Anda di halaman 1dari 15

(Materi Kuliah; 3) AQIDAH, IMAN DAN TAUHID YANG BENAR DAN URGENSINYA

DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

3.1 Pendahuluan

Materi tentang aqidah sangat penting karena materi ini merupakan dasar/ pondasi kita
beragama. Tiada aqidah tidak ada agama sebab agama itu berdiri di atas aqidah dan aqidah harus
benar sebagaimana aqidah Ahlusunnah wal jama‟ah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW
dan para shahabat. Aqidah yang benar wajib diketahui dan dipelajari agar kita tidak terjebak ke
dalam aqidah yang sesat sebagaimana banyak terjadi akhir-akhir ini yang disebut oleh Majlis
Ulama Indonesia (MUI ) dengan “ aliran-aliran sesat “.
3.2 Tujuan Khusus
Setelah mempelajari materi ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan pengertian Aqidah, tauhid dan iman
2. Membedakan antara aqidah, tauhid dan iman
3. Menyebutkan macam-macam tauhid dan contoh-contohnya
4. Menyebutkan landasan aqidah al-Islamiyah
5. Menyebutkan sebab-sebab lemahnya iman dan trapi atas lemahnya iman
6. Menyebutkan cabang-cabang iman
7. Aliran-Aliran sesat di Indonesia

3.3 Pengertian Aqidah, Tauhid dan Iman

1. Pengertian Aqidah

Secara etimologi (bahasa), akidah berasal dari kata dasar al 'aqdu yang bermakna ikatan,
memintal, menetapkan, menguatkan, mengikat dengan kuat, berpegang teguh, keyakinan dan
keteguhan.

Secara terminologi (istilah), akidah adalah: Keyakinan yang mantap dan keputusan yang
tegas yang tidak terpengaruh dan tidak dimasuki oleh keragu-raguan sedikit pun. Baik keyakinan
dan keputusan tersebut benar maupun salah, hak maupun bathil.

Dinamakan akidah, karena manusia mengikatkan hatinya kepadanya. Hal-hal yang wajib
dibenarkan oleh hati dan jiwa merasa tenteram kepadanya, sehingga bagi orang yang
memilikinya, hal-hal tersebut menjadi keyakinan kukuh yang tidak tercampuri oleh keragu-
raguan. Dengan demikian, akidah adalah keimanan yang mantap pada diri seseorang, sampai
tingkatan tidak dapat digoyahkan oleh keragu-raguan. Apa yang diyakini dan diimani tersebut
harus sesuai dengan kenyataan, dan tidak termasuki oleh keragu-raguan dan dugaan. Jika belum
sampai pada tingkatan ini, ia belum bisa disebut akidah.

2. Pengertian Tauhid

Istilah tauhid berasal dari kata dasar wahhada-yuwahhidu-tauhid, yang secara bahasa berarti
menyatukan/ menganggap sesuatu sebagai satu, atau mengesakan. Adapun pengertian tauhid
menurut istilah ilmu akidah adalah mengesakan Allah, meyakini keesaan Allah dalam rububiyab-
Nya, ikhlas beribadah kepada-Nya, serta menetapkan bagi-Nya nama-nama dan sifat-sifat
kesempurnaan-Nya.

3. Pengertian Iman

Makna asal dari lafal “iman” sendiri adalah bersikap jujur dan tulus dalam menunaikan
amanah yang telah Allah embankan kepadanya. Menurut pengertian syariat, iman adalah ucapan
dan perbuatan (qaul wa 'amal), yaitu ucapan hati (qaulul qalbi), amalan hati ('amalul qalbi),
ucapan lisan (qaulul lisan), amalan lisan ('amalul lisan), dan amalan anggota badan ('amalul
jawarih), bisa bertambah dengan bertambahnya ketaatan dan bisa berkurang dengan melakukan
kemaksiatan.

Jika hatinya membenarkan dan meyakini sebagaimana ucapan lisannya yang membenarkan,
maka la telah menunaikan amanat, dan ia adalah seorang mukmin. Adapun jika hatinya tidak
membenarkan sebagaimana lisannya yang membenarkan, maka ia belum menunaikan amanat,
dan ia adalah seorang munafik. Selain hati dan lisan, iman atau membenarkan juga dilakukan
oleh anggota badan, sebagaimana disebutkan dalam hadits,

Sabda Nabi SAW: "Zina mata adalah melihat (hal yang diharamkan untuk dilihat). Zina
lisan adalah membicarakan (hal yang diharamkan untuk dibicarakan). Jiwa pun berangan-
angan dan menginginkan. Maka kemaluan membenarkan atau mendustakan zina hati (angan-
angan untuk berzina)

Inilah definisi iman yang benar menurut ayat-ayat Al-Qur'an, As-Sunnah dan kesepakatan
seluruh ulama Ahlus Sunnah (ijma').
Dengan demikian, iman adalah gabungan dari lima unsur:Ucapan hati (qaulul qalbi), yaitu at-tashdiq
(membenarkan), al-ilmu, dan al-ma'rifah (mengilmui dan memahami sepenuhnya) amalan hati
('amalul qalbi), yaitu berserah diri kepada Allah (al-istislam), ketundukan hati kepada perintah
dan larangan Allah (al-inqiyad), mengikhlaskan niat untuk mencari ridha Allah semata (al-
ikhlas), mencintai Allah (al-mahabbah), takut kepada Allah (al-khauf), berharap kepada Allah
(ar-raja'), bergantung kepada Allah (at-tawakkal), menerima ketentuan Allah dengan lapang hati
(ar-ridha dan ash-shabr), kesabaran dalam menjalankan perintah, menjauhi larangan dan
menerima ujian Allah (ash-shabr), rendah hati (at-tawadhu'), dan lain-lain. Termasuk di
dalamnya adalah meninggalkan kesombongan, riya,' sum'ah, ujub, dan lain-lain yang dilarang
oleh Al-Qur'an dan As-Sunnah.

