Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Penyakit yang disebabkan oleh virus pada saluran pernafasan ditandai
dengan demam dan disertai satu atau lebih reaksi sistemik,seperti
menggigil/kedinginan, sakit kepala, malaise,dan anoreksi, kadang-kadang pada
anak-anak ada gangguan gas trointestinal.Tanda-tanda lokal juga terjadi di berbagai
lokasi pada saluran pernafasan; bisa hanya satu gejala atau kombinasi, seperti
rhinitis, faringitis atau tonsillitis, laringitis, laringotrakeitis, bronkitis, bronkiolitis,
pneumonitis atau pneumonia. Mungkin juga terjadi konjungtivitis. Gejala-gejala dan
tanda-tanda klinis biasanya berkurang sesudah 2-5 hari tanpa komplikasi; namun
Bagaimanapun, bias terjadi komplikasi sinusitis bakteriil, otitis media atau yang
jarang sekali terjadi yaitu pneumonia yang disebabkan oleh bakteri. Jumlah sel
darah putih dan flora bakteri pada saluran pernafasan dalam batas normal, kecuali
jika terjadi komplikasi. Pada bayi, akan sulit membedakannya dengan pneumonia,
sepsis dan meningitis. Diagnosa spesifik ditegakkan dengan isolasi etiologi penyakit
dari sekret saluran pernafasan yang ditanam pada kultur sel yang tepat atau pada
kultur organ. Diagnosa jugad itegakkan dengan melakukan identifikasi dari antigen
virus pada sel nasofaring dengan tes FA, ELISA dan RIA, dan atau adanya kenaikan
titer antibodi dari pasangan sera.

B.     TUJUAN PENULISAN
1.      Untuk memenuhi tugas.
2.      Untuk lebih mendalami lagi tentang penyakit dan kelainan pada system
pernafasan.

C.    RUMUSAN MASALAH
1.      Apa sajakah penyakit saluran pernafasan?
2.      Bagaimana cara menangani penyakit penyakit saluran pernafasan?
3.      Bagaimana cara pencegahan penyakit penyakit saluran pernafasan?

1
BAB II
PEMBAHASAN
1.      Asbestosis
Asbestosis adalah suatu penyakit saluran pernapasan yang terjadi akibat
menghirup serat-serat asbes, dimana pada paru-paru terbentuk jaringan parut yang
luas.
Asbestos terdiri dari serat silikat mineral dengan komposisi kimiawi yang berbeda.
Jika terhisap, serat asbes mengendap di dalam dalam paru-paru, menyebabkan
parut. Menghirup asbes juga dapat menyebabkan penebalan pleura (selaput yang
melapisi paru-paru).
Penyebab,
Menghirup serat asbes bisa menyebabkan terbentuknya jaringan parut (fibrosis) di
dalam paru-paru. Jaringan paru-paru yang membentuk fibrosis tidak dapat
mengembang dan mengempis sebagaimana mestinya. Beratnya penyakit
tergantung kepada lamanya pemaparan dan jumlah serat yang terhirup. Pemaparan
asbes bisa ditemukan di industri pertambangan dan penggilingan, konstruksi dan
industri lainnya. Pemaparan pada keluarga pekerja asbes juga bisa terjadi dari
partikel yang terbawa ke rumah di dalam pakaian pekerja.
Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh asbes diantaranya:
Plak pleura (klasifikasi), Mesotelioma maligna, Efusi pleura.
Penyembuhan,
Pengobatan suportif untuk mengatasi gejala yang timbul adalah membuang
lendir/dahak dari paru-paru melalui prosedur postural drainase, perkusi dada dan
vibrasi. Diberikan obat semprot untuk mengencerkan lendir. Mungkin perlu diberikan
oksigen, baik melalui sungkup muka (masker) maupun melalui selang plastik yang
dipasang di lubang hidung. Kadang dilakukan pencangkokan paru-paru.
Mesotelioma berakibat fatal, kemoterapi tidak banyak bermanfaat dan pengangkatan
tumor tidak menyembuhkan kanker.
Pencegahan,
Asbestosis dapat dicegah dengan mengurangi kadar serat dan debu asbes di
lingkungan kerja. Karena industri yang menggunakan asbes sudah melakukan
kontrol debu, sekarang ini lebih sedikit yang menderita asbestosis, tetapi
mesotelioma masih terjadi pada orang yang pernah terpapar 40 tahun lalu.
Untuk mengurangi risiko terjadinya kanker paru-paru, kepada para pekerja yang
berhubungan dengan asbes, dianjurkan untuk berhenti merokok. Sementara itu
guna menghindari sumber penyakit yang akan tersebar pada pihak keluarga,
disarankan setiap pekerja untuk mencuci pakaian kerjanya di pabrik, dan
menggantinya dengan pakaian bersih untuk kembali ke rumah. Sehingga semua
pakaian kerja tidak ada yang dibawa pulang, dan pekerja membersihkan diri atau
mandi sebelum kembali kerumah masing-masing.

