Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang pada saat ini sudah menyebar ke seluruh Benua dan Negara
yang ada dipermukaan bumi ini. Karena memang didalam ajaran Islam itu sendiri memberikan
kebebasan kepada orang yang memeluk agama Islam untuk menyebarkannya kepada umat-
umat yang lainnya yang belum kenal Islam, di dalam Islam pun ajaranya mudah dimengerti
sesuai rasional dan juga banyak bukti-bukti alam bahwa agama Islam adalah agama yang benar.
Maka orang Islam yang berakhlak baik memudahkan dalam penyebaranya agar
penduduk sekitar yang non Islam mau menerima, mengikuti, dan masuk agama Islam.
Mengenai kedatangan Islam di negara-negara yang ada di Asia Tenggara hampir
semuanya didahului oleh interaksi antara masyarakat di wilayah kepulauan dengan para
pedagang Arab, India, Bengal, Cina, Gujarat, Iran, Yaman dan Arabia Selatan. Pada abad ke-
5 sebelum Masehi Kepulauan Melayu telah menjadi tempat persinggahan para pedagang yang
berlayar ke Cina dan mereka telah menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar Pesisir.
Kondisi semacam inilah yang dimanfaatkan para pedagang Muslim yang singgah untuk
menyebarkan Islam pada warga sekitar pesisir.
Kemudian ketika Islam mulai memasuki masa kemunduran di daerah semenanjung
Arab, bangsa-bangsa Eropa justru mulai bangkit dari tidurnya yang panjang, yang kemudian
banyak dikenal dengan Renaissance. Kenbangkitan tersebut bukan saja dalam bidang politik,
dengan keberhasilan Eropa mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya,
tetapi terutama dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Harus diakui bahwa justru
dalam bidang ilmu dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan negara-negara baru
Eropa.
Kaum muslimin memasuki benua Eropa adalah sejak adanya permintaan bantuan oleh
Graf Yulian seorang bangsawan Ghotia Barat yang berkuasa di Geuta Afrika Utara kepada
gubernur Afrika Utara Musa bin Nushair agar membantu keluarga “Witiiza”
menghadapi tentara Rederik yang memberontak merebut singgasana Witiiza pada tahun 710
M.
Perkembangan Islam di Eropa juga banyak membentuk sejarah dalam dunia ke Islaman
di zaman sekarang, dan biasa menjadi sejarah dan pelajaran bagi kaum Islam untuk lebih
berhati-hati dan menjadi semangat perjuangan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan batasan masalah yang telah dipaparkan diatas, maka
penulis mengemukakan rumusan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Perkembangan Islam di Asia Barat?
2. Bagaimana Perkembangan Islam di Asia Selatan?
3. Bagaimana Perkembangan Islam di Asia Tengah?
4. Bagaimana Perkembangan Islam di Asia Utara?
5. Bagaimana Perkembangan Islam di Asia Timur?
6. Bagaimana Perkembangan Islam di Eropa?

C. Tujuan
1. Menambah pengetahuan tentang bagaimana penyebaran islam di benua ASIA dan EROPA
2. Menumbuhkan kesadaran bahwa betapa beratnya penyebaran islam ke seluruh dunia
3. Mendorong orang-orang agar menceritakan kepada yang lain yang belum tahu sejarah islam
4. Memotifasi kalangan umat islam untuk ikut serta menyebarkan ajaran islam ke pelosok yang
belum mengenal islam

BAB II
PEMBAHASAN

1. Perkembangan Islam di Asia Barat


Proses islamisasi kawasan Asia Barat dimulai sejak abad ke-7. Proses ini terdiri dari tiga
fase Khalifah (khalifahurrasidyn), Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah. Berangkat dari
ketiga fase ini islam dikenal sampai saat ini. Kawasan yang mayoritas terdiri atas bangsa Arab,
memainkan peranan penting dalam segala peristiwa yang terkait sejarah dengan Islam. Karena
itu, wilayah ini dikatakan sebagai “jantung dunia Islam”.
Negara-negara yang termasuk wilayah Asia barat adalah Arab Saudi, Kuwait, Yaman,
Afganistan, Oman, Qatar, Aden, Irak, Iran, Yordania, Uni Emirat Arab, Bahrain, Libanon,
Israel, semua Negara tersebut beragam Islam kecuali (Israel, Libanon Dan. Kekuasaan Asia
barat adalah merupakan bagian integral dari kekuasaan Turki Usmani sebelum datang bangsa
Eropa, yaitu Inggris dan Prancis. Proses Islamisasi kawasan Asia Barat untuk masa modern
sebenarnya dilakukan oleh Muhammad Ibn Suud yang terikat dengan gerakan Wahabinya.
Berkat jasanya kawasan Asia Barat dapat diintegrasikan padahal pada awalnya secara politik
wilayah ini tercerai berai, merupakan wilayah pinggiran (terpencil) dalam posisinya sebagai
poeradaban kuno, masyarakat penggembala, sebagai negeri perkemahan dan oasis (kabilah-
kabilah). (1)
Selama Abad pertama pemerintah khalifah, posisi orang Kristen masih cukup baik, orang
Kristen dihargai sebagai “ahl-Alkitab” (yang memiliki kitab suci). Administrasi Arab masih
kurang berkembang, oleh karena itu orang Kristen di butuhkan sebagai pegawai, khususnya di
bidang administrasi. Di bidang pendidikan pada awal zaman Arab, gereja-gereja masih
memiliki monopoli sekolah tinggi. Tetapi sejak awal zaman Arab ada perbatasan aktivitas
Kristen.
Suku-suku Arab harus masuk Islam, oleh karena Agama Islam dianggap sebagai agama
seluruh bangsa Arab. Orang Kristen ada kesulitan untuk mendapat izin bagi pembangunan
gedung Gereja. Sering orang Kristen harus memakai pakaian khusus. Orang Kristen harus
bayar pajak yang khusus. Biasanya lonceng tidak boleh di bunyikan, Orang Kristen di dorong
untuk masuk Islam, tetapi seorang Islam tidak boleh pindah agama. Sesudah kira- kira 100
tahun, orang Kristen tidak lagi di butuhkan seperti sebelumnya di bidang administrasi dan
pendidikan, oleh karena perkembangan Administrasi dan pendidikan Arab. Orang Kristen di
bawah khalifat menjadi warga negara kelas ke-2. Biasanya pembangunan gedung Gereja yang
baru tidak di izinkan lagi, bahkan gedung Gereja biasanya tidak boleh diperbaiki lagi. Mulailah
suatu proses yang melemahkan Gereja, yaitu dengan banyaknya orang Kristen yang pindah
agama, dan melalui berimigrasi juga mulailah suatu proses Arabisasi kekeristenan di Timur
Tengah yang berbahasa Yunani dan Suriah. Akibatnya pada abad ke - 13 , dan ke- 14, gereja
di Asia nyaris musnah. (2)

2. Perkembangan Islam di Asia Selatan


Sejak zaman Nabi Muhammad SAW, di Asia selatan tempatnya di India telah memiliki
sejumlah pelabuhan besar sehingga terjadi interaksi antara india dengan muslim di arab. Oleh
karena itu perdagangan dan dakwah menyatu dalam satu kegiatan sehingga
raja Kadangalur dan Cheraman Perumal masuk islam dan mengganti namanya menjadi
tajudin. Pada zaman Umar Bin Al-Khottob, Mughirah berusaha menaklukan Sin (India) tapi
usahanya gagal (643-644 M). Pada zaman Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dikirim
utusan untuk mempelajari adat istiadat dan jalan-jalan menuju Asia Selatan (India). Pada
zaman Muawiyah I, Muhammad Ibnu Qasim berhasil menaklukan dan diangkat menjadi Amir
Sind dan Punjab. Kepemimpinan di Sin dan Punjab dipegang oleh Muhammad Ibn Qasim
setelah ia berhasil memadamkan perampokan-perampokan terhadap umat islam disana. Karena
pertikaian internal antara Hajjaj dan sulaeman dinasti ini melemah, dan ketika dalam keadaan
melemah, dinasti ini ditaklukan oleh dinasti Gazni.
Pada masa pemerintahan Al-Mamun (Khalifah dinasti Bani Abbas) telah dilakukan
penaklukan kewilayah Asia Selatan, dengan diangkatnya sejumlah amir untuk memimpin
daerah-daerah. Diantara yang dipercaya untuk menjadi amir adalah Asad Ibn Saman untuk
daerah Transixiana. Ia diangkat menjadi amir setelah berhasil membantu khalifah bani Abbas
dalam menaklukan dinasti safari yang berpusat di Khurasan. (3)
Selain itu juga Islam datang ke Asia Selatan sebelum invasi Muslim India.. pengaruh
Islam pertama kali datang ke Asia Selatan terasa di awal abad ke-7 dengan munculnya
pedagang Arab. Para pedagang Arab yang datang ke asia selatan digunakan untuk mengunjungi
daerah di Malabar, yang merupakan suatu daerah yang menghubungan antara mereka dengan
pelabuhan di Asia Tenggara. Menurut Sejarawan Elliot dan Dowson dalam buku mereka The
History of India yang diceritakan oleh sejarawan sendiri, mereka datang dengan menggunakan
kapal pertama yang membawa wisatawan Muslim terlihat di pantai India sejak 630 M. HG
Rawlinson, dalam bukunya: Abad Pertengahan Kuno dan India ia mengatakan bahwa yang
pertama orang Arab Muslim tinggal di pantai India di bagian terakhir dari abad ke-7
Masehi Para pedagang Arab dan pedagang menjadi pembawa agama baru dan mereka
menyebarkan itu kemana pun mereka pergi.
Asia selatan mencangkup India, Pakistan dan Bangladesh yang luasnya kira-kira 2.075
mil dari utara keselatan dan 2.120 mil dari timur kebarat. Disebelah utara, wilayah ini
berbatasan dengan wilayah Tibet (Cina) dan Afganistan; sedangkan disebelah selatan
berbatasan dengan laut samudra Indonesia; disebelah timur berbatasan dengan Burma dan
disebelah barat berbatasan dengan Persia (Iran). Perekonomian mereka berdasarkan pada
kombinasi antara penanaman hasil padi-padian di ladang yang berpetak yang kebanyakan
teririgasi dan dibajak dengan menggunakan sapi jantan serta pembiakan lembu jantan, kerbau,
domba, kambing dan keledai. (4)

3. Perkembangan Islam di Asia Tengah


Asia Tengah dengan Islam sendiri diperkirakan bermula sejak abad kedelapan Masehi.
Beberapa sumber menyebutkan, Islam memasuki Asia Tengah melalui Transoxiana atau
Mawarannahr (dalam bahasa Arab).
Kota tersebut berhasil ditaklukkan pasukan Muslimin yang dikomandoi Abu Hafs
Qutayba bin Abi Salih Muslim pada 673-751 Masehi. Saat itu, ia di bawah perintah Khalifah
al-Walid I dari Bani Umayyah. Selain Transoxiana, Kekhalifahan Umayyah juga berhasil
menguasai Andalusia (Spanyol).
Selama abad ke-8 Masehi, agama Islam menyebar luas ke penjuru Asia Tengah. Baru
pada 751 Masehi, di bawah Kekhalifahan Abbasiyah pasukan Muslim mempunyai kekuasaan
yang lebih stabil atas Asia Tengah. Itu sebagai buah kemenangan pasukan Islam di bawah
komando Abu al-Abbas as-Saffah, pendiri Kekhalifahan Abbasiyah, atas pasukan Dinasti Tang
asal Cina. Kedua kubu bertempur pada Mei hingga September 751 di sekitar Sungai Talas.
Dalam kekuasaan Islam, Asia Tengah mencapai kegemilangannya dalam hal budaya dan
ekonomi. Dari segi kultural, bahasa Arab mulai menggantikan bahasa Persia, khususnya
setelah Bani Abbasiyah memerintah. Sampai abad ke-9 Masehi, Transoxiana menjadi
mercusuar peradaban, yang bersandingan secara prestise dengan Baghdad-Ibu kota
kekhalifahan--Kairo, dan Kordoba (Spanyol). Namun, perlahan-lahan pengaruh Arab mulai
memudar dan akhirnya bahasa Persia mulai dipakai lagi secara umum di kawasan ini.
Selain Transoxiana, kota lain yang juga terkenal sebagai pusat keilmuan di Asia Tengah
adalah Bukhara.Banyak ilmuwan, cendekiawan, dan sastrawan Muslim bermunculan di
kawasan ini. Warisan intelektual mereka masih terasa sampai hari ini. Salah satu bukti betapa
istimewanya Asia Tengah bagi perkembangan peradaban Islam saat itu adalah disimpannya
sebuah salinan asli Alquran pada zaman Khalifah Utsman bin Affan di Tashkent (kini ibu kota
Uzbekistan).
Yang tak boleh ketinggalan disebut adalah Samarkand. Sejak abad ke-8 Masehi, kota ini
memang telah menjadi titik temu bagi kebudayaan dan keilmuan dunia, khususnya dari Cina,
lantaran keberadaan Jalur Sutra. Salah satu warisan yang maha-berharga dari Timur Jauh
adalah metode pembuatan kertas. Benda ini disebut-sebut merupakan hasil inovasi Tsai Lun
(48-121 Masehi), seorang figur pegawai dari Dinasti Han, Cina.
Berkat kontak budaya dan militer dengan Cina, Dunia Islam mulai kenal produk pemacu
kebudayaan manusia itu. Sejak penemuan kertas, sirkulasi keilmuan di Dunia Islam--dan kelak
Eropa Kristen--mengalami perkembangan pesat. Kertas menggantikan daun papirus atau kulit
hewan ternak yang kurang praktis untuk disimpan dalam perpustakaan. (5)

