Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

SEJARAH ISLAM DI SPANYOL

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam

Dosen Pengampu: Zainal Arifin, M.Ag

Oleh :

Fajar Aminun Najib (200104110002)

Ahmad Izzul Affaf Assajjad (200104110010)

Lilis Imroatul Khoiro (200104110150)

Muhammad Syifa Al-Dhorif (200104110024)


Abidatul Aini (200104110039)

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA ARAB

FAKULTAS ILMU TARBIAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM

MALANG

2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Tuhan Yang Maha Esa karena
telah memberikan kekuatan dan kemampuan sehingga makalah ini bisa selesai
tepat pada waktunya.

Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurah limpahkan kepada baginda


nabi Muhammad SAW beserta seluruh keluarga dan sahabatnya. Penyusunan
makalah ini merupakan tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang
dikerjakan secara berkelompok mahasiswa Program Sarjana Pendidikan Bahasa
Arab kelas A.

Dalam penulisan makalah ini tentunya banyak pihak yang terlibat di


dalamnya, dan banyak pihak yang telah memberikan bantuan baik moral maupun
material. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tiada
hingga kepada:

1. Ustadz Zainal Arifin, M.Ag

2. Ucapan terima kasih kepada semua sahabat yang telah banyak


memberikan bantuan, dorongan serta motivasi.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, maka
kritik dan saran sangat kami harapkan demi penyempurnaan selanjutnya.

Batu, 30 Mei 2021

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

COVER

KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii

DAFTAR ISI .................................................................................................... iii

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang ..................................................................................... 1


B. Rumusan Masalah ................................................................................ 2
C. Tujuan Pembahasan ............................................................................. 2

BAB II Pembahasan

A. Penduduk spanyol sebelum islam datang............................................. 3


B. Proses masuknya islam di spanyol ....................................................... 3
C. Perkembangan islam di spanyol ........................................................... 5
D. Kemajuan peradaban islam di spanyol ................................................. 8
E. Pengaruh peradaban spanyol bagi eropa .............................................. 11
F. Penyebab kemunduran islam di spanyol…………………………….. 13

BAB III Penutup

Kesimpulan .............................................................................................. 20

Daftar Pustaka .................................................................................................. 21

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam merupakan agama rahmatan lil alamin. Agama Yang dibawa oleh
Nabi Muhammad SAW ini mengajarkan tentang ketauhidan Allah SWT. Dalam
dakwahnya, Nabi Muhammad mensyiarkan agama islam selama 23 tahun setelah
ia menerima wahyu menjadi seorang rosul. Dalam perkembangannya dari zaman
ke zaman, agama islam mengalami kemajuan. Perkembangan agama islam
sendiri, pada zaman dulu, tak terlepas dari peranan para khalifah dari setiap
zamannya, mulai dari zaman khulafaur Rasyidin, zaman Bani Umayyah, dan
seterusnya. Kemajuan islam bukan hanya dalam bidang agama saja, melainkan
dalam bidang lainnya, seperti politik, ekonomi, perluasan wilayah, dan lain
sebagainya.

Selanjutnya, seperti yang kita ketahui dalam sejarah perluasan wilayah


islam, para khalifah setiap zamannya mampu memperluas wilayah dakwah islam
hingga keluar daerah timur tengah. salah satu ke daerah eropa yaitu Spanyol.
Eropa merupakan salah satu negara di eropa Yang terletak bersebelahan dengan
Portugal di Semenanjung Iberia. Agama Islam mulai masuk ke wilayah spanyol
pada abad pertengahan. Ketika islam masuk ke negeri Spanyol, negeri ini
mengalami perkembangan peradaban Yang pesat, baik dari kebudayaan maupun
pendidikan islam. Hal ini disebabkan karena Spanyol pada zaman itu didukung
oleh kesuburan negerinya sehingga menciptakan perekonomian yang tinggi dan
mampu menghasilkan pemikir-pemikir Yang hebat. Dalam sejarahnya,
Perkembangan peradaban Spanyol saat islam masuk, mampu menyaingi
peradaban Yang ada di Baghdad yang kala itu disebut sebagai wilayah dengan
peradaban Islam Yang paling maju. Selain itu, perkembangan Islam Yang ada di
Spanyol ini memiliki pengaruh ke negeri-negeri lain Yang ada di Eropa kala itu
serta mampu membuat para sejarawan tertarik untuk mempelajarinya.

1
Berdasarkan latar belakang tersebut, dalam makalah inu, penulis mencoba
membahas tentang perkembangan peradaban Islam di Spanyol, mulai dari
masuknya Islam, masa keemasannya, hingga masa kemunduran.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana keadaan Spanyol sebelum kedatangan Islam?

2. Bagaimana proses masuknya Islam di Spanyol?

3. Bagaimana Perkembangan Islam peradaban Islam di Spanyol?

4. Apa Pengaruh peradaban Islam di Spanyol bagi Bangsa Eropa?

5. Apa faktor keruntuhan Islam di Spanyol?

A. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui keadaan Spanyol sebelum kedatangan Islam.
2. Untuk mengetahui proses masuknya Islam di Spanyol
3. Untuk mengetahui perkembangan peradaban Islam di Spanyol
4. Untuk mengetahui pengaruh peradaban Islam di Spanyol bagi Bangsa Eropa
5. Untuk mengetahui faktor keruntuhan Islam di Spanyol

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Penduduk Spanyol Sebelum Islam Masuk

