Dosen pembimbing:
H. Bahrul Ulum, S.HI, M.A
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan karunia-Nya sehingga penulis
dapat dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Keadaan Islam di Andalusia”.
Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Peradaban Islam.
Ucapan terimakasih tak lupa kami sampaikan kepada Bapak Bahrul Ulum selaku
dosen pengampu. Juga kami mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam pembuatan makalah ini. Makalah ini mungkin masih banyak
kekurangan untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk para
pembaca. semoga makalah ini berguna sebagai penambah wawasan para pembaca.
Kelompok VI
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................2
Daftar isi.................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................5
C. Tujuan Pembahasan...............................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Kondisi Spanyol sebelum Masuknya Islam...........................................................6
B. Sejarah Masuknya Islam Di Andalusia..................................................................9
C. Thoriq Bin Ziyad Sang Penakluk Andalusia........................................................10
D. Abdurrohman Ad-Dakhil (Peranan Perkembangan Peradaban Andalusia............12
E. Kemunduran dan Kehancuran Kekuasaan Islam di Andalusia (Spanyol) ………19
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam awal berkembang di Jazirah Arab yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw.
Latar belakang sebelum Islam secara singkat masih belum mengenal hukum, lembaga
hukum dalam kehidupan masih relatif terbatas. Walaupun kota Makkah merupakan kota
dagang pada saat itu.1 Istilah hukum adat bagi bangsa Arab sebelum Islam adalah asli
sampai pada masa tertentu tetap berlangsung dalam hukum Islam, yaitu “sunnah”. Tapi
datangnya perubahan bukanlah merupakan masalah. Istilah-istilah hukum Islam tidaklah
mesti tanpa bukti positif yang diduga berasal dari produk sebelum Islam.
Penggunaan dokumen-dokumen tertulis membuktikan dengan jelas pada periode
Islam dimasa Nabi Muhammad, dan terus berkembang tanpa halangan dan rintangan
masuk hukum Islam meskipun teorinya tidak memperlihatkan tentang hal ini. Nabi
Muhammad menjadi pemutus (hakim) perkara dalam masyarakatnya, Nabi Muhammad
tetap melaksanakan fungsinya sebagai hakim dan alquran memberikan perintah
penunjukan seorang hakim masing-masing dari pihak suami istri dalam kasus sengketa
antara keduanya.
Q.S. An-Nisa‟ : 35 “dan jika kamu khawatir ada persengketaan antara keduanya,
maka kirimlah seorang hakam dari keluarga laki-laki dan seorang hakam dari keluarga
perempuan. Jika kedua orang hukum itu bermaksud mengadakan perbaikan, niscaya
Allah memberikan taufik kepada suami istri itu. Sesungguhnya Allah maha mengetahui
lagi maha mengenal”2
1
Joseph Schacht, terj. Moh. Said, Dkk. An Introduction to Islamic Law (Oxford: Clarendon Press, 1997),
8.
2
Alquran, 4 (An-Nisa‟): 35
4
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Kondisi Spanyol sebelum Masuknya Islam ?
2. Bagaimana Sejarah Masuknya Islam di Andalusia ?
3. Siapakah Thoriq bin Ziyad ?
4. Siapakah Abddurrohman Ad-Dhakhil ?
5. Bagaimana Kehancuran Dinasti Umayah di Andalusia ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami Kondisi Spanyol awal Masuknya Islam.
2. Untuk mengetahui Sejarah Sejarah Masuknya Islam di Andalusia
3. Untuk mengetahui Siapakah Thoriq bin Ziyad
4. Untuk mengetahui Siapakah Abddurrohman Ad-Dhakhil
5. Untuk mengetahui Kehancuran Dinasti Umayah di Andalusia
5
BAB II
PEMBAHASAN
Negeri Andalusia terletak di Spanyol dan Portugal. Atau juga biasa dikenal sebagai
Semenanjung Iiberia. Luas kedua Negara itu sekitar 600.000 km2, atau kurang dari 2/3
luas Mesir. Semenanjung Andalusia dipisahkan dengan Maroko oleh sebuah selat yang
semenjak era penaklukan Islam kemudian dikenal sebagai Selat Gibraltar, yang lebarnya
sekitar 12,8 km antara Sabtah (Cueta) dan Jabal Thariq (Gibraltar). 3
Spanyol tetap berada di bawah pemerintahan Romawi sampai suku-suku Vandal abad
kelima Miladi menyerangnya. Sejak abad kelima Miladi Spanyol berubah nama menjadi
Vandalusia, yakni negeri bangsa Vandal. Suku Vandal tersebut sangat dikenal dengan
kekejamannya. Kemudian bangsa Arab menamai Spanyol dengan Al-Andalus,
sebagaimana bangsa Arab pun menamainnya dengan Al-Jazirah. Pada awal abad keenam
Miladi (507 M) suku-suku Ghathia Barat telah menyerang Spanyol lalu suku Ghathia
mengusir bangsