Muamalat
Duniawiyat Islam Akhlak
Ibadah
Secara bahasa; aqidah berakar dari kata ‘aqada-ya’qidu-
’aqdan-’aqidatan. ‘Aqdan berarti simpul, ikatan,
perjanjian, dan kokoh. Sedangkan ‘aqidatan berarti
keyakinan.
Bila dikaitkan antara ‘aqdan dan ‘aqidah secara
bahasa dapat dimaknai keyakinan itu tersimpul
dengan kokoh di dalam hati, bersifat mengikat,
dan mengandung perjanjian
Secara Istilah aqidah adalah:
Tertib Ibadah
Muamalah baik
Tauhid atau meng-Esa-kan Allah merupakan esensi
ajaran Iman dalam agama Islam
Meng-Esa-kan Allah meliputi aspek dzat-Nya, asma’
wa-shiffat-Nya, dan af’al-Nya
Tauhid adalah mengesakan Allah semata dalam
beribadah dan tidak menyekutukan-Nya.
Tauhid sesungguhnya merupakan ajaran semua Rasul.
Bahkan tauhid merupakan pokok yang dibangun di
atasnya semua ajaran, maka jika pokok ini tidak ada,
amal perbuatan menjadi tidak bermanfaat dan gugur,
karena tidak sah sebuah ibadah tanpa tauhid.
Tauhid adalah pemurnian ibadah kepada Allah. Yaitu:
menghambakan diri hanya kepada Allah secara murni dan
konsekwen dengan mentaati segala perintah-Nya dan
menjauhi segala larangan-Nya, dengan penuh rasa rendah
diri, cinta, harap dan takut kepada-Nya (Muhammad Ibn
Abdul Wahab)
Tauhid adalah pegangan pokok dan sangat menentukan
bagi kehidupan manusia, karena tauhid menjadi
landasan bagi setiap amal yang dilakukan.
Hanya amal yang dilandasi dengan tauhidullah, menurut
tuntunan Islam, yang akan menghantarkan manusia
kepada kehidupan yang baik dan kebahagiaan yang hakiki
di alam akhirat nanti
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shaleh, baik laki-
laki maupun perempuan, sedang ia dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan kami berikan
kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya
akan kami beri balasan kepada mereka dengan pahala
yang lebih baik lagi dari apa yang telah mereka
kerjakan.” (TQS. An Nahl: 97)
Tauhid Rububiyah:
Yaitu menyatakan bahwa tidak ada Tuhan Penguasa
seluruh alam kecuali Allah yang menciptakan dan
memberi mereka rizki
Tauhid Mulkiyah
Yaitu mengimani Allah adalah satu-satunya Raja yang
menguasai alam semesta. Allah sesungguhnya Pemimpin
(Wali), Penguasa yang menentukan (hakim), dan Yang
menjadi Tujuan (ghayah) bagi manusia
Tauhid Asma’ dan Sifat.
Yaitu beriman bahwa Allah ta’ala memiliki zat yang tidak
serupa dengan berbagai zat yang ada, serta memiliki sifat
yang tidak serupa dengan berbagai sifat yang ada
Tauhid Uluhiyah.
Tauhid Uluhiyah adalah tauhid ibadah, yaitu
mengesakan Allah dalam seluruh amalan ibadah yang
Allah perintahkan, seperti: berdoa, khouf (takut), raja’
(harap), tawakkal, raghbah (berkeinginan), rahbah
(takut), Khusyu’, Khasyah (takut disertai
pengagungan), taubat, minta pertolongan,
menyembelih, nazar dan ibadah yang lainnya yang
diperintahkan-Nya
Teori (dalil) at-Talazum (kemestian)
Seseorang yang menyakini tauhid rububiyah mesti
menyakini tauhid mulkiyah, asma wa shifat, dan
uluhiyah
Teori (dalil) at-Tadhamun (cakupan)
Seseorang yang sudah mencapai tingkat tauhid
uluhiyah tentunya sudah mencapai tingkat tauhid
sebelumnya. Kenapa dia beribadah? Tentu karena dia
yakin bahwa Allah adalah Dzat yang suci, Raja, dan
memelihara alam semesta, dan seterusnya
Berdasar dua teori tersebut, jelaslah bahwa
mewujudkan prinsip dan nilai tauhid dalam
kehidupan harus secara integreated (menyatu/utuh)
dan totalitas (kaffah)
Integritas dan totalitas perwujudan tauhid akan
melahirkan sebuah sikap bahwa segala aktifitas hidup
dan kehidupan kita harus didasarkan pada semangat
tauhid, yaitu diniatkan dan ditujukan hanya karena
dan untuk Allah
Aktifitas hidup kehidupan itu meliputi aspek
ibadah (hablum minallah) dan aspek sosial
(sesama manusia/ hablum minannas), serta
aspek ekologis (hablum bil ‘alam)
Memiliki Keyakinan yang utuh dan totalitas
Menolak segala bentuk kesyririkan
Memiliki jiwa progresif untuk meraih
kemuliaan hidup
Memiliki tujuan hidup yang jelas
Memiliki visi mengembangkan kehidupan
yang harmonis antar sesama manusia
(rahmatan lil alamin)
Membebaskan diri dari penguasaan
orang lain (Q.S. Yunus 10: 106-107)
Membesarkan hati dan menumbuhkan
keberanian (Q.S. Al-Jumuah 62: 8)
Menenangkan hati dan menentramkan
jiwa (Q.S. al-Fath 48: 4)
Menumbuhkan harapan dan
optimisme (Q.S. Al-Insyirah 94: 5-6)
Menumbuhkan perasaan harga
diri (Q.S. Al-Isra’ 17: 70)
Memelihara kebersihan diri dan
mempertinggi nilai-nilai moril
Menimbulkan rasa dekat
dengan Tuhan (Q.S. Al-Baqarah
2: 186)