Spanyol sebelum islam masuk, berada dikerajaan Romawi. Bangsa


Romawi dapat menguasai simenanjung pada tahun 133M. Pada masa
pemerintahan ini masuk juga dengan jumlah yang besar orang-orang Yahudi.
Kemudian pada abad ke 5M, suku Vandal menyerang bangsa Romawi dan sejak
saat itu pula nama Spanyol berubah menjadi Vandalusia, yaitu negeri bangsa
Vandal. Bangsa Arab kemudian menamainya dengan Al-Andalusia, yang
kemudian lebih terkenal dengan sebutan Andalusia.
Pada awal abad ke-6 (507M) suku-suku Gathia Barat menyerang Spanyol
dan mereka mengusir bangsa Vandal ke Afrika. Bangsa Gathia kemudian berhasil
mendirikan pemerintahan yang kuat di Andalusia, sampai berubah menjadi bangsa
yang lemah disebabkan merajalelanya perbudakan, kepincangan ekonomi karena
petani dan pedagang diharuskan menanggung pajak yang memberatkan dan
pemaksaan agama Kristen kepada penduduk.
Orang-orang Yahudi, tidak tahan menerima pemaksaan seperti itu,
berulang kali mereka melakukan pemberontakan. Namun, upaya mereka gagal,
dan hanya menyebabkan rumah-rumah mereka hancur berantakan.
Itulah kondisi penduduk Andalusia sebelum ditaklukan islam. Sementara
kondisi penduduk Afrika Utara hidup dalam keadaan sejahtera sewaktu berada
dibawah kekuasaan islam yaitu, Daulah Umayyah yang memerintah dengan adil.
Maka dari itu penduduk Spanyol berharap bisa membebaskan diri dari kekejaman
bangsa Gathia.

B. Proses Masuknya Islam Di Spanyol

Islam masuk Spanyol pada masa khalifah al-Walid bin Abdul Malik (706-
715), seorang khalifah Daulah Umayyah yang berpusat di Damaskus. Islam
masuk Spanyol lewat Afrika Utara.

3
Ada tiga pahlawan islam yang berjasa memimpin pasukan islam dalam
proses penaklukan Spanyol. Yang pertama, yaitu Tharif bin Malik, sebagai
pasukan perintis dan penyelidik. Dia berangkat diutus Musa bin Nusair pada tahun
710M. Dengan jumlah pasukan sebanyak 500 orang yang diantaranya adalah
tentara berkuda, mereka menaiki 4 buat kapal yang disediakan oleh Julian.
Mereka berhasil menyeberangi selat yang berada diantara Marokko dan benua
Eropa. Dalam penyerangan yang pertama ini, Tharif bin Malik tidak dapat
perlawanan yang berarti malahan mereka menang dan membawa pulang harta
rampasan yang lumayan banyak ke Afrika Utara.
Yang kedua, yaitu Thariq bin Ziyad, sebagai pasukan penakluk. Berangkat
pada tahun 711M dan juga diutus oleh Musa bin Nusair dengan jumlah pasukan
sebanyak 7000 orang. Sebagaian besar pasukannya adlah suku Barbar yang
didukung oleh Musa bin Nusair dan sebagian lainnya adalah orang Arab yang
dikirim Khalifah al-Walid. Pasukan ini kemudia menyeberangi selat dibawah
pimpinan Thariq bin Ziyad, sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan
pasukannya menyiapkan, dikenal dengan sebutan Gibraltar (Jabal Thariq).
Mendengar kedatangan Thariq, raja Roderik mempersiapkan pasukan
Gathia sebanyak, ada yang mengatakan 70.000 orang dan ada juga yang
mengatakan 100.000 orang yang terdiri dari orang-orang Yahudi dan orang-orang
yang selama ini ditindasi oleh raja Roderik. Tentu dengan jumlah tersebut sangat
berbanding terbalik dengan jumlah pasukan Thariq, maka dari itu Musa mengirim
pasukan tambahan sebanyak 5000 orang atas permintaan Thariq, sehingga jumlah
pasukan Thariq seluruhnya 12.000 orang.
Dalam pertempuran disuatu tempat bernama Wadi Bakkah, disitu
disebutkan bahwa raja Roderik dapat diserang dan dipukul dengan pedang Thariq
dia mati terbunuh dan pasukannya dikalahakan. Kemenangan yang dicapai Thariq
dan pasukannya ini membuka jalan bagi penaklukan lebih luas lagi. Dari situ
Thariq dan pasukannya terus menaklukan kota-kota penting lainnya, seperti
Cordova, Granada dan Toledo.
Ketiga, yaitu Musa bin Nusair, dia berangkat dengan pasukan besar
menyeberangi selat pada tahun 712M. Dan satu persatu kota yang dilaluinya dapat
ditaklukan, seperti Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida. Dia dan pasukannya

4
bergabung dengan pasukan Thariq di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil
menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utamanya mulai dari
Saragosa sampai Navarre.
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat islam Nampak begitu
mudah. Hal ini tidak dapat dipisahkan dari faktor eksternal dan internal. Faktor
eksternalnya yaitu pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang islam.
Kondisi sosial politik dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan
menyedihkan. Dan yang dimaksud faktor internal adalah suatu kondisi yang
terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh perjuangan dan para prajurit islam
yang terlibat dalam penaklukan wilayah spanyol pada khusunya. Para pemimpin
adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu dan penuh percaya
diri. Mereka cakap dan berani, dan yang terpenting adalah ajaran agama islam
yang ditunjukkan para tentara islam yaitu toleransi, persaudaraan dan tolong
menolong. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam pribadi
kaum muslimin itu menyebabkan penduduk spanyol menyambut kehadiran islam
disana.