4. Perkembangan Islam di Asia Utara


A. Perekembangan Islam di Rusia
1. Sejarah Masuknya Islam di Rusia
Islam masuk ke Rusia pada pada tahun 992 Masehi, ketika sekelompok etnis Rusia
yang hidup di Siberia, yang disebut Bulgar, memeluknya dan kemudian menyebarkannya ke
seluruh Rusia. Islam masuk ke Rusia dibawa para pedagang Muslim Arab dari wilayah
Kaukasus dan tiba di Moskow dari utara bukan dari selatan seperti yang diduga beberapa
sejarawan, mereka berpendapat bahwa Islam datang ke Moskow dari selatan, sebagai jalan
paling mudah untuk gerakan kafilah pedagang. Sebab, suku-suku Cossack Rusia yang telatih
untuk berperang, telah berdiri menentang penyebaran Dakwah Islam dan pengaruh Islam yang
merayap menuju jantung Rusia.
Hal itu kemudian memaksa para pedagang Muslim dan para dai untuk melintasi Asia
Tengah menuju Siberia, dengan bantuan kaum Tatar yang telah masuk Islam dan mendapat
petunjuk kepada agama yang haq sejak abad kesembilan Masehi di Kerajaan mereka, Kerajaan
Volga Bulgaria Timur, yang sekarang menjadi tanah air mereka. Daerah ini sebagian besar
telah memeluk Islam pada abad kesepuluh, dan pada abad 11 dan 12, Islam menyebar di
wilayah Ural, yang sekarang bernama Republik Bashkiria (Bashkortostan). Berkat para
pedagang Muslim dari Arab, Iran dan Turki Islam kemudian menyebar ke berbagai bagian lain
wilayah Rusia. Kaum Muslim saat ini, telah menjadi kekuatan baru di sekitar Rusia, dari
Siberia di sebelah utara dan timur laut ke arah selatan.
Islam tiba di Moskow sekitar tahun 1200 Masehi, ketika itu, ibukota kerajaan Muslim
ada di kota Kazan. Saat itu, Moskow membayar pajak kepada Kazan. Kazan tetap menjadi
ibukota kaum muslimin sampai tahun 1552, ketika Tsar Rusia Ivan The Terrible berhasil
menduduki dan menghancurkan Kazan, membakar masjid, memindahkan qubah-qubah indah
ke Kremlin Moskow dan Red Square, yang masih ada sampai hari ini. Kemudian ia menduduki
kota Astrakhan pada tahun 1556, Siberia Barat tahun 1598, dan pada akhir abad keenam belas
tiba di daerah-daerah Muslim di Kabordino dan Chechnya. Sejak saat itu, Rusia memulai
peperangan mereka melawan kaum muslimin, mereka melarang kaum muslimin melakukan
praktek keagamaan dan memaksa mereka untuk mengikuti kebiasaan dan tradisi Rusia. Semua
itu dilakukan dalam rangka me-rusia-kan kaum muslimin, jika tidak dikatakan:
mengkristenkan mereka. Mereka memperlakukan kaum muslimin dengan kejam, menimpakan
berbagai siksaan, merampas kekayaan mereka dan memperkenalkan undang-undang hukuman
untuk memaksa penduduk setempat agar menolak agama Islam. Akan tetapi, mereka tidak
berhasil dalam proyek ini.
Mayoritas Muslim tetap mengikuti agama mereka, kekejaman Rusia tidak mampu
menghentikan penyebaran Islam. Sebaliknya Islam mencapai kemajuan baru di paruh kedua
abad 18, pada masa pemerintahan Ratu Rusia, Catherine II, dengan berubahnya kebijakan
Rusia terhadap umat Islam yang hidup dalam perbatasannya. Saat itu, kaum muslimin
mencicipi kebebasan. Pada tahun 1764, propaganda toleransi beragama menguat, dan pada
tahun 1767 pengusiran penduduk Tatar dari kota mereka, yaitu Kazan, dicabut pemerintah.
Pemerintahan menuju tahap baru pada tahun 1773 dengan memberikan Tatar Volga kebebasan
beragama, hak untuk membangun masjid dan sekolah Al-Quran. Pedagang Volga kemudian
menjadi mediator yang sangat baik antara Tsar Rusia dan Asia Tengah. Mereka juga bertindak
sebagai dai dan muballigh, membangun masjid, sekolah dan membawa Islam kepada orang-
orang yang masih semi-politheis di Bashkiria dan Siberia Barat.
Kebijakan Tsar Rusia ini bukan didasari karena kecintaan terhadap umat Islam, tetapi
kebijakan yang didorong kepentingan Rusia untuk memperluas pengaruh dan kontrol atas
daerah tetangga, karena ia menyadari kemungkinan untuk memanfaatkan masyarakat Muslim
yang berada di Rusia, sehingga kehadiran Rusia di Asia Tengah dapat diterima bahkan
diinginkan di wilayah itu. Hal itulah yang mendorong para penguasa Rusia untuk
memperhatikan kekuatan politik umat Islam yang tinggal di Tsar Rusia pada saat itu.
Shireen T. Hunter dan pengamat Islam Rusia lainnya menyatakan bahwa abad 21
adalah era kebangkitan agama Islam yang setelah sekian lama mengalami penindasan dalam
berbagai bidang kehidupan.[1]
2. Perkembangan Islam Di Rusia
Islam di Rusia adalah agama terbesar kedua setelah Kristen Ortodoks, yakni sekitar 21-
28 juta penduduk atau 15 - 20 persen dari sekitar 142 juta penduduk.Untuk pertama kalinya
dalam sejarah Rusia, pemimpin Rusia (Vladimir Putin) memasukkan menteri Muslim dalam
kabinetnya dan mengakui eksistensi Muslim Rusia.
Menurut United States Department of State, terdapat sekitar 21-28 juta jumlah
penduduk Muslim di Rusia, sekurang-kurangnya 15-20 persen jumlah penduduk negara ini dan
membentukkan agama minoritas yang terbesar. Masyarakat besar Islam dikonsentrasikan di
antara warga negara minoritas yang tinggal diantara Laut Hitam dan Laut Kaspia: Adyghe,
Balkar, Nogai, Orang Chechnya, Circassian, Ingush, Kabardin, Karachay, dan banyak bilangan
warga negara Dagestan.
Abdullahi Ahmed An-Naim dalam bukunya Islam dan Negara Sekuler mengatakan
bahwa ketika federasi Rusia terbentuk setelah jatuhnya Uni Soviet, hubungan antara negara
dan agama ditata ulang, baik melalui undang-undang dasar maupun undang-undang. Pasal 14
Undang-Undang Dasar Federasi menyatakan bahwa Rusia sebagai negara sekuler sehingga
tidak akan ada negara yang dibangun berdasarkan satu agama tertentu. Undang Undang Dasar
juga menyebutkan bahwa semua asosiasi keagamaan memiliki posisi setara di depan hukum.
Abdullahi Ahmed An-Naim juga menuliskan bahwa setelah kebijakan“Perestroika”-nya
Gorbachev, hubungan antara negara dan sekte-sekte keagamaan dinormalisasikan kembali oleh
undang-undang (law) tahun 1990 tentang “kebebasan beragama”. Pada dekade inilah, jumlah
organisasi agama yang terdaftar naik hingga 20.000 organisasi. Hanya setengah di antara
organisasi-organisasi tersebut yang merupakan organisasi Kristen Ortodoks Rusia, yang berarti
bahwa jumlah agama minoritas telah berkembang selama masa itu.[2]
Faktor utama dari meningkatnya populasi muslim di Rusia selain runtuhnya Soviet
adalah kelahiran. Konon, diantara komunitas agama lain di Rusia, pemeluk Islam dalam
merencanakan keluarga tidak memikirkan betapa sulitnya biaya hidup di Rusia. Bagi
komunitas muslim, melahirkan generasi baru yang islami merupakan misi yang jauh lebih
berharga ketimbang memikirkan kesulitan hidup di Rusia.Semenjak Muslim di sana berada di
bawah pemerintahan yang komunis dan mengalami masa-masa pengekangan, seperti
dilarangnya membawa mushaf Al Qur'an, masjid-masjid di tutup, hingga akhirnya sekarang,
Muslim Rusia telah mendapatkan hak-hak mereka dengan baik. Dan Islam pun kini menjadi
agama kedua di negeri itu.
Mayoritas Muslim di Rusia mengikuti ajaran Islam Sunni. Dalam beberapa kawasan,
terutama di Dagestan dan Chechnya, ada tradisi Sufisme, yang diwakili
oleh tarekat Naqsyabandi dan Shazili dipimpin oleh Shaykh Said Afandi al-Chirkawiad-
Daghestani. Amalan sufi memberikan orang Kaukasus semangat kuat untuk menolak tekanan
orang asing, dan telah menjadi legenda di antara pasukan Rusia yang melawan orang Kaukasus
pada zaman Tsar. Orang Azeri juga pada sejarah dan masih lagi pengikut Islam Syiah, disaat
republik mereka terpisah dari Uni Soviet, banyak orang Azeri yang datang ke Rusia untuk
mencari pekerjaan. Qur'an pertama yang dicetak diterbitkan di Kazan, Rusia pada 1801.
5. Perkembangan Islam di Asia Timur
A. Perkembangan islam di tiongkok
Agama Islam masuk ke Cina pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, Mubaligh
pertama yang diutus ke negeri itu ialah Saad bin Abi Waqash. Setelah itu banyak saudagar arab
yang masuk Cina sambil berdakwah. Masyarakat Cina umumnya menerima kedatangan agama
Islam, dan banyak diantara mereka yang tertarik menjadi muslim. Keagungan ajaran Islam
yang dipraktekan dan diajarkan oleh para mubaligh, membuat masyarakat Cina kagum dan
menyebutnya dengan Hui-hui Chew atau Tsing Ching Chew yang artinya agama yang suci.
Tempat yang pertama kali menerima dakwah Islam ialah Kanton, salah satu kota besar di
Cina. Saad bin Abi Waqash pertama kali berdakwah di kota itu, dan ia cukup lama tinggal di
kota tersebut sampai meninggal dunia. Kuburanya masih terawat baik sampai sekarang, karena
masyarakat muslim Cina sangat menghormatinya.
Selain melalui jalur dakwah, agama Islam dapat berkembang melalui jalur perkawinan.
Banyak para mubaligh muslim yang kemudian menikahi gadis setempat dan beranak pinak.
Sehingga anak keturunan mereka itulah yang kemudian meneruskan dakwah Islam di negeri
tirai bambu itu.[3]
Cina memiliki sejarah meliputi jangka waktu meliputi lebih dari 4000 tahun, sehingga
termasuk Negara berkeadaban tertua, disamping India, Mesir, dan Mesopotamia. Dalam jangka
waktu 4000 tahun lebih cina mempunyai 24 dinasti dan 2 republik, yaitu Republik Nasionalis
Cina dan Republik Rakyat Cina.[4]
Tai Tsung naik takhta pada tahun 626, empat tahun setelah Nabi Muhammad SAW dan
sahabat-sahabatnya meninggalkan Mekah menuju Madinah. Kira-kira pada waktu yang
sama,suku-suku nomad Turki di Asia Tengah berkumpul diluar tembok besar Cina untuk
serbuan missal. Namun, Tai Tsung dapat mengusir mereka,. Maka mulai muncullah migrasi
menuju ke barat. Mereka adalah suku yang anak cucunya merupakan masyarakat muslim Hui
yang berbahasa Cina dari daerah selatan dan tengah.[5]
Pada waktu Tai Tsung mempertahankan dan mempersatukan Cina, Nabi Muhammad
SAW, baru meletakkan dasar-dasar Negara islam. Pada tahun 705 M. Dinasti Umayah
dijatuhkan oleh Dinasti Bani Abbas. Satu tahun kemudian, tentara muslim berhadapan dengan
tentara Cina untuk pertama kalinya di Talas. Dengan bantuan orang-orang Turki, umat Islam
dapat mengalahkan tentara cina. Semenjak itulah penduduknya sebagian besat memeluk agama
Islam.[6]
Hasil dari pertempuran talas lainnya adalah tertangkapnya beberapa orang Cina yang ahli
dalam membuat kertas. Karya mereka selanjutnya diperkenalkan ke Dunia Islam. Dengan
inilah mendorong berkembangnya kebudayaan Bagdad sejajar dengan kebudayaan Chang-
an(Cina).
Selama abad ke-19, terdapat pemberontakan-pembrontakan besar di negeri Cina, dan
pemberontakan-pemberontakan di Yunnan (1855-1873) oleh penduduk muslim yag akhirnya
ditumpas dengan kekejaman yang luar biasa. Setelah revolusi kebudayaan(1966), umat Islam
yang merupakan minoritas sama sekali tidak menampakkan diri. Pada awal revolusi mesjid-
mesjid dirusak, dihancurkan atau ditutup.[7]