3.4 Landasan Aqidah Al-Islamiyah

Landasan Aqidah Al-Islamiyah adalah:


1. Ma‟rifatullah ( mengenal Allah SWT ), dari segi wujud Allah, sifat-sifat Allah SWT,
pebuatan/ af‟al Allah, dan Nama-nama Allah ( Asma‟ul Husna/ nama-nama yang baik
bagi Allah ada 99 nama )
2. Ma‟rifatur Rasul ( Mengenal Rasulullah Muhammad SAW )
3. Ma‟rifatuddin ( Mengenal Agama ), Yaitu Agama Islam.

3.5 Macam-macam Tauhid


Tauhid merupakan bagian terpenting dari agama Islam. la merupakan fitrah yang telah Allah
tetapkan pada setiap manusia. Tauhid juga merupakan inti ajaran dan dakwah seluruh nabi dan
rasul, meski syariat yang dibebankan kepada masing-masing umat berbeda-beda.
Tauhid ada tiga macam: tauhid rububiyah, tauhid uluhiyah, dan tauhid asma' wash shifat.
Walaupun pembagian Tauhid ini tidak dikenal di zaman Nabi SAW, demikian juga di Zaman
Shahabat. Pembagaian Tauhid ke dalam 3 bagian ini diperkenalkan oleh Ibnu Taimiyah untuk
sekedar kita fahami dan jangan sampai kita berfikir bila orang bertauhid dengan salah satu sudah
dianggab beriman. Setiap macam dari ketiga tauhid itu memiliki makna yang harus dijelaskan,
sehingga menjadi terang perbedaan antara ketiganya.
a. Tauhid Rububiyah
Rububiyah adalah kata yang dinisbatkan kepada salah satu nama Allah yaitu Rabb. Nama ini
memiliki beberapa arti, antara lain: Al-Murabbi (pemelihara), An-Nashir (penolong), Al-Malik
(raja dan pemilik), Al-Mushlih (yang mengurusi dan memperbaiki), As-Sayyid (tuan), dan Al-
Wali (wali, penolong).

Secara istilah syariat, pengertian tauhid Rububiyah adalah meyakini bahwa Allah adalah
satu-satunya pencipta, pemilik, dan pengendali alam raya dengan takdir-Nya. Ia menghidupkan
dan mematikan serta mengendalikan alam dengan Sunnah-Sunnah-Nya.

Tauhid Rububiyah mencakup dimensi-dimensi keimanan berikut.

Mengesakan Allah dalam perbuatan-perbuatan-Nya, misalnya menciptakan,memberi rezeki,


menghidupkan, mematikan, menguasai, dan lain-lain.Maksudnya, meyakini dan membenarkan
sepenuhnya bahwa perbuatan-perbuatan ini hanya dilakukan oleh Allah semata, tidak ada
seorang pun selain-Nya yang mampu melakukannya.Beriman kepada takdir Allah.Beriman
kepada zat Allah.

b. Tauhid Uluhiyah

Tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah dengan memurnikan perbuatan para hamba
semata-mata dengan niat taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah, seperti shalat, zakat, shaum,
haji, shadaqah, membaca Al-Qur'an, berdzikir, berdoa, nadzar, berkurban, raja' (berharap), takut,
tawakal, mahabbah (rasa cinta), bertobat, berbakti kepada kedua orang tua, memuliakan tamu
dan tetangga, dan lain-lain.

Dengan kata lain, tauhid Uluhiyah adalah mengesakan Allah dalam ibadah dan ketaatan,
dengan mempersembahkan segala bentuk peribadatan dan ketaatan kepada Allah semata.

Tauhid ini disebut tauhid Uluhiyah karena uluhiyah adalah sifat Allah yang ditunjukkan oleh
nama-Nya, “Allah “, yang artinya Dzul Uluhiyah (yang memiliki sifat uluhiyah). Ia juga disebut
tauhid ibadah, karena ubudiah adalah sifat 'abid (hamba) yang wajib menyembah Allah secara
ikhlas, karena ketergantungan mereka kepada-Nya.
Tauhid ini adalah inti dakwah para rasul, karena ia adalah pondasi tempat dibangunnya
seluruh amal. Tanpa merealisasikannya, semua amal ibadah tidak akan diterima. Karena tidak
terwujudnya tauhid uluhiyah pada diri seorang hamba, niscaya yang akan bercokol pada dirinya
adalah lawannya, yaitu syirik.Tauhid uluhiyah adalah tugas yang pertama kali dibebankan oleh
Allah kepada seluruh hamba-Nya. Perintah untuk bertauhid mendahului seluruh perintah Allah
yang lain.
c. Tauhid Asma‟ Wash-shifah