C. Perkembangan Islam Di Spanyol

Sejak pertama kali menginjakkan kaki di spanyol, islam memainkan


peranan yang besar. Dan masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad.
Sejarah panjang yang dilalui umat islam dapat dibagi menjadi 6 periode, yaitu :

a. Periode pertama (711-755 M)

Pada periode ini Spanyol berada dibawah pemerintahan para wali yang
diangkat oleh bani umayyah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini
stabilitas politik negeri spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguang
masih terjadi baik dating dari dalam maupun luar. Disamping itu, terdapat
perbedaan pandangan antara khalifah Damaskus dan gubernur Afrika Utara,
masing-masing mengaku bahwa mereka berhak menguasai daerah spanyol. Oleh
karena itu, terjadi 20 pergantian wali (gubernur) spanyol dalam waktu yang
singkat. Konflik politik ini berakhir setelah Abd.al-Rahman al-Dakhili datang ke
spanyol pada tahun 755 M.

5
b. Periode kedua (755-912 M)

Pada masa ini spanyol diperintah oleh seorang amir (panglima atau
gubernur) tetapi tindak tunduk kepada pusat pemerintahan yang ketika itu
dipegang oleh khalifah 8 Abbasiyah di Bghdad. Amir yang pertama adalah
Abdurrahman I yang memasuki spanyol tahun 138 H/755 M dan diberi gelar al-
Dakhil (yang masuk spanyol). Ia berhasil mendirikan Dinasti Bani Umayyah di
spanyol. Penguasa-penguasa spanyol pada periode ini adalah Abdurrahman al-
Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abd al Rahman al Ausath, Muhammad Ibnu Abd al
Rahman, Munzir Ibnu Muhammad, dan Abdullah Ibnu Muhammad.

Pada periode ini umat islam spanyol mulai memperoleh banyak kemajuan,
baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abd rahman al-
Dakhil mendirikan masjid kordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar
spanyol. Adapun Abd.Al Rahman al Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta
ilmu. Akhirnya, kegiatan ilmu pengetahuan di spanyol kian berkembang.
Gangguan politik serius yang terjadi pada periode ini justru datang dari umat
islam sendiri.

c. Periode ketiga (912-1013 M)

Pada periode ini , spanyol diperintah oleh seorang pimpinan yang bergelar
khalifah. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ketiga ini ada
tiga orang, yaitu Abd Rahman al Nasir (912-961), Hakam II (961-976), dan
Hisyam II (976-1009 M).

Umat islam spanyol mencapai puncak kejayaan dan kemajuan pada


periode ini, menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Bagdad. Abd Rahman al
Nasir mendirikan universitas di cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi
ratusan ribu buku. Dan pada masa ini masyarakat bisa menikmati kesejahteraan
dan kemakmuran pembangunan kota berlangsung.

d. periode keempat (1013-1086)

Masa kemunduran pemerintahan islam yang dipimpin oleh Muluk al-


Thawaif (raja-raja golongan) atau negara-negara kecil yang berpusat di provinsi-
provinsi, seperti Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya.

6
Pemerintah terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada
periode ini umat islam spanyol kembali memasuki masa pertikaian internal. Jika
terjadi perang saudara, ada pihak-pihak tertentu yang meminta bantuan kepada
raja-raja Kristen. Karena menyaksikan kekacauan dan kelemahan yang menimpa
keadaan politik islam, maka orang-orang Kristen pada periode ini mulai
mengambil inisiatif penyerangan untuk pertama kalinya. Akibat fatalnya,
kekuatan islam diketahi mulai menurun dan tiba saatnya untuk dihancurkan.

e. Periode ke lima (1086-1248 M)

Walaupun terpecah dalam beberapa negara, spanyol islam masih


mempunyai suatu kekuatan yang dominan, yaitu dinasti Murabithun (1086-1143)
dan dinasti Muwahiddun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya
adalah sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf Ibnu Tasyfin di Afrika
Utara. Pada tahun 1602 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat
di Marakesy. Ia dan tentaranya masuk spanyol pada tahun 1086 dan berhasil
mengalahkan pasukan Castilia. Perpecahan di kalangan raja-raja muslim
menyebabkan Yusuf bergerak lebih jauh untuk menguasai spanyol dan dia pun
berhasil.

Pada tahun 1143 M, kekuatan dinasti Murabithun berakhir. Dinasti


Muwahhidun muncul sebagai gantinya. Tahun 1146 M, penguasa muwahhidun
yang berpusat di Afrika Utara merebut spanyol. Muwahhidun didirikan oleh
Muhammad Ibnu Tumart, antara tahun 114 dan 115 M. Untuk jangka beberapa
decade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan terutama saat pemerintahan Abu
Yusuf al Mansur, kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Tetapi pada
tahun 1212 M, dinasti muwahhidun mengalami keruntuhan, tentara Kristen
memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kemudian spanyol
kembali runyam berada dibawah pimpinan-pimpnan kecil. Dalam kondisi yg
seperti ini, umat islam tidak mampu bertahan dari serangan Kristen yang sangat
besar. Tahun 1238 M, Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh
pada tahun 1248 M. Akhirnya, kecuali Granada, seluruh wilayah spanyol telah
lepas dari kekuasaan islam.