2.      Asma
Asma adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan
karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan
peradangan; penyempitan ini bersifat sementara.
Penyebab,
Pada penderita asma, penyempitan saluran pernafasan merupakan respon terhadap
rangsangan yang pada paru-paru normal tidak akan mempengaruhi saluran
pernafasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk

2
sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga. Pada suatu serangan
asma, otot polos dari bronki mengalami kejang dan jaringan yang melapisi saluran
udara mengalami pembengkakan karena adanya peradangan (inflamasi) dan
pelepasan lendir ke dalam saluran udara. Hal ini akan memperkecil diameter dari
saluran udara (disebut bronkokonstriksi) dan penyempitan ini menyebabkan
penderita harus berusaha sekuat tenaga supaya dapat bernafas.
Sel-sel tertentu di dalam saluran udara (terutama sel mast) diduga
bertanggungjawab terhadap awal mula terjadinya penyempitan ini. Mastosit di
sepanjang bronki melepaskan bahan seperti histamin dan leukotrien yang
menyebabkan terjadinya: - kontraksi otot polos - peningkatan pembentukan lendir -
perpindahan sel darah putih tertentu ke bronki. Mastosit mengeluarkan bahan
tersebut sebagai respon terhadap sesuatu yang mereka kenal sebagai benda asing
(alergen), seperti serbuk sari, debu halus yang terdapat di dalam rumah atau bulu
binatang.
Tetapi asma juga bisa terjadi pada beberapa orang tanpa alergi tertentu. Reaksi
yang sama terjadi jika orang tersebut melakukan olah raga atau berada dalam cuaca
dingin. Stres dan kecemasan juga bisa memicu dilepaskannya histamin dan
leukotrien.
Sel lainnya (eosnofil) yang ditemukan di dalam saluran udara penderita asma
melepaskan bahan lainnya (juga leukotrien), yang juga menyebabkan penyempitan
saluran udara.
Pengobatan,
Obat-obatan bisa membuat penderita asma menjalani kehidupan normal.
Pengobatan segera untuk mengendalikan serangan asma berbeda dengan
pengobatan rutin untuk mencegah serangan.
Agonis reseptor beta-adrenergik merupakan obat terbaik untuk mengurangi
serangan asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang
mungkin dipicu oleh olahraga. Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran
udara oleh reseptor beta-adrenergik.
Bronkodilator yang yang bekerja pada semua reseptor beta-adrenergik (misalnya
adrenalin), menyebabkan efek samping berupa denyut jantung yang cepat, gelisah,
sakit kepala dan tremor (gemetar) otot. Bronkodilator yang hanya bekerja pada
reseptor beta2-adrenergik (yang terutama ditemukan di dalam sel-sel di paru-paru),
hanya memiliki sedikit efek samping terhadap organ lainnya. Bronkodilator ini
(misalnya albuterol), menyebabkan lebih sedikit efek samping dibandingkan dengan
bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor beta-adrenergik.
Sebagian besar bronkodilator bekerja dalam beberapa menit, tetapi efeknya hanya
berlangsung selama 4-6 jam. Bronkodilator yang lebih baru memiliki efek yang lebih
panjang, tetapi karena mula kerjanya lebih lambat, maka obat ini lebih banyak
digunakan untuk mencegah serangan.
Bronkodilator tersedia dalam bentuk tablet, suntikan atau inhaler (obat yang dihirup)
dan sangat efektif. Penghirupan bronkodilator akan mengendapkan obat langsung di
dalam saluran udara, sehingga mula kerjanya cepat, tetapi tidak dapat menjangkau
saluran udara yang mengalami penyumbatan berat. Bronkodilator per-oral (ditelan)
dan suntikan dapat menjangkau daerah tersebut, tetapi memiliki efek samping dan
mula kerjanya cenderung lebih lambat.
Jenis bronkodilator lainnya adalah theophylline. Theophylline biasanya diberikan
per-oral (ditelan); tersedia dalam berbagai bentuk, mulai dari tablet dan sirup short-
acting sampai kapsul dan tablet long-acting.