Tauhid ini menetapkan dan mengakui bahwa Allah mempunyai nama-nama yang baik dan
sifat-sifat yang tinggi dan sempurna, yang termaktub dalam ayat-ayat Al-Qur'an dan Sunnah
Nabawiyah.
Akidah Ahlus Sunnah yang diajarkan oleh Rasulullah kepada generasi sahabat, dan diajarkan
secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya dalam masalah nama-nama dan
sifat-sifat Allah, adalah mengakui dan menetapkan semua nama dan sifat Allah yang termaktub
dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah tanpa sedikit pun melakukan la'thil (meniadakan nama atau
sifat Allah), tahrif (memalingkan maknanya kepada makna yang tidak dikehendaki oleh Al-
Qur'an dan As-Sunnah), tamtsil (menyerupakan nama atau sifat Allah dengan nama atau sifat
makhluk), dan takyif (mempersoalkan hakikat nama dan sifat Allah dengan menanyakan
“bagaimana ?”.
(Dalam Aqidah Ahlusunnah wal Jama‟ah diajarkan dan difahami 20 sifat wajib pada Allah SWT
dan 20 sifat Mustahil (lawan dari wajib) pada Allah SWT. Dan 1 sifat Jaiz atau Mubah pada
Allah SWT. Ditambah dengan keyakinan 4 sifat wajib pada Rasul dan 4 sufat mustahil pada
Rasul, serta 1 sifat jaiz/mubah pada Rasul. Inilah yang dikenal dengan I‟tiqad 50) dan
mempelajari Nama-Nama Allah SWT ada 99 yang dikenal dengan Asmaul Husna ( Nama Nama
Yang Baik Bagi Allah SWT).

Sifat Allah SWT Yang 20 Dalam Bahasa Aceh (Yang tidak Bisa Bahasa Aceh minta
diterjemahkan sama kawan yang bias )
(ILME TAUHID FARDHU'IN)
A. SIFEUT YANG WAJEB BAK ALLAH
1. WUJUD
Na Allah Ta‟ala,
Lawan jih hana Allah Ta‟ala
Pakiban Na Allah?
· Hana meukareuna
· Hana meuseubab
· Hana meutempat
· Hana meuwate
Meuphom Allah Ta‟ala hana meukareuna : Allah Ta‟ala hana soe peuna.
Meuphom Allah Ta‟ala hana meuseubab : Allah Ta‟ala hana soe usaha, hana mak, hana ayah
Meuphom Allah Ta‟ala hana meutempat : Allah Ta‟ala hana bak saboh – saboh teumpat,di
ateuh,diyup,disampeng,dilikot,dan dikeu,
Meuphom Allah Ta‟ala hana meuwate : Allah Ta‟ala hana meuwatee ngen saboh – saboh wate
Toh dali na Allah Ta‟ala? na alamnyoe,yang geukheun alamnyoe adalah yang selaen Allah, na
dua macam yaitu :
· Yang pertama jirem (zat yang baharu ) : atau zat yang jicok lapang (tempat) contoh jih, lat,
batat, kayee, batee
· Yang kedua Aradh (sifeut yang meuubah – ubah) contoh jih meugrak, meu iem, meuwarna
warni dan laen – laen
Pakiban tapeugah alamnyoe dali na allah? karena alamnyoe na jih baharu, na meukareuna, na
meusebab, na meutempat, na meuwate,
2. QIDAM
Sedia Allah Ta‟ala,
Meuphom kata – kata sedia : Allah Ta‟ala hana meuphon atau hana di peuawai lee hana
Lawan jih Baharu arti baharu (meuubah –ubah)
Pakiban geukheun meu ubah – ubah? awai – awai hana oeh dudo kana, oeh dudo lom ka hana.
Toh dali Allah Ta‟ala neumeusifeut Qidam ? alamnyoe
Pakiban tapeugah alamnyoe keu dali sifeut Qidam Allah? karena na jih dialamnyoe baharu
(meubah – ubah)
3. BAQA
Kekal zat Allah Ta‟ala selama - lama,
Meuphom kekal selama – lama : Allah Ta‟ala hana meuseuneulheuh
Lawan jih fana (binasa )
Meuphom fana : na meuseuneulheuh
Teuh dali Allah Ta‟ala neumeusifeut Baqa ? alamnyoe
Pakiban tapeugah alamnyoe keu dali sifeut baqa Allah? karena alamnyoe na meuseuneulheuh
4. MUKHLAFATUHU LIL HAWADIST
Hana saban Allah Ta‟ala ngen peuneujeut,
Lawan jih, saban Allah Ta‟ala ngeun peuneujeut bak zat, bak sifeut, bak beut
· Zat Allah Ta‟ala : Hana meutuboeh, hana meubungkok, hana meubentuk,Hana merupa,
· Hana Saban sifeut Allah Ta‟ala ngen sifeut makhluk, sifeut yang na bak Allah ta'ala
hana bak makhluk, sifeut yang na bak makhluk hana bak Allah.
Sifeut makhluk na keu na likoet, sifeut bak Allah hana keu hana likoet
Sifeut makhluk na wie na uneun, sifeut bak Allah hana wie hana uneun
Sifeut makhluk na meuyub na manyang, sifeut bak Allah hana meuyub hana manyang.
Sifeut makhluk na lua na dalam, sifeut bak Allah hana lua hana dalam
Sifeut makhluk na meugrak na meu iem, sifeut bak Allah hana meugrak hana meu iem
Sifeut makhluk na meu warna, sifeut bak Allah hana meuwarna – dan meumacam – macam
yang laen
Hana saban but Allah ngen but makhluk
But Allah Ta‟ala barang golom na ek geu peu na, barang yang kalheuh na ek geu peuhana
But Makhluk barang kalheuh na geu peuna lee Allah
Contoh jih : Trou bukon karena makanan, puleh grah kon karena ie dll
Teuh dali Allah Ta‟ala neumeusifeut mukhalafatuhu lil hawadist ? na alamnyoe
Pakiban tapeugah alamnyoe keu dali sifeut mukhalafatuhu lil hawadist bak Allah? karena
alamnyoe sama bak zat, bak sifeut, bak but,bandum zat alam meususon, bandum sifeut alam
awai hana dudo kana, oh dudo ka hana. Bandum but alam, barang kalheuh na geupeuna lee
Allah.
5. QIYAMUHU BINAFSIH
Allah Ta‟ala geudoeng keudroe,
Makna Allah Ta‟ala geudoeng keudroe na dua perkara
Yang pertama : Allah Ta‟ala hana peurle keu zat yang laen
Yang kedua : Allah Ta‟ala hana peurle keu so yang peujeut
Lawan jih peurle keu zat yang laen dan peurle keuso yang peujeut
Pekon Allah Ta‟ala hana peurle keu zat yang laen? karena Allah Ta‟ala kon sifeut, Allah
Ta‟ala saboh zat, zat Allah hana geucok lapang, meunyoe zat makhluk jicok lapang.
Pakiban muphom Allah Ta‟ala hana peurle keu zat yang laen, hana peurle keu soe peujeut dan
hana geucok tempat lapang? karena Allah Ta‟ala kaya dari tip – tip peuneujeut.
Toh dali Allah Ta‟ala neumeusifeut qiyamuhu binafsih? alamnyoe
Pakiban tapeugah alamnyoe keu dali sifeut qiyamuhu binafsih Allah? karena alamnyoe hana
kaya bak zat, bak sifeut, bak but, Zat alam ata Allah, sifeut alam ata Allah dan but alam ata
kaleuh na geupeuna lee Allah.
6. WAHDANIAH
Esa Zat Allah, Esa Sifeut Allah, Esa Buet Allah,
Meuphom Esa Zat Allah na dua perkara
Yang pertama : Zat Allah hana meususon, hana meuasoe, hana meudarah, hana meurat, hana
meuteuleung.
Yang kedua : Zat Allah hana sama ngon zat laen.
Lawan jih meususon –suson zat Allah dan sama zat Allah ngon zat yang laen.
Pakiban meuphom hana meuseusoen zat Allah ? hana meutuboeh, hana meubungkok, hana
meubentuk,Hana merupa,
Pakiban muphom hana sama zat Allah ngon zat yang laen? hana Tuhan laen mesidroe pun
yang saban ngon Allah bak zat, bak sifeut dan bak but,
Meuphoem Esa sifeut Allah : sifeut Allah hana dua – dua ,sifeut Allah hana diduk pat laen. 50
boh i‟tikeut yang teukandoeng dalam kalimah Lailahaillallah hana jideuk pat laen, yang na bak
Allah.
Meuphom Esa But Allah : But Allah hana geupakek alat, peu yang geupeugah na langsung na.
Teuh dali Allah Ta‟ala neumeusifeut wahdaniah? alamnyoe
Pakiban tapeugah alamnyoe keu dali sifeut wahdaniah Allah? karena alamnyoe hana Esa zat,
hana Esa sifeut, dan hana Esa but, Sekira jih Allah Hana Esa maka alamnyoe pih hana.
Peu beda antara Esa dan satu.....? Esa (Hana permulaan), meunyo satu na permulaan yaitu
diawali lee nol (0).
7. QUDRAH
Kuasa Allah Ta‟ala,
Lawan Jih leumoh
Meuphom kuasa Allah Ta‟ala : ata golom na ek geupeuna, ata kalheuh na ek geupeuhana.
Teuh dali Allah Ta‟ala neumeusifeut Qudrah ? alamnyoe
Pakiban tapeugah alamnyoe keu dali Qudrah Allah ? karena alamnyoe leumoh, ha ek ji peuna
barang yang golom na dan ha ek di peuhana barang yang kalheuh na.
Meunyo hana Qudrah Allah, alamnyoe pih hana,
8. IRADAH
Berkehendak Allah Ta‟ala,
