■ Penyakit hirschsprung merupakan penyakit yang terjadi pada usus, dan paling sering
pada usus besar (colon). Normalnya, otot pada usus secara ritmis akan menekan feses
hingga ke rectum. Pada penyakit hirschsprung, saraf (sel ganglion) yang berfungsi
untuk mengontrol otot pada organ usus tidak ditemukan. Hal ini mengakibatkan feses
tidak dapat terdorong, seperti fungsi fisiologis seharusnya (henna n, 2011).
Klasifikasi
■ Penyakit Hirschsprung terjadi ketika saraf di usus besar tidak terbentuk dengan
sempurna. Saraf ini berfungsi untuk mengontrol pergerakan usus besar. Oleh karena itu,
jika saraf usus besar tidak terbentuk dengan sempurna, usus besar tidak dapat
mendorong feses keluar. Akibatnya, feses akan menumpuk di usus besar.
■ Penyebab masalah pada saraf tersebut belum diketahui secara pasti. Pada beberapa
kasus, penyakit Hirschsprung diduga terkait dengan faktor keturunan atau genetika.
Selain itu, bayi laki-laki juga ditemukan lebih berisiko terhadap penyakit Hirschsprung
dibandingkan bayi perempuan.
Manifestasi Klinis
■ 0bstruksi usus
■ Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
■ Konstipasi
■ Entrokolitis
■ Struktur anal dan inkontinensia (post operasi)
■ Sepsis
■ Defisiensi gizi
Penatalaksanaan
■ Tanpa penegakan diagnosis dini dan penatalaksanaan yang tepat, maka kondisi penderita
Hirschsprung’s disease akan berkembang kearah komplikasi yang serius seperti
enterokolitis akut atau toxic megacolon (Ekenze, et al., 2011). Setelah Hirschsprung’s
disease terdiagnosa, pembedahan merupakan terapi definitif utama (Kessmann, 2006;
Sharp, et al., 2013).
■ Tujuan di-lakukannya pembedahan adalah mereseksi bagian abnormal usus (aganglionic)
dan menganastomis bagian usus yang normal dengan rectum tanpa mempengaruhi
kontinensia (Moore, 2010; Ekenze, et al., 2011). Sebelum dilakukan pembedahan,
penderita harus mendapatkan beberapa tindakan, antara lain pemberian cairan dan
elektrolit, antibiotik serta irigasi menggunakan salin hangat melalui rektal secara berkala
untuk mengurangi tekanan intraabdomen (dekompresi usus) dan mencegah enterokolitis
(Wang, et al., 2009; Moore, 2010).
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Riwayat kesehatan
c. Pemeriksaan fisik
Diagnosa Keperawatan
SDKI SLKI SIKI
Risiko Konstipasi Eliminasi Fekal Manajemen Eliminasi Fekal
Definisi : berisiko mengalami Definisi : proses defekasi Definisi :
penurunan frekuensi normal normal yang disertai dengan Mengidentifikasi dna mengelola
defekasi disertai kesulitan dan pengeluaran feses mudah dan gangguan pola eliminasi fekal'
pengeluara feses tidak lengkap konsistensi, frekuensi serta
bentuk feses normal.
Risiko Keseimbangan Cairan Pemantauan Cairan
Ketidakseimbangan Cairan Definisi : Ekuilibrium antara Definisi : Mengumpulkan dan
Tubuh volume cairan di ruang menganalisis data terkait
Definisi : berisiko mengalami intraselular dan ekstraselular pengaturan keseimbangan cairan
penurunan, peningkatan atau tubuh.
percepatan perpindahan cairan
dari intravaskuler, interstisial
atau intraselular
lanjutan
SDKI SLKI SIKI
Defisit Nutrisi Status Nutrisi Manajemen Nutrisi
Definisi : Asupan nutrisi tidak Definisi : Keadekuatan asupan Definisi : Mengidentifikasi dan
cukup untuk memenuhi nutrisi untuk memenuhi mengelola asupan nutrisi yang
kebutuhan metabolisme. kebutuhan metabolisme seimbang.
Implementasi
■ Penyebab sebenarnya dari atresia ani ini belum di ketahui pasti, namun ada sumber
yang mengatakan bahwa kelainan bawaan anus di sebabkan oleh:
■ Karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit karena gangguan
pertumbuhan, fusi, atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik.
■ Putusnya saluran pencernaan dari atas dengan dubur, sehingga bayi lahir tanpa lubang
anus.
■ Gangguan organogenesis dalam kandungan penyebab atresia ani, karena ada kegagalan
pertumbuhan saat bayi dalam kandungan berusia 12 minggu atau 3 bulan.
■ Kelainan bawaan,
Manifestasi Klinis
■ Manifestasi klinis yang terjadi pada atresia ani adalah kegagalan lewatnya mekonium
setelah bayi lahir, tidak ada atau stenosis kanal rektal, adanya membran anal dan fistula
eksternal pada perineum (Suriadi, 2001).
■ Atresia ani sangat bervariasi, mulai dari atresia ani letak rendah dimana rektum berada
pada lokasi yang normal tapi terlalu sempit sehingga feses bayi tidak dapat melaluinya,
malformasi anorektal intermedia dimana ujung darirektum dekat ke uretra dan
malformasi anorektal letak tinggi dimana anus sama sekali tidak ada (Departement of
Surgery University of Michigan, 2009).
