Anda di halaman 1dari 19

PENDIDIKAN ISLAM DI WILAYAH ANDALUSIA

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi nilai mata kuliah Sejarah Peradaban Islam


Dosen Pengampu : Dr. Affan Hasnan, M.Pd

Disusun Oleh :
Muhajir

MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


INSTITUT PESANTREN KH. ABDUL CHALIM
MOJOKERTO
1443 H / 2021 M
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT. karena atas rahmat,
karunia serta kasih sayangNya kami dapat menyelesaikan makalah mengenai
“Pendidikan Islam Di Wilayah Andalusia”. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurah kepada Nabi terakhir, penutup para Nabi sekaligus satu-satunya uswatun
hasanah kita, Nabi Muhammad SAW. tidak lupa pula saya ucapkan terima kasih
kepada Dr. Affan Hasnan, M.Pd selaku dosen mata kuliah Sejarah Peradaban
Islam.

Dalam penulisan makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat


kesalahan dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan
maupun dengan teknik pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal
kami selaku para penulis usahakan.

Semoga dalam makalah ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Aceh, 04 Desember 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................. ii
DAFTAR ISI ................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 3
A. Letak Geografis Andalusia (Spanyol)................................................. 3
B. Masa Kegelapan (Dark Age)............................................................... 4
C. Perkembangan Pendidikan Islam Di Wilayah Andalusia ...................7
a. Kuttab...................................................................................... 7
b. Mendirikan Lembaga Pendidikan............................................8
c. Pendidikan Tinggi................................................................. 11
d. Pengembangan Perpustakaan.................................................12
D. Faktor Pendukung Pendidikan Islam di Wilayah Andalusia .............13
BAB III PENUTUP .................................................................................... 15
A. Kesimpulan ....................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Membicarakan Spanyol Islam1 dalam konteks sejarah pendidikan dan
peradaban Islam sangat menarik untuk dicermati dan dikaji. Sebab, pembahasan
ini secara historis membicarakan perjalanan yang Panjang serta jatuh bangunnya
umat Islam selama kurun waktu lebih dari 7.5 abad di Daratan Eropa. Hal ini
disebabkan ekspansi Islam ke Spanyol merupakan ekspansi wilayah yang paling
gemilang dalam catatan sejarah kemiliteran dan peradaban. Di bidang kemiliteran
terbukti dengan kemampuan umat Islam-Dinasti Umayyah-menguasai Spanyol
dari kekuatan Visigotic yang terkenal cukup kuat waktu itu. Sedangkan di bidang
peradaban, Spanyol Islam telah membawa peranan penting dalam konteks sejarah
dan kebudayaan. Kepesatan perkembangan peradaban dan kebudayaan yang
dikembangkan Spanyol Islam telah membawa Spanyol Islam sebagai pusat
kebudayaan dan peradaban Islam di barat, sebagaimana halnya dengan Baghdad
yang menjadi pusat kebudayaan dan peradaban Islam di timur. Kehadiran dan
perkembangan kebudayaan peradaban yang dikembangkan Spanyol Islam bukan
saja memberikan warna dan ketinggian peradaban dunia Islam, melainkan
kehadirannya memainkan peranan penting dalam memberikan kontribusi yang
besar terhadap kebangkitan eropa.2
Sejarah Andalusia adalah satu dari sekian banyak sejarah yang
mengungkap keaslian, perjuangan dan hadirnya Islam sebagai satu temali yang
terus mencoba mengikat dan mengarahkan umat kepada kehidupan yang hakiki,
kebahagiaan yang sebenarnya dan mengarahkan umat kepada suatu peradaban
yang Islami. Sejarah telah membuktikan bahwa Islam telah menanamkan fondasi
ilmu pengetahuan di Spanyol, sehingga telah mengangkat harkat Spanyol menjadi
gudangnya ilmu pengetahuan di belahan eropa. Hanya karena kefanatikan agama,

1Dalam sejarah Islam, Spanyol Islam lebih dikenal dengan nama Andalusia. Penamaan
ini diperuntukkan bagi semenanjung Iberia, yang terdiri atas Spanyol dan Portugal. Lihat :Tim
Penyusun Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam Jilid I, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve,
1994), hlm. 144.
2Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011
hlm. 75-76.

1
orang eropa mengusir cendekiawan muslim keluar dari daerahnya, sekiranya hal
ini tidak dilakukannya maka masyarakat Spanyol niscaya akan lebih maju
daripada sekarang ini. Untuk itu, tulisan ini mencoba menelusuri kembali sejarah
perkembangan pendidikan yang dikembangkan dunia Islam Spanyol. Semoga
makalah ini akan mampu memberikan nuansa dan kebanggan bagi umat Islam,
terutama di tengah era modern ini yang hampir menghapus andil Spanyol Islam
sebagai “guru” yang membidani perkembangan kebudayaan dunia saat ini.

B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka dapat di
rumuskan beberapa rumusan masalah tentang Pendidikan Islam di Wilayah
Andalusia (Spanyol), diantaranya :
1. Bagaimana kondisi geografis Andalusia (spanyol) dan kehidupannya
sebelum datangnya Islam?
2. Bagaimana perkembangan pendidikan Islam di wilayah Andalusia
(spanyol)?
3. Apa faktor pendukung perkembangan pendidikan Islam di wilayah
Andalusia (spanyol)?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penulisan makalah ini adalah
mempelajari tentang Pendidikan Islam di Wilayah Andalusia (Spanyol) serta
pembahasan yang mencakup ruang lingkup di dalamnya seperti perkembangan
pendidikan Islam di Andalusia.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Letak Geografis Andalusia (Spanyol)
Telah kita ketahui bersama sejarah merupakan satu cerminan yang sangat
berharga bagi kehidupan kita, cerminan positif masa lalu yang senantiasa mesti
kita ingat dalam rangka mentadaburi kekuasaan Allah, menata masa depan dengan
bekal positif dari masa lalu, sejarah adalah guru bagi kita jika ia bersifat
membimbing ke arah perbaikan dan sebaliknya ia akan menjadi satu masalah
besar bagi kita jika sejarah bersifat negatif yang menjerumuskan ke jurang
kenistaan moral, cara berfikir dan yang lainnya.
Dalam memahami sejarah tentunya kita memerlukan berbagai fasilitas,
baik berupa manuskrip-manuskrip, penelitian terhadap pelaku sejarah tersebut,
atau penelitian lapangan, yaitu meneliti suatu daerah yang dahulunya telah
menorehkan tinta sejarah yang akan kita teliti, terkait dengan masalah itu kami
berusaha menyajikan satu fasilitas dalam memahami atau meneliti sebuah sejarah
khususnya yang akan kami bahas, yaitu Pola Pendidikan Islam di Andalusia,
dengan menyajikan letak geografis Andalusia itu sendiri.
Negeri Andalusia pada hari ini terletak di Spanyol dan Portugal. Atau juga
biasa di kenal sebagai semenanjung Iberia. Luas kedua negara itu sekitar 600.000
km2, atau kurang dari 2/3 luas Mesir. Semenanjung Andalusia dipisahkan dengan
Maroko oleh sebuah selat yang semenjak era penaklukan Islam kemudian dikenal
sebagai Selat Gibraltar (yang oleh para penulis dan sejarawan arab dikenal dengan
nama Dar Az-Ziqaq); yang lebarnya sekitar 12,8 km antara Sabtah (Cueta) dan
Jabal Thariq (Gibraltar).3
Spanyol adalah negara yang terkenal dan populer yang dulunya adalah
Andalusia, kepopulerannya dikarenakan adanya satu club sepak bola ternama
(Real Madrid). Kabar yang amat menggelitik, masyarakatnya lebih mengenal
pemain sepak bola ketimbang pemimpin negara mereka, bahkan dalam daftar

3Rhagib As-Sirjani, Bangkit Dan Runtuhnya Andalusia. Terj. Muhammad Ihsan dan
Abdul Rasyad Shiddiq, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013 hlm. 12.