7
f. Periode ke enam (1248-1492)

Kerajaan Granada merupakan pertahanan terakhir muslim spanyol


dibawah kekuasaan dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M). Peradaban kembali
mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman al Nasir. Akan tetapi, secara
politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Umar Kristen hamper
menguasai seluruh spanyol. Dan masa ini adalah saat terakhir islam berkuasa di
spanyol. Kekuasaan islam yang hanya tinggal pertahanan akhir ini berakhir karena
perselisihan orang-orang istana dalam perebutan kekuasaan. Akhirnya pada tahun
1492 M, islam dikalahkan oleh Kristen.

D. Kemajuan Peradaban Islam di Spanyol

Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam
telah mencapai kejayaan. Banyak prestasi yang mereka peroleh, bahkan
pengaruhnya membawa Eropa dan dunia, kepada kemajuan yang lebih kompleks.

1. Kemajuan Intelektual

Spanyol adalah negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan


penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada gilirannya banyak menghasilkan
pemikir. Berikut ada beberapa kemajuan intelektual dalam berbagai bidang:

A. Filsafat

Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat brilian
dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan
yang dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat
terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M
selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn
Abdurrahman (832-886 M).Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M), karya-karya
ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova
dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya mampu menyaingi Baghdad
sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh
para pemimpin dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk
melahirkan filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.

8
B. Sains

IImu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain


juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Famas termasyhur dalam ilmu kimia
dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu.
Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Ia dapat
menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya.
Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat menentukan jarak antara
tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam
bidang obat-obatan. Umm al-Hasan bint Abi Ja'far dan saudara perempuan al-
Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.Dalam bidang
sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir
terkenal, Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M) menulis tentang negeri-negeri
muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M)
mencapai Samudera Pasai dan Cina. Ibn al-Khatib (1317-1374 M) menyusun
riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunis adalah perumus filsafat
sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian
pindah ke Afrika. Itulah sebagian nama-nama besar dalam bidang sains.

C. Fiqih

Dalam bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut mazhab


Maliki. Yang memperkenalkan mazhab ini di sana adalah Ziad ibn Abdurrahman.
Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadhi pada
masa Hisyam Ibn Abdurrahman. Ahli-ahli Fiqh lainnya diantaranya adalah Abu
Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir Ibn Sa'id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.

D. Musik dan Kesenian

Dalam bidang musik dan suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan


dengan tokohnya al-Hasan Ibn Nafi yang dijiluki Zaryab. Setiap kali
diselenggarkan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan
kebolehannya. Ia juga terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimiliknya itu
diturunkan kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada
budak-budak, sehingga kemasyhurannya tersebar luas.

9
E. Bahasa dan Sastra

Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam


di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan,
penduduk asli Spanyol menomorduakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak
yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata
bahasa. Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Aljiyah, Ibn
Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan
al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya sastra
bermunculan, seperti Al-'Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji
Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn
Khaqan, dan banyak lagi yang lain.

2. Kemegahan Pembangunan Fisik

Aspek-aspek pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat Islam


sangat banyak. Dalam perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang
pertanian demikian juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat
Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal, saluran
sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan. Tempat-tempat yang
tinggi, dengan begitu, juga mendapat jatah air.

Orang-orang Arab memperkenalkan pengaturan hidrolik untuk tujuan


irigasi. Kalau dam digunakan untuk mengecek curah air, waduk (kolam) dibuat
untuk konservasi (penyimpanan air). Pengaturan hydrolik itu dibangun dengan
memperkenalkan roda air (water wheel) asal Persia yang dinamakan naurah
(Spanyol: Noria). Disamping itu, orang-orang Islam juga memperkenalkan
pertanian padi, perkebunan jeruk, kebun-kebun dan taman-taman.

Industri, disamping pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang


punggung ekonomi Spanyol Islam. Diantaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam,
dan industri barang-barang tembikar.Namun, pembangunan-pembangunan fisik
yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan
kota, istana, masjid, pemukiman, dan taman-taman. Diantara pembangunan yang
megah adalah masjid Cordova, kota al-Zahra, Istana Ja'fariyah di Saragosa,

10
tembok Toledo, istana al-Makmun, masjid Seville, dan istana al-Hamra di
Granada.

E. Pengaruh Peradaban Spanyol bagi Eropa

Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap


peradaban Islam, baik dalam bentuk hubungan politik dan sosial, maupun
perekonomian dan peradaban antarnegara. Orangorang Eropa menyaksikan
kenyataan bahwa Spanyol berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan
negara-negara tetangganya di Eropa, terutama dalam bidang pemikiran dan sains
disamping bangunan fisik. Yang terpenting di antaranya adalah pemikiran Ibn
Rushd (1120-1198 M.). Ia melepaskan belenggu taklid dan menganjurkan
kebebasan berpikir. Ia mengulas pemikiran Aristoteles dengan cara yang memikat
minat semua orang yang berpikiran bebas. Ia mengedepankan sunnatullah
menurut pengertian Islam terhadap pantheisme dan anthropomorphisme Kristen.
Demikian besar pengaruhnya di Eropa, hingga di Eropa timbul gerakan
Averroeisme (Ibn Rushdisme) yang menuntut kebebasan berpikir. Namun Pihak
gereja menolak pemikiran rasional yang dibawa gerakan Averroeisme ini.

Berawal dari gerakan Averroeisme inilah, di Eropa kemudian lahir


reformasi pada abad ke-16 M. dan rasionalisme pada abad XVII M. Buku-buku
Ibn Rushd dicetak di Venesia tahun 1481, 1482, 1483, 1489, dan 1500 M. Bahkan
edisi lengkapnya terbit pada tahun 1553 dan 1557 M. Karya-karyanya juga
diterbitkan pada abad XVI M. di Napoli, Bologna, Lyonms, dan Strasbourg, dan
di awal abad XVII M. di Jenewa.

Pengaruh peradaban Islam, termasuk di dalamnya pemikiran Ibn Rushd,


ke Eropa berawal dari banyaknya pemuda-pemuda Kristen Eropa yang belajar di
universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti Universitas Cordova, Seville,
Malaga, Granada, dan Salamanca. Selama belajar di Spanyol, mereka aktif
menerjemahkan buku-buku karya ilmuwan-ilmuwan muslim.

Pusat penerjemahan itu adalah Toledo. Setelah pulang ke negerinya,


mereka mendirikan sekolah dan universitas yang sama. Universitas di Eropa

11
adalah Universitas Paris yang didirikan pada tahun 1231 M.; tiga puluh tahun
setelah wafatnya Ibn Rushd. Di akhir zaman pertengahan Eropa, baru berdiri 18
buah universitas. Di universitas-universitas itu, ilmu yang mereka peroleh dari
universitasuniversitas Islam diajarkan, seperti ilmu kedokteran, ilmu pasti, dan
filsafat. Pemikiran filsafat yang paling banyak dipelajari adalah pemikiran Al-
Farabî, Ibn Sinâ dan Ibn Rushd.

Dengan kekecualian pada ilmu keagamaan, boleh dikatakan seluruh


perkembangan ilmu pengetahuan di masyarakat intelek Islam Spanyol
mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Barat, terutama setelah
memasuki abad pertengahan. Hal ini relevan dengan pernyataan Chistave Le Bon
yang mengatakan bahwa perkenalan dengan peradaban Islamlah sebenarnya yang
membawa Eropa menjadi dunia beradab. Abad ke-9 dan ke-10 adalah saat
pusatpusat Islam di Spanyol sedang berada di puncak kecemerlangannya. Pusat-
pusat intelektual di Barat hanya berupa benteng-benteng yang dihuni oleh para
bangsawan yang dirinya merasa bangga atas ketidakmampuan membaca mereka
(Ma'arif, 1994:25-26).

Tahap selanjutnya, dengan melalui tahap-tahap kecurigaan ketakutan yang


luar biasa dan secara diam-diam kecemburuan dan kekaguman terhadap Islam,
masyarakat Eropa akhirnya berhasil mentransfer metodologi ilmiah intelek
masyarakat Islam. Ironisnya, masyarakat Islam justru terpuruk dalam fase
kemunduran. Metode eksperimen, eksplorasi, observasi, yang pada awalnya
digunakan dalam setiap kajian ilmiah, berubah menjadi metode pengulangan
pendapat para guru, yang belakangan diketahui bahwa metode tersebut digunakan
oleh sedikit masyarakat terpelajar abad pertengahan di Eropa sebelum datangnya
Islam (Ma'arif, 1994:34-35).

Sekarang, masyarakat Islam masih sedang berusaha merumuskan jati diri


dan peranannya dalam percaturan dunia. Dalam pada itu, tahap-tahap yang pernah
dilalui masyarakat Eropa abad pertengahan, sekarang ini tampaknya sedang
dilalui masyarakat Islam. Sikap kecurigaan, ketakutan, dan kecemburuan
sehingga muncul generalisasi negatif terhadap dunia Barat, sebetulnya
menunjukkan kekerdilan intelektual yang tidak perlu lagi ditumbuhsuburkan.

12
Kemajuan umat Islam di bidang sains dan teknologi harus direbutnya kembali
dengan banyak belajar dari Barat sebab harus diakui bahwa pemegang kendali
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini berada di tangan para
ilmuwan Barat. Namun demikian, tentu saja ilmu pengetahuan dan teknologi yang
kita bagun harus senantiasa mempertimbangakan prinsip-prinsip Islam.

F. Faktor-Faktor Kemunduran Islam di Spanyol

Faktor-Faktor Internal Kemunduran dan Kehancuran Islam di spanyol.


Islam di Spanyol mengalami kemunduran disebabkan oleh beberapa faktor dari
dalam, yaitu:

1. Perpecahan dan perebutan kekuasaan

Pada tahap awal semenjak menjadi wilayah Islam, Spanyol masih


diwarnai perpecahan dan perebutan kekuasaan sehingga stabilitas politik negeri
Spanyol belum tercapai secara sempurna. Hal ini disebabkan perselisihan di
antara elite penguasa akibat perbedaan etnis dan golongan. Juga terdapat
perbedaan pandangan antara khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara
yang berpusat di Kairawan. Masing-masing mengakui bahwa merekalah yang
paling berhak menguasai daerah Spanyol. Oleh karena itu fase awal ini telah
terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu
yang amat singkat. Jadi tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan
kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama (Yatim, 1994: 94).

Ketika Abdul al Rahman I (al Dakhil) menduduki jabatan Amir,


perpecahan, kerusuhan dan pemberontakan terus berlangsung. Selama beberapa
tahun kekuasaannya diperebutkan oleh orang Barbar, Yamaniyah dan Tahiriyah
(Mahmudunnasir, tt: 285). Namum perpecahan tersebut dapat diatasi. Demikian
halnya pada masa pemelintahan Hisyam, perpecahan terjadi antara saudaranya
sendiri. Abdullah dan Sulaiman mengadakan pemberontakan tapi dapat
digagalkan oleh Hisyam (Mahmudunnasir, tt.: 228). Pada masa pemerintahan
Hakam terjadi kekisruhan akibat ketidakramahannya terhadap fuqaha, ia tidak
menghendaki campur tangan fuqaha dalam urusan negara. Akibatnya timbul

13
gerakan fuqaha yang ingin menggulingkan kekuasaan Hakam dan ini melatari
terjadinya pemberontakan di Cordova (Ali, 1996: 304).

