Anda di halaman 1dari 28

METODE IJTIHAD

DAN QAIDAH HUKUM


DALAM ISLAM

Kenapa Perlu Ijtihad?

Al-Quran dan Hadits merupakan dua sumber


hukum Islam
Dalam al-Quran dan Hadits terdapat dalil-dalil
ajaran-ajaran Islam yang bersifat qathI (pasti)
yang menjelaskan hukum tertentu, semisal
sholat, zakat, haji, aturan mahram, dan lainlain.
Dalam al-Quran dan Hadits terdapat juga dalildalil yang bersifat zhanni (bersifat relatif dan
tidak menunjukkan secara pasti tentang
hukumnya), seperti merokok, jenis pakaian,
jual-beli online, donor mata, dan lain-lain.
2

Kenapa Perlu Ijtihad?

Pada dalil-dalil yang bersifat qathI kita diharuskan


tunduk dan taat untuk melaksanakan, tidak ada
ruang untuk merubahnya
Untuk dalil-dalil yang bersifat zhanni masih
dimungkinkan untuk dilakukan pengkajian hukum,
dan disinilah lapangan ijtihad dapat dilakukan
Berdasar ini dipahami bahwa proses ijtihad hanya
boleh dilakukan pada hal-hal yang secara eksplisit
tidak terdapat dalam al-Quran dan hadits, atau
masalah-masalah yang tidak pasti penunjukkan
hukumnya
Karena ijtihad dilakukan pada hal-hal yang zhanni,
maka hasilnya pun bersifat zhanni
3

Pengertian Ijtihad

Mencurahkan segenap kesanggupan


mujtahid dalam mendapatkan hukum
syara amali degan satu metode
(Asymuni Abdurrahman)
Mengerahkan segala kemampuan akal
dalam menggali sumber ajaran Islam
untuk mendapatkan kepastian hukumnya
berdasarkan wahyu dengan metode dan
pendekatan tertentu (lihat Syakir
Jamaluddin, Kuliah Fiqh Ibadah, LPPI UMY)
4

Perlunya Ijtihad dalam


Mengahdapi Perubahan Sosial

Proses ijtihad telah berlangsung dari


masa ke masa. Proses ini telah
menghasilkan berbagai produk hukum
terhadap permasalahan kehidupan
masyarakat saat itu, dan mungkin juga
saat ini
Proses ijtihad ulama zaman dulu telah
melahirkan berbagai tokoh terkenal, di
antaranya Imam Empat Madzhab (SyafiI,
Hanafi, Hambali, dan Maliki) yang sampai
saat ini masih menajdi rujukan umat
Islam
5

Perlunya Ijtihad dalam


Mengahdapi Perubahan Sosial

Seiring berkembangnya masyarakat, maka


berkembang pula berbagai problematika
kehidupan yang perlu mendapat jawaban. Yusuf
Qardlawi menyatakan bahwa sebuah sikap
kepura-puraan dan tidak mengenal realita
apabila kita menyatakan bahwa buku-buku lama
(produk ijtihad ulama terdahulu) dapat
memberikan jawaban masalah saat ini, sebab
setiap zaman memiliki problematika dan
kebutuhan yang senantiasa muncul. Untuk inilah
perlu dilakukan proses ijtihad terhadap masalah
yang berkembang pada kehidupan saat ini
6

Model Ijtihad

Permasalahan yang muncul pada zaman terdahulu


dan telah ada produk ijtihad oleh ulama terdahulu
juga sangat mungkin akan mirip atau sama dengan
masalah-masalah yang dibahas oleh ulama saat ini
Untuk hal ini, pendapat-pendapat ulama terdahulu
tidaklah boleh dikesampingkan, tetapi wajib untuk
mempelajari dan meninjau kembali pendapatpendapat tersebut, kemudian disesuaikan dengan
kondisi saat ini
Hal ini sesuai dengan kaidah fiqh:
al muhafadhatu ala al-qadiimi al-shaalih wa alakhdzu bil al-jadiidi al-ashlah
(mempertahankan yang lama yang baik, dan
mengambil yang baru yang lebih baik)
7

Model Ijtihad

Sangat dimungkinkan pula bahwa


permasalahan-permasalahan yang ada saat ini
adalah merupakan masalah baru, sehingga
ulama saat ini harus mengetahui secara baik
masalah yang dimaksud kemudian
membahasnya secara seksama, dengan tetap
merujuk pada jiwa hukum Islam yang
terkandung dalam al-Quran dan Hadits
Berdasar hal itu, maka model ujtihad yang
dapat dikembangkan/dilakukan saat ini adalah
model ijtihad tarjihi/intiqaI dan ijtihad
insyai/ibtidai.
8