3
kekayaan club ternama di dunia, Real Madrid termasuk rangking teratas dalam
peringkat pendulangan harta kekayaan.4
Semenanjung Iberia terletak dibagian tenggara Eropa, diatas daratan
segitiga yang semakin menyempit saat kita berjalan ke arah timur, dan semakin
melebar saat kita berjalan menuju arah barat. Dibagian selatan, ia berbatasan
dengan Prancis dengan dibatasi barisan pegunungan yang di kenal sebagai
pegunungan Bartat. Air laut mengelilingi wilayah ini dari segala penjuru; yang
menyebabkan bangsa arab menyebutnya sebagai Jazirah Al-Andalusia atau pulau
Andalusia. Laut Tengah meliputinya dari arah timur dan tenggara, kemudia Laut
Atlantik meliputinya dari sisi barat laut, barat, dan utara. Sehingga Pegunungan
Pirenia adalah satu-satunya perbatasan darat yang menghubungkan semenanjung
ini dengan Eropa, karena di utara ia bertemu dengan Laut Atlantik dan di selatan
ia bertemu dengan Laut Tengah (Mediteranian Sea). Pegunungan Pirenia yang
menjadi pemisah antara Prancis dan Spanyol membuat seolah-olah semenanjung
itu membalikan wajahnya membelakangi Eropa dan mengarah ke arah Maroko.
Inilah yang kemudian disepakati oleh para geografis muslim bahwa Andalusia
sebenarnya adalah kelanjutan dari Afrika, dan bukan belahan benua Eropa.
Apalagi telah diketahui bahwa semenanjung ini memiliki banyak kesamaan
ekologis (tanaman dan hewan) dengan Maroko, khususnya kota Sabtah (Cueta)
dan Thanjah (Tangier). Adapun dari dalam semenanjung itu sendiri maka kita
berhadapan dengan sebuah dataran tinggi yang dikenal denag Maseta, yang
dilintasi oleh pegunungan secara horizontal, dipenuhi oleh banyak sungai yang
mengalir, seolah-olah ia hidup diatas jalur-jalur air. 5 Inilah letak geografis Negeri
Andalusia yang sekarang kita kenal dengan Spanyol.

B. Masa Kegelapan (Dark Age)


Penting kita ketahui kondisi Andalusia sebelum datangnya Islam, untuk
mengingatkan kita akan perihnya para pejuang Islam dalam melakukan ekspansi

4Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011
hlm. 95.
5Rhagib As-Sirjani, Bangkit Dan Runtuhnya Andalusia. Terj. Muhammad Ihsan dan
Abdul Rasyad Shiddiq, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013. Hlm. 12-13.

4
ke suatu daerah yang jauh dari kata manusiawi, harga diri dijual murah bahkan
diperjual belikan dengan sesuatu yang sangat hina, keadaan ini menjadikan satu
ujian bagi para pejuang Islam didalam menjalankan misinya, yaitu mengIslamisasi
mereka, mengajak mereka mentauhidkan Allah, dengan adanya hal ini
(perjuangan para pejuang Islam) diharapkan menjadi satu motivasi bagi kita
didalam menjalankan dan mendakwahkan hak-hak Islam yang dibawah naungan
Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Eropa pada waktu itu hidup dalam masa-masa kebodohan dan
keterbelakangan yang luar biasa, yang biasa disebut dengan masa kegelapan
(Dark Age). Kedzhaliman adalah sistem yang berlaku disana para penguasa
menguasai harta dan kekayaan negeri, sementara rakyatnya hidup dalam
kemiskinan yang parah. Para penguasa menguasai istana dan benteng, sementara
rakyat kebanyakan bahkan tidak mempunyai tempat berteduh dan rumah yang
layak. Mereka benar-benar berada dalam kemiskinan yang luar biasa. Bahkan
mereka diperjualbelikan bersama dengan tanah, moral-moral benar mengalami
degradasi. Kehormatan yang diinjak-injak, dan kehidupan sangat jauh dari nilai-
nilai yang normal. Kebersiahan individu misalnya tidak kelihatan; sampai-sampai
mereka membiarkan rambut mereka tumbuh menjulur diwajah-wajah mereka
tanpa merapikannya. Mereka sebagaimana dituturkan oleh para pengembala
muslim yang datang ke negeri-negeri tersebut ketika itu, tidak mandi kecuali
sekali atau dua kali dalam setahun. Bahkan mereka menganggap bahwa semua
kotoran yang menumpuk ditubuh mereka akan menyehatkan tubuh; karena
menjadi berkah dan kebaikan untuk mereka.6
Entah apa yang membuat mereka merasa sehat, bugar dan merasa tidak
ada masalah dalam kondisi tubuhnya ketika mereka hanya bisa membersihkan
badannya hanya satu atau dua kali dalam setahun, masalahnya bukan pada
kebersihan yang bisa dan tidaknya mereka lakukan melainkan penyebab apa yang
membuat mereka lupa akan kebersihan badannya, itulah dark age masa kegelapan
yang kita sebut diatas tentu kita faham istilah kegelapan. Kata gelap berarti lawan
dari terang, dengan adanya penerangan kita dapat melakukan suatu hal yang kita

6Ibid, hlm. 15-16.