Perpecahan dan perebutan kekuasaan semakin parah setelah meninggalnya


Hakam II, yang memerintah selama 14 tahun (961-976 M). Ia digantikan oleh
putraya Hisyam II yang masih berusia relatif muda yaitu sebelas tahun. Akibatnya
ia tidak dapat melaksanakan sistem dan aturan pemelintahan sebagaimana
mestinya. Terjadilah silang pendapat di antara pejabat negara yang terbagi ke
dalam dua kubu. Kalangan militer berpendapat bahwa untuk melaksanakan hal-
hal yang berkaitan dengan kekhalifahan harus diserahkan kepada pamannya al
Mughirah Ibnu Abd al Rahman. Sedangkan pihak sipil berpendapat bahwa
pemerintahan tetap di tangan Hisyam II, walaupun ia masih anak-anak.
Terjadinya perebutan kekuasaan di kalangan pejabat negara mengakibatkan
terbunuhnya Mughirah Ibnu Abd al Rahman. Tragedi pembunuhan itu dilakukan
oleh kalangan sipil yang dipimpin oleh Ja’far al Mushafi, seorang menteri yang
dipercayakan untuk menjalankan urusan pemerintahan ketika Hakam II sakit (al
Abbadi, 1964: 130).

Pada saat-saat terakhir kekuasaan Islam di Spanyol, perebutan kekuasaan


terjadi lagi. Wilayah kekuasaan Islam pada saat itu tinggal Granada di bawah
pemerintahan Dinasti Bani Ahmar (1232-1492 M). Dinasti ini terkenal dengan
sebutan al Hambura yang pernah jaya dan dikagumi, terutama pada masa
pemerintahan Abd al Rahman al Nasir. Namun akhirnya melemah karena
terjadinya perebutan kekuasaan dan dua putra penguasa Abu Abdullah
Muhamammad merasa tidak senang kepada ayahnya, karena menunjuk anaknya
yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha
merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan
digantikan oleh Muhammad bin Sa’ad. Akibatnya kekuasaan Islam terpecah dan
melemah (Yatim, 1994: 99). Inilah perebutan kekuasaan yang terakhir dalam
kekuasaan Islam Spanyol dan kesempatan emas ini dipergunakan oleh orang
Kristen untuk mengusir orang Islam dari Spanyol untuk selama-lamanya.

14
2. Pribadi dan Kepemimpinan Khalifah

Salah satu penyebab kemunduran Islam di Spanyol adalah faktor pribadi


dan kepemimpinan khalifah. Hal ini tampak ketika Hisyam II naik tahta
menggantikan ayahnya Hakam II. Ia termasuk khalifah yang lemah, tidak
memiliki kemampuan dan kecakapan untuk mengurus negara, karena menduduki
kursi kekhalifahan dalam usia yang relatif muda. Ia tidak mampu membaca dan
mengamati gerakan Kristen yang mulai tumbuh dan mengancam kekuasaannya
(al Abbadi, 1964: 131).

Kekuasaannya dapat bertahan lama dalam pemerintahan karena


keberadaan Muhammad Ibnu Abi ‘Amir yang menjabat sebagai pelaksana
kebijaksanaan politik dan kekuasaan pemerintahan yang cukup disegani kawan
maupun lawan. Muhammad Ibnu Abi ‘Amir adalah tokoh militer pada masa
pemerintahan khalifah Hakam II dan dengan keperkasaannya ia berhasil
memperkecil wilayah kerajaan Kristen yang terletak di sebelah utara Spanyol.
Pada masa pemerintahan Hisyam II, ia menjadi perdana menteri dan merebut
Maroko dari kekuasaan Fatimiyah (984 M) (Hassan, 1989: 214).Dia menyebut
dirinya dengan Malik al Mansur Billah (yang dimenangkan oleh Allah), biasa
disebut al Manzor di Eropa. Sementara itu khalifah Hisyam II yang sudah dewasa
hanya merupakan sebuah boneka, penguasa sebenarnya adalah al Mansur. Hak
khalifah saat itu tinggal namanya yang selalu disebutkan di dalam doa dari
mimbar-mimbar khutbah pada setiap hari Jum’at, hari raya, dan pembubuhan cap
setiap keputusan yang dikeluarkan dan diumumkan oleh Muhammad Ibnu Abi
Amir (Sou’yb, 1977: 145).

Setelah al Mansur meninggal, ia digantikan oleh putranya Abd al Malik


Ibnu Muhammad dengan gelar al Muzaffar. Dia seperti bapaknya negarawan yang
cakap dan ahli strategi, sehingga pada masa menduduki jabatan keadaan
pemerintahan masih tetap berjalan dengan baik (al Abbadi, 1964: 138). Setelah
Abd al Malik meninggal pada tahun 1009 M ia digantikan oleh saudaranya Abd al
Rahman Ibnu Muhammad. Pada masa pemerintahannya, situasi politik di
Cordova mulai memburuk, kekacauan dan pemberontakan semakin bertambah
(Mahmudunnasir, tt.: 311).Abd al Rahman tidak sama dengan bapak dan