Model Ijtihad

Ijtihad tarjihi adalah ijtihad yang dilakukan untuk


memilih pendapat para ahli fiqh terdahulu mengenai
masalah-masalah tertentu, kemudian menyeleksi
mana yang lebih kuat dalilnya dan lebih relevan
dengan kondisi saat ini
Mujtahid bertugas untuk mempertimbangkan dan
menyeleksi dalil-dalil dan argumentasi-argumentasi
dari setiap pendapat itu, kemudian memberikan
preferensinya terhadap pendapat yang dianggap
kuat dan dapat diterima
Proses pemilihan pendapat tidak dibatasi oleh
ulama-ulama tertentu, dan penentuan kekuatan dalil
(rajih) tetap memperhatikan kondisi saat ini dan
semangat maqashid syariah (tujuan hukum Islam)
9

Model Ijtihad

1.

2.

3.

Contoh dalam Kasus Thalaq (perceraian):


Mayoritas ulama fiqh terdahulu menyatakan
bahwa thalaq dinyatakan sah apabila
dilakukan secara sadar dan atas kehendak
sendiri dihadapan istrinya, tanpa ada saksi
Ada ulama lain menyatakan bahwa sahnya
perceraian apabila ada saksi
Di Indonesia, UU Perkawinan Tahun 1974
menyatakan bahwa perceraian sah dilakukan
didepan sidang Pengadilan Agama
10

Model Ijtihad

Ijtihad Insyai adalah usaha untuk menetapkan


kesimpulan hukum mengenai peristiwa-peristiwa baru
yang belum diselesaikan oleh para ahli fikih terdahulu
Dalam ijtihad ini harus dipahami betul permasalahan
yang akan dibahas, da harus mendapatkan masukan
dari berbagai kelompok ilmu yang terkait, sehingga
proses ijtihad harus dilakukan secara kolektif (jamai).
Tanpa ini maka sulit untuk mendapatkan kesimpulan
yang benar terkait hukum terhadap masalah tersebut
Dalam ijtihad ini dapat dilakukan metode qiyas,
ishtihsan, maslahat mursalah, dan saddu al-zariat.
Proses ijitihad ini harus tetap didasarkan pada
semangat maqashid al-syariah (tujuan hukum Islam)

11

Model Ijtihad

Contoh pada kasus pencangkokan jaringan atau


organ tubuh manusia
Sebelum diputuskan hukumnya, harus
dilakukan kesplorasi dan elaborasi mengenai
pencangkokan jaringan atau organ tubuh dari
multi perspektif, terutama kedokteran.
Kemudian berdasar fakta itu dikaji bagaimana
dalam ajaran Islam dan bagaimana dalam
tinjauan tujuan hukum Islam
Setelah dikaji secara mendalam maka dapat
diambil kesimpulan terkait hukum masalah
tersebut
12

Langkah Praktis Sistematis


Proses Ijtihad
Mencari definisi yang tepat terhadap
masalah yang akan dibahas
2. Melakukan penelusuran mengenai
kemdharatan dan kemaslahatan yang
akan ditimbulkan dari masalah yang
dibahas
3. Melakukan ijtihad, baik tarjihi maupun
insyaI
dengan berbagai metode yang pilih
4. Menyimpulkan hasil ijtihad
1.

13

Syarat Mujtahid

Memahami al-Quran dan AsSunnah


Menguasai ilmu fiqh dan ushul fiqh
Memahami benar terhadap
masalah yang dibahas
Memiliki integritas pribadi muslim
yang baik, pemahaman dan
praktik/amalan
14

Metode Ijtihad

Qiyas (analogi) -- menyamakan hukum


suatu peristiwa yang tidak ada nash
mengenai hukumnya, dengan suatu peristiwa
yang ada nash hukumnya, karena ada
persamaan illat-nya
Rukun Qiyas ---- Pokok/al-Ashl (masalah
yang sudah ada nashnya), Cabang/al-Faru
(masalah baru yang belum ada nashnya),
Hukum Ashl (hukum yang ada berdasar
nash), dan Illat (illat hukum) yaitu sesuatu
yang ada pada ashl dan atasnyalah hukum
berlaku (sebab hukum)
15

Metode Ijtihad

Istihsan --- secara bahasa mengikuti


yang lebih baik karena lebih tepat atau
menganggap baik terhadap sesuatu
Secara istilah, berpindah dari suatu
hukum kepada hukum lain karena adanya
dalil syara yang lebih tepat yang
menghendaki demikian
Contoh: bolehnya diperlihatkan bagian
tubuh perempuan pada seorang dokter
laki-laki karena alasan pengobatan
16

Metode Ijtihad

1.
2.
3.