5
inginkan dengan mudah karena dengan washilah penerangan itulah kita dapat
tertuntun ke arah yang positif (paling minimalnya). Berbeda dengan istilah gelap
atau kegelapan, istilah gelap tentu lawan dari kata terang itu sendiri yang berarti
dengan adanya kegelapan seseorang akan terhambat dalam melakukan suatu hal
yang ia inginkan, baik itu yang bersifat khusus ataupun umum bahkan
menyebabkan adanya pembunuhan karakter, gaya hidup, cara pandang ataupun
pecahnya suatu sosisalisasi antara ia dengan lingkungannya. Dengan inilah
masyarakat Eropa terhinakan sehingga mayoritas diantara mereka tergelapkan
dengan adanya otoritas dari pihak penguasa yang bersikap pragmatisme 7 dan
hedonisme8, yang lebih mengarahkan kepada kepuasan sepihak tanpa
memperhatikan orang-orang disekelilingnya.
Sebagian penduduk kawasan tersebut malah saling berkomunikasi hanya
dengan isyarat, karena mereka tidak mempunyai bahasa lisan, apalagi bahasa yang
tertulis. Mereka mempunyai keyakinan yang sebagiannya sama dengan keyakinan
kaum Hindu dan Majusi, seperti; membakar orang yang telah meninggal saat
kematiannya, ikut membakar istri bersamanya jika sang istri masih hidup, atau
membakar budak perempuan bersamanya, atau membakar siapapun yang
mencintai mencintai si mayit. Orang-orang mengetahui hal tersebut dan
menyaksikannya.9 Sehingga kondisi Eropa secara umum sebelum penaklukan
Islam diliputi oleh keterbelakangan, kedzhaliman, dan kemiskinan yang parah,
serta sangat jauh dari sisi peradaban dan kemodernan sedikitpun.
Kekacauan Eropa yang parah itu berlangsung dalam kurun waktu yang
lama. Kecenderungan pada ilmu pengetahuan di Eropa tidak muncul kecuali pada
abad ke 11 dan 12 Masehi.10 Pada akhirnya, setelah masa Dark Age di wilayah

7Didalam kamus ilmiah populer (Pius A Partanto dan M. Dahlan Al Barry), pragmatis
adalah, berpegang teguh pada kenyataan untuk umum; pengikut pragmatisme; bersifat
pragmatisme; memberikan hasil-hasil yang memuaskan dan menambah pengetahuan; mudah
dilakukan. Yang dimaksud istilah pragmatisme diatas adalah lebih ke sikap yang dapat
memuaskan dirinya sendiri dengan tanpa melihat kondisi lain di sekelilingnya.
8Istilah hedonisme diambil dari kata hedona yang berarti kelezatan atau kenikmatan,
sementara istilah hedonisme itu sendiri adalah doktrin yang mengatakan bahwa kebaikan yang
pokok dalam kehidupan adalah kenikmatan.
9Rhagib As-Sirjani, Bangkit Dan Runtuhnya Andalusia. Terj. Muhammad Ihsan dan
Abdul Rasyad Shiddiq, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2013. Hlm. 16.
10Ibid, hlm. 16.

6
Andalusia, Islam tersebar di banyak wilayah semenjak abad permulaan. Ketika
kaum muslimin memasuki Andalusia, mereka telah sampai di selatan dan tengah
Perancis pada tahun 114 H/ 732 M. Juga telah sampai ke selatan dan barat laut
Italia.11

C. Perkembangan Pendidikan Islam Di Wilayah Andalusia (Spanyol)


1. Kuttab
Sebagaimana yang ditulis dalam sejarah peradaban pendidikan Islam,
dengan semakin meluasnya wilayah kekuasan Islam, telah ikut memperkaya dan
memotivasi umat untuk mendirikan lembaga pendidikan seperti kuttab dan
masjid. Begitu pula di andalusia terdapat banyak kuttab-kuttab yang menyebar
sampai kepinggiran kota. Pada lembaga ini, para siswa mempelajari berbagai
macam disiplin ilmu pengetahuan, seperti fikih, bahasa dan sastra, dan kesenian.
Kuttab termasuk lembaga pendidikan terendah yang sudah tertata dengan rapih di
saat itu, sehingga Kuttab-kuttab itu mempunyai banyak tenaga pendidik dan
siswa-siswanya. Pada lembaga ini siswa-siswanya mempelajari berbagai macam
ilmu pengetahuan di antaranya adalah :
a. Fikih
Pemeluk Islam di Andalusia menganut Madzhab Maliki, maka para
ulama memperkenalkan materi-materi fikih dari Madzhab Imam
Malik. Tokoh-tokoh yang termasyhur disini di antaranya tersebut nama
Ziyad ibnu Abdurahman dan dilanjutkan oleh Ibn Yahya. Yahya
sempat menjadi qodi dimasa Hisyam ibn Abdurahman dan masih
banyak nama-nama yang lain, seperti Abu Bakar ibn Al-Qutiyah,
Munzir ibn Said Al-Baluti dan Ibn Hazm yang sangat populer di kala
itu.
Santri pada kuttab mendapatkan pelajaran yang cukup lengkap dari
ulama-ulama yang ahli di bidang ilmunya sehingga para siswanya
lebih cepat menyerap ilmu pengetahuan yang dipelajarinya, sehingga
menumbuhkan minat belajar dikala itu.

