KELAS (E)
2018/2019
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah swt. Atas izin-Nya makalah yang
berjudul “Peradaban Islam pada Masa Andalusia” ini dapat diselesaikan. Salawat dan salam
semoga tercurah kepada baginda nabi Muhammad saw., sahabatnya, keluarganya, dan
umatnya hingga akhir zaman.
Penulis sudah berusaha untuk menyusun makalah ini selengkap mungkin. Penulis
juga mengucapkan terimaksih kepada dosen pengampu yang telah memeberikan amanah
kepada penulis untuk mengisi materi penulisan makalah ini. Penulis juga menerima saran dan
kritik dari pembaca guna penyempurnaan penulisan makalah mendatang.
Akhirnya, makalah ini diharapkan bisa bermanfaat dan membantu mahasiswa dalam
mengenali belajar dan faktor yang memepengaruhi belajar. Amiin yaa rabbal ‘alamin.
Kata Pengantar....................................................................................................................i
Daftar Isi............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Simpulan................................................................................................
B. Saran-saran............................................................................................
Daftar Pustaka......................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
1
Imam Fu’adi, “Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II” (Yogyakarta: Teras, 2012), hlm. 21-25
2
Badri Yatim, “Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II” (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002), hlm. 87-88
Julian. Dalam peneyerbuan itu Tharif tidak mendapat perlawanan yang berarti. Ia
menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta rampasan yang tidak sedikit
jumlahnya. Di dorong oleh keberhasilan Tharif dan Spanyol pada saat itu, serta
dorongan yang besar untuk memeproleh harta rampasan perang, Musa ibn Nusair
pada tahun 711M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7.000 orang di bawah
pimpinan Thariq ibn Ziyad. Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai
penakluk Spanyol, karena pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata.
Pasukannya terdiri dari sebagaian suku Barbar yang didukung oleh Musa ibn
Nushair dan sebagaian lagi orang Arab yang dikirim khalifah al-Walid.
Kemenangan pertama yang dicapai oleh Thariq ibn Zayid membuka jalan untuk
penaklukan wilayah yang lebih luas lagi dengan suatu pasukan yang besa. Ia
berangkat menyeberangi selat dan satu persatu kota yang dilewatinya dapat
ditaklukan, setelah Musa berhasil menaklukan Indenia, Karmona, Seville dan
Mrerida serta mengalahkan kerajaan Gothic, Theodomir di Oriheula. Ia bergabung
dengan Thariq di Toledo. Kemudain keduanya berhasil menguasai seluruh kota
penting di Spanyol termasuk bagian utaranya dari Saragosa Navarre. Kemenangan
yang dicapai umat islam nampak begitu mudah. Hal itu karena adanya faktor
eksternal dan faktor internal. Yang dimaksud dengan faktor eksternal adalah suatu
kondisi yang terdapat di dalam negeri Spanyol sendiri. Kondisi sosial politik dan
ekonomi negeri ini berada dalam keadaan menyedihkan secara politik. Wilayah
Spanyol terkoyak-koyak dan terbagi-bagi ke dalam beberapa negeri kecil. Rakyat
dibagi bagi kedalam sistem kelas sehingga keadaanyan diliputi oleh kemelaratan,
ketertindasan dan ketiadaan persamaan hak. Yang dimaksud faktor internal adalah
suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang dan para
prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah Spanyol pada khsusunya.
Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak, bersatu dan
penuh percaya diri. Merekapun cukup berani dan tabah dalam menghadapi setiap
persoalan.3
B. Masa Keemasan Islam di Andalusia (Spanyol)
Puncak kejayaan islam di Spanyol terjadi pada periode ketiga (912-1013M).
