Anda di halaman 1dari 10

 BAB I

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang

Pada abad ke 13 M agama Islam mulai masuk ke Indonesia, dan ada yang
berpendapat bahwa penyebaran Islam pertama kali dilakukan oleh para pedagang dan
mubaligh dari Gujarat-India. Sekarang jumlah umat Islam di Indonesia merupakan yang
paling besar dibandingkan umat Islam di negara-negara lain di dunia ini oleh karena itu,
dapat dikatakan bahwa umat Islam di Indonesia mempunyai peranan yang penting bagi
bangsa-bangsa dan negara-negara Islam lainnya. Lebih-lebih di Indonesia sendiri, umat Islam
merupakan mayoritas penduduk dan mereka bertebaran di segenap pelosok tanah air serta
banyak yang berkumpul dalam berbagai organisasi sosial, pendidikan, keagamaan, ekonomi,
dan politik.
Semenjak datangnya Islam di Indonesia yang disiarkan oleh para mubaligh khususnya
di Jawa oleh Wali Sanga atau Sembilan Wali Allah hingga berabad-abad kemudian,
masyarakat sangat dijiwai oleh keyakinan agama, khususnya Islam. Sejarah telah mencatat
pula, bahwa Islam yang datang di Indonesia ini sebagiannya dibawa dari India, dimana Islam
tidak lepas dari pengaruh Hindu. Campurnya Islam dengan elemen-elemen Hindu menambah
mudah tersiarnya agama itu di kalangan masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Jawa,
karena sudah lama kenal akan ajaran-ajaran Hindu itu.

B.  Rumusan Masalah

1.    Apa Pengertian Gerakan pembaharuan islam ?

2.    Bagaimana masuknya pembaharuan islam di indonesia ?

3.    Apa saja nilai-nilai yang dapat diambil dari adanya pembaharuan ?

4.    Apa saja contoh bentuk gerakan pembaharuan islam di indonesia ?

1
BAB II

PEMBAHASAN

A.      Pengertian Gerakan Pembaharuan Islam

Gerakan pembaharuan yaitu sebuah gerakan yang bertujuan untuk mengembalikan


kemurnian agama Islam agar sesuai dengan hadits dan sunah yang biasa dilakukan oleh nabi
Muhammad S.A.W. Gerakan pembaharuan disebut juga gerakan modernisasi atau gerakan
reformasi adalah gerakan yang dilakukan untuk menyesuaikan paham – paham keagamaan
Islam dalam perkembangan baru diakibatkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
modern.
Pembaharuan Islam adalah upaya untuk menyesuiakan paham keagamaan Islam
dengan perkembangan dan yang ditimbulkan kemajuan ilmu pengetahuan dan terknologi
odern. Dengan demikian pembaharuan dalam Islam ukan berarti mengubah, mengurangi atau
menambahi teks Al-Quran maupun Hadits, melainkan hanya menyesuaikan paham atas
keduanya. Sesuai dengan perkembangannya zaman, hal ini dilakukan karena betapapun
hebatnya paham-paham yang dihasilkan para ulama atau pakar di zaman lampau itu tetap ada
kekurangannya dan selalu dipengaruhi oleh kecendrunagan, pengetahuan, situasional, dan
sebagainya. Paham-paham tersebut untuk di masa sekarang mungkin masih banyak yang
relevan dan madih dapat digunakan, tetapi mungkin sudah banyak yang tidak sesuai lagi.
gerakan pembaharuan Islam disebut tajdîd, secara harfiah tajdîd berarti pembaharuan
dan pelakunya disebut mujaddid. Dalam pengertian itu, sejak awal sejarahnya, Islam
sebenarnya telah memiliki tradisi pembaharuan karena ketika menemukan masalah baru,
kaum muslim segera memberikan jawaban yang didasarkan atas doktrin-doktrin dasar kitab
dan sunnah.Rasulullah pernah mengisyaratkan bahwa “sesungguhnya Allah akan mengutus
kepada umat ini (Islam) pada permulaan setiap abad orang-orang yang akan memperbaiki –
memperbaharui- agamanya” (HR. Abu Daud). Meskipun demikian, istilah ini baru terkenal
dan populer pada awal abad ke-18.
Kata tajdid sendiri secara bahasa berarti “mengembalikan sesuatu kepada kondisinya
yang seharusnya”. Dalam bahasa Arab, sesuatu dikatakan “jadid” (baru), jika bagian-
bagiannya masih erat menyatu dan masih jelas. Maka upaya tajdid seharusnya adalah upaya
untuk mengembalikan keutuhan dan kemurnian Islam kembali. Atau dengan ungkapan yang
lebih jelas, Thahir ibn ‘Asyur mengatakan:
“Pembaharuan agama itu mulai direalisasikan dengan mereformasi kehidupan manusia di
dunia. Baik dari sisi pemikiran agamisnya dengan upaya mengembalikan pemahaman yang
benar terhadap agama sebagaimana mestinya, dari sisi pengamalan agamisnya dengan
mereformasi amalan-amalannya, dan juga dari sisi upaya menguatkan kekuasaan agama”.
B.       Masuknya Pembaharuan Islam di indonesia
Adapun proses masuknya gerakan pembaharuan di Indonesia bisa melalui berbagai cara
diantaranya :

2
1.          Melalui peran mahasiswa, bahwa mahasiswa yang menuntut ilmu di luar negeri setelah
menyelesaikan pendidikannya, maka dia mentransferkan ilmunya tersebut untuk warga
masyarakat di Indonesia;
2.         Melalui jalur publikasi, yakni berupa majalah – majalah yang memuat ide – ide pembaharuan
Islam bisa berasal dari luar negeri, sehingga bacaan tersebut diterjemahkan agar mudah
dipahami oleh warga masyarakat di Indonesia;
3.         Melalui jalur haji dan mukim yakni tradisi pemuka agama Islam Indonesia yang menunaikan
ibadah haji ketika itu bermukim untuk sementara waktu guna menimba dan memperdalam
ilmu keagamaan atau pengetahuan lainnya. Ide – ide baru yang diperoleh tak jarang
kemudian mempengaruhi pemikiran serta dakwah di tanah air.
Pada abad ke XIII M agama Islam mulai masuk ke Indonesia, dan ada yang berpendapat
bahwa penyebaran Islam pertama kali dilakukan oleh para pedagang dan mubaligh dari
Gujarat-India. Sekarang jumlah umat Islam di Indonesia merupakan yang paling besar
dibandingkan umat Islam di negara-negara lain di dunia ini oleh karena itu, dapat dikatakan
bahwa umat Islam di Indonesia mempunyai peranan yang penting bagi bangsa-bangsa dan
negara-negara Islam lainnya. Lebih-lebih di Indonesia sendiri, umat Islam merupakan
mayoritas penduduk dan mereka bertebaran di segenap pelosok tanah air serta banyak yang
berkumpul dalam berbagai organisasi sosial, pendidikan, keagamaan, ekonomi, dan politik.
Sebelumnya, masyarakat sangat kuat berpegang teguh pada Agama Hindu dan Budha.
Setelah kedatangan Islam, mereka banyak berpindah agama secara sukarela. Tetapi sementara
itu mereka masih membiasakan diri dengan adat kebiasaan lam, sehingga bercampur-baur
antara adat kebiasaan Hindu-Budha dengan ajaran Islam. Hal tersebut berlangsung dari abad
ke abad, sehingga sulit dipisahkan antara ajaran Islam yang murni dengan tradisi peninggalan
Hindu atau peninggalan agama Budha. Dan tidak sedikit tradisi lama berubah menjadi
seakan-akan “Tradisi Islam”. Seperti kebiasaan menyelamati orang yang telah mati pada hari
ke:7, 40, 1 tahun dan ke 1000-nya serta selamatan pada bulan ke-7 bagi orang yang sedang
hamil pertama kali, mengkeramatkan kubur seseorang, meyakini benda-benda bertuah dan
sebagainya.
Pemerintahan Kolonial Belanda, sesuai dengan politik induknya “Devide et empera”
akhirnya membantu kaum adat untuk bersama-sama menumpas kaum pembaharu. Sungguh
pun kaum militer Padri dapat dikalahkan, tetapi semangat pemurnian Islam dan kader-kader
pembaharu telah ditabur yang kemudian pada kenmudian hari banyak meneruskan usaha dan
perjuangan mereka. Diantaranya, Syekh Tohir Jalaludin, setelah kembali dari Mekah dan
Mesir bersama-sama dengan Al Khalili mengembangkan semangat pemurnian Agama Islam
dengan menerbitkan majalah Al Imam di Singapura.
Pada saat itu juga, di Jakarta berdiri Jami’atul Khair pada tahun 1905, yang pada umumnya
beraggotakan peranakan Arab. Organisasi Jami’atul Khair ini dinilai sangat penting karena
dalam kenyataanya dialah yang memulai dalam bentuk organisasi dengan bentuk modern
dalam masyarakat Islam (dengan anggaran dasar, daftar anggota yang tercatat, rapat-rapat
berkala) dan mendirikan suatu sekolah dengan cara-cara yang banyak sedikitnya telah
modern. Di bawah pimpinan Syekh Ahmad Soorkati, Jami’atul Khair banyak mengadakan

3
pembaharuan dalam bidang pengajaran bahasa Arab, pendidikan Agama Islam, penyiaran
agama, dan banyak berusaha mewujudkan Ukhuwah Islam.
Sementara itu, banyak tumbuh dan lahir gerakan pembaharuan dan pemurnian Agama
Islam di beberapa tempat di Indonesia, yang satu sama lain mempunyai penonjolan
perjuangan dan sifat yang berbeda-beda. Akan tetapi, secara keseluruhan mereka mempunyai
cita-cita yang sama dan tunggal yaitu “Izzul Islam wal Muslimin” atau kejayaan Agama Islam
dan Kaum Muslimin. Di antara gerakan-gerakan tersebut adalah: Partai Sarekat Islam
Indonesia, Muhammadiyah, Persatuan Islam, dan Al Irsyad.
Gerakan-gerakan tersebut, umumnya terbagi dalam dua golongan yaitu Gerakan
Modernis dan Gerakan Reformis. Yang dimaksud dengan Gerakan Modernis ialah gerakan
yang menggunakan organisasi sebagai alat perjuangannya. Jadi semua Gerakan Islam
tersebut dapat digolongkan sebagai gerakan Modernis. Sedangkan Gerakan Reformis, berarti
di samping gerakan ini menggunakan organisasi sebagai alat perjuangannya, juga berusaha
memurnikan Islam dan membangun kembali Islam dengan pikiran-pikiran baru, sehingga
Islam dapat mengarahkan dan membimbing umat manusia dalam kehidupan mereka.
Misalnya: Muhammadiyah, Persatuan Islam, dan Al Irsyad.

C.      Nilai-nilai yang dapat diambil dari adanya gerakan pembaharuan islam.


1.        Nilai perjuangan yaitu gerakan pembaharuan mengandung nilai perjuangan
menemukan kembali ajaran Islam yang penuh perjuangan.
2.        Nilai persatuan yaitu gerakan pembaharuan bertujuan untuk menciptakan persatuan bagi
umat Islam dan mengatasi perpecahan karena perbedaan dalam persoalan paham, kesukuan
dan lain-lain.
3.        Nilai solidaritas yaitu gerakan pembaharuan menjalin solidaritas (persaudaraan) senasib
sepenanggungan untuk membela umat islam dalam keadaan suka maupun duka.
4.        Nilai Kemerdekaan yaitu gerakan pembaharuan mengutamakan kemerdekaan, terutama
kemerdekaan berpikir. Juga kemerdekaan fisik yaitu kemerdekaan untuk membebaskan diri
dari penjajahan bangsa –bangsa eropa yang telah menjajah negeri-negeri Islam. Juga
kemerdekaan dari ketergantungan ekonomi, dari penindasan politik dan
kekuasaan serta kemerdekaan dari bentuk-bentuk kebudayaan barat yang melanda dunia
Islam.

D.       Gerakan pembaharuan islam di indonesia


1.      Gerakan sosial pembaharuan islam
a.         Nahdhotul ulama (NU)
K.H Hasyim Asy’ari adalah pendiri Nahdlatul Ulama, artinya kebangkitan ulama,
organisasi Islam terbesar di Indonesia. Dia mendirikannya bersama Kyai Wahab Chasbullah
pada 31 Januari 1926 guna mempertahankan faham bermadzhab dan membendung faham
pembaharuan.
Terbentuknya sejumlah pergerakan muslim yang menekankan pembaharuan
keagamaan, modernisme pendidikan dan aksi politik memancing sebuah gerakan tandingan

4
di kalangan ulama tradisional seperti Persatuan Ulama Minagkabau yang didirikan tahun
1921 dan diikuti dengan berdirinya NU di Jawa Timur pada tahun 1926.
NU didirikan di seputar jaringan kerja para tokoh agama yang berpusat pada
pesantren di Jombang, Jawa Timur. NU mempertahankan prinsip-prinsip keagamaan
tradisional dan mengikuhkan syari'ah, mazhab-mazhab fikih dan praktek sufi yang
merupakan inti spritualitas mereka. NU menyangkal penegasan kaum reformis tentang posisi
Al-Qur'an dan hadis menggantikan praktek Islam tradisional.
Adapun yang menjadi penyebab langsungnya adalah adanya penyambutan yang tidak
baik terhadap gagasan K.H. Abdul Wahhab Hasbullah yang menyarankan agar usul-usul
kaum tradisionalis mengenai praktek keagamaan dibawa oleh delegasi Indonesia kepada raja
Ibn Sa'ud di Mekkah. Penolakan yang dilakukan oleh kaum reformis telah menyebabkan
kaum tradisional menjadi terpojok dan terpaksa memperjuangkan kepentingan mereka
dengan cara mereka sendiri, yakni membentuk sebuah komite yang dinamakan Komite Hijaz
untuk mewakili mereka di hadapan raja Ibn Sa'ud. Untuk memudahkan tugas ini, tanggal 31
Januari 1926 di Surabaya diputuskan untuk membentuk suatu organisasi yang mewakili Islam
tradisional yaitu NU. Persoalan ini kemudian dapat dipandang sebagai momentum kelahiran
Nahdatul Uama.

b.         Muhammadiyah
Sejak tahun 1905 K.H. Ahmad Dahlan telah banyak melakukan dakwah dan pengajian-
pengajian yang berisi paham baru dalam Islam dan menitik beratkan pada segi alamiyah.
Baginya, Islam adalah agama amal, suatu agama yang mendorong umatnya untuk banyak
melakukan kerja dan berbuat sesuatu yang bermanfaat. Dengan bekal pendalaman beliau
terhadap Al-Qura’an dan sunah nabi, sampai pada pendirian dan tindakannya banyak bersifat
pengalaman Islam dalam kehidupan nyata.
Dari kajian-kajian K.H. Ahmad Dahlan akhirnya timbul pertanyaan kenapa banyak
gerakan-gerakan islam yang tidak berhasil dalam usahanya. Hal ini tidak lain di sebabkan
banyak orang yang bergerak dan berjuang tetapi tidak berilmu luas serta sebaliknya banyak
orang yang berilmu akan tetapi tidak mau mengamalkan ilmunya.
Atas dasar keyakinannya itulah, K.H. Ahmad Dahlan pada tahun 1991 mendirikan
sekolah Muhammadiyah yang menempati sebuah ruangan dengan meja dan papan tulis.
Dalam sekolah tersebut, di masukkan pula beberapa pelajaran yang lazim di ajarkan di
sekolah-sekolah model Barat, seperti ilmu bumi, ilmu alam, ilmu hayat dan sebagainya.
Begitu pula diperkenalkan cara – cara baru dalam pengajaran ilmu – ilmu keagamaan
sehingga lebih menarik dan mudah dipahami.

c.           Al-irsyad
Dalam jami’at khair, timbul suatu perbedaan pendapat yang cukup tajam, terutama
persoalan “kafa’ah”, yaitu sah tdaknya golongan Arab keturunan Sayid (keluarga Nabi)
kawin dengan golongan lainnya. Dalam hal ini Syeh Sukarti berpendapat boleh,dan tetap
kufu atau seimbang. Ia mengemukakan alasan dengan ayat Al-Qur’an bahwa: “yang paling
mulia diantara kamu sekalian di sisi Allah adalah yang paling taqwa” (Al Hujarat 13).

5
Selain itu terdapat banyak bukti bahwa para sahabat kawin satu sama lain tanpa
memandang keturunan Sayyid atau tidaknya. Ternyata pendapat ini menimbulkan
ketidaksenangan golongan Arab seketurunan dengan Syaidina Ali, keluarga Nabi, dan
berakhir dengan perpecahan. Kemudian Syekh Ahmad Sukati pada tahun 1914 mendirikan
perkumpulan Al Ishlah Wal Irsyad. Maksudnya ialah memajukan pelajaran agama Islam yang
murni di kalangan bangsa Arab di Indonesia. Dan sebagai amaliyahnya berdirilah beberapa
perguruan Al-Irsyad di mana-mana, di antaranya pada tahun 1915 di jakarta. Selain itu
banyak bergerak dalam bidang sosial dan dakwah Islam dengan dasar Al-Qur’an dan sunnah
Rosul secara murni dan konsekuen.

d.        Jami’atul khair
Organisasi sosial yang berperan dalam melakukan perubahan sistem atau lembaga
pendidikan Islam terutama di Jakarta. Lengkapnya Al-Jamiatul Khairiyah. Merupakan
organisasi pendidikan Islam tertua di Jakarta, didirikan tahun 1901 dengan peran besar para
ulama asal Arab Hadramaut dan juga pemuda Alawiyyin, seperti Habib Abubakar bin Ali bin
Abubakar bin Umar Shahab, Sayid Muhammad Al-Fakir Ibn. Abn. Al Rahman Al Mansyur,
Idrus bin Ahmad Shahab, Ali bin Ahmad Shahab, Abubakar bin Abdullah Alatas,
Muhammad bin Abdurrahman Shahab, Abubakar bin Muhammad Alhabsyi dan Syechan bin
Ahmad Shahab. Di tangan ulama-ulama inilah Jamiatul Khair tumbuh pesat.
Sebenarnya pada tahun 1901 Jamiatul Khair belum mendapat izin dari pemerintah
Belanda. Tujuan organisasi adalah mengembangkan pendidikan agama Islam dan bahasa
Arab. Oleh karena perhimpunan tersebut kekurangan tenaga guru, maka pada konggresnya
tahun 1911, diantara satu keputusannya adalah memasukkan guru-guru agama dan Bahasa
Arab dari luar negeri. Kemajuan Jamiatul Khair tersebut menambah kepercayaan masyarakat
Islam di Jakarta (dan Jawa umumnya) serta daerah sekitarnya.
Organisasi Pembaharuan Islam ini berkantor di daerah Pekojan di Tanjung Priok
(Jakarta). Oleh karena perkembangannya dari waktu ke waktu semakin pesat, maka pusat
organisasi ini dipindahkan dari Pekojan ke Jl. Karet, Tanah Abang. Organisasi ini dikenal
banyak melahirkan tokoh-tokoh Islam, terdiri dari tokoh-tokoh gerakan pembaharuan agama
Islam antara lain, Kyai Haji Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), HOS Tjokroaminoto
(pendiri Syarikat Islam), H. Samanhudi (tokoh Sarekat Dagang Islam), dan H. Agus Salim.
Bahkan beberapa tokoh perintis kemerdekaan juga merupakan anggota atau setidaknya
mempunyai hubungan dekat dengan Jamiatul Khair.
Awalnya memusatkan usahanya pada pendidikan, namun kemudian memperluasnya
dengan dakwah dan penerbitan surat kabar harian Utusan Hindia di bawah pimpinan Haji
Umar Said Cokroaminoto (Maret 1913). Kegiatan organisasi juga meluas dengan mendirikan
Panti Asuhan Piatu Daarul Aitam. Di Tanah Abang, Habib Abubakar bersama sejumlah
Alawiyyin juga mendirikan sekolah untuk putra (aulad) di Jl. Karet dan putri (banat) di Jl.
Kebon Melati serta cabang Jamiatul Khair di Tanah Tinggi Senen.
Pemimpin-pemimpin Jamiatul Khair mempunyai hubungan yang luas dengan luar
negeri, terutama negeri-negeri Islam seperti Mesir dan Turki. Mereka mendatangkan majalah-
majalah dan surat-surat kabar yang dapat membangkitkan nasionalisme Indonesia, seperti Al-

6
Mu'ayat, Al-Liwa, Al-ittihad dan lainnya. Tahun 1903 Jamiatul Khair mengajukan
permohonan untuk diakui sebagai sebuah organisasi atau perkumpulan dan tahun 1905
permohonan itu dikabulkan oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan catatan tidak boleh
membuka cabang-cabangnya di luar di Batavia.

2.    Gerakan politik islam


a.         Partai sarekat islam indonesia
Sebelum menjadi Sarekat Islam, pada mulanya berasal organisasi dagang yang bernama
Sarekat Dagang Islam. Didirikan pada 1911 oleh seorang pengusaha batik terkenal di Sala,
yaitu Haji Samanhudi. Anggota-anggotanya terbatas pada para pengusaha dan pedagang
batik, sebagai usaha untuk membela kepentingan mereka dari tekanan politik Belanda dan
monopoli bahan-bahan batik oleh para pedagang Cina. Kemudian akibat pelarangan terhadap
Sarekat Dagang Islam oleh Residen Surakarta, maka pada 1912 kedudukannya dipindah ke
Surabaya dan namanya pun berganti menjadi Sarekat Islam.
Sarekat Islam dipimpin oleh Haji Umar Said Cokroaminoto. Dan dibawah
kepemimpinannya Sarekat Islam berkembang mewnjadi sebagai organisasi besar dasn
berpengaruh, anggota-anggotanya semakin Banyak dan meliputi  seluruh lapisan masyarakat
dan cabang-cabangnya berdiri dimana-mana. Tujuannya diperluas, tidak saja urusan dagang
dan perekonomiannya, melainkan lebih luas dan besar yaitu: menentang politik kolonial
Belandadalam segala seginya dengan menggunakan dasar perjuangan islam. Dengan tujuan
tersebut akhirnya Sarekat Islam memasuki bidang politik dan menginginkan suatu
pemerintahan yang bebas dari penjajahan Belanda.
Karena Sarekat Islam diselundupi oleh orang-orang komunis yang tergabung dalam
organisasi Indische Social Democratische Vereniging (ISDV) pimpinan Sneevliet, seorang
kader komunis yg berasal dari negeri Belanda, akhirnya tak dapat mengelakkan diri dari
perpecacahan, dan menjadilah SI Putih SI Merah yang beraliran komunis . Sarekat Islam
Putih kemudian meningkatkan diri menjadi satu organisasi politik Partai Sarekat Islam
Indonesia yang diresmikan pada tahun 1929.

b.         Partai islam masjumi


Partai Islam Masjumi berdiri pada tanggal 7 November 1945 sebagai hasil keputusan
Muktamar Umat Islam Indonesia I yang berlangsung di Yogyakarta (Gedung Madrasah
Mualimin Muhammadiyah) pada tanggal 7-8 November 1945. Kongres ini dihadiri oleh
hampir semua tokoh dari berbagai organisasi Islam dari masa sebelum perang serta pada
masa pendudukan Jepang, seperti Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, Sarekat Islam, al-
Wasliyah, Persis, al-Irsyad, serta tokoh intelektual muslim yang pada zaman Belanda aktif
dalam Jong Islamiten Bond dan Islam Study Club dan sebagainya. Dalam kongres tersebut
disepakati dan diputuskan untuk mendirikan Majlis Syura Pusat bagi umat Islam Indonesia.
Sesungguhnya Partai Masjumi ini merupakan kelanjutan dari kegiatan politik
organisasi Islam pada akhir zaman penjajah Belanda yang dikenal dengan nama MIAI (Majlis
Islam A’la Indonesia). MIAI adalah suatu wadah federasi dari semua organisasi Islam,
didirikan pada tanggal 21 September 1937 di Surabaya atas inisiatif KH Mas Masyur

7
(Muhammadiyah), KH Wahab Hasbullah (NU), dan Wondo Amiseno (Sarekat Islam).
Kemudian pada masa pendudukan Jepang gabungan gerakan Islam yang juga bersifat
federasi semacam MIAI ini dinamakan Majlis Syura Muslimin Indonesia (Masjumi).
Partai Masjumi yang mencanangkan tujuannya dengan rumusan “Terlaksananya
syari’at Islam dalam kehidupan orang-seorang, masyarakat, dan Negara Republik
Indonesia”  dalam kiprah politiknya sepanjang masa hidupnya, baik dalam bentuk program
maupun kebijakan-kebijakan partai menampakan sikap yang tegar, istiqomah, konsisten
terhadap prinsip-prinsip Islam yang bersumber pada Al-Qur’an maupun Al-Hadits.
Politik yang dianut oleh Partai Masjumi adalah politik yang menggunakan parameter
Islam, artinya bahwa semua program atau kebijakan partai harus terukur secara pasti dengan
nilai-nilai Islam. Ungkapan bahwa politik itu kotor, menurut keyakinan Partai Masjumi tidak
mungki  terjadi manakala sikap, langkah, dan pola perjuangannya selalu berada di atas
prinsip-prinsip ajaran Islam. Masjumi mengakui terhadap realitas yang terjadi di tengah-
tengah arena politik bahwa politik itu memang kotor, kalau politik itu didasarkan pada
“politik bebas nilai” atau politik yang diajarkan oleh Nicollo Machiavelli bahwa “tujuan
menghalalkan semua cara”. Politik Islam sebagaimana yang dianut oleh Partai masjumi
adalah politik yang mengharamkan tujuan yang ditempuh dengan semua cara. Islam
mengajarkan bahwa “Tujuan yang baik harus dicapai dengan cara-cara yang baik pula”.
Pada tanggal 15 Desember 1955 diadakan Pemilu, Partai Masjumi mendapatka 57
kursi di pemerintahan. Akan tetapi karena Bung Karno termakan oleh bujukan dari Komunis
sehingga pada tanggal 17 Agustus 1960 mengeluarka Surat Keputusan (SK) Presiden Nomor
200 tahun 1960 untuk membubarkan Partai Islam Masjumi dari pusat sampai ranting di
seluruh wilayah NKRI. Pada tanggal 13 September 1960 DPP Masjumi membubarkan
Masjumi dari pusat sampai ke ranting-rantingnya.

8
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kemunculan gerakan pembaharuan Islam tidak bisa dipisahkan dari kondisi obyektif
kaum muslim di satu sisi dan tantangan Barat yang muncul di hadapan Islam di sisi lain. Dari
sudut pandang ini, Islam memang menghadapi tantangan dari dua arah, yaitu dari dalam dan
dari luar. Dengan demikian, Pengertian pembaharuan bukan hanya mencakup perbaikan
kondisi obyektif masyarakat muslim, tetapi juga mencakup jawaban Islam atas tantangan
modernitas. Pembaharuan Islam juga mngindikasikan ketidakpuasan atas kondisi Islam
historis yang berkembang sejak abad ke-18. oleh karena itu, kaum pembaru ingin
membangun cita ideal Islam yang maju dan modern.
Beberapa contoh gerakan pembaharuan yang telah terjadi di indonesia baik dalam
bidang sosial maupun di bidang politik, diantaranya terdapat :
a.       Nahdhotul ulama (NU)
b.      Muhammadiyah
c.       Al-irsyad
d.      Jami’atul khair
e.       Partai sarekat islam indonesia
f.       Partai islam masjumi
Adanya beberapa gerakan diatas dilatar belakangi oleh berbagai hal terutama upaya dalam
memajukan agama islam itu sendiri dan terlebih lagi dukungan dari masyarakat, sehingga
terbentuklah suatu gerakan pembaharuan.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, Pesantren, Madrasah, Sekolah, Pendidikan Islam dalam kurun Modern, Jakarta ;


Pustaka LP3ES, 1994, Cet. Ke 2.
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam pada periode klasik dan Pertengahan, Jakarta : Raja
Grafindo Persada, 2004
Azyurmadi, Pendidikan Islam, Tradisi dan Modernisasi Menuju Milinium Baru, Jakarta : Logos
1990.
Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia ; Lintas Sejarah Pertumbuhan dan
perkembangan, Jakarta : lembaga studi Islam dan Kemasyarakatan, 1995, Cet. Ke-1

10

Anda mungkin juga menyukai