11Ahmad Al-Usairy, Sejarah Islam, Jakarta: Penerbit Akbar Media, 2013. Hlm. 544.

7
b. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab menjadi bahasa resmi umat Islam di Spanyol, bahasa
ini dapat dipelajari di kuttab, bahkan kepada siswanya diwajibkan
untuk selalu melakukan dialog dengan memakai bahasa resmi Islam
(bahasa arab), sehingga bahasa ini menjadi cepat populer dan menjadi
bahasa keseharian.
Tokoh-tokoh bahasa tersebutlah seperti Ibn Sayidih, Ibn Malik
yang mengarang Al-fiyah, Ibn Khuruf, Ibn Al-Hajj, Abu Ali al-Isybili,
Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Gharnati. Di bidang
sastra tersohor nama Ibn Abd. Rabbih dengan karya al-‘Iqd al-farid,
Ibn Bassam dengan karyanya al-Dzakhirah fi mahasin ahl al- Jazirah,
dan al-Fath Ibn Khaqan dengan karyanya kitab al-Qalaid, dan lain-
lain.12
c. Sains
Yang terdiri dari Ilmu-ilmu Kedokteran, Fisika, Matematika,
Astronomi, Kimia, Botani,13 Zoologi,14 Geologi,15 Ilmu Obat-obatan,
juga berkembang dengan baik. Beberapa tokoh dalam tokoh dalam
bidang Astronomi, yaitu Abbas bin Farnas, Ibrahim bin Yahya An-
Naqqash, Ibnu Safar, Al-Bitruji. Dalam bidang obat-obatan, antara lain
Ahmad bin Iyas, Ibnu Juljul, Ibnu Hazm, Ibnu Abdurrahman bin
Syuhaid, dalam bidang kedokteran, yaitu Ummul Hasan binti Abi
Ja’far (seorang tokoh dokter wanita), dalam bidang geografi, yaitu
Ibnu Jubar, Ibnu Bathutah.16

2. Mendirikan Lembaga Pendidikan


Ketika umat Islam berkuasa di Spanyol, umat Islam telah mendirikan
madrasah-madrasah yang tidak sedikit jumlahnya guna menopang pengembangan
12Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media
Group, 2011. Hlm. 98-99.
13Ilmu tumbuh-tumbuhan
14Studi tentang hewan dan kehidupannya
15Ilmu bumi alam atau pertanahan atau kulit bumi
16Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Penerbit Amzah, 2013. Hlm.
173.

8
pendidikannya. Madrasah-madrasah itu tersebar di seluruh daerah kekuasaan
Islam, antara lain di Qurthubah (cordova), Isybiliah (seville), Thuailithiah
(toledo), Ghranathah (granada) dan lain sebagainya.
Guna melakukan sosialisasi ilmu pengetahuan lebih lanjut, khalifah Abdul
Rahman III mencoba merintisnya dengan mendirikan universitas cordova sebagai
pusat ilmu pengetahuan. Dari sini terlihat dengan jelas begitu besarnya perhatian
yang diberikan penguasa dalam memajukan pendidikan Islam di Spanyol waktu
itu. Dengan kondisi ini tidak heran jika dikatakan bahwa pertumbuhan lembaga
pendidikan sebagai sarana pengembangan ilmu pengetahuan tumbuh laksana
jamur di musim penghujan. Di Cordova misalnya, telah berdiri lembaga
pendidikan, baik sekolah rendah sampai perguruan tinggi kurang lebih sebanyak
800 sekolah, belum lagi sekolah-sekolah yang yang ada di daerah lain seperti
Toledo, Seville dan lain sebagainya.
Dari penjelasan diatas, dapatlah dipahami bahwa pola lembaga pendidikan
yang ditawarkan pada masa itu telah memiliki kesamaan stratifikasi dengan
pendidikan saat ini. Kesamaan itu adalah dengan diterapkannya tingkatan-
tingkatan kelas tertentu (sistem klasikal) dalam proses pendidikannya. Hal ini
berarti telah ada pengelolaan administrasi pendidikan yang telah rapi pada saat itu,
baik yang menyangkut taraf perkembangan peserta didik, fasilitas, maupun materi
yang diajarkan.
Untuk sekolah rendah, pendidikan Spanyol Islam menitikberatkan pada
pendidikan agama yang meliputi : dasar-dasar agama dan sastera. Sedangkan pada
taraf berikutnya meningkat pada materi pendidikan ilmu-ilmu akal, seperti
matematika, farmasi, kedokteran, pelayaran, fisika, seni arsitektur, geografi,
ekonomi, dan sebagainya. Serta pengembangan ilmu-ilmu naqli (ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan A-Qur’an dan Hadits)
Dalam menunjang pendidikannya, pendidikan Spanyol Islam
memberlakukan kurikulum universal dan kompeherensif, artinya, menawarkan
materi pendidikan agama dan umum secara integral pada setiap tingkatan
pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Indikasi dari kedalaman dan keluasan
kurikulum Spanyol Islam waktu itu boleh jadi ditentukan konsekuensi-