Dimulai dari pemerintahan Abd ar-Rahman III yang bergelar “An-Nasir”. Pada
periode ini, Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah. Penggunaan
gelar ini bermula dari berita yang disampaikan Abdurrahman III, bahwa al-Muktadir,
3
Fatah Syukur, “Sejarah Peradaban Islam” (Semarang: PT Pustaka Rizki Putra, 2009) hlm.122-123
khalifah daulat Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya
sendiri. Khalifah-khlaifah besar yang memerintah pada periode ini ada 3 orang yaitu
Abd ar-Rahman, an-Nasir (912-961M), Hakam II (961-976M), dan Hisyam II (976-
1009M). Kemajuan atau keemasan islam yang terjadi di Spanyol di pengaruhi oleh
beberapa faktor pendukung. Faktor-faktor pendukung tersebut di antaranya:
1. Ketika islam datang ke Spanyol, komposisi masayrakat yang ada di negeri
itu cukup heterogen yang terdiri dari orang Arab, orang Arab Spanyol,
orang Afrika Utara, dan orang Yahudi.
2. Heterogenitas komposisi masyarakat diikuti dengan heterogenitas agama.
Sementara islam datang dengan semnagat toleransi yang begitu tinggi.
3. Adanya semnagat kesatuan budaya Islam yang timbul pada pemikiran para
ulama dalam arti laus.
4. Persaingan antar Muluk at-Tawaif ternyata justru menyebabkan
perkembangan peradaban-peradaban kerajaan kecil di Cordova.
5. Adanya dorongan dari penguasa yang mempelopori kegiatan-kegiatan
ilmiyah, seperti Abdur Rahman I, Abdurrahman II dan al-Hakam.4
C. Pemerintahan Islam di Spanyol
Pemerintahan Islam di Spanyol terbagi dalam beberapa periode. Periode-
periode itu adalah sebagai berikut:
1. Masa Pemerintahan Kewalian atau kepala Daerah, Ahd al-Wulah (714-
755M)
Pemerintahan ini kurang lebih berlangsung selama 41 tahun dengan 22
wali atau kepala daerah dianatra mereka yang memerintah dua kali adalah
Abd al-Rahman al-Gafiqi dan Abd al-Malik ibn al-Qatan. Pada masa
pemerintahan kewalian ini, Spanyol menjadi salah satu bagian dari
kekhalifahan Bani Umayyah yang berkedudukan di Damaskus. Pada masa
pemerintahan kewalian ini dapat dikatakan bahwa umat Islam pada proses
pencarian bentuk. Prioritas utama yang diberikan adalah pada penataan
masyarakat dan politik, disebabkan stabilitas politik pada masa ini belum
tercapai karena masih seringnya terjadi gangguan dari luar maupun dari
dalam tubuh umat islam sendiri.
2. Masa Pemerintahan Keemiran, Ahd al-Imarah (756-912M)
4
Ibid., hlm 124-125
. Pada masa keemiran ini terdapat kemajuan-kemajuan yang dicapai
oleh umat islam. Pada masa ini juga terdapat gangguan pada stabilitas
politik terutama oleh gerakan Martydom (semacam geakan kesyahidan)
yang dilancarkan oleh kelompok kristen Spanyol. Masyarakat Andalusia
pada zaman keemiran ini secara jelas terdiri dari dua unsur yaitu orang-
orang Islam dan orang-orang non-Islam. Golongan Islam disini adalah
orang-orang pribumi Andalusia yang masuk Islam, dan golongan ini
merupakan golongan yang paling besar. Adapun golongan yang non-Islam
merupakan golongan minoritas. Mereka ini terdiri dari orang-orang
Yahudi dan orang-orang Nasrani.
3. Masa Pemerintahan Khalifah, Ahd al-Khalifah (912-1013 M)
Pada periode ini keberhasilan daulah bani Umayyah di Andalusia
dalam berbagai bidang dapat disetarakan dengan kebrehasilan daulah
Abbasiyyah di Baghdad. Di zaman keemasan Andalusia itulah nampaknya
kekhalifahan di Baghdad (Bani Abbas) boleh dikatakan sudah mulai
menepaki kemundurannya. Ditangan Abd al-Rahman III dan Hakam II
itulah sesungguhnya kegemilangan bani Umayyah di Andalusia dicapai.
Berbagai karya ilmiah di datangkan dari Timur dalam jumlah yang cukup
besar. Pada masa ini juga di bangun beberapa kota, kota-kota tersebut
diantaranya Madinah al-Zahra, Madinah al-Zahirah, Madinah Salim, dan
Madinah al-Mariyah (Alemria). Akan tetapi kekhalifahan dipegang oleh
Hisyam II yang naik tahata pada usia 11 tahun dan menyerahkan
kekuasaannya kepada Muhammad ibn Abdillah ibn Abi Amir Islam
Spanyol mulai menunjukkan kemundurnnya.