3
Pada serangan asma yang berat, bisa diberikan secara intravena (melalui pembuluh
darah).
Jumlah theophylline di dalam darah bisa diukur di laboratorium dan harus dipantau
secara ketat, karena jumlah yang terlalu sedikit tidak akan memberikan efek,
sedangkan jumlah yang terlalu banyak bisa menyebabkan irama jantung abnormal
atau kejang. Pada saat pertama kali mengkonsumsi theophylline, penderita bisa
merasakan sedikit mual atau gelisah. Kedua efek samping tersebut, biasanya hilang
saat tubuh dapat menyesuaikan diri dengan obat. Pada dosis yang lebih besar,
penderita bisa merasakan denyut jantung yang cepat atau palpitasi (jantung
berdebar). Juga bisa terjadi insomnia (sulit tidur), agitasi (kecemasan, ketakuatan),
muntah, dan kejang.
Corticosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam
mengurangi gejala asma. Jika digunakan dalam jangka panjang, secara bertahap
corticosteroid akan menyebabkan berkurangnya kecenderungan terjadinya serangan
asma dengan mengurangi kepekaan saluran udara terhadap sejumlah rangsangan.
Tablet atau suntikan corticosteroid bisa digunakan selama 1-2 minggu untuk
mengurangi serangan asma yang berat. Untuk penggunaan jangka panjang
biasanya diberikan inhaler corticosteroid karena dengan inhaler, obat yang sampai di
paru-paru 50 kali lebih banyak dibandingkan obat yang sampai ke bagian tubuh
lainnya. Corticosteroid per-oral (ditelan) diberikan untuk jangka panjang hanya jika
pengobatan lainnya tidak dapat mengendalikan gejala asma.
Cromolin dan nedocromil diduga menghalangi pelepasan bahan peradangan dari sel
mast dan menyebabkan berkurangnya kemungkinan pengkerutan saluran udara.
Obat ini digunakan untuk mencegah terjadinya serangan, bukan untuk mengobati
serangan. Obat ini terutama efektif untuk anak-anak dan untuk asma karena olah
raga. Obat ini sangat aman, tetapi relatif mahal dan harus diminum secara teratur
meskipun penderita bebas gejala.
Obat antikolinergik (contohnya atropin dan ipratropium bromida) bekerja dengan
menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan di dalam
bronkus oleh asetilkolin. Lebih jauh lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran
saluran udara pada penderita yang sebelumnya telah mengkonsumsi agonis
reseptor beta2-adrenergik.
Pengubah leukotrien (contohnya montelucas, zafirlucas dan zileuton) merupakan
obat terbaru untuk membantu mengendalikan asma. Obat ini mencegah aksi atau
pembentukan leukotrien (bahan kimia yang dibuat oleh tubuh yang menyebabkan
terjadinya gejala-gejala asma).
Pencegahan,
Serangan asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari.
Serangan yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum obat sebelum
melakukan olah raga.

3.      Bronkientasis
Bronkientasis adalah suatu perusakan dan pelebaran (dilatasi) abnormal dari
saluran pernapasan yang besar.
Bronkiektasis bukan merupakan penyakit tunggal, dapat terjadi melalui berbagai
cara dan merupakan akibat dari beberapa keadaan yang mengenai dinding bronkial,
baik secara langsung maupun tidak, yang mengganggu sistem pertahanannya.
Keadaan ini mungkin menyebar luas, atau mungkin muncul di satu atau dua tempat.
Secara khusus, bronkiektasis menyebabkan pembesaran pada bronkus yang
berukuran sedang, tetapi bronkus berukuran kecil yang berada dibawahnya sering

4
membentuk jaringan parut dan menyempit. Kadang-kadang bronkiektasis terjadi
pada bronkus yang lebih besar, seperti yang terjadi pada aspergilosis
bronkopulmoner alergika (suatu keadaan yang disebabkan oleh adanya respon
imunologis terhadap jamur Aspergillus).
Dalam keadaan normal, dinding bronkus terbuat dari beberapa lapisan yang
ketebalan dan komposisinya bervariasi pada setiap bagian dari saluran pernapasan.
Lapisan dalam (mukosa) dan daerah dibawahnya (submukosa) mengandung sel-sel
yang melindungi saluran pernapasan dan paru-paru dari zat-zat yang berbahaya.
Sel-sel ini terdiri dari: sel penghasil lendir
sel bersilia, yang memiliki rambut getar untuk membantu menyapu partikel-partikel
dan lendir ke bagian atas atau keluar dari saluran pernapasan
sel-sel lainnya yang berperan dalam kekebalan dan sistem pertahanan tubuh,
melawan organisme dan zat-zat yang berbahaya lainnya.
Struktur saluran pernapasan dibentuk oleh serat elastis, otot dan lapisan kartilago
(tulang rawan), yang memungkinkan bervariasinya diameter saluran pernapasan
sesuai kebutuhan. Pembuluh darah dan jaringan limfoid berfungsi sebagai pemberi
zat makanan dan sistem pertahanan untuk dinding bronkus.
Pada bronkiektasis, daerah dinding bronkus rusak dan mengalami peradangan
kronis, dimana sel bersilia rusak dan pembentukan lendir meningkat. Ketegangan
dinding bronkus yang normal juga hilang. Area yang terkena menjadi lebar dan
lemas dan membentuk kantung yang menyerupai balon kecil. Penambahan lendir
menyebabkan kuman berkembang biak, yang sering menyumbat bronkus dan
memicu penumpukan sekresi yang terinfeksi dan kemudian merusak dinding
bronkus.
Peradangan dapat meluas ke kantong udara kecil (alveoli) dan menyebabkan
bronkopneumonia, jaringan parut dan hilangnya fungsi jaringan paru-paru. Pada
kasus yang berat, jaringan parut dan hilangnya pembuluh darah paru-paru dapat
melukai jantung.
Peradangan dan peningkatan pembuluh darah pada dinding bronkus juga dapat
menyebabkan batuk darah. Penyumbatan pada saluran pernapasan yang rusak
dapat menyebabkan rendahnya kadar oksigen dalam darah.
Penyebab,
Batuk menahun bisa disebabkan oleh:
Infeksi pernapasan, Campak, Pertusis, Infeksi adenovirus, Infeksi bakteri contohnya
Klebsiella, Staphylococcus atau Pseudomonas br>- Influenza, Tuberkulosa, Infeksi
jamur, Infeksi mikoplasma, Penyumbatan bronkus, Benda asing yang terisap,
Pembesaran kelenjar getah bening, Tumor paru, Sumbatan oleh lendir, Cedera
penghirupan, Cedera karena asap, gas atau partikel beracun, Menghirup getah
lambung dan partikel makanan, Keadaan genetik, Fibrosis kistik, Diskinesia silia,
termasuk sindroma Kartagener, Kekurangan alfa-1-antitripsin, Kelainan imunologik ,
Sindroma kekurangan imunoglobulin, Disfungsi sel darah putih, Kekurangan
koplemen, Kelainan autoimun atau hiperimun tertentu seperti rematoid artritis, kolitis
ulserativa
Keadaan lain :
Penyalahgunaan obat (misalnya heroin), Infeksi HIV, Sindroma Young (azoospermia
obstruktif), Sindroma Marfan.
Pengobatan,
Tujuan dari pengobatan adalah mengendalikan infeksi dan pembentukan
dahak,membebaskan penyumbatan saluran pernapasan serta mencegah
komplikasi.Drainase postural yang dilakukan secara teratur setiap hari, merupakan

5
bagian dari pengobatan untuk membuang dahak. Seorang terapis pernapasan bisa
mengajarkan cara melakukan drainase postural dan batuk yang efektif.Untuk
mengatasi infeksi seringkali diberikan antibiotik, bronkodilator Dan ekspektoran.
Pengangkatan paru melalui pembedahan dilakukan pada penderita yang tidak
memberikan respon terhadap pemberian obat atau pada penderita yang mengalami
perdarahan hebat.