9
konsekuensi praktikal yang bermanfaat bagi kehidupan manusia, sehingga pola
kurikulum yang diterapkan bersifat fleksibel dan adaktif. Untuk pendidikan
kejuruan, kurikulum yang ditawarkan boleh memberikan penekanan khusus pada
spesialisasi yang ditawarkan. Pengembangan kebijaksanaan ini diberikan hak
kepada kebijaksanaan lembaga atau penguasa dimana pendidikan itu
dilaksanakan. Sedangkan metode yang diterapkan dapat dibagi kepada dua
macam.
a. Metode bagi pendidikan formal
Pada pendidikan ini, guru (dosen) duduk diatas podium. Ia
memberikan materi pelajaran khususnya pendidikan tinggi dengan
membacakan manuskrip-manuskrip. Setelah itu guru menerangkan
secara jelas. Kemudian materi itu didiskusikan bersama. Para pelajar
diberikan kebebasan untuk bertanya dan mengeluarkan pendapat,
bahkan diperkenankan untuk berbeda pendapat dengan statemen yang
diberikan gurunya asal mereka dapat mengajukan bukti-bukti yang
mendukung kebenaran pendapatnya. Kesimpulan dari diskusi tersebut
kemudian mereka catat, khususnya pada materi yang terbatas buku
cetakannya.
Dalam menyampaikan materi pelajaran, seorang dosen dibantu
oleh seorang asisten yang bertugas untuk membantu pelajar
(mahasiswa) dalam memahami materi yang dipelajarinya. Ia
menggunakan tiga langkah dalam presentasinya, yaitu : menerangkan
materi secara umum, agak singkat, dan secara detail. Kemudian jika
masih ada yang belum mengerti, ia tidak segan-segan untuk
mengulangnya kembali. Kemudian mahasiswa menghafalnya,
mengulang lagi apa yang dihafalnya, dianalisis dan di aplikasikan
dalam kehidupan sehari-hari.

b. Metode pendidikan bagi pendidikan nonformal.

10
Model pendidikan ini menggunakan metode halaqoh. Posisi guru
berada diantara para pengunjung. Guru mendiktekan sejumlah buku,
dan kemudian menjelaskannya secara rinci. Diskusi seperti ini
merupakan metode pengajaran yang telah membumi di Spanyol.17

3. Pendidikan Tinggi
Tidak dapat dipungkiri bahwa Islam di Spanyol merupakan tonggak
sejarah peradaban, kebudayaan dan pendidikan pada abad ke delapan dan akhir
abad ketiga belas. Universitas Cordova berdiri megah dan menjadi ikon Spanyol ,
sehingga termasyhur keseluruh dunia.
Universitas ini tegak bersanding dengan Masjid Abdurrahman III, yang
pada akhirnya berkembang menjadi lembaga pendidkan tinggi yang terkenal yang
setara dengan Universitas Al-Azhar di Cairo dan Universitas Nizamiyah di
Baghdad. Perguruan Tinggi ini telah menjadi pilihan utama bagi generasi muda
yang mencintai ilmu pengetahuan, baik dari belahan Asia, Eropa, Afrika dan
belahan dunia lainnya.
Banyak yang pantas dilirik pada daerah ini, khususnya dalam bidang
pendidkan. Perpustakaannya saat itu tiada tara tandingannya, yang menampung
kurang lebih empat juta buku yang mencakup berbagai disiplin ilmu. Buku-buku
ini di konsumtifkan untuk seribu lebih mahasiswa yang sedang menuntut ilmu.
Selain itu, terdapat juga Universitas Sevilla, Malaga, dan Granada. Pada
perguruan tinggi ini diajarkan ilmu kedoktedran, astronomi, teologi , hukum
Islam, kimia, dan lain-lain. Pada lembaga ini terdapat para pengajar yang cukup di
kenal di antaranya, Yaitu Ibn Qutaibah yang dikenal sebagai ahlu tata bahasa, Abu
Ali Qali yang ahli di bidang biologi. Namun, secara garis besar pada perguruan
tinggi di Spanyol terdapat dua konsentrasi ilmu pengetahuan, yaitu filsafat dan
sains.18