15
saudaranya terdahulu. Ia tidak memiliki kecakapan dan keahlian yang diperlukan
bagi jabatannya, Ia haus kebesaran dan kekuasaan. Ia sedemikian cepat
memamerkan lambanglambang kebesaran khilafah untuk dirinya. Dan menuntut
khalifah Hisyam II untuk menunjuk dan mengumumkannya sebagai khalifah
sepeninggalnya kelak. Tuntutannya diperkenankan begitu saja oleh khalifah
Hisyam II. Akibatnya kalangan istana menjadi marah yang membawa terjadinya
kudeta dan khalifah Hisyam II ditahan. Tetapi kemudian dapat meloloskan diri
dan lari ke kota Malaga (Sou’yb, 1977: 159).Ketidakmampuan penguasa dan
khalifah memelihara stabilitas politik dan pemerintahahn menjadikan para
penguasa di tingkat wilayah seperti propinsi, mulai tidak percaya pada kekuasaan
khalifah dan mengambil sikap melepaskan diri dari kekhalifahan yang berpusat di
Cordova, akibatnya berdirilah dinasti-dinasti kecil yang dikenal dengan Muluk al
Tawaif atau reyes de taifas (Hitti, 1974: 537).

3. Munculnya Dinasti-Dinasti Kecil

Disintegrasi kekuatan Islam di Spanyol dengan munculnya dinasti-dinasti


kecil merupakan salah satu penyebab kemunduran dan kehancuran Islam di
Spanyol. Meskipun demikian pada masa ini terjadi pula kecemerlangan kultural.
Sejumlah dinasti lokal berkuasa di berbagai bagian Spanyol. Sebagian di
antaranya hanyalah negara kota, sebagaian lagi sepeiti Afthasia di barat daya,
menguasai wilayah yang amat luas. Dinasti-dinasti ini dari berbagai ras, yang
mencerminkan heterogenitas kelas-kelas militer di bawah Umayah dan
ketegangan etnis dan persaingan di kalangan kelompok-kelompok ini (Bosworth,
1993: 35). Dinasti-dinasti kecil yang berkuasa di berbagai bagian di Spanyol ini
mencapai jumlah dua puluh buah (Hitti, 1974: 121). Data lain menyebutkan
berkisar tiga puluh, atau dua puluh tiga (Watt, 1990: 218).

Antara dinasti-dinasti tersebut sering terjadi konflik bersenjata yang tak


segera padam. Mereka bertahan mati-matian untuk mempertahankan wilayahnya,
bahkan tidak jarang mereka bersekongkol dan meminta bantuan kepada orang
Kristen untuk menyerang sesama Muslim (Syalabi, 1979: 72). Sebagai contoh,
Umar al Mutawakkil, Raja Dinasti Afthasia terakhir, siap menyerahkan
sebahagian besar wilayah yang dikuasainya kepada Alfonso IV dari Leon dan

16
Castile sebagai imbalan atas bantuan Alfonso kepada Umar ketika ia menghadapi
al Murawiyah (Bosworth, 1993: 36). Terjadinya persaingan antara dinasti-dinasti
kecil merupakan kesempatan emas bagi penguasa Kristen melakukan politik adu
domba, akibatnya mereka saling berperang. Kemudian penguasa Kristen
memberikan bantuan kepada pihak yang memerlukan bantuan. Permintaan
bantuan dari dinasti Islam kepada penguasa Kristen merupakan suatu kesalahan
besar dan fatal, karena kelemahan Islam dapat diketahui secara langsung,
sehingga memudahkan penguasa Kristen mencaplok daerah kekuasaan Islam satu
persatu, sampai akhimya Islam hilang dari daratan Spanyol.

4. Kesulitan Ekonomi

Keadaan ekonomi juga dapat menentukan maju mun dur nya suatu negara.
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol pembangunan kota dan pengembangan
ilmu pe nge tahuan sangat gencar dan serius, sehingga lalai mem bi na
perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang sa ngat mempengaruhi
kondisi politik dan militer (Yatim, 1994: 108). Di samping itu pasukan muslim
yang menyita harta milik orang-orang kaya di Spanyol dan kekayaan para raja
dan pejabat negara, tidak mengembangkan kekayaan tersebut secara baik,
akibatnya pendapatan negara merosot. Kemudian lebih parah lagi setelah
munculnya khalifah yang lemah yang tidak lagi memperhatikan kemaslahatan
rakyatnya, tetapi bergelimang dalam kemewahan dan hanya ingin bersenang-
senang semata. Akhirnya penghasilan negara terkuras untuk kepentingan khalifah.
Belum lagi biaya yang dikeluarkan untuk membiayai peperangan untuk
menumpas kerusuhan-kerusuhan.

Faktor-Faktor Ekstern Kemunduran dan Kehancuran :

Selain faktor-faktor intern yang telah disebutkan di atas, terdapat pula


faktor ekstern yang menyebabkan kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol,
yakni:

1. Konflik Islam-Kristen

Kehadiran bangsa Arab Islam di Spanyol secara tidak langsung melahirkan


kesadaran kebangsaan orang-orang Kristen Spanyol. Sehingga kehidupan negara

17
Muslim Spanyol tidak berhenti dari pertentangan antara pihak Muslim dengan
pihak Kristen. Semenjak abad XI kekuatan Kristen mulai bertambah kuat,
sementara umat Islam mulai mengalami kemunduran. Ini. akibat kebijaksanaan
para khalifah ketika menguasai Spanyol tidak melakukan Islamisasi secara
sempurna, tetapi mereka membiarkan orang-orang Kristen mempertahankan
hukum dan tradisi mereka asal tetap membayar upeti dan tidak melakukan
perlawanan bersenjata (Yatim, 1994: 107).