Patofisiologi
■ Kelainan ini terjadi karena kegagalan pembentukan septum urorektal secara komplit
karena gangguan pertumbuhan, fusi atau pembentukan anus dari tonjolan embrionik,
sehingga anus dan rektum berkembang dari embrionik bagian belakang. Ujung ekor dari
bagian belakang berkembang menjadi kloaka yang merupakan bakal genitourinari dan
stuktur anorektal. Terjadi stenosis anal karena adanya penyempitan pada kanal
anorektal. Terjadi atresia anal karena tidak ada kelengkapan dan perkembangan struktur
kolon antara 7-10 minggu dalam perkembangan fetal. Kegagalan migrasi dapat juga
karena kegagalan dalam agenesis sakral dan abnormalitalitas pada uretra dan vagina.
Tidak ada pembukaan usus besar yang keluar melalui anus sehingga menyebabkan fekal
tidak dapat dikeluarkan sehingga intestinal mengalami obstruktif. Putusnya saluran
pencernaan dari atas daera dubur, sehingga bayi baru lahir tanpa lubang anus.
Pemeriksaan Penunjang
■ Pemeriksaan radiologis
■ Sinar X terhadap abdomen
■ Ultrasound terhadap abdomen
■ CT Scan Digunakan untuk menentukan lesi.
■ Pyelografi intra vena
■ Pemeriksaan fisik rectum
■ Rontgenogram abdomen dan pelvis
Komplikasi
Infeksi jangka pendek
■ Infeksi saluran kemih yang berkepanjangan.
■ Obstruksi intestinal
■ Kerusakan uretra akibat prosedur pembedahan.
Komplikasi jangka panjang :
■ Eversi mukosa anal.
■ Stenosis akibat kontraksi jaringan parut dari anastomosis.
■ Impaksi dan konstipasi akibat terjadi dilatasi sigmoid.
■ Masalah atau kelambatan yang berhubungan dengan toilet training.
■ Inkontinensia akibat stenosis anal atau impaksi.
■ Fistula kambuh karena tegangan di area pembedahan dan infeksi.
Penatalaksanaan
■ Pembuatan kolostomi
■ PSARP (Posterio Sagital Ano Rectal Plasty)
■ Tutup kolostomi
Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian
■ Identitas
■ Riwayat kesehatan
■ Pola fungsi kesehatan
■ Pemeriksaan fisik
DIAGNOSA
SDKI SLKI SIKI
Konstipasi Elimanasi Fekal Definisi : Proses Manajemen Eliminasi Fekal
Definisi : Penurunan defekasi defekasi normal yang disertai Definisi : mengidentifikasi dan
normal yang disertai pengeluaran dengan pengeluaran feses mudah mengelola gangguan pola
feses sulit dan tidak tuntas serta dan konsistensi. Frekuensi serta eliminasi fekal.
feses kering dan banyak. bentuk feses normal.
Gangguan Rasa Nyaman Status Kenyamanan Manajemen Nyeri
Definisi : Perasaan kurang senang, Definisi: Keseluruhan rasa Definisi: Mengindentifikasi dan
lega, dan sempurna dalam dimensi nyaman dan aman secara fisik, mengelola pengalaman sendorik
fisik, psikospiritual, lingkungan, psikologis, spiritual, social, atau emosional yang berkaitan
dan social budaya, dan lungkungan. dengan kerusakan jaringan atau
fungsional dengan onset
mendadak atau lambat dan
berintessitas ringan hingga berat
dan konstan.
SDKI SLKI SIKI
Risiko Infeksi Tingkat Infeksi Pencegahan Infeksi
Definisi: Berisiko mengalami Definisi: Derajat infeksi Definisi: Mengidentifikasi dan
peningkatan terserang organism berdasarkan obesrvasi atau menurunkan risiko terserang
penyakit. sumber informasi organisme patogenik.
IMPLEMENTASI
Implementasi yang dimaksud merupakan pengolahan dari perwujudan rencana tindakan
yang meliputi kegiatan, yaitu: validasi, recana keperawatan, mendokumentasikan rencana
keperawatan, memberikan asuhan keperawatan dalam menyimpulkan data serta
melaksanakan advis (saran atau nasehat) dokter dan ketentuan rumah sakit.
EVALUASI
Merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawa-tan yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan terencana kesehatan pasien dengan tujuan yang telah ditetapkan dilakukan
dengan cara melibat pasien dan sesama tenaga kerja.
KESIMPULAN
■ Penyakit hirschprung merupakan penyakit yang terjadi pada usus, dan paling sering pada
usus besar. Pada penyakit hirschprung saraf (sel ganglion) yang berfungsi untuk mengontrol
otot pada organ usus tidak ditemukan. Hal ini mengakibatkan feses tidak dapat terdorong
seperti fungsi fisiologis seharusnya. Angka kejadian penyakit hirschprung, sekitar 1 di antara
4400 sampai 7000 kelahiran hidup, dengan rata-rata 1:5000 kelahiran hidup. Dengan
mayoritas penderita ada-lah laki-laki dibandingkan wanita dengan perbandingan 4:1.
■ Atresia ani atau anus imperporata adalah malformasi congenital dimana rectum tidak
mempunyai lubang keluar. Sebagian besar prognosis atresia ani biasanya baik bila di dukung
perawatan yang tepat dan juga tergantung kelainan letak anatomi saat lahir. Atresia ani
paling sering terjadi pada bayi yang baru lahir. Jumlah pasien dengan kasus atresia ani pada
laki-laki lebih banyak ditemukan dari pada pasien perempuan. Dari 20 % -75 % bayi yang
menderita atresia ani juga menderita anomali lain. Kejadian tersering pada laki-laki dan
perempuan adalah anus imper-forata dengan fistula antara usus distal uretra pada laki-laki
dan vestibu-lum vagina pada perempuan.
TERIMA KASIH