4. Pengembangan Perpustakaan

17Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Kencana Prenada Media
Group, 2011. Hlm. 79-84.
18Ibid, hlm. 99-100.

11
Bagaimanapun juga, kelancaran proses pendidikan sangat tergantung dari
prasarana-prasarana yang mendukung. Diantaranya adalah fasilitas perpustakaan.
Untuk itulash khalifah-khalifah umayyah di Spanyol telah berupaya menyisihkan
dana dari kas negara untuk membangun berbagai sarana pendukung tersebut
secara intensif. Hal ini dapat dilihat dari upaya khalifah Abdurrahman III (912-
961 M) membangun perpustakaan di Granada hingga mencapai 600.000 jilid
buku. Upaya yang sama juga dilakukan oleh khalifah Al-Hakam II (961-976 M)
tak maun kalah dengan upaya yang dirintis bapaknya. Ia juga membangun
perpustakaan terbesar (greatest library) di seluruh Eropa pada masa itu dan masa-
masa sesudahnya.
Ambisi untuk mendirikan perpustakaan, bukan hanya dilakukan oleh para
khalifah saja. Akan tetapi, ambisi tersebut juga telah dimiliki oleh setiap
masyarakat Spanyol Islam. mereka mengoleksi berbagai buku bukan untuk
kepentingan dirinya saja. Akan tetapi ia wakafkan untuk dapat dimanfaatkan oleh
masyarakat umum seperti yang dilakukan oleh Abdul Murif, seorang hakim di
Cordova. Ia telah mengoleksi berbagai buku-buku langka. Ia juga
memperkerjakan enam orang karyawan untuk menyalin buku-buku tersebut
sehingga dapat disebarluaskan pada masyarakat umum. Ia keluarkan biaya secara
pribadi yang tidak sedikit untuk melaksanakan ambisinya tersebut.
Besarnya perhatian umat Islam di Spanyol dalam penyediaan sarana
perpustakaan perlu rasanya diacungkan jempol dan ditiru oleh umat Islam di
daerah lainnya. Ini dapat dilihat dengan berdirinya perpustakaan Khazanatul
Humist-tsani di Andalusia. Perpustakaan lain yang didirikan oleh perorangan
untuk dimanfaatkan secara umum, bahkan mereka berlomba-lomba untuk
mendirikannya. Dengan fenomena ini tidaklah heran jika dalam waktu yang relatif
singkat, pertumbuhan perpustakaan Spanyol Islam laksana jamur. Kondisi ini pula
yang ikut mendukung bagi pengembangan ilmu pengetahuan di Spanyol sehingga
dengan sekejap telah menyulap daerah Spanyol dari negara yang kaya, makmur
dan maju.19

19Ibid, hlm. 85-86.

