Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
“al-Islaam Shaalihun likulli zamaan wa makaan” (Islam itu, selalu relevan
dengan segala waktu dan tempat). Statement di atas, mengilhami umat Islam untuk
selalu berikhtiar dan berusaha semaksimal mungkin, dengan mengerahkan segenap
potensi, untuk menerjemahkan/mentransfer doktrin Islam (al-Qur’an & al-Hadis) agar
senantiasa dapat menjadi pedoman hidup sepanjang hayat.
Dalam kaitan itu, maka Islam sebagai sebuah agama yang diturunkan pertama
kali di Mekah sekitar 15 abad yang silam, sampai saat ini tidak akan pernah usang,
dan tidak akan pernah tergantikan oleh doktrin apapun. Singkatnya, tidak ada lagi
agama setelah Islam, dan semuanya harus tunduk dan patuh pada ajaran Islam, karena
“barang siapa yang mencari agama selain agama islam, maka dia akan tertolak (tidak
diterima) dan termasuk orang-orang yang merugi pada hari kemudian”.1
Pada zaman jahiliah, musuh utama Nabi Muhammad saw. Sebagai penegak
panji-panji Islam adalah masyarakat jahiliah yang kafir. Mereka dinamai jahiliah
karena mereka awalnya tidak mengenal ajaran monoteisme (ketauhidan) sebagaimana
halnya doktrin yang disampaikan oleh Nabi Muhammad saw., mereka adalah
penyembah-penyembah berhala.2 Lalu mereka kafir, karena setelah Muhammad
diutus oleh Allah swt. untuk menyampaikan kebenaran, berupa “alDiin al-islam”,
mereka malah mengingkarinya dan sebahagian tidak mau beriman kepada Allah swt.
Persoalannya sekarang adalah, bahwa kita hidup 15 abad setelah
diturunkannya Islam pertama kali, kondisi sosial masyarakatnya sangat jauh berbeda
dengan kondisi sosial masyarakat yang hidup saat ini. Sebab kita hidup di era global,
di mana masyarakat bisa mengakses informasi dengan begitu cepat dari belahan dunia

1
Kemenag, Q.S. Ali Imran : 185

2
M. Quraish Shihab, Wawasan al-Qur’an; Tafsir Maudhu’I atas Pelbagai Persoalan Umat,
Cet; II, (Bandung: Mizan, 1996), h. 14

1
yang lain. Dan hal ini, tentunya sangat berpengaruh pada pola pikir masyarakat,
sehingga masyarakat semakin kritis dan selektif.
Oleh karenanya, dalam mewujudkan misi dakwah yang sangat luhur ini, para
aktivis dakwah akan berhadapan dengan tantangan dunia global, sebab masyarakat
saat ini sudah sangat kritis dan selektif, termasuk kritis dan selektif dalam menerima
materi-materi dakwah, mereka terkadang mempertanyakan apakah materi-materi
dakwah tersebut sesuai dengan kebutuhan mereka atau tidak? 3 Bahkan, tidak jarang
para mustami’ (khususnya pada acara pengajian) menitipkan pesan-pesan khusus
kepada muballighnya, misalnya; pesan untuk menyelipkan humor.4 Jadi tidak
mengherankan jika ada muballigh yang mempertanyakan eksistensi dirinya selaku
aktivis dakwah, “apakah dia seorang muballigh atau pelawak?.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dalam
makalah ini mengangkat rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah strategi dakwah dalam Islam.
2. Bagaimanakah pendekatan dakwah.
3. Bagaimanakah strategi dakwah dimasa depan.

C. Manfaat Penelitian
1. Untuk mengetahui strategi dakwah dalam Islam.
2. Untuk mengetahui pendekatan dakwah.
3. Untuk mengetahui strategi dakwah dimasa depan.

