IJTIHAD
BAB VI
IJTIHAD
A. Pendahuluan
Dalam kehidupan beragama, seringkali manusia dihadapkan pada
permasalahan-permasalahan yang baru muncul dan tuntutan untuk mencari
pemecahannya, yang salah satunya adalah melalui jalur agama. Dalam mencari
pemecahan melalui jalur agama ini, seringkali umat Islam mengalami kesulitan,
karena kehidupan dan peradaban terus bergulir serta berkembang, sedangkan
agama apabila hanya didasarkan kepada Al-Qur’an dan Hadis, akan mengalami
kesulitan. Hal tersebut karena Al-Qur’an hanya memuat prinsip-prinsip utama
dalam memberikan petunjuk. Di sisi lain, Hadis yang bersumber dari Rasulullah
saw sudah tidak mungkin lagi muncul, karena Rasulullah saw sendiri sudah wafat.
Atas dasar itu, maka para ulama dimulai dari kalangan sahabat mencoba mencari
solusi dari permasalahan dalam kehidupan dengan jalan penggalian hukum Islam
melalui konsep yang dinamakan sebagai ijtihad.
Pada bagian ini, anda akan diajak untuk memahami makna, fungsi dan
kedudukan ijtihad, mengetahui metode ijtihad, menjelaskan faktor-faktor yang
melatarbelakangi keanekaragaman ijtihad ulama, menyikapi keragaman hasil
ijtihad, mengetahui peran ijtihad dalam pengembangan budaya dan profesi, serta
bagaimana menerapkan nilai-nilai ijtihad dalam lingkungan pendidikan, keluarga,
dan pekerjaan
َّصنَ بِأَنفُ ِس ِه َّن ثَ ٰلَثَةَ قُر ُٓو ٖۚء ُ ََو ۡٱل ُمطَلَّ ٰق
ۡ ت يَتَ َرب
Artinya: “Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri
(menunggu) tiga kali quru' (QS al-Baqarah ayat 228)
Dalam ayat ini dijelaskan batas waktu iddah adalah tiga kali quru’ namun
tiga kali quru’ tersebut bisa berarti suci atau haid. Ijtihad menetapkan tiga kali
quru’ dengan memahami petunjuk/qarinah yang ada disebut ijtihad bayani.
قروء/Quru’".
c. Adanya susunan ayat yang mengandung dua presepsi atau wajah,
seperti ayat tentang “Ila’ (Suami bersumpah tidak akan mencampuri
istrinya atau menidurinya).