Wilayah kekuasaan Islam di Spanyol berbatasan dengan kerajan-kerajaan


Kristen di Utara yang selalu mencari kesempatan untuk menyerang Islam.
Apalagi ketika Islam Spanyol pecah ke dalam beberapa dinasti-dinasti kecil atau
Muluk al Tawdif, peta kekuatan Islam mulai menurun. Sebaliknya raja-raja
Kristen di Utara mulai bersatu dan

mengadakan penyerangan-penyerangan, akhirnya satu demi satu dinasti-


dinasti Islam dapat ditaklukkan. Serbuan yang dilakukan oleh raja Alfonso VI
berhasil merebut Toledo dari dinasti Zunniyah pada tahun 1085 M (Al Abbadi,
1964: 156). Dalam kondisi yang demikian, umat Islam tidak mampu
membendung serangan-serangan dari pihak Kristen yang semakin gencar.
Akhirnya satu persatu wilayah Islam dikuasai oleh Kristen. Cordova jatuh pada
tahun 1238 M, menyusul Seville tahun 1248 dan wilayah-wilayah lain kecuali
Granada (Syalabi, 1979: 76).

Di bawah kekuasaan Bani Ahmar, Granada dapat bertahan selama dua abad
lebih. Tapi pada tahun 1469 M, kerajaan Aragon dan Castilia bersatu menyerang
Islam di Granada, sehingga pada tanggal l Januari 1492, Granada dikepung dan
ditaklukkan oleh penguasa Kristen (Hitti, 1974: 555). Dengan jatuhnya Granada
ke tangan Kristen, maka Islam sebagai kekuatan politik dan agama hilang dari
daratan Spanyol. Dan pada tahun 1609, raja Philip III menguasai secara paksa
orang-orang Islami di Spanyol dengan dua pilihan, masuk Kristen atau keluar dari
Spanyol (Nasution, 1985: 82).

18
2. Faktor Geografis

Faktor Geografis juga menentukan hilangnya Islam di Spanyol. Karena


Spanyol merupakan daerah terpencil dari dunia Islam yang lain, sehingga ia selalu
berjuang sendirian, tanpa mendapatkan bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan
demikian tidak ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan
Kristen di Spanyol (Yatim, 1994: 108). Selain itu faktor iklim juga
mempengaruhi, sehingga orang-orang Arab sebagai pendatang tidak tahan
mendiami daerah Spanyol yang iklimya tidak cocok dengan mereka (Watt, 1990:
43).

19
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari banyaknya pembahasan mengenai agama Islam dengan peradaban


negara Spanyol bisa disimpulkan bahwa, Pertama, latar belakang ekspansi agama
Islam ke negara Spanyol yang mendasari semakin kuatnya agama Islam di benua
Afrika. Spanyol merupakan daerah yang letaknya dekat dengan benua Afrika dan
kerajaan Gothic, sebuah kerajaan yang menguasai daerah tersebut. Tetapi pada
saat ekspansi Islam ke Spanyol kerajaan ini sedang mengalami masa kemunduran.
Ada tiga tokoh penting yaitu, Tharif Ibnu Malik, Thariq Ibnu Ziyad, dan Musa
Ibnu Nushair yang telah melakukan banyak ekspansi kekuasaan wilayah Islam
dengan waktu yang tepat. Kedua, Perkembangan agama Islam di negara Spanyol
berlangsung selama kurun waktu 800 tahun dan juga pernah mengalami masa
kejayaan pada saat kepemimpinan Abd Rahman III. Pada saat itu, Negara Spanyol
mengalami kemajuan peradaban yang menggembirakan, yang terutama pada
bidang Arsitektur. Walaupun pada akhirnya Islam harus keluar dari negara
Spanyol, peradaban peninggalan Islam yang telah membuat Eropa bangkit dari
keterbelakangannya. Banyak tokoh-tokoh filsafat pada masa ini seperti, al-Farabi,
Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd.

Perkembangan agama Islam di Spanyol telah berlangsung selama enam


periode, yakni : Periode satu (711-755 M), periode dua (755-912 M), periode tiga
(912-1013 M), periode empat (1013-1086 M), periode lima (1086-1248 M),
periode enam (1248-1492 M).Penyebab-penyebab kehancuran Islam di Spanyol :

1. Konflik Islam dan Kristen


2. Tidak adanya ideology pemersatu
3. Kesulitan ekonomi
4. Tidak jelasnya system peralihan pemerintahan
5. Keterpencilan

20
DAFTAR PUSTAKA

Kusdiana, Ading Sejarah & Kebudayaan Islam, Bandung, CV.


Pustaka Setia.t.th.
Yatim, Badri Sejarah Peradaban Isalam,: Jakarta, PT. Grafindo
Persada, 2011.
Supriadi, Dedi Sejarah Peredaban Islam, Bandung, CV. Pustaka
Setia, 2008.
Fatah Syukur Nc, Sejarah Peradaban Islam, Semarang, Pustaka
Rizki Putra, 2010.
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah Dan Kebudayaan Islam, Jakarta, Kalam Mulia,
2006.
Munir, Samsul Amin, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta, Amzah, 2009. Soekama,
Dkk., Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Is-
lam, Jakarta, Logos. 1996.
Supriyadi, Dedi Sejarah Peradaban Islam, Bandung, Pustaka
Setia, 2008.
Nizar, Samsul, Searah Pendidikan Islam: Menelusuri Jejak Sejarah Pendidikan
Era Rasulullah Sampai Indonesia, Jakarta, Kencana, 2011.
https://www.kompasiana.com/abid.deandalucian/5500336ea333118d7350fe9f/ke
majuan-peradaban-islam-di-spanyol-andalusia

21

Anda mungkin juga menyukai