Pencegahan,
         Imunisasi campak dan pertusis pada masa kanak-kanak membantu menurunkan
angka kejadian bronkiektasis.
         Vaksin influenza berkala membantu mencegah kerusakan bronkus oleh virus flu.
Vaksin pneumokok membantu mencegah komplikasi berat dari pneumonnia
pneumokok.
         Minum antibiotik dini saat infeksi juga mencegah bronkiektasis atau
memburuknya penyakit.
         Pengobatan dengan imunoglobulin pada sindroma kekurangan imunoglobulin
mencegah infeksi berulang yang telah mengalami komplikasi.
         Penggunaan anti peradangan yang tepat (seperti kortikosteroid), terutama pada
penderita bronkopneumonia alergika aspergilosis, bisa mencegah kerusakan
bronkus yang akan menyebabkan terjadinya bronkiektasis.
         Menghindari udara beracun, asap (termasuk asap rokok) dan serbuk yang
berbahaya (seperti bedak atau silika) juga mencegah bronkiektasis atau mengurangi
beratnya penyakit.
         Masuknya benda asing ke saluran pernapasan dapat dicegah dengan: -
memperhatikan apa yang dimasukkan anak ke dalam mulutnya - menghindari
kelebihan dosis obat dan alkohol - mencari pengobatan medis untuk gejala
neurologis (seperti penurunan kesadaran) atau gejala saluran pencernaan (seperti
regurgitasi atau batuk setelah makan).
         Tetes minyak atau tetes mineral untuk mulut atau hidung jangan digunakan
menjelang tidur karena dapat masuk ke dalam paru.
         Bronkoskopi dapat digunakn untuk menemukan dan mengobati penyumbatan
bronkus sebelum timbulnya kerusakan yang berat.

4.      Penyakit Batuk rejan


Penyakit Batuk rejan atau juga dikenali sebagai "pertusis" atau dalam bahasa
Inggris Whooping Cough adalah satu penyakit menular. Di dunia terjadi sekitar 30
sampai 50 juta kasus per tahun, dan menyebabkan kematian pada 300.000 kasus
(data dari WHO). Penyakit ini biasanya terjadi pada anak berusia di bawah 1 tahun.
90 persen kasus ini terjadi di negara berkembang.
Penyebab,
penyakit ini biasanya disebabkan oleh bacterium Bordetella namun tidak jarang
diakibatkan oleh B. Parapertussis.
Pengobatan,
Jika penyakitnya berat, penderita biasanya dirawat di rumah sakit. Mereka
ditempatkan di dalam kamar yang tenang dan tidak terlalu terang. Keributan bisa
merangsang serangan batuk. Bisa dilakukan pengisapan lendir dari tenggorokan.
Pada kasus yang berat, oksigen diberikan langsung ke paru-paru melalui selang
yang dimasukkan ke trakea. Untuk menggantikan cairan yang hilang karena muntah
dan karena bayi biasanya tidak dapat makan akibat batuk, maka diberikan cairan

6
melalui infus. Gizi yang baik sangat penting, dan sebaiknya makanan diberikan
dalam porsi kecil tetapi sering. Untuk membasmi bakteri, biasanya diberikan
antibiotik eritromycin.
Pencegahan,
Imunisasi pada usia 2, 4, 6, dan 18 bulan dan 4-6 tahun. Diharapkan kemugkinan
terkenanya pertusis akan makin rendah dengan diberikan nya imunisasi, dan gejala
penyakit pun tidak akan seberat kalau tanpa diberikannya imunisasi.

5.      Bronkitis
Bronkitis adalah suatu peradangan pada bronkus (saluran udara ke paru-
paru).
Penyakit ini biasanya bersifat ringan dan pada akhirnya akan sembuh sempurna.
Tetapi pada penderita yang memiliki penyakit menahun (misalnya penyakit jantung
atau penyakit paru-paru) dan pada usia lanjut, bronkitis bisa bersifat serius.
Penyebab,
Bronkitis infeksiosa disebabkan oleh virus, bakteri dan organisme yang menyerupai
bakteri (Mycoplasma pneumoniae dan Chlamydia)
Serangan bronkitis berulang bisa terjadi pada perokok dan penderita penyakit paru-
paru dan saluran pernafasan menahun. Infeksi berulang bisa merupakan akibat dari:
         Sinusitis kronis, Bronkiektasis, Alergi
         Pembesaran amandel dan adenoid pada anak-anak.
Bronkitis iritatif bisa disebabkan oleh:
Berbagai jenis debu, Asap dari asam kuat, amonia, beberapa pelarut organik, klorin,
hidrogen sulfida, sulfur dioksida dan bromin, Polusi udara yang menyebabkan iritasi
ozon dan nitrogen dioksida, Tembakau dan rokok lainnya.
Pengobatan,
Untuk mengurangi demam dan rasa tidak enak badan, kepada penderita dewasa
bisa diberikan aspirin atau acetaminophen; kepada anak-anak sebaiknya hanya
diberikan acetaminophen. Dianjurkan untuk beristirahat dan minum banyak cairan.