Meu phom berkehendak : Neupeutente barang yang golomna keu na dan barang yang kalheuh
na keu hana.
Lawan Jih laloe
Meuphom laloe : tuwoe atau hana sengaja
Teuh dali Allah Ta‟ala neumeusifeut Iradah? alamnyoe
Pakiban tapeugah alamnyoe keu dali Iradah Allah ? karena alamnyoe ha ek di peuteunte
barang yang golomna supaya na dan yang kalheuh na gepeu hana
Meunyo hana Iradah Allah, alamnyoe pih hana
9. ILMU
Neuteupu Allah Ta‟ala kon ngon neumeuruno,
Allah Ta‟ala neuteupu barang yang golomna keu na dan yang kalheuh na keu hana.
Lawan Jih bangai.
Meuphom bangai : na payah na mudah.
Teuh dali Allah Ta‟ala neumeusifeut Ilmu? alamnyoe
Pakiban tapeugah alamnyoe keu dali ilmu Allah? karena alamnyoe bangai, alamnyoe hana
diteupu barang golom na keu na dan hana diteupu dan ha ek dipeuteunte barang yang golomna
keu na dan yang kalheuh na gepeu hana
Meunyo hana Ilmu Allah, alamnyoe pih hana
10. HAYAH
Udep Allah Ta‟ala keun ngeun nyawong,
Lawan Jih mate.
Setiap yang udep ngon nyawong pasti mate.
Teuh dali Allah Ta‟ala neumeusifeut hayah .? alamnyoe
Pakiban tapeugah alamnyoe keu dali hayah Allah? karena alamnyoe pasti mate.
Meunyo hana hayah Allah, alamnyoe pih hana
11. SAMA‟
Neumeudeungoe Allah Ta‟ala ke
koen ngeun ruhung gelinyung
Lawan Jih klo,
Meuphom klo : suara jioh handeuh geudeungoe, zat yang hana sura handeuh geudeungoe,
Toh dali Allah Ta‟ala neumeusifeut sama‟ ? alamnyoe , qur‟an, hadist dan ijmak (ulama)
pakiban tapeugah alamnyoe keu dali sifeut sama‟ Allah? karena alamnyoe klo, suara yang jioh
handeuh di deungoe, zat yang hana suara handeuh di deungo,alam nyoe jideungo,
geupeudeungoe le Allah.
12. BASHAR
Geukeumalon Allah Ta‟ala keun ngeun mata,
Lawan Jih buta.
Meuphom buta : yang jioh handeuh geu kaleun, yang meupadok handeuh geukaleun.
Toh dali Allah Ta‟ala neumeusifeut bashar ? alamnyoe , qur‟an, hadist dan ijmak (ulama)
Pakiban tapeugah alamnyoe keu dali sifeut bashar Allah ? karena alamnyoe buta, yang jioh
handeuh ji kalon, yang zat padek handeuh jikalon, Alam nyoe dikeumalon, geupeukaloen le
Allah.
13. KALAM
Neumeututo Allah Ta‟ala keun ngon lidah dan hana meuhuruf dan hana meusuara dan hana salah
dan hana neu iem, hana awai hana akhe,
Lawan Jih bisu
Teuh dali Allah Ta‟ala neumeusifeut kalam? alamnyoe , qur‟an, hadist dan ijmak (ulama)
Pakiban tapeugah alamnyoe keu dali sifeut kalam Allah? karena alamnyoe bisu, tuto alamnyoe
geupeujeuet lee Allah.
14. QADIRUN
Yang kuasa!
Lawan Jih yang lemah
Meuphom yang kuasa : dalam sekejap Allah Ta‟ala ek geupeuna barang yang golomna dan ek
geupeuna barang yang kalheuh na di seluruh alam
Toh dali Allah Ta‟ala neumeusifeut qadirun? alamnyoe
Pakiban tapeugah alamnyoe keu dali sifeut qadirun Allah? karena alamnyoe ha ek dpeuhana
barang yang kalheuh na dalam sekejap seluruh alam.
Meunyoe hana qadirun Allah, alamnyoe pih hana
15. MURIDUN
Yang peutente
Meuphom yang peutente : dalam sekejap ek geupeuteunte barang yang golom na keu na dan
ek geu peuntente barang yang kalheuh na keu hana di seluruh alam
Toh dali Allah Ta‟ala neumeusifeut muridun? alamnyoe
Pakiban tapeugah alamnyoe keu dali sifeut muridun Allah karena alamnyoe ha ek dipeuhana
barang yang kalheuh na dalam sekejap seluruh alam.
Meunyoe hana muridun Allah, alamnyoe pih hana.
16. „ALIMUN
Yang teupu !
Lawan jih yang bangai
Meuphom yang teupu: dalam sekejap Allah Ta‟ala sanggup geuteupu barang yang golomna
keu na dan barang yang kalheuh na keu hana dalam sekejap seluruh alam dan droe neuh Tuhan
Toh dali Allah Ta‟ala neumeusifeut „alimun? alamnyoe
Pakiban tapeugah alamnyoe keu dali sifeut „alimun Allah karena alamnyoe han sanggop
diteupu barang yang golomna keu na dan barang yang kalheuh na keu hana sekejap seluruh alam
beserta droe jih alam, Meunyoe hana „alimun Allah, alamnyoe pih hana
17. HAYYUN
Yang hudep
Lawan jih yang mate
Meuphom yang hudep : yang hana mate – mate
Toh dali Allah Ta‟ala neumeusifeut hayyun ? alamnyoe
Pakiban tapeugah alamnyoe keu dali sifeut hayyun Allah karena alamnyoe yang mate.
Meunyoe hana hayyun Allah, alamnyoe pih hana
18. SAMI‟UN
Yang meudeungoe ,
Lawan jih yang klo
Meuphom yang meudeungo : dalam sekejap Allah Ta‟ala sanggup geudeungo zat yang na
suara dan zat yang hana suara dalam sekejap seluruh alam serta kalam droe neu Allah
Toh dali Allah Ta‟ala neumeusifeut sami‟un? alamnyoe, qur‟an, hadist dan ijmak (ulama)
Pakiban tapeugah alamnyoe keu dali sifeut sami‟un Allah karena alamnyoe han sanggop
dideungo zat yang na suara dan yang hana suara dalam sekejap seluruh alam beserta suara droe
jih alam.
19. BASHIRUN
Yang keumalon,
Lawan jih yang buta
Meuphom yang keumalon : dalam sekejap Allah Ta‟ala sanggup geukalon seluruh alam dan
droe neu Allah
Toh dali Allah Ta‟ala neumeusifeut bashirun? alamnyoe, qur‟an, hadist dan ijmak (ulama)
Pakiban tapeugah alamnyoe keu dali sifeut bashirun Allah karena alamnyoe buta han sanggop
dikalon dalam sekejap seluruh alam dan droe jih alam.
20. MUTAKALLIMUN
Yang meututo,
Lawan jih yang bisu
Meuphom yang meututo : yang hana iem – iem, Allah Ta‟ala sabe – sabe geu meututo hana
pernah geu iem.
Toh dali Allah Ta‟ala neumeusifeut mutakalimun ? alamnyoe, qur‟an, hadist dan ijmak
(ulama)
Pakiban tapeugah alamnyoe keu dali sifeut mutakalimun Allah karena di alamnyoe yang iem,
hanjeut di meututo menyoe hana geupeujeut dan gepeututo le Allah.
SIFEUT YANG HARUS BAK ALLAH
na saboh
Neu peugot tip – tip yg mungken atau hana neu peugot
Lawan jih wajeb neu peugoet tip – tip yg mungkin atau wajeb hana neu peugoet
Mungken na 4 perkara :
Mungken na oh lheuh hana, contoh jih alamnyoe
Mungken hana oh lheuh na, contoh jih nabi dan rasul
Mungken yang akan datang, contoh jih uroe kiamat
Mungken dalam ilmu Allah tapi hana neu peugot, contoh jih iman abu jahal dan iman abu
lahab. Dalam ilmu Allah mungken geupeuiman tapi hana geupeuiman.