3
M. Quraish Shihab, Lentera Hati; Kisah dan Hikmah Kehidupan, Cet. IV; (Mizan: Bandung,
1995), h. 71

4
Afif Muhammad, Islam Mazhab Masa Depan; Menuju Islam Non-Sektarian, Cet. I; (Pustaka
Hidayah: Bandung, 1998), h. 264

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Strategi Dakwah Dalam Islam
Strategi dakwah adalah metode siasat, taktik yang dipergunakan dalam
aktivitas dakwah.5 Asmuni menambahkan srategi dakwah yang dikutib oleh Ahmad
Anas dalam bukunya yang berjudul Paradigma Dakwah Kontemporer, Aplikasi dan
Praktisi Dakwah sebagai Solusi Problematikan Kekinian, usaha dakwah harus
memperhatikan beberapa hal, antara lain:
1) Asas filosofi, yaitu asas yang membicarakan tentang hal-hal yang erat
hubungannya dengan tujuan yang hendak dicapai dalam proses dakwah;
2) Asas psikologi, yaitu asas yang membahas tentang masalah yang erat
hubungannya dengan kejiwaan manusia. Seorang da’i adalah manusia, begitu
juga sasaran dakwah yang memiliki karakter kejiwaan yang unik, sehingga
ketika terdapat hal-hal yang masih asing pada diri mad’u tidak diasumsikan
sebagai pemberontakan atau distorsi terhadap ajakan;
3) Asas sosiologi, yaitu asas yang membahas masalah-masalah yang berkaitan
dengan situasi dan kondisi sasaran dakwah, misalnya politik masyarakat
setempat, mayoritas agama di daerah setempat, filosofi sasaran dakwah dan
sosio-kultur, yang sepenuhnya diarahkan pada persaudaraan yang kokoh,
sehingga tidak ada sekat diantara elemen dakwah, baik kepada objek (mad’u)
maupun kepada sesama subjek (pelaku dakwah).Dalam mencoba memahami
keberagamaan masyarakat, antara konsepsi psikologi, sosiologi dan
religiusitas hendaknya tidak dipisahkan secara ketat, sebab jika terjadi akan
menghasilkan kesimpulan yang fatal.
4) Asas kemampuan dan keahlian (achievement and profesional), yaitu azas
yang lebih menekankan pada kemampuan dan profesionalisme subjek dakwah
dalam menjalankan misinya. Latar belakang subjek dakwah akan dijadikan
ukuran kepercayaan mad’u;
5
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983), h. 32-33

3
5) Asas efektifitas dan efisiensi, yaitu asas yang menekankan usaha
melaksanakan kegiatan dengan semaksimal mungkin sesuai dengan planning
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Seluruh asas yang dijelaskan di atas termuat dalam metode dakwah yang
harus dipahami oleh pelaku dakwah. Dimana Istilah metode atau methodos (Yunani)
diartikan sebagai rangkaian, sistematisasi dan rujukan tata cara yang sudah dibina
berdasarkan rencana yang matang, pasti dan logis
Cara bagaimana kita menyampaikan pesan dakwah tersebut, kita biasa
mengambil salah satu dari dua tatanan di bawah ini :
1) Dakwah secara tatap muka (face to face)
a. Dipergunakan apabila kita mengharapkan efek perubahan tingkah laku
(behavior change) dari mad'u.
b. Sewaktu menyampaikan memerlukan umpan balik langsung (immediate
feedback).
c. Dapat saling melihat secara langsung dan bisa mengetahui apakah mad'u
memperhatikan kita dan mengerti apa yang kita sampaikan, sehingga
umpan balik tetap menyenangkan kita.
d. Kelemahannya mad'u yang dapat diubah tingkah lakunya relative, sejauh
bisa berdialog dengannya.
2) Dakwah melalui media
a. Pada umumnya banyak digunakan untuk dakwah informatif.
b. Tidak begitu ampuh untuk mengubah tingkah laku.
c. Kelemhannya tidak persuasif.
d. Kelebihannya dapat mencapai mad'u dalam jumlah yang besar.6