6.      Faringitis
Faringitis (dalam bahasa Latin; pharyngitis), adalah suatu penyakit peradangan
yang menyerang tenggorok atau faring. Kadang juga disebut sebagai radang
tenggorok.
Radang ini bisa disebabkan oleh virus atau kuman, disebabkan daya tahan yang
lemah. Pengobatan dengan antibiotika hanya efektif apabila karena terkena kuman.
Kadangkala makan makanan yang sehat dengan buah-buahan yang banyak,
disertai dengan vitamin bisa menolong.
Gejala radang tenggorokan seringkali merupakan pratanda penyakit flu atau
pilek.
faringitis ada yang akut dan kronis,
Faringitis akut, radang tenggorok yang masih baru, dengan gejala nyeri tenggorok
dan kadang disertai demam dan batuk.
Faringitis kronis, radang tenggorok yang sudah berlangsung dalam waktu yang
lama, biasanya tidak disertai nyeri menelan, cuma terasa ada sesuatu yang
mengganjal di tenggorok.

7.      Infeksi Saluran Napas Atas

7
Infeksi saluran napas atas dalam bahasa Indonesia juga di kenal sebagai ISPA
(Infeksi Saluran naPas Atas) atau URI dalam bahasa Inggris adalah penyakit infeksi
akut yang melibatkan organ saluran pernapasan, hidung, sinus, faring, atau laring.
Penyembuhan,
Penyembuhannya melalui terapi. Terapi yg diberikan pada penyakit ini biasanya
pemberian antibiotik walaupun kebanyakan ISPA disebabkan oleh virus yang dapat
sembuh dengan sendirinya tanpa pemberian obat obatan terapeutik, pemberian
antibiotik dapat mempercepat penyembuhan penyakit ini dibandingkan hanya
pemberian obat obatan symptomatic, selain itu dengan pemberian antibiotik dapat
mencegah terjadinya infeksi lanjutan dari bakterial, pemberian, pemilihan antibiotik
pada penyakit ini harus diperhatikan dengan baik agar tidak terjadi resistensi
kuman/baterial di kemudian hari. Namun pada penyakit ISPA yg sudah berlanjut
dengan gejala dahak dan ingus yg sudah menjadi hijau, pemberian antibiotik
merupakan keharusan karena dengan gejala tersebut membuktikan sudah ada
bakteri yg terlibat.  

8.      Influensa
Influensa, biasanya dikenali sebagai flu di masyarakat, adalah penyakit
menular burung dan mamalia yang disebabkan oleh virus RNA dari famili
Orthomyxoviridae (virus influensa). Penyakit ini ditularkan dengan medium udara
melalui bersin dari si penderita. Pada manusia, gejala umum yang terjadi adalah
demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, hidung tersumbat dan mengeluarkan
cairan, batuk, lesu serta rasa tidak enak badan. Dalam kasus yang lebih buruk,
influensa juga dapat menyebabkan terjadinya pneumonia, yang dapat
mengakibatkan kematian terutama pada anak-anak dan orang berusia lanjut.
Pencegahan,
Sebagian besar virus influensa disebarkan melalui kontak langsung. Seseorang
yang menutup bersin dengan tangan akan menyebarkan virus ke orang lain. Virus ini
dapat hidup selama berjam-jam dan oleh karena itu cucilah tangan sesering
mungkin dengan sabun
Minumlah yang banyak karena air berfungsi untuk membersihkan racun
Hiruplah udara segar secara teratur terutama ketika dalam cuaca sejuk
Cobalah bersantai agar anda dapat mengaktifkan sistem kekebalan tubuh karena
dengan bersantai dapat membantu sistem kekebalan tubuh merespon terhadap
virus influensa
Kaum lanjut usia atau mereka yang mengidap penyakit kronis dianjurkan
diimunisasi. Namun perlu adanya alternatif lain dalam mengembangkan imunitas
dalam tubuh sendiri, melalui makanan yang bergizi dan menjahui potensi-potensi
yang menyebabkan influensa
Sejumlah penelitian membuktikan bahwa dengan mengkonsumi 200 ml yoghurt
rendah lemak per hari mampu mencegah 25% peluang terkena influensa
dikarenakan yoghurt mengandung banyak laktobasilus

9.      Paru-paru hitam
Paru-paru hitam adalah suatu penyakit paru-paru yang disebabkan karena
menghirup debu batubara dalam jangka panjang. Penyakit ini dikenal juga dengan
sebutan pneumokoniosis pekerja batubara, dapat terjadi dalam 2 bentuk, yaitu
simplek dan komplikata. Tipe simplek biasanya bersifat ringan, sedangkan tipe
komplikata bisa berakibat fatal.
Penyebab,