3.6 Urgensi Aqidah dan Ilmu Aqidah


a. Pondasi dari Bangunan Agama dan syarat sahnya sebuah amal

Syari‟at Islam yang diwahyukan oleh Allah kepada Rasulullah, terdiri dari dua unsur pokok:
I'tiqadiyah atau aspek batin, yaitu hal-hal yang berhubungan dengan i'tiqad dan akidah. Disebut
juga dengan istilah pokok-pokok ajaran agama (ushuluddin). Dan Amaliyah atau aspek lahir,
yaitu segala hal yang berhubungan dengan tata cara amaliyah sehari-hari. Seperti shalat, shiyam,
zakat, haji, dan seluruh hukum-hukum ibadah, akhlak, dan muamalah. Bagian ini disebut juga
cabang-cabang agama (furu' atau far'iyah), karena dibangun di atas pondasi i'tiqadiyah. Benar
dan rusaknya suatu amal tergantung dari benar dan rusaknya i'tiqadiyah seseorang.
Akidah yang benar merupakan pondasi dari bangunan agama dan merupakan syarat sahnya
sebuah amal. Sebagaimana firman Allah:
barangsiapa mengharap perjumpaan dengan rabnya,maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
saleh, dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam beribadat kepada Rabbnya." (QS.
Al-Kahfi [18]: 110)

"Dan sungguh telah diwahyukan kepadamu (Muhammad), dan kepada para nabi sebelummu,
"Sungguh, jika engkau berbuat syirik, niscaya amalmu akan terhapus dan tentulah engkau
termasuk orang-orang yang merugi."
(QS. Az-Zumar [39 : 65).

"Maka beribadahlah kepada Allah dengan memurnikan ketundukan dan ketaatan kepada-Nya.
Ketahuilah, sesungguhnya hanya bagi Allah semata ketundukan dan ketaatan yang murni." (QS.
Az-Zumar [39]: 2-3)

Ayat-ayat ini dan ayat-ayat lain yang semakna menunjukkan bahwa amal dan ibadah tidak
akan diterima manakala tidak bersih dari unsur kesyirikan.
Imam Fudhail bin Iyadh berkata: "Sesungguhnya jika sebuah amalan telah ikhlas, namun
caranya tidak benar (sesuai tuntunan Nabi), pastilah tidak akan diterima. Demikian pula
apabila amalan dilakukan dengan cara yang benar, namun tidak ikhlas, pasti tidak akan
diterima. Amal baru akan diterima manakala dilakukan secara ikhlas dan dengan cara yang
benar. Yang dimaksud ikhlas adalah dilakukan karena Allah semata, sedangkan yang dimaksud
dengan benar adalah mengikuti Sunnah.
b. Membebaskan Jiwa Manusia

1. Membebaskan diri dari rasa takut terhadap kehidupan

Akidah memberikan gambaran yang jelas bahwa yang menciptakan segala sesuatu dan
menentukan ajal adalah Allah. Jika ajal telah tiba, tak seorang pun yang mampu memajukan atau
mengundurkannya kecuali Allah. Kematian pasti akan menjemput manusia,sekalipun manusia
berusaha lari untuk menghindarinya, atau berlindung dalam benteng yang kokoh.