B. Strategi Pendekatan Dakwah

6
Asbaniyah, Pengertian Strategi Dakwah, http://md2011- asbaniyah.blogspot.co.id (online),
diakses tanggal 06 Juni 2021

4
Kata Pendekatan dakwah adalah titik tolak atau sudut pandang kita terhadap
proses dakwah, Umumnya, Penentuan pendekatan di dasarkan pada mitra dakwah
dan suasana yang melingkupinya. Dimana pendekatan dakwah, yaitu pendekatan
budaya, pendekatan pendidikan dan pendekatan psikologis. Pendekatan dakwah
adalah cara-cara yang dilakukan seorang mubaligh untuk mencapai sebuah tujuan
tertentu atas dasar hikmah dan kasih sayang. Dengan kata lain pendekatan dakwah
harus bertumpu pada suatu pandangan human oriented dengan mendapatkan
penghargaan yang mulia atas diri manusia. Pendekatan terfokus pada mitra dakwah
lainnya adalah dengan mengunakan bidang-bidang kehidupan sosial
kemasyarakatan.7
Pendekatan dakwah dapat dibagi menjadi dua bentuk, yaitu:
1. Pendekatan Sosial
Pendekatan ini didasarkan atas pandangan bahwa penerima/mitra dakwah
adalah manusia yang bernaluri sosial serta memiliki keterkaitan dan ketergantungan
dengan orang lain. Interaksi sosial manusia ini meliputi semua aspek kehidupan yaiu
interaksi budaya, pendidikan, politik, dan ekonomi. Oleh karena itu, pendekatan
sosial ini meliputi:
a. Pendekatan Pendidikan
Pendidikan merupakan kebuuhan dan sekaligus tuntutan masyarakat, baik
pendidikan formal, nonformal, maupun informal. Lembagalembaga pendidikan
peranannya dalam pembentukan kecerdasan yang bersangkutan, kedewasaan
wawasan serta pembentuka manusia moralis yang berakhlakul karimah sebagai objek
maupun subjek pembangunan manusia seutuhnya.
b. Pendekatan Budaya
Setiap masyarakat memiliki budaya sebagai karya mereka sekaligus sebagai
pengikat kebutuhan mereka. Para wali songo, yang memandang bangsa Indonesia
dengan budaya yang tinggi secara tepat menggunakan budaya dalam dakwahnya, dan
ternyata membawa hasil.
7
Tutty Alawiyah, Strategi Dakwah (Bandung : Mizan, 1997), h. 25

5
c. Pendekatan Politik
Banyak hal yang tidak dapat diselesaikan dengan pendekatan lain kecuali
dengan pendekatan politik, melalui kekuasaan. Bahkan hadis Nabi secara khusus
memerintahkan amr ma’ruf nahi munkar dengan ‚ “fal yughoyyir biyaadihi” artinya
melakukan nahi munkar tersebut dengan kekuasaan (politik) pada penguasa.
d. Pendekatan Ekonomi
Ekonomi termasuk kebutuhan asasi dalam kehidupan setiap manusia.
Kesejahteraan ekonomi memang tidak menjamin suburnya kehidupan keimanan
seseorang, akan tetapi sering kali kekafiran akan membawa seseorang pada
kekufuran, adalah merupakan realitas yang banyak kita temukan. Pendekatan
ekonomis dalam pelaksanaan dakwah pada masyarakat yang minus ekonomi untuk
meningkatkan kesejahteraan hidup atau disebut dengan dakwah bil hal mutlak
dilakukan sebagai pendukung stabilitas keimanan dan kontinuitas ibadah masyarakat.
2. Pendekatan Psikologis
Pendekatan ini meliputi dua aspek:
a. Citra pandang dakwah terhadap manusia sebagai makhluk yang memiliki
kelebihan dibanding dengan makhluk lainnya. Oleh karena itu, mereka harus
dihadapi dengan pendekatan persuasif, hikmah, dan kasih sayang.
b. Realita pandang dakwah terhadap manusia yang disamping memiliki beberapa
kelebihan, ia juga memiliki berbagai macam kekurangan dan keterbatasan. Ia
sering kali mengalami kegagalan mengomunikasikan dirinya ditengah-tengah
masyarakat sehingga terbelenggu dalam lingkaran problem yang mengggangu
jiwanya. Oleh karena itu dakwah harus memandang setiap mitra dakwah
sebagai manusia dengan segala problematikanya. Pendekatan psikologis ini
terutama bagi mereka yamg memerlukan pemecahan masalah rohani, baik
dengan bimbingan dan penyuluhan maupun dengan metode-metode yang lain.
Terdapat dua pendekatan dakwah yaitu pendekatan dakwah yang terpusat
pada pendakwah dan pendekatan dakwah yang terpusat pada mitra dakwah.
Pendektan terpusat pada pendakwah menurut unsur-unsur dakwah lainnya