8
Paru-paru hitam merupakan akibat dari terhirupnya serbuk batubara dalam jangka
waktu yang lama. Merokok tidak menyebabkan meningkatnya angka kejadian paru-
paru hitam, tetapi bisa memberikan efek tambahan yang berbahaya bagi paru-paru.
Resiko menderita paru-paru hitam berhubungan dengan lamanya dan luasnya
pemaparan terhadap debu batubara. Kebanyakan pekerja yang terkena berusia
lebih dari 50 tahun. Penyakit ini ditemukan pada 6 dari 100.000 orang.
Pengobatan,
Tidak ada pengobatan khusus untuk penyakit ini, selain untuk mengobati
komplikasinya (gagal jantung kanan atau tuberkulosis paru). Jika terjadi gangguan
pernafasan, maka diberikan bronkodilator dan ekspektoran.
Tetapi adalah penting untuk menghindari pemaparan lebih lanjut.
Pencegahan,
Paru-paru hitam dapat dicegah dengan menghindari debu batubara pada lingkungan
kerja. Pekerja tambang batubara harus menjalani pemeriksaan foto dada tiap 4-5
tahun sehingga penyakit ini dapat ditemukan pada stadium awal. Jika ditemukan
penyakit, maka pekerja tersebut harus dipindahkan ke daerah dimana kadar debu
batubaranya rendah, untuk menghindari terjadinya fibrosis masif progresif.

10.  Difteri
Difteri adalah penyakit akibat terjangkit bakteri yang bersumber dari
Corynebacterium diphtheriae (C. diphtheriae). Penyakit ini menyerang bagian atas
mukosa saluran pernapasan dan kulit yang terluka. Tanda-tanda yang dapat
dirasakan ialah sakit tekak dan demam secara tiba-tiba disertai tumbuhnya
membran kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernapasan.
Penyebab,
Pembawa kuman ini adalah manusia sendiri dan amat sensitif pada faktor-faktor
alam sekitar seperti kekeringan, kepanasan dan sinar matahari. Difteri disebarkan
dari kulit, saluran pernapasan dan sentuhan dengan penderita difteri itu sendiri.
Tingkat kematian akibat difteri paling tinggi di kalangan bayi dan orang tua dan
kematian biasanya terjadi dalam masa tiga hingga empat hari.
Pengobatan,
Perawatan bagi penyakit ini termasuk antitoksin difteri, yang melemahkan toksin dan
antibiotik. Eritromisin dan penisilin membantu menghilangkan kuman dan
menghentikan pengeluaran toksin.
Pencegahan,
Umumnya difteri dapat dicegah melalui vaksinasi. Bayi, kanak-kanak, remaja, dan
orang dewasa yang tidak mempunyai cukup pelalian memerlukan suntikan booster
setiap 10 tahun.

9
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam sistem pernapasan  oksigen merupakan hal utama yang dibutuhkan dan
berdasar kepada kebutuhan oksigen. Pernapasan  seluler dibagi menjadi pernapasan aerop dan
anaerob.
Secara garis besar pernapasan merupakan pemecah glukosa dengan bantuan-bantuan
enzim untuk menghasilkan energi. Pernapasan pada manusia menggunakan paru-paru. Jalur
pernapasan manusia adalah sebagai berikut:
Rongga hidung => faring => laring => trakea => bronkus =>bronkilius, aveolus.
Pertukaran/difusi O2 dan CO2 pada paru-paru  terjadi pada dibagian alveolus.
Pernapasan melibatkan 2 proses yaitu  menarik nafas (inspirasi) dan mengeluarkan
nafas (ekspirasi) berdasarkan organ-organ yang terlibat.
Pernapasan dibagi menjadi  2 yaitu pernapasan  dada dan pernapasan perut.
Dalam keadaan normal volume udara pernapasan  500- 3500ml, Yang terdiri dari 500
ml volume tidal, 1500ml komplementer dan 1500 ml udara suplementer. Kapasitas vital paru-
paru ditambah udara residu tersebut kapasitas total.
Ada beberapa gangguan dan kelainan yang menyerang alat pernapasan antara lain:
faringistis, pneumonia, emfisema paru-paru, asma, dipteri, asfiksi, tuberkulosis (TBC),
hipoksia, asidosis, sianosis, bronkitis, tonsilitis, pleuritis, SARS, kanker paru-paru dan rinitis.
Teknologi pengobatan untuk mengatasi dan mencegah berbagai penyakit dan
gangguan pada sistem rsepirasi antara lain sebgai berikut: stetoskop, radiasi menggunakan
sinar – X, pulmotor, intubasi endotrakea dan trakeostomi, oygen catheter atau oygen cannula