Jika keyakinan ini telah melekat dalam hati seorang muslim, dalam kondisi apa pun ia tidak
akan sudi menjadi orang yang rendah dan hina, Keyakinan tentang kematian menumbuhkan
keyakinan bahwa keberanian dan perasaan takut tidak akan menambah atau mengurangi usianya.
Apabila nilai-nilai akidah telah mengakar kuat pada jiwanya, maka ia akan memiliki izzah
(harga diri) dan ketegaran dalam menghadapi cobaan laksana gunung yang kokoh menjulang.
Semangatnya tidak lemah dan lelah.

2. Membebaskan diri dari rasa takut terhadap rezeki

Akidah yang benar telah menanamkan keyakinan dalam hati seorang muslim bahwa rezeki
berada di tangan Allah. Selain Allah, tidak seorang pun di dunia ini sanggup mengatur rezeki
makhluk Allah, walaupun ia memiliki kedudukan yang tinggi dan wewenang yang besar.
Keyakinan ini akan menumbuhkan sikap tawakal penuh kepada Allah dan menghilangkan
perasaan, keyakinan, dan sikap ketergantungan kepada makhluk.
Dengan adanya keyakinan ini, seorang muslim akan menjalani hidup dengan penuh
ketenangan dan ketenteraman batin. Ia tidak akan ragu-ragu untuk melaksanakan perintah Allah
dan menjauhi larangan-Nya, karena rezekinya telahdijamin dan ditentukan oleh Allah. Ia tidak
akan dilalaikan oleh gemerlap kenikmatan hidup duniawi, sebuah penyakit yang acapkali
mendorong kebanyakan manusia untuk berlomba-lomba mengejarnya dengan menempuh
berbagai cara, meskipun cara yang salah dan diharamkan agama.

3. Membebaskan diri dari sikap egois, kikir, dan rakus

Manusia memiliki tabiat cinta harta, egois, kikir, dan materialistis. Tanpa adanya akidah
yang kokoh, ia akan menjadi tamak dan kecintaannya kepada dunia dan harta akan melebihi apa
pun. Ketika akidah Islam telah meresap dalam dirinya dan mengendap dalam lubuk hati, ia akan
terbebaskan dari sikap egois. Bahkan akan senantiasa berkorban untuk mendahulukan
kepentingan sesama muslim daripada dirinya sendiri. Tidak akan melakukan sesuatu yang
menyebabkan renggangnya ukhuwah dan mawaddah di antara saudaranya.
Ketika seorang muslim telah meyakini bahwa semua harta yang ia miliki adalah milik Allah,
dia akan menerima dengan rela segala ketentuan Allah terhadap hartanya, seperti zakat,
shadaqah, infak, dan lainnya. Ia akan menyadari bahwa zakat, sedekah dan lain-lain tersebut
adalah saham di akhirat dan salah satu pintu pembuka keridhaan Allah. Shadaqah tidak akan
mengurangi harta seseorang, bahkan menambah keberkahan dan bertambahnya harta.

4. Membebaskan dari nilai-nilai masyarakat jahiliyah


Ketika Islam pertama kali datang, masyarakat hidup dalam kejahiliyahan. Mereka
mempunyai pemikiran dan praduga-praduga yang salah tentang Allah dan kehidupan (zaman
jahiliyah, Q.S. Ali Imran [3]: 154). Mereka mengangkat manusia sebagai pihak yang
menentukan pedoman dan aturan kehidupan mereka (hukum jahiliyah, Q.S. Al-Maidah [5]: 50).
Mereka berperilaku dan bersikap sesuai hawa nafsu, mengumbar kebejatan, dan keluar dari fitrah
menjaga kesucian (tabarruj jahiliyyah, QS. Al-Ahzab [33]: 33).

Kehidupan mereka diikat dan diatur oleh fanatisme kesukuan dan kebangsaan, atau karena
kepentingan, bukan karena kebenaran (hamiyyah jahiliyyah, Q.S. Al-Fath [47]: 26).

Ketika Islam datang, tradisi jahiliyah itu sudah mengakar di tengah masyarakat. Islam
datang meruntuhkannya dan membangun kembali masyarakat di atas dasar pemahaman yang
benar, yaitu prinsip-prinsip akidah dalam kerangka syariat Islam. Hubungan sesama manusia
dibingkai dalam kesamaan derajat, hak, dan kewajiban. Hanya ketakwaanlah yang menjadi
standar kemuliaan anggota masyarakat. Dengan adanya ikatan dan standar baru ini, perilaku dan
aturan hidup masyarakat ditata ulang sesuai dengan perintah dan larangan Allah, yang akan
meninggikan derajat manusia, dan mengembalikan kehidupan mereka pada fitrahnya yang benar.