B. Perkembangan Islam di Jepang


Sebelum perang dunia ke-2, jepang termasuk Negara ekslusif yang menutup diri,
sehingga agama Islam baru masuk ke Negara itu setelah pecahnya perang dunia ke-2
tersebut. Pada waktu itu Jepang berperang melawan Rusia. Banyak penduduk Rusia yang
mengungsi ke Jepang salah satunya seorang ilmuwan yang bernama Abdul Rasyid Ibrahim, ia
merupakan teman karibnya Jenderal Akashi, panglima masyarakat negeri itu dan berhasil
mengislamkan Konaru dan Yama Oka. Mereka berdua sempat melaksanakan ibadah haji.
Sejarah perkembangan Islam di Jepang menunjukkan bahwa terdapat gelombang orang-
orang yang memeluk Islam. Faktanya, kampanye-kampanye religius yang sudah banyak
dilakukan tidak terlalu banyak menuai sukses dalam menyebarkan “agama baru” ini. Data
statistic mengindikasikan bahwa 80 % dari total populasi percaya pada Buddhism atau
Shintoism dimana 0,7 % adalah penganut Nasrani. Hasil terakhir yang diperoleh berdasarkan
polling yang dilakukan oleh majalah bulanan Jepang menyatakan bahwa terdapat sebuah
gelombang protes yang penting seputar keberadaan agama. Hanya satu dari empat orang
Jepang percaya akan dogma-dogma agama. Kurangnya kepercayaan terhadap dogma-dogma
agama umumnya terjadi pada kaum muda Jepang umur 20 tahun dengan angka mencapai 85
%. Para pelaku dakwah yang direpresentasikan oleh komunitas Muslim di Jepang dengan
estimasi jumlah mereka sebanyak 100 ribu orang sendiri dirasa amat kecil jika dibandingkan
dengan total populasi penduduk Jepang yang mencapai lebih dari 20 juta orang. Para pelajar
dan mahasiswa bersama dengan para pekerja yang berada dalam situasi genting melakukan
perluasan segmen komunitas mereka. Mereka terkonsentrasi di kota-kota besar seperti
Hiroshima, Kyoto, Nagoya, Osaka dan Tokyo namun jarang yang terorganisir secara rapi
dalam unit-unit yang mapan untuk melakukan program-program dakwah yang efektif.
Faktanya, asosiasi para pelajar Muslim serta masyarakat local mengorganisir camp-camp
secara periodic serta melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan pemahaman bagaimana
mengajarkan Islam secara benar dan tepat serta untuk memperkuat hubungan persaudaraan
diantara sesama Muslim.
Tidak ada kelanjutan dari upaya-upaya untuk bertahan dengan situasi yang menuntut
penyesuaian-penyesuaian bagaimana di satu sisi harus menjalani gaya hidup yang modern dan
di sisi lain harus menyeru orang pada perbaikan jiwa agar tercipta keseimbangan hidup.
Kesulitan-kesulitan yang kemudian dihadapi oleh orang-orang Muslim adalah dalam hal
pengadaan fasilitas komunikasi, perumahan, pendidikan anak, atau makanan halal serta buku-
buku Islam yang pada saat itu, tahun 1980-an masih sangat sulit. Dan hal ini merupakan faktor-
faktor tambahan yang menjadi penghalang bagi jalannya dakwah di Jepang. Kewajiban untuk
berdakwah seringkali dirasakan sebagai kewajiban seorang Muslim untuk mengajarkan Islam
kepada non-Muslim. Dan banyak Muslim yang merasa bahwa kegiatan mereformasi (islaah)
serta memperbaharui (tajdid) itu amat diperlukan, sehingga otomatis hal tersebut juga
mempengaruhi bentuk-bentuk dakwah yang dilakukan oleh komunitas-komunitas Muslim
yang eksis di Jepang.
Sebuah kondisi yang menuju perbaikan serta kemajuan dalam hal pengetahuan Islam serta
kehidupan (living condition) demi keberhasilan dakwah amat diperlukan di Jepang. Satu hal
yang harus dipahami adalah bahwa jika tindakan pengabaian serta ketidakpedulian oleh warga
negara Jepang yang Muslim terkait dengan hal-hal yang berhubungan dengan persoalan jamaah
dirubah, maka resiko yang harus ditanggung komunitas akan bisa diatasi dan dicairkan melalui
distorsi keyakinan Islam yang amat hebat, yang terus tumbuh. Kemungkinan tersebut pada
kenyataannya bersentuhan dengan keterbukaan permanent orang-orang muslim terhadap
pengaruh adat-istiadat Jepang dan ritual-ritual tradisional seperti menundukkan kepala amat
dalam serta berpartisipasi secara kolektif dalam acara-acara yang bersifat religiuis dan
berkunjung ke kuil. Mungkin permasalahan yang muncul adalah ketika keterlibatan pada anak
Muslim dalam perayaan-perayaan semacam itu akan menjadikan mereka target empuk
transmisi dan penanaman budaya non-Islam dan kebiasaan soaial. Komunitas Islam di Jepang
amat membutuhkan kehadiran lembaga-lembaga Islam di seluruh Jepang.
Terdapat upaya-upaya permanent untuk membangun atau merubah unit-unit pemukiman
menjadi masjid-masjid di banyak kota dan dengan pertolongan dari Allah Yang Maha Kuasa,
juga ingin membangun perusahaan-perusahaan yang diharapkan akan menghasilkan buah-
buahan. Terdapatnya miskonsepsi dalam pengajaran Islam diperkenalkan oleh media Barat
harus diluruskan dengan sebuah pendekatan yang lebih efisien yang diambil dengan penuh
pertimbangan terhadap adanya keistimewaan masyarakat jepang yang merupakan salah satu
masyarakat yang paling terpelajar di dunia. Karena adanya distribusi yang tidak merata, maka
terjemahan Al-Quran dalam bahasa Jepang tidak tersedia di ruang publik. Literatur Islam
benar-benar sulit ditemui di toko buku atau perpustakaan umum kecuali beberapa essay yang
ditulis dalam bahasa Inggris serta buku-buku yang dijual dengan harga yang relative mahal.
Akibatnya, tidak heran jika kita hanya menemukan bahwa pengetahuan orang-orang Jepang
mengenai Islam hanya terbatas seputar poligami, Sunni dan Syiah, Ramadhan, Mekah,. Allah
adalah Tuhan-nya orang Islam, dan Islam adalah agamanya Muhammad. Akankah Islam
bergaung lebih keras di Jepang? Dengan terdapatnya bukti-bukti yang signifikan mengenai
terdapatnya tanggung jawab untuk berdakwah serta penilaian yang rasional terhadap adanya
keterbatasan dan kapabilitasnya, komunitas Muslim menunjukkan komitmen yang lebih kuat
untuk melaksanakan kewajiban dakwahnya dengan cara-cara yang lebih terorganisir. Di masa
yang akan datang diharapkan masa depan Islam dan para pemeluknya akan lebih baik daripada
sebelumnya, tentunya dengan mengharapkan pertolongan Allah.
Perkembangan berikutnya, islam semakin mendapat tempat dimasyarakat jepang. Banyak
prajurit Jepang yang pulang dari dunia ke-2 dengan oleh-oleh masuk Islam. Maka agama Islam
pun semakin berkembang dengan pesat, apalagi setelah Haji Umar Meta mendirikan oganisasi
umat Islam pada tahun 1980 M, dan Dr. Syauki Futaki mendirikan Rumah Sakit Islam terbesar
di Jepang. Sampai hari ini, agama Islam di Jepang berkembang dan semoga tetap jaya.[8]
C. Perkembangan Islam di Korea
Agama islam masuk ke Korea pada tahun 1955M. yang dibawa oleh Abdurrahman dan
Zubair Khoci. Keduanya adalah imam rohani tentara Turki yang dikirim ke Korea dalam misi
perdamaian antara Korea Utara dan Korea Selatan. Orang Korea yang pertama kali masuk
Islam adalah Umar Kim Jin Kyu, Haji Mohamad Yon, Haji Sabir Suh. Pada tahun 1959 mereka
melaksanakan ibadah haji ke Mekah. Setelah bertemu jutaan umat Islam , dari berbagai Negara
mereka segera melakukan dakwah di negaranya.
Berkat perjuangan mereka, agama Islam dapat berkembang dengan pesat di Korea. Pada
tahun 1963 di Seoul, Ibu kota Korea Selatan didirikan sebuah masjid megah, dan lengkap
dengan fasilitas dakwahnya, baik untuk pendidikan al-Quran, pertemuan akbar dan sebagainya.
Masjid itu dipimpin oleh Haji Sabir Suh.
Tahun 1980 juga didirikan sebuah Universitas Islam di Kota Yang In. Universitas itu
memiliki 15 fakultas, yang lima diantaranya adalah fakultas Syariah, Bahasa Arab, Ilmu
Perbandingan Agama, Sejarah Islam, dan Penddidikan Agama Islam. Umat Islam di Korea
pada saat ini sekitar 21 ribu orang.[9]