B. Saran
Jagalah kesehatan organ pernafasan terutama pada paru-paru dan organ
sistem  pernafasan lainnya. Agar tidak terjadi gangguan pada sistem pernapasan kita,
hindarilah polusi udara dan gas-gas beracun, dan terutama hindarilah sikap merokok. Serta
rawatlah paru-paru (pulmo) agar tetap bersih, karena Paru-paru mudah sekali terserang
penyakit infeksi sehingga menimbulkan kerusakan jaringannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad. 2003.Kamus Lengkap Kedokteran Edisi Revisi . Gitamedia Press-Surabaya.

Aryulina, Dyah, dkk. 2004. Biologi 2 SMA dan MA untuk kelas IX. Jakarta:ESIS.
           
Furqonita, D. 2007.S e r i P I A BIOLOGI SMP Kelas VIII . Penerbit
Quadra   dari Yudhistira-Jakarta.

Kadaryanto et al. 2006.BIOLOGI 2, Mengungkap Rahasia Alam Kehidupan, SMP


Kelas VIII.Penerbit Yudhistira-Jakarta.

Lawrence, E. 1991.Henderson’s Dictionary of: Biological Terms Tenth


Edition.  LongmanScientific & Technical. Longman Group UK Limited-England.

Lestari, S. Omegawati, W.H. dan Kusumawati, R. 2007.IPA BIOLOGI Eksplorasi


Kelas VII  untuk SMP dan MTs. Penerbit Intan Pariwara Klaten.
           
Pratiwi, D.A, dkk. 2007. Biologi untuk SMA dan MA kelas IX jilid 2. Jakarta: Erlangga.

Prawirohartono, S. dan Hadisumarto, S. 1999.Sains BIOLOGI-2b Untuk Kelas 2 Tengah


Tahun Kedua Sesuai Kurikulu, 1994. Penerbit Bumi Aksara-Jakarta.
           
Purwanto, B. dan Nugroho, A. 2007.Belajar Ilmu Alam dan Sekitarnya
2 . P e n e r b i t T i g a Serangkai Pustaka Mandiri-Solo.

Saktiyono. 2004.Sains BIOLOGI SMP Untuk Kelas VIII  . Penerbit Esis dari Penerbit Erlangga-
Jakarta.

11
Pertanyaan
1. Infeksi bakteri Diplococcus pneumoniae pada alveolus bisa menyebabkan gangguan
perna- pasan yang dikenal dengan istilah ….
A. asma
B. pneumonia
C. tuberkulosis
D. bronkitis
E. asfiksi
Jawaban: B
2. Alat pernapasan manusia terdiri atas ….
A. hidung, trakea, laring, dan paru-paru
B. hidung, faring, trakea, dan paru-paru
C. hidung, faring, laring, trakea, dan paru- paru
D. hidung, laring, dan paru-paru
E. hidung, faring, laring, dan paru-paru
Jawaban: C
3.  Kadar asam laktat dalam otot meningkat ketika tubuh kekurangan ….
A. glukosa
B. oksigen
C. H2CO3
D. energi
E. CO2
Jawaban: B
4. Seorang pasien mengalami batuk-batuk dan sering berkeringat pada malam hari.
Setelah dilakukan pemeriksaan di laboratorium diketahui bahwa terjadi peradangan
pada dinding alveolus nya. Peradangan tersebut disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium tuberculosis. Berdasarkan gejala- gejalanya dan faktor penyebabnya
pasien tersebut menderita penyakit . . . .
A. Pneumonia
B. Pleuritis
C. Asma
D. TBC (Tuberculosis)
Jawaban: D
5. Pak Ahmad merasakan nyeri di bagian dadanya ketika bernafas. Hasil pemeriksaan
dokter dapat diketahui bahwa selaput paru-parunya mengalami peradangan. Penyakit
yang diderita Pak Ahmad adalah . . . .

A. Pleuritis
B. Bronkitis
C. Pneumonia
D. Tuberkulosis
Jawaban: A

12

Anda mungkin juga menyukai