4. Masa pemerintahan Raja-raja Golongan, Muluk al-Tawa’if (1013-1086 M)
Pada periode ini pemerintahan umat Islam Spanyol terpecah menjadi
sekitar 30 kerajaan kecil-kecil di bawah pemerintahan raja-raja golongan
atau Muluk al-Tawa’if yang berpusat di kota-kota seperti Seville, Toledo,
Cordova dan sebagainya. Pada periode ini umat islam kembali memasuki
periode pertikaian politik. Disisi lain kelemahan negara-negara Islam di
Spanyol di bawah raja-raja kecil satu sama lain saling bermusuhan, hal ini
memberikan kesempatan kepada pangeran-pangeran Kristen di wilayah
Utara untuk menyusun dan memperkuat posisi mereka. Di pihak lain
mayarakat Spanyol adalah masyarakat yang plural. Adanya unsur-unsur
pluralitas masyarakat yang berdiam di Spanyol yang masing-masing tentu
saja membawa kepentingan-kepntingannya sendiri diantara mereka sering
kali terlibat konflik kepentingan yang menyakitkan.
5. Masa pemerintahan Murabitun dan Muwahidun, Ahd al-Murabitun wa
ahd-Muwahidun (1086-1248 M)
Kejayaan kekuasaan Islam Spanyol berada dalam kondisi
kemundurannya, tapi pada masa itu masih terdapat dua kekuatan dinasti
Islam yang dapat mengangkat kembali kejayaan Islam Spanyol.
Pluralitas masyarakat spanyol yang membawa kepentingannya
sendiri-sendiri, selain nampak jelas bila kita melihat kemenangan yang
diraih oleh kerajaan Murabitun segera dilirik oleh suku Barbar yang
tergabung dalam kekuasaan Muwahhidun. Dengan serangkaian serangan
pemberontakan yang berturut-turut dari tahun 1144, 1145, dan 1147,
kerajaan Muwahhidun dapat merebut ibu kota Murabitun di Maroko.
Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (W.1128) yang
berpusat di Afrika Utara, tampil menguasai Spanyol dan berhasil
menguasai kota-kota penting seperti Cordova, Almeria, dan Granada.
6. Masa Pemerintahan Andalus Kecil, Kerajaan Granada (1248-1492 M)
Satu-satunya dinasti Islam yang masih bertahan pasca jatuhnya dinasti
Muwahhidun adalah dinasti bani Ahmar yang berpusat di Granada.
Dinasti ini didirikan oleh Abu Abdullah Muhammad I (Ibn Muhammad)
atau al-Syaikh Al-Galib Billah. Ia memerintah pada tahun 635-671 H.
Kekuasaan Islam terakhir ini bisa bertahan kurang lebih selama satu
setengah abad. Kondisi ini sangat memprihatinkan. Pada mulanya dinasti
ini masih dapat membangun peradaban Islam, dan kejayaan Islam ini
masih mewarnai Spanyol. Akan tetapi beberapa lama terjadi lagi konflik
klasik, perang saudara memperebutkan kursi kekuasaan.