6. Perkembangan islam di benua Eropa

Dalam sejarah ilmu pengetahuan dan peradaban Islam, tanah Spanyol lebih banyak dikenal
dengan nama Andalusia, yang diambil dari sebutan tanah Semenanjung Liberia. Julukan
Andalusia ini berasal dari kata Vandalusia, yang artinya negeri bangsa Vandal, karena bagian
selatan Semenanjung ini pernah dikuasai oleh bangsa Vandal sebelum mereka dikalahkan oleh
bangsa Gothia Barat pada abad V. Daerah ini dikuasai oleh Islam setelah penguasa Bani
Umayah merebut tanah Semenanjung ini dari bangsa Gothi Barat pada masa Khalifah Al-Walid
ibn Abdul Malik.[10]
Islam masuk ke Spanyol (Cordoba) pada tahun 93 H (711 M) melalui jalur Afrika Utara di
bawah pimpinan Tariq bin Ziyad yang memimpin angkatan perang Islam untuk membuka
Andalusia.[11]
Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan menjadikannya
sebagai salah satu provinsi dari Dinasti Bani Umayah. Penguasaan sepenuhnya atas Afrika
Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah Abdul Malik
mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di daerah itu. Pada masa
Khalifah Al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn Nushair. Di zaman Al-
Walid itu, Musa ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaannya dengan menduduki Aljazair
dan Maroko. Penaklukan atas wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai
menjadi salah satu provinsi dari Khalifah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu
mulai tahun 30 H (masa pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa
al-Walid).[12] Sebelum dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, di kawasan ini terdapat
kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan Kerajaan Romawi, yaitu Kerajaan Gotik.
Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan paling
berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik, Thariq ibn
Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik. Ia
menyeberangi selat yang berada di antara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan
perang lima ratus orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah kapal
yang disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan
yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif ibn Malik dan kemelut yang
terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta dorongan
yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada tahun 711 M
mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.[13]
Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penaklukan Spanyol karena pasukannya lebih
besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku Barbar yang
didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim Khalifah al-Walid.
Pasukan itu kemudian menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq ibn Ziyad.[14] Sebuah
gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan pasukannya,
dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dengan dikuasainya daerah ini, maka terbukalah
pintu secara luas untuk memasuki Spanyol. Dalam pertempuran di Bakkah, Raja Roderick
dapat dikalahkan. Dari situ Thariq dan pasukannya menaklukkan kota-kota penting seperti
Cordova, Granada dan Toledo (Ibu kota kerajaan Goth saat itu).[15] Sebelum menaklukkan
kota Toledo, Thariq meminta tambahan pasukan kepada Musa ibn Nushair di Afrika Utara.
Lalu dikirimlah 5000 personil, sehingga jumlah pasukan Thariq 12000 orang. Jumlah ini tidak
sebanding dengan pasukan ghothic yang berjumlah 25.000 orang.[16]
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan
wilayah yang lebih luas lagi. Musa bin Nushair pun melibatkan diri untuk membantu
perjuangan Thariq. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol,
termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre.[17]
Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar ibn
Abdil Aziz tahun 99 H/717 M, dengan sasarannya menguasai daerah sekitar pegunungan
Pyrenia dan Prancis Selatan. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum muslimin yang
geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh Spanyol dan
melebar jauh ke Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.[18]
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak dapat
dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal.

Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di dalam negeri
Spanyol sendiri. Pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam, kondisi sosial,
politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan. Secara politik, wilayah
Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Bersamaan dengan
itu, penguasa Gothic bersikap tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa,
yaitu aliran Monofisit, apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi
yang merupakan bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama
Kristen. Yang tidak bersedia disiksa dan dibunuh secara brutal.[19] Rakyat dibagi-bagi ke
dalam sistem kelas, sehingga, keadaannya diliputi oleh kemelaratan, ketertindasan, dan
ketiadaan persamaan hak. Di dalam situasi seperti itu, kaum tertindas menanti kedatangan juru
pembebas dan juru pembebasnya mereka temukan dari orang Islam.[20] Berkenaan dengan itu,
Ameer Ali, seperti dikutip oleh Imamuddin mengatakan, ketika Afrika (Timur dan Barat)
menikmati kenyamanan dalam segi material, kebersamaan, keadilan, dan kesejahteraan
tetangganya di jazirah Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan di bawah kekuasaan
tangan resi penguasa Visighotic. Di sisi lain, kerajaan berada dalam kemelut yang membawa
akibat pada penderitaan masyarakat.[21] akibat perlakuan yang keji, koloni-koloni Yahudi
yang penting menjadi tempat-tempat perlawanan dan pemberontakan. Perpecahan dalam
negeri Spanyol ini banyak membantu keberhasilan campur tangan Islam di tahun 711 M.
Perpecahan itu amat banyak coraknya dan sudah ada jauh sebelum kerajaan Gothic berdiri.
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam masuk ke
Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Padahal, sewaktu Spanyol berada di
bawah pemerintahan Romawi, berkat kesuburan tanahnya, pertanian maju pesat. Demikian
juga pertambangan, industri, dan perdagangan karena didukung oleh sarana transportasi yang
baik. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan kerajaan Goth, perekonomian
lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. Hektaran tanah dibiarkan terlantar tanpa
digarap, beberapa pabrik ditutup, dan antara satu daerah dengan daerah lain sulit dilalui akibat
jalan-jalan tidak mendapat perawatan.[22]

Buruknya kondisi sosial, ekonomi, dan keagamaan tersebut terutama disebabkan oleh keadaan
politik yang kacau. Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, Raja Goth
terakhir yang dikalahkan Islam.

Awal kehancuran kerajaan Ghot adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota negaranya
dari Seville ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu menjadi penguasa atas wilayah Toledo,
diberhentikan begitu saja. Keadaan ini memancing amarah dari Oppas dan Achila, kakak, dan
anak Witiza. Keduanya kemudian bangkit menghimpun kekuatan untuk menjatuhkan
Roderick. Mereka pergi ke Afrika Utara dan bergabung dengan kaum muslimin. Sementara itu,
terjadi pula konflik antara Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah.
Julian juga bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan mendukung usaha umat
Islam untuk menguasai Spanyol. Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal yang
dipakai oleh Tharif, Tariq, dan Musa.[23]
Hal menguntungkan tentara Islam lainnya adalah tentara Roderick yang terdiri dari para budak
yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang. Selain itu, orang Yahudi yang selama
ini tertekan juga mengadakan persekutuan dan memberikan bantuan bagi perjuangan kaum
Muslimin.[24]
Adapun yang dimaksud dengan faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh
penguasa, tokoh-tokoh pejuang, dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan
wilayah Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya
kompak, bersatu, dan penuh percaya diri. Mereka pun cakap, berani, dan tabah dalam
menghadapi setiap persoalan. Yang tak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan
para tentara Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong menolong. Sikap toleransi agama
dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi kaum Muslimin itu menyebabkan penduduk
Spanyol menyambut kehadiran Islam di sana.
keberhasilan Tariq bin Ziyad memasuki spanyol mendorong keinginan Musa
bin Nusair untuk menyusulnya dengan membawa tambahann pasukan 10.000 orang. Mereka
bertemu di Toledo saat itu sempat terjadi perselisihan, namun didamaikan oleh khalifah.
Keduanya bahu membahu melanjutkan memasuki kota Aragon, Castylia, Saragosa, dan
Barcelona hingga pegunungan Pyrenia. Dalam waktu tujuh tahun hampir seluruh Andalusia di
kuasai kaum muslim kecuali Glacia. lebih lengkap
bacahttps://dakwahbinsani.blogspot.co.id/2017/10/kejayaan-islam-setelah-massa.html
Berdasarkan informasi yang dirilis situs Dewan Tertinggi bagi kaum Muslimin di
Jerman, Pusat Arsip Islam mengadakan sensus terhadap jumlah umat Islam di Eropa. Yang
kami tulis ulang dari Islamisalmi.com adalah :

Jumlah mereka mencapai 53.713.953, di antaranya sebanyak 15.890.428 jiwa tersebar di


negara-negara uni Eropa.
Sebanyak 12.387.927 Muslim tinggal di Eropa Barat, masing-masing: 400.000 di Belgia,
293.000 di Jerman, 5500.000 di Prancis, 1.500.000 di Inggeris, 4000 di Irlandia, 1527 di
Leichesten, 9000 di Luxemburg, 1000.000 di Belanda, 350.000 di Austria dan 330.000 di
Swiss.
Jumlah kaum Muslimin di eropa selatan ada sekitar 462.321 jiwa, masing-masing: 117.000 di
Denmark, 15.000 di Finlandia, 321 di Eslandia, 80.000 di Norwegia dan 25.000 di Swedia.
Jumlah kaum Muslimin di eropa selatan ada sekitar 1.716.500 jiwa, masing-masing: 1.000.000
di Italia, 12.000 di Portugal, 700.000 di Spanyol dan 4500 di Malta.
Di eropa tenggara, masing-masing: 2.100.000 di Albani, 2000.000 di Bosnia, 1.100.000 di
Bulgaria, 140.000 di Yunani, 56.777 di Kroasia, 750.000 di Macedonia, 150.000 di Rumania,
47.448 di Slovenia, 1.600.000 di Serbia, 20.000 di Republik Ceko, 5.900.000 di Turki, 70.000
di Hungaria dan 200.000 di Cyprus.
Rusia merupakan tempat konsentrasi populasi Muslim terpadat di Eropa di mana mencapai
25.000 jiwa. Sedang di Litlandia ada 380 jiwa, di Lithuania 5.100 jiwa dan Polandia 7500
jiwa - islamislami.com
Masyarakat Spanyol sebelum Islam memeluk agama Katolik dan sesudah Islam
tersebar luas banyak dari mereka yang memeluk Islam dengan sukarela. Islam di Eropa sangat
berkembang. Perkembangan itu terjadi dalam berbagai bidang seperti kebudayaan, Pendidikan,
Politik dan Keagamaan.
a. Perkembangan Kebudayaan Islam di Eropa
Keberadaan kerajaan Islam di Spanyol merupakan perantara sekaligus obor
kebudayaan dan peradaban. Spanyol menjadi pusat kebudayaan, karena banyak sarjana dan
mahasiswa dari berbagai pelosok negeri berkumpul menuntut ilmu di Granada, Cordova,
Sevile, dan Toledo. di Kota-kota tersebut banyak melahirkan Ilmuwan muslim terkemuka
seperti
- Abdur Rabbi (Satrawan)
- Ali Ibnu Haz (Penulis 400 jilid buku sejarah, agama, logika, dan adat-istiadat)
- Al Khatib (Ahli sejarah)
- Ibnu Khladun (Ahli filsafat yang terkenal dengan bukunya “muqadimah”)
- Al Bakri dan Al Idrisi (Ahli Ilmu bumi)
- Ibnu batuta ( pengembara terkenal yang menjelajahi negeri-negeri Islam)
- Solomon bin Gabirol, Abu Bakar Muhammad, Ibnu Bajjah (Ahli filsafat abad XII penafsir
karya-karya Aristoteles)
- Ibnu Rusyd (Ahli bintang, sekaligus dokter dan ahli filsafat)

b. Perkembangan Pendidikan di Eropa


Perkembangan Menggembirakan dalam bidang pendidikan Islam Eropa terjadi di
Jerman. Pelajaran agama Islam di jerman sudah disetujui pemerintah masuk dalam kurikulum
sekolah negeri, meski demikian masih banyak kendala untuk penerapan pelajaran agama Islam
di sekolah negeri. Kendala utamanya di jerman belum ada organisasi keagamaan Islam yang
diakui pemerintah.
Perkembangan Pendidikan Islam juga terjadi di Inggris. Saat ini Umat Islam inggris
menjalin kerjasama dengan umat Islam Indonesia. Programnya adalah pertukaran Imam dan
Khatib yang disepakati dalam Forum Kelompok Penasehat Keulamaan Indonesia-Inggris atau
UK Islamic Advisory Group (UK-IAG) atas kesepakatan perdana menteri Inggris (Tony Blair)
dengan Presiden RI (Susilo bambang Yudhoyono) saat kunjunganya ke Indonesia pada maret
2006.
c. Perkembangan Politik Islam di Eropa
Secara umum, politik umat Islam belum dapat berperan serta secara maksimal di
Eropa. Hal ini karena jumlah penduduk muslim di negara- negara eropa belum dapat bersaing
secara signifikan. Hal ini dipersulit lagi dengan adanya sentimen negatif dari kalangan
masyarakat eropa terhadap pemeluk agama islam terkait dengan Isu teroris. Meski demikian,
saat ini muncul para tokoh Islam di panggung politik Eropa. Pengangkatan sejumlah intelektual
dan teknokrat muslim dalam jabatan-jabatan publik serta terpilihnya politisi muslim sebagai
wakil di DPR di negara-negara eropa.
Komunitas Muslim Sevilla, Spanyol memanfaatkan betul penerimaan warga setempat
dan imigran terhadap ajaran agama Islam. Mereka bekerjasama membangun sebuah tempat di
mana umat Islam dapat membuktikan ketaatannya dengan menjaga lima waktu shalat di masjid.
Saat ini, Komunitas Muslim di Sevilla Spanyol di bawah pinpinan Ibrahim Hernandez berjuang
untuk bisa kembali mengembalikan wilayahnya sebagai pusat peradaban Islam di Eropa. Salah
satu mengembalikan peradaban Islam itu dengan mendirikan sebuah masjid. “Karena kita tahu
setelah kejayaan Islam runtuh, masjid-masjid dijadikan gereja,” katanya saat menyampaikan
dakwahnya tentang perkembangan Islam di Eropa di gedung PLN, Rabu (10/2/2016).-
Republika.co.id
d. Perkembangan ke Agamaan Islam eropa
Meskipun di Eropa Perkembangan Islam sebagai barometer Peradapan di Dunia.
Namun, Dakwah Islam lebih sulit bila di bandingkan berdakwah di Asia-Afrika karena
masyarakatnya terlanjur sekuler. meskipun demikian, dengan kegigihan serta keulatan para
mubaligh, perkembangan Islam semakin baik dalam kualitas maupun kuantitasnya.
Di spanyol pada tahun 1975 sekelompok pemuda masuk Islam, mereka mendirikan
masyarakat muslim di Cordova. Selanjutnya mereka dapat melaksanakan salat Iedul adha di
kathedral (bekas masjid) pada tahun 1978.
Di Belgia berdiri pula gedung Islamic center sebagai pusat kegiatan dakwah. Jumlah
umat Islam di Belgia ± 150.000 orang. sedangkan di Belanda dibangun sebuah masjid yang
megah di kota Almero. di tempat ini pula dibentuk federasi umat islam yang di pimpin oleh
Abdul Wahid Van Bomel (warga asli belanada) yang memperjuangkan buruh-buruh muslim
diberi kesempatan unutuk menunaikan salat lima waktu. Dakwah Islam di Inggris intensif
dilakukan tiap hari libur seperti sabtu dan ahad. Di pusat kota london dibangun central moque
(masjid Agung) pada tahun 1977 dan mampu menampung 4000 jamaah, dilengkapi dengan
ruang administrasi serta kegiatan sosial. Pemeluk agama Islam bangsa Inggris juga
Imigran Arab, Turki, Mesir, Cyprus, Yaman, Malaysia dan lainya (menururt catatan The union
of moslem Organization), dan Islam di sini merupakan agama terbesar ke dua setelah kristen.
Roma merupakan negeri pusat katolik. Perkembangan Islam di Roma tidak seperti
negara-negara Eropa lainya. Selama ini Umat Islam Italia baru memiliki masjid di kota Catania
Sicilia pada tahun 1995. Jumlah umat islam di Roma ±30.000 orang. sedang di Italia (selain
Roma) ±29.000 orang

BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN

Proses islamisasi kawasan Asia Barat dimulai sejak abad ke-7. Proses ini terdiri dari tiga
fase Khalifah (khalifahurrasidyn), Dinasti Umayyah dan Dinasti Abbasiyah. Berangkat dari
ketiga fase ini islam dikenal sampai saat ini. Kawasan yang mayoritas terdiri atas bangsa Arab,
memainkan peranan penting dalam segala peristiwa yang terkait sejarah dengan Islam. Karena
itu, wilayah ini dikatakan sebagai “jantung dunia Islam”.
Sejak zaman Nabi Muhammad SAW, di Asia selatan tempatnya di India telah memiliki
sejumlah pelabuhan besar sehingga terjadi interaksi antara india dengan muslim di arab. Oleh
karena itu perdagangan dan dakwah menyatu dalam satu kegiatan sehingga
raja Kadangalur dan Cheraman Perumal masuk islam dan mengganti namanya menjadi
tajudin. Pada zaman Umar Bin Al-Khottob, Mughirah berusaha menaklukan Sin (India) tapi
usahanya gagal (643-644 M).
Dalam kekuasaan Islam, Asia Tengah mencapai kegemilangannya dalam hal budaya dan
ekonomi. Dari segi kultural, bahasa Arab mulai menggantikan bahasa Persia, khususnya
setelah Bani Abbasiyah memerintah. Sampai abad ke-9 Masehi, Transoxiana menjadi
mercusuar peradaban, yang bersandingan secara prestise dengan Baghdad-Ibu kota
kekhalifahan--Kairo, dan Kordoba (Spanyol). Namun, perlahan-lahan pengaruh Arab mulai
memudar dan akhirnya bahasa Persia mulai dipakai lagi secara umum di kawasan ini.
Islam di Rusia adalah agama terbesar kedua setelah Kristen Ortodoks, yakni sekitar 21-
28 juta penduduk atau 15 - 20 persen dari sekitar 142 juta penduduk.Untuk pertama kalinya
dalam sejarah Rusia, pemimpin Rusia (Vladimir Putin) memasukkan menteri Muslim dalam
kabinetnya dan mengakui eksistensi Muslim Rusia.
Agama Islam masuk ke Cina pada masa pemerintahan Utsman bin Affan, Mubaligh
pertama yang diutus ke negeri itu ialah Saad bin Abi Waqash. Setelah itu banyak saudagar arab
yang masuk Cina sambil berdakwah. Masyarakat Cina umumnya menerima kedatangan agama
Islam, dan banyak diantara mereka yang tertarik menjadi muslim. Keagungan ajaran Islam
yang dipraktekan dan diajarkan oleh para mubaligh, membuat masyarakat Cina kagum dan
menyebutnya dengan Hui-hui Chew atau Tsing Ching Chew yang artinya agama yang suci.
Islam semakin mendapat tempat dimasyarakat jepang. Banyak prajurit Jepang yang
pulang dari dunia ke-2 dengan oleh-oleh masuk Islam. Maka agama Islam pun semakin
berkembang dengan pesat, apalagi setelah Haji Umar Meta mendirikan oganisasi umat Islam
pada tahun 1980 M, dan Dr. Syauki Futaki mendirikan Rumah Sakit Islam terbesar di Jepang.
Sampai hari ini, agama Islam di Jepang berkembang dan semoga tetap jaya.
Agama islam masuk ke Korea pada tahun 1955M. yang dibawa oleh Abdurrahman dan
Zubair Khoci. Keduanya adalah imam rohani tentara Turki yang dikirim ke Korea dalam misi
perdamaian antara Korea Utara dan Korea Selatan. Orang Korea yang pertama kali masuk
Islam adalah Umar Kim Jin Kyu, Haji Mohamad Yon, Haji Sabir Suh. Pada tahun 1959 mereka
melaksanakan ibadah haji ke Mekah. Setelah bertemu jutaan umat Islam , dari berbagai Negara
mereka segera melakukan dakwah di negaranya.