5. Membebaskan diri dari kezaliman

Islam datang ketika kehidupan masyarakat tengah tenggelam dalam kezaliman. Pihak yang
kuat senantiasa menindas pihak yang lemah. Kejahatan, pemerasan, dan penindasan telah
menjadi sebuah kebanggaan. Semua orang menganut prinsip jika tidak ingin ditindas, engkau
harus mau menindas.
Islam datang dengan akidah yang menumbuhkan keadilan dan santunan kepada pihak yang
lemah dan dizalimi. Ketika akidah ini telah merasuk ke dalam hati kaum muslimin, maka
kehidupan mereka diwarnai oleh kedamaian, keamanan, dan perlindungan terhadap hak-hak
sesama. Tatkala mereka menjadi para penguasa di era Khulafaur Rasyidin, daulah Umawwiyah,
daulah Abbasiyah, dan daulah-daulah lain, seluruh rakyat merasakan keadilan, keamanan, dan
ketenteraman hidup. Tidak ada lagi hak-hak yang tidak dihormati dan dipelihara oleh kaum
muslimin. Keadaan ini telah menumbuhkan simpati masyarakat luas untuk berbondong-bondong
masuk Islam.
6. Membebaskan diri dari khurafat dan takhayul

Masyarakat jahiliyyah tenggelam dalam takhayul, khurafat, peramalan nasib, dan


perdukunan. Keyakinan terhadap rezeki, jodoh, kematian, kesehatan, kerukunan rumah tangga,
dan lain-lain didasarkan kepada praduga-praduga kosong, mimpi-mimpi, bisikan-bisikan jin
jahat, dan bualan-bualan dukun. Keyakinan dan ketergantungan kepada Allah Sang Pencipta
melemah, dan bahkan sampai tingkatan lenyap tak berbekas. Peranan akal sehat telah dinihilkan,
dan usaha-usaha manusiawi mereka lakukan setengah-setengah.

Akidah Islam datang menghapus semua penyebab kesyirikan, kebodohan, dan


keterbelakangan ini. Akidah Islam mengajarkan kepada semua orang untuk berserah diri,
memohon, dan berlindung kepada Allah semata. Akidah Islam mengajarkan bahwa segala
manfaat dan bahaya dalam kehidupan ini, berada di tangan Allah semata. Oleh karenanya, akidah
Islam membangkitkan semangat manusia untuk senantiasa belajar, berpikir, dan bekerja dengan
giat, sembari diiringi doa, tawakal, penyerahan diri dan hasil usaha kepada Allah semata.

c . Menumbuhkan kesadaran hati

Bila dalam diri seorang muslim telah tertanam kuat keyakinan bahwa Allah senantiasa
mengetahui segala rahasia yang sekecil apa pun; menyertainya dalam segala keadaan, baik
rahasia atau terang-terangan, dalam keadaan rela maupun marah; maka ia akan meninggalkan
kemaksiatan. Sebab, maksiat menandakan kelemahan hati pelakunya. Hati yang hidup adalah
hati yang mampu mencegah perbuatan maksiat kepada Allah. Orang yang hatinya hidup tidak
akan mencuri atau berkhianat. Ia akan mampu menjadi orang yang terpercaya, meskipun
timbunan emas dan perak ada di hadapannya, dan dia adalah orang yang sangat miskin.
Seperti itulah profil para mujahid agung yang memiliki akidah Islam yang kokoh. Meskipun
mereka berhasil menaklukkan imperium Persia dan Romawi, dengan mendapatkan harta
rarnpasan perang yang sangat berharga dan jumlahnya melimpah, tidak ada yang akan
mengetahui selain Allah seandainya mereka mau korupsi. Namun tidak ada seorang pun di antara
mereka yang mencuri, menyembunyikan, dan mengambil harta yang belum dibagi tersebut.
Tidak ada korupsi dan kecurangan di masa mereka! Itulah pengaruh akidah yang benar dan
kokoh.

Islam mengajarkan bahwa manusia bukanlah malaikat yang terbebas dari dosa dan
kemaksiatan. Manusia memiliki hawa nafsu, sebagaimana halnya hewan dan setan. Oleh
karenanya, terkadang ia melakukan kemaksiatan pada saat imannya lemah. Orang yang hatinya
mati cenderung untuk berbuat maksiat dan membiasakannya, layaknya orang kafir dan fasik.
Adapun seorang muslim sejati yang telah digembleng oleh akidah yang kokoh, jika suatu
saat imannya melemah dan kemudian berbuat maksiat, ia akan segera kembali ke jalan yang
benar. Hatinya akan menyesali maksiat yang ia kerjakan, lisannya meminta ampunan Allah, dan
bertekad untuk tidak mengulanginya lagi. Sekiranya kemaksiatan tersebut harus dihukum,
misalkan mencuri atau berzina, ia rela menjalani hukuman dengan hati menerima, walaupun
untuk itu ia kehilangan sebagian harta atau bahkan nyawanya.
d . Sabar dalam menghadapi ujian dan cobaan

Bila seorang muslim telah meyakini bahwa segala sesuatu berasal dari Allah, maka baginya
tidak ada seorang pun yang dapat memberi manfaat dan bahaya, selain Allah. Yakin sesuatu
yang sudah ditetapkan menjadi bagiannya, pasti akan ia raih. Dan apa yang telah ditetapkan tidak
menjadi bagiannya, pasti tidak akan ia raih. Ia mampu menghadapi segala kesulitan

Anda mungkin juga menyukai