6
menyesuaikan atau bekerja sesui dengan kemampuan pendakwah; pesan dakwah
manakah yang mampu di gunakan oleh pendakwah; media dakwah manakah yang
mampu dimanfaatkan pendakwah.8
Pendekatan yang kedua yaitu pendekatan terpusat pada mitra dakwah
memfokuskan unsur-unsur dakwah pada upaya penerimaan mitra dakwah. Kewajiban
pendakwah adalah menyampaikan pesan pendakwah hingga mitra dakwah
memahaminya (al-balagh al-mubin). Aspek kognitif (pemahaman) mitra dakwah
terhadap pesan dakwah lebih ditekankan daripada aspek efektif (sikap) dan
psikomotorik (tingkah laku) mereka. Targetnya adalah kelangsungan berdakwah.

C. Strategi Dakwah di Masa Depan


Sebelum membicarakan dakwah modernitas, sebaiknya apabila lebih dahulu
membahas tentang komponen/unsur-unsur pokok dakwah sebagai sistem komunikasi
yang efektif dalam proses pelaksanaan dakwah. Oleh karena itu, dakwah modernitas
adalah dakwah yang dilaksanakan dengan memperhatikan unsur-unsur penting
dakwah tersebut, kemudian subjek atau juru dakwah menyesuaikan materi, metode,
dan media dakwah dengan kondisi masyarakat modern (sebagai objek dakwah) yang
mungkin saja situasi dan kondisi yang terjadi di zaman modern terutama dalam
bidang keagamaman, tidak pernah terjadi pada zaman sebelumnya, terutama di zaman
klasik.9
Dengan demikian, berarti dakwah di era modern adalah dakwah yang
pelaksanaannya disesuaikan dengan kondisi dan keadaan masyarakat modern, baik
dari segi materi, metode, dan media yang akan digunakan. Sebab mungkin saja materi
yang disampaikan itu bagus, tetapi metode atau media yang digunakan tidak sesuai
dengan kondisi masyarakat modern, maka dakwah akan mengalami kegagalan.
Begitu pula sebaliknya, mungkin saja media atau metode yang digunakan sesuai
8
Moh. Ali Aziz, Ilmu Dakwah…, h. 349.

9
Madjid, Nurcholish. Islam Doktrin dan Peradaban: Sebuah Telaah kritis tentang Masalah
Keimanan, Kemanusiaan, dan Kemodernan. (Jakarta: Yayasan Wakaf paramadina, 2000), h. 21

7
dengan kondisi masyarakat modern, akan tetapi materi yamg disampaikan kurang
tepat, apalagi bila tampilan kemasannya kurang menarik, juga dakwah akan
mengalami kegagalan.10
Oleh karenanya, untuk mencapai tujuan dakwah yang efektif di era modern
maka Juru dakwah seyogainya adalah orang yang memiliki pengetahuan dan
wawasan yang luas, menyampaikan materi atau isi pesan dakwah yang aktual, dengan
menggunakan metode yang tepat dan relevan dengan kondisi masyarakat modern,
serta menggunakan media komunikasi yang sesuai dengan kondisi dan kemajuan
masyarakat modern yang dihadapinya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

10
Nasution, Harun. Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Cet.I;
(Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 42

8
Dari urian yang dikemukakan di atas, maka dapatlah ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Strategi dakwah adalah metode siasat, taktik yang dipergunakan dalam
aktivitas dakwah.
2. Pendekatan dakwah adalah cara-cara yang dilakukan seorang mubaligh untuk
mencapai sebuah tujuan tertentu atas dasar hikmah dan kasih sayang.
3. Pendekatan dakwah dibagi menjadi dua aspek, yaitu:
a. Pendekatan Sosial terdiri dari pendekatan budaya, pendekatan pendidikan
dan pendekatan psikologis.
b. Pendekatan Psikologis
4. Dakwah di era modern adalah dakwah yang pelaksanaannya disesuaikan
dengan kondisi dan keadaan masyarakat modern, baik dari segi materi,
metode, dan media yang akan digunakan.

Anda mungkin juga menyukai