Istishlah --- secara bahasa mecari kemaslahatan,


sering disebut maslahah mursalah
Secara istilah, menetapkan hukum suatu masalah
yang tidak ada nash dan ijmanya, yang dibangun
dengan dasar untuk menjaga kemaslahatan
semata
Syarat kemaslahatan:
Kemaslahatannya bersifat hakiki
Kemaslahatannya bersifat umum
Kemaslahatannya tidak bertentangan dengan nash
atau ijma ulama
Adanya keharusan pencatatan nikah oleh negara
di Indonesia
17

Ijtihad Menurut Muhammadiyah

Mengerahkan segala
kemampuan akal dalam
menggali sumber ajaran
Islam untuk mendapatkan
kepastian hukumnya
berdasarkan wahyu dengan
metode dan pendekatan
tertentu (HPT

Ijtihad dalam
Muhammadiyah

Posisi ijtihad bukan sebagai


sumber hukum melainkan sebagai
metode penetapan hukum,
sedangkan fungsi ijtihad adalah
sebagai metode untuk
merumuskan ketetapan-ketetapan
hukum yang belum terumuskan
dalam Al-Quran dan Al-Sunnah

Ruang Lingkup Ijtihad

Masalah-masalah yang
terdapat dalam dalil-dalil
dhanni.
Masalah-masalah yang
secara eksplisit tidak
terdapat dalam Al-quran
dan Al-Sunnah

Metode Ijtihad Muhammadiyah

Bayani (semantik) yaitu metode yang


menggunakan pendekatan kebahasaan
Talili (rasionalistik) yaitu metode
penetapan hukum yang
menggunakanpendekatan penalaran
Istislahi (filosofis) yaitu metode
penetapan hukum yang menggunakan
pendekatan kemaslahatan

Pendekatan dalam menetapkan


hukum-hukum ijtihadiah

Al-Tafsir al-ijtimai al-maasir


(hermeneutik)
Al-Tarikhiyyah (historis)
Al-Susiulujiyah (sosiologis)
Al-Antrufulujiyah
(antropologis)

Teknik dalam menetapkan


hukum

Ijmak
Qiyas
Mashalih Mursalah
Urf

Taarudh Al-Adillah

Taarudh Al-Adillah
adalah pertentangan
beberapa dalil yang
masing-masing
menunjukkan ketentuan
hukum yang berbeda

Taarudh Al-Adillah

Jika terjadi taarudh diselesaikan dengan


urutan cara-cara sebagai berikut :
Al-Jamu wa al-taufiq, yakni sikap menerima
semua dalil yang walaupun dhahirnya
taarudh. Sedangkan pada dataran
pelaksanaan diberi kebebasan untuk
memilihnya (tahyir).
Al-Tarjih, yakni memilih dalil yang lebih kuat
untuk diamalkan dan meninggalkan dalil yang
lebih lemah.

Taarudh Al-Adillah
Al-Naskh,

yakni
mengamalkan dalil yang
munculnya lebih akhir
Al-Tawaqquf, yakni
menghentikan penelitian
terhadap dalil yang dipakai
dengan cara mencari dalil
baru

5 QAIDAH HUKUM ISLAM

( al umuuru
bimaqooshidihaa); segala sesuatu
tergantung pada niatnya
( al yaqiinu la yuzalu
bisysyaki); sesuatu yang sudah yakin
tidak dapat dihilangkan dengan adanya
sesuatu yang syak (meragukan)
( adh-dhararu yuzalu);
kemadharatan itu harus dihilangkan)
27

5 QAIDAH HUKUM ISLAM

( almasyaqqotu tajlibu taisyir):


Kesukaran itu mendatangkan
(menarik) adanya kemudahan
( al-adatu
muhakkamatun); adat
kebiasaan dapat ditetapkan
sebagai hukum
28

Anda mungkin juga menyukai