12
D. Faktor Pendukung Pendidikan Islam di Wilayah Andalusia
Kemajuan pola pendidikan dan ilmu pengetahuan di Andalusia tidak terlepas
dari berbagai faktor pendukung. Baik faktor internal maupun faktor eksternal.
Faktor internal dalam hal ini adalah faktor ajaran Islam sebagai motivasi, nilai dan
doktrin serta dilihat pula dari Hadits yang berkaitan dengan keutamaan menuntut
dan mentransfer ilmu, semua itu merupakan faktor pendorong utama dalam
memajukan pola pendidikan Islam di Andalusia, 20 ini terlihat dari gairah umat
Islam dalam menyikapi dorongan tersebut. Mereka menyikapi perkembangan
pendidikan bukan hanya semata-mata karena mencari kedudukan tertentu dalam
pemerintahan akan tetapi tidak lebih karena tuntutan ajaran agama Islam.
sedangkan faktor eksternal pendukung pola pendidikan Islam di Andalusia
diantaranya :
1. Adanya dukungan dari penguasa, membuat pendidikan Islam cepat sekali
majunya, kerena penguasa sangat mencintai ilmu pengetahuan dan
berwawasan jauh ke depan.
2. Adanya beberapa sekolah dan universitas di beberapa kota di Spanyol
yang sangat terkenal (Universitas Cordova, Sevilla, Malaga, dan Granada).
3. Banyaknya sarjana Islam yang datang dari ujung timur dan ujung barat
wilayah Islam dengan membawa berbagai buku dan berbagai gagasan. Ini
menunjukan bahwa, meskipun umat Islam terdiri dari beberapa kesatuan
politik, terdapat juga apa yang disebut kesatuan budaya Islam
4. Adanya persaingan antara Abbasyiah di Baghdad dan Umayyah di
Spanyol dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban. Kompetisi dalam
bidang pengetahuan dengan didirikannya Universitas Cordova yang
menyaingi Universitas Nizamiyah di baghdad yang merupakan persaingan
positif, tidak selalu dalam peperangan.21
Dari beberapa bacaan dapat disimpulkan bahwa selain dari beberapa faktor
diatas pemerintah juga memberikan subsidi yang banyak terhadap pendidikan,
yakni dengan murahnya buku-buku bacaan atau, diberikan penghargaan yang

20Ibid, hlm. 88.


21Ramayulis, Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Kalam Mulia, 2012. Hlm. 97-
98.

13
tinggi berupa emas murni kepada penulis atau penerjemah buku, seberat buku
yang di terjemahkannya. Hal menarik yang lainnya adalah, pemerintah juga
memberikan kepada makanan pokok sehingga masalah pengisian kepala dan
pengisian perut tidak terlalu dihiraukan lagi dan relativ murah dijangkau serta
didapat oleh masyarakat.22

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Negeri Andalusia terletak di Spanyol dan Portugal. Luas kedua negara itu
sekitar 600.000 km2, atau kurang dari 2/3 luas Mesir. Semenanjung
Andalusia dipisahkan dengan Maroko oleh sebuah selat yang semenjak era

22Ibid, hlm. 101.

14
penaklukan Islam kemudian dikenal sebagai Selat Gibraltar yang lebarnya
sekitar 12,8 km antara Sabtah (Cueta) dan Jabal Thariq (Gibraltar).
Sebelum islam datang, Andalusia dijuluki Dark Age karena negeri ini ada
dalam masa-masa kebodohan dan keterbelakangan yang luar biasa.
2. Pola pendidikan Islam di Andalusia terdiri dari (1) Kuttab, yang dipelajari
didalamnya ilmu fiqih, bahasa dan sastera serta sains. (2) Mendirikan
lembaga pendidikan, seperti madrasah-madrasah yang tersebar di cordova,
seville, toledo, dan granada. (3) Pendidikan Tinggi, seperti Universitas
Cordova yang berdiri megah dan menjadi ikon Spanyol. (4)
Pengembangan Perpustakaan, seperti pembangunan perpustakaan di
Granada hingga mencapai 600.000 jilid buku.
3. Faktor pendukung perkembangan pola pendidikan Islam di Andalusia,
diantaranya (1) Faktor internal, dalam hal ini adalah faktor ajaran Islam
sebagai motivasi, nilai dan doktrin serta dilihat pula dari Hadits yang
berkaitan dengan keutamaan menuntut dan mentransfer ilmu. (2) Faktor
eksternal, dalam hal ini adalah adanya dukungan dari penguasa, Adanya
beberapa sekolah dan universitas di beberapa kota di Spanyol yang sangat
terkenal, Banyaknya sarjana Islam yang datang dari ujung timur dan ujung
barat dengan membawa berbagai buku dan berbagai gagasan serta adanya
persaingan dalam bidang ilmu pengetahuan dan peradaban.

DAFTAR PUSTAKA

As-Sirjani, Rhagib, 2013. Bangkit Dan Runtuhnya Andalusia. Terj. Muhammad


Ihsan dan Abdul Rasyad Shiddiq. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.

15
Nizar, Samsul, 2011. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Tim Penyusun Ensiklopedi Islam, 1994. Ensiklopedi Islam Jilid I, Jakarta: PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve.
Al-Usairy, Ahmad, 2013. Sejarah Islam sejak zaman nabi adam hingga abad XX,
Jakarta: Penerbit Akbar Media.
Ramayulis, 2012. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta: Penerbit Kalam Mulia.
Munir Amin, Samsul, 2013. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Penerbit Amzah.

16

Anda mungkin juga menyukai