Eksistensi perkembangan ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh peradaban Spanyol


Islam di segala bidang, telah menjadikannya sebagai sebuah negara adikuasa di zamannya.
Kehadirannya telah banyak mewarnai perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban
manusia.

Di saat perkembangan keilmuwan mencapai zaman keemasan inilah pada waktu yang
bersamaan dunia Eropa berada dalam keadaan yang memprihatinkan, Mereka terkekang oleh
dogma gerejani yang absolut yang mengharamkan umatnya untuk mengembangkan daya
nalarnya.
Namun demikian, perputaran jarum sejarah tidak selamanya menunjukkan arahnya ke dunia
Islam. Selang beberapa waktu kemudian dunia Islam mengalami disintegrasi dan stagnasi roh
ilmiah intelektual, terutama setelah serangan Al-Ghazali yang mendeskriditkan para filsuf
muslim dalam melakukan itjihad akliah mereka. Kondisi ini menjadikan umat menjadi antipati
terhadap dinamika intelektual filosofis. Sementara itu banyaklah para filsuf muslim yang harus
“keluar” dari negerinya yang sudah tak “bersahabat” lagi dengan ide-idenya ke tempat yang
lebih aman, yaitu Benua Eropa. Di sana ide-ide mereka disambut dengan antusias, apalagi
setelah para pelajar Eropa belajar di dunia Islam sebelumnya. Mereka tahu akan begitu
besarnya manfaat ilmu yang ada di dunia Islam. Keadaan inilah yang akhirnya khazanah ilmu
pengetahuan harus berpindah dari dunia Islam ke dunia non-Islam mengembalikan zaman
keemasan pendidikan dan membangun kebudayaan dunia Islam modern secara adaptik dan
komprehensif.
DAFTAR PUSTAKA

Abdullahi Ahmad An-Naim. Islam Dan Negara Sekuler. Bandung: Mizan, 2007.
A. Mukti Ali, Memahami beberapa Aspek Ajaran Islam,Bandung: Mizan,1996.
A. Waid Sy. Mamahami Pendidikan agama Islam, Bandung: CV ARMICO,2007.
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2008.
Drs. Atang Abd., Hakim, Metodologi Studi Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009.
M. Abdul Karim, Islam di Asia Tengah, bagaskara, Yogyakarta, 2006.
M Ali Kettani, Minoritas Islam di Dunia Dewasa Ini, Jakarta : Raja Grafindo, 2005.
Siti maryam Dkk, sejarah peradaban islam; dari klasik hingga Modern , Yogyakarta: lesfi
2009.
WD.Sukisman,Sejarah Cina Konterporer(I), Jakarta: Pradnya Paramita,1992.

Footnote :

1. Dedi supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2008, hlm 171-172
2. Ibid., hlm. 173
3. Siti maryam Dkk, sejarah peradaban islam; dari klasik hingga Modern (yogyakarta:
lesfi 2009), hlm. 165
4. Ibid., hlm. 166
5. M. Abdul Karim, Islam di Asia Tengah, bagaskara, Yogyakarta, 2006. Hlm 15-17

[1] M Ali Kettani, Minoritas Islam di Dunia Dewasa Ini, (Jakarta : Raja Grafindo,
2005), Hlm. 79
[2] Abdullahi Ahmad An-Naim, Islam Dan Negara Sekuler, (Bandung: Mizan, 2007),
Hlm. 70
[3] A. Waid Sy. Mamahami Pendidikan agama Islam, (Bandung: CV ARMICO,2007),
hlm. 138
[4] WD.Sukisman,Sejarah Cina Konterporer(I), (Jakarta: Pradnya Paramita,1992),
hlm. 172

[5] A. Mukti Ali, Memahami beberapa Aspek Ajaran Islam,(Bandung: Mizan,1996),


hlm.210.
[6] Drs. Atang Abd., Hakim, M.A, Metodologi Studi Islam, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya,2009), hlm. 173.
[7] A. Mukti Ali, Op.Cit., hlm. 206
[8] A. Waid Sy., Op.Cit., hlm 138
[9] A. Waid Sy., Log.Cit.,
As-Siba’i Mustafa, Peradaban Islam Dulu, Kini dan Esok. Gema Insani Press, Jakarta : 1993
Yatim Badri, Sejarah Peradaban Islam, PT: Gravindo Persada : 2003
Majid Mun’im Abdul, Sejarah Kebudayaan Islam, Pustaka : 1997
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT), Ensiklopedi Mini Sejarah dan
Kebudayaan Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta 1996.
Sunanto Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, Jakarta Timur, Penada Media: 2003
Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta, Kencana. 2005
Dean Derhak, Muslim Spain and European Culture, dalam http://www.muslimheritage.com

Siti Maryam, dkk., Sejarah Peradaban Islam: Dari masa Klasik hingga Modern. Yogyakarta.
LESFI, 2004

1. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 2, Jakarta, Pustaka Alhusna, 1983
_________, Mausu’ah al-Tarikh al-Islami wa al-Hadharah al-Islamiyah, jilid 4, Kairo:
Maktabah al-Mishriyah, 1979
Philip K. Hitti, History of the Arab, London, Macmillan Press, 1970
Carl, Brockelmann, History of the Islami Peoples, London: Rotledge & Kegan Paul, 1980
Bertol Spuler, The Muslim World: A Hisrorical Survey, Leiden: E. J. Bril, 1960
Thomas W. Arnold, Sejarah Da’wah Islam, Jakarta: Wijaya, 1983
K. Bertens, Ringkasan Sejarah Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1986
Mahmudunnasir, Islam Its Concept & History, New Delhi: Kitab Bravan, 1981
S. M. Imaduddin, Muslim Spain: 711-1492 A.D, Leiden: E. J. Brill, 1981
David Wessenstein, Politics and Society in Islami Spain: 1002-1086, New Jersey: Princeton
University Press, 1985
Jurji Zaidan, Tarikh al-Tamaddun al-Islami, juz III, Kairo: Dara l-Hilal, tt
Musyrifah Sunanto,Sejarah Islam Klasik, Jakarta Timur, Penada Media, 2003

W. Montgomery Watt, Kejayaan Islam: Kajian kritis dari tokoh orientalis. Yogyakarta: Tiara
Wacana, 1990

Harun Nasution, Islam ditinjau dari berbagai aspeknya, Jakarta: UI Press, 1985

Lutfi abd al-Badi, al-Islam fi Isbaniya, Kairo: Maktabah al-Nahdhah al-Mishriyyah, 1969
Masjid fakhri, Sejarah Filsafat Islam, Jakarta: Pustaka jaya, 1986
Zainal Abidin Ahmad, Riwayat Hidup Ibn Rusyd, Jakarta: Bulan Bintan: 1975

[10]Siti Maryam, dkk., Sejarah Peradaban Islam, hlm. 69


[11]Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, hlm. 110
[12]A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Jilid 2, (Jakarta, Pustaka Alhusna, 1983), hlm.
154
[13]Philip K. Hitti, History of the Arab,( London, Macmillan Press, 1970), hlm. 493
[14]Carl, Brockelmann, History of the Islami Peoples, (London: Rotledge & Kegan Paul,
1980), hlm. 83
[15]A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, hlm. 161
[16] Philip K. Hitti, History of the Arab, hlm. 628
[17]Carl, Brockelmann, History of the Islami Peoples, hlm. 14
[18]Bertol Spuler, The Muslim World: A Hisrorical Survey,( Leiden: E. J. Bril, 1960), hlm. 100
[19]Thomas W. Arnold, Sejarah Da’wah Islam, (Jakarta: Wijaya, 1983), hlm. 118
[20]Mahmudunnasir, Islam Its Concept & History, (New Delhi: Kitab Bravan, 1981), hlm. 214
[21]S. M. Imaduddin, Muslim Spain: 711-1492 A.D, (Leiden: E. J. Brill, 1981), hlm. 9
[22]S. M. Imaduddin, Muslim Spain: 711-1492 A.D, hlm. 13
[23] Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm. 96
[24]A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, hlm. 158

Anda mungkin juga menyukai