memiliki dosa-dosa selain syirik
karena dosa-dosa selain syirik tersebut tidak menghalanginya untuk masuk ke dalam
surga, baik secara langsung maupung dengan melewati adzab di neraka.
Kedua, mereka akan masuk surga, namun kedudukan mereka dalam surga sesuai
dengan amalan mereka, karena kedudukan seseorang di surga bertingkat-tingkat
sesuai dengan amal shalihnya.
Artinya:
"Sesungguhnya Allah telah mengharamkan neraka atas orang yang mengucapkan
Laa Ilaaha Illallah dengan mengharap wajah Allah."
(H.R. Bukhori no.4982)
Pengharaman neraka ada dua bentuk. Pertama, diharamkan masuk neraka secara
mutlak dalam arti dia tidak akan pernah masuk neraka sama sekali. Boleh jadi dia
mempunyai dosa, lalu Allah SWT mengampuninya atau dia termasuk golongan
orang-orang yang masuk surga tanpa hisab dan tanpa adzab. Kedua, diharamkan
kekal masuk neraka dalam arti dikeluarkan dari neraka setelah sempat dimasukkan
ke dalamnya selama beberapa waktu.
4. Ahli Tauhid Diampuni Dosa-dosanya
Rasulullah SAW bersabda:
Artinya:
“Wahai anak Adam, seandainya engkau datang kepadaKu dengan membawa
kesalahan kepenuh bumi kemudian engkau menemuiKu dengan tidak mensekutukan
sesuatu denganKu niscaya aku akan datang kepadamu dengan ampunan sepenuh
bumi.”
(Tirmidzi no.3463)
“orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman
(syirik), mereka itulah oarng yang mendapat keamanan. Mereka itu adalah orang-orang yang
mendapatpetunjuk.”(QS.Al-An-nam:82)