Terjadinya beberapa peristiwa membuat Abdullah harus hijrah ke
Afrika Utara. Umat islam yang tidak mau tunduk pada kekuasaan kristen,
terpaksa juga harus mengikuti jejak Abdullah untuk berhijrah ke Afrika
Utara. Sehingga seperti disebutkan oleh Harun Nasution bahwa pada
tahun 1609 M, bisa dikatakan tidak ada lagi umat Islam di wilayah
Spanyol. Dengan demikian sejarah umat Islam berakhir di Spanyol. 5
5
Imam Fu’ad, Opcit, hlm. 30-47
D. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan di Andalusia
Masuknya Islam di Spanyol pada sekitar abd ke 8 M telah membuka
cakrawala baru dalam sejarah Islam. Berbagai disiplin ilmu berkembang pesat pada
masa itu hal ini ditandai dengan banyaknya bermunculan figur-figur ilmuwan yang
cemerlang dibidangnya masing-masing. Kemajuan peradaban di Spanyol Islam pada
saat ini berimbas pada bangkitnya Renainsans dunia barat pada abad pertengahan
sehingga dapat dikatakan bahwa Arab Spanyol adalah guru bagi Eropa dan
Universitas Cordiva, Toledo, sedangkan Seville berfungsi sebagai sumber asli
kebudayaan Arab, non-Arab, muslim, Kristen, Yahudi dan agama lain. Kemajuan
Islam Spanyol dalam lapangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan adiantanya:
1. Filsafat
Dalam bidang ini, Spanyol Islam telah merintis pe,bangunannya pada
abad ke-9 M. Sejak abad ini, minat terhadap filsafat dan ilmu penegtahuan
mulai dikembangkan, yakni selama pemerintahan Bani Umayyah yang ke-
5, Muhammad Ibn Abd Ar-Rahman (832-886 M). Kajian filsafat ini
dilanjutkan oleh penguasa berikutnya, yakni Al-Hakam (961-976 M)
dengan mengeluarkan kebijakan untuk mengimpor karya-karya ilmiah dan
filosofis dari timur dalam jumlah besar. Tokoh-tokoh filsafat yang lahir
pada masa itu, antara lain Abu Bakri Muhammad Ibn As-Sayiqh yang
lebih dikenal denga Ibn Bajah sebagaiamana Al-Farabi dan Ibn Sina, Ibn
Bajah melalui pemikirannya sering mengembangkan berbagai
permasalahan yang bersifat etis dan eskatologis.
2. Sains
Spanyol Islam banyak melahirkan tokoh dalam lapangan Sains. Dalam
bidang matematika pakar yang sangat terkenal ialah Ibn Sina. Selain ahli
dalam bidang tersebut ia juga dikenal sebagai seorang teknokrat dan ahli
ekologi. Dalam bidang fisika dikenal seorang tokoh Ar-Razi. Dialah yang
meletkan dasar ilmu kimia dan meolak kegunaan yang bersifat takhayul.
Dalam bidang kimia dan astronomi, selain Abbas Ibn Farmas juga dikenal
Ibrahim Ibn Yahya An-Naqqosh. Yang pertama dikenal sebagai penemu
pembuatan kaca dari batu dan yang kedua sebagai orang yang dapat
menetukkan waktu terjadinya gerhana matahrari.
3. Bahasa Sastra dan Musik
Bahasa Arab dengan ketinggian sastra dan tata bahasanya telah
mendorong lahirnya minat yang besar masyarakat Spanyol. Hal ini
dibuktikan dengan dijadikannya bahasa ini menjadi bahsa resmi, bahasa
pengantar, bahasa ilmu pengetahuan, dan administrasi. Berangkat dari
kenyataan itu, lahirlah para tokoh atau pakar dalam bidang bahasa dan
sastra, seperti Al-Qali dengan karyanya Al-kitab Al-Bari fi Al-luqoh.
Dalam bidang seni, indikasi kemajuannya adalah beridirinya sekolah
musik Cordova oleh Zaryab.
4. Sejarah dan Geografi
Dalam bidang sejarah dan geografi, Spanyol Islam khusunya wilayah
Islam bagian barat telah banyak melahirkan penulis terkenal seperti Ibn
Zubair dari Valancia yang telah menulis sejarah tentang negeri-negeri
muslim Mediterania serta Sisilia. Ibn Al-Khatib (1317-1375 M) telah
menyusun sejarah tentang Granada, Ibn Khaldun dari Tunis dalah seorang
perumus filsafat sejarah.
5. Fiqh
Umat Islam Spanyol diekenal sebagai penganut madzhab Maliki.
Madzhab in diperkenalkan oleh Ziyad Ibn Abd Rahmanyang selanjutnya
dikembangkan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadi pada masa Hisyam Ibn
Abd Rahman. Sebuah kitab fiqh monumental yang masih menjadi salah
satu rujukan dalam lapangan hukum islam sampaia saat ini, khususnya di
Indonesia, adalah Bi’dayatul Mujtahid. Kitab tersebut adalah buah karya
Ibn Rusyd filosof dan faqh Spanyol Islam.
6. Kemajuan Pembangunan Fisik
Kemauan pesat pada bidang intelektual tidak melainkam para penguasa
Spanyol Islam unutk memerhatikan pembangunan fisik. Dalam
pembangunan fisik umat Islam Spanyol telah membuat bangunan-
bangunan fasilitas, seperti perpustakaan, gedung pertanian, jembatan-
jembatan air, dan sebagainya. Disamping itu istana-istana, masjid yang
besar dan megah serta tempat pemandian dan taman-taman yang
kesemuanya dipersatukan dalam kota yang ditata dengan teratur.6
E. Kemunduran dan Kehancuran Andalusia
6
Dedi Supriyadi, “Sejarah Peradaban Islam” (Bandung: Pustaka Setia, 2008) hlm. 119-123
Penyebab kemunduran dan kehancuran Andalusia (Spanyol) anatara lain
sebagai berikut:
1. Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna.
Mereka sudah merasa puas dengan hanya menagih upeti dari kerajaan-
kerajaan Kristen taklukannya dan membiarkan mereka memepertahankan
hukum dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada
perlawanan bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah
memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu
menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti
dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat
Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang
mengalami kemunduran.
2. Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau ditempat-tempat lain para muallaf diperlakukan sebagai orang
Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan
Bani Umayyah di Damasakus, orang-orang Arab tidak pernah menerima
orang-orang pribumi. Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka
masih memberi istilah ‘ibad dan muwalladun kepada para muallaf itu,
suatu ungkapan yang dinilai merendahnya. Akibatnya, kelompok-
kelompok etnis non Araab yang ada sering merusak perdamaian. Hal itu
mendatangkan dampak besar terhadap sejarah ekonomi tersebut. Hal ini
menunjukkan tidak adanya ideologi yang dapat memberi makna
persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi personifikasi
ideologi itu.
3. Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa Islam di Spanyol, para penguasa membangun
kota dan mengembangkan ilmu pengetahuan dengan sangat serius,
sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan
ekonomi yang amat memberatkan dan mempengaruhi kondisi politik dan
militer.
4. Tidak Jelasnya Sistem Peradilan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan perebutan kekuasaan di antara ahli waris.
Bahkan, karena inilah kekuasaan Banu Umayyah runtuh dan Muluk al-
Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam
terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella.
5. Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu
berjuang sendirian, tanpa mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara.
Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang mampu
membendung kebangkitan Kristen di sana.7
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
7
Badri Yatim, Opcit, hlm. 107-108
Masuknya islam di Andalusia yaitu Spanyol diduduki umat Islam pada zaman
Khalifah Al-Walid (705-715M), salah seorang khalifah dari Bani Umayyah yang
berpusat di Damaskus. Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai
Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah satu propinsi dari dinasti Bani
Umayah. Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat
dikaitkan paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah
Tharif ibn Malik, Thariq ibn Ziyad dan Musa ibn Nusair.
Puncak kejayaan islam di Spanyol terjadi pada periode ketiga (912-1013M).
Dimulai dari pemerintahan Abd ar-Rahman III yang bergelar “An-Nasir”. Pada
periode ini, Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah. Sedangkan
kemunduran atau kehancuran Islam Spanyol dikarenakan konflik islam dengan
kristen, tidak adanya ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya sistem
peradilan kekuasaan dan keterpencilan.
B. Saran-saran
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih belum sempurna dan
untuk menjadi sempurna kami sangat membutuhkan masukan dari pembaca atau
pihak lain. Untuk itu kami mengaharapkan kepada para pembaca memberikan
berbagai masukan dan kritik demi perbaikan dan kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Imam, Fuadi. Sejarah Perdaban Islam Dirasah Islamiyah II. 2012. Yogyakarta:
Teras.
Supriyadi, Dedi. Sejarah Peradaban Islam. 2008. Bandung: Pustaka Setia.
Syukur, Fatah. Sejarah Peradaban Islam. 2009. Semarang: PT Pustaka Rizki Putra.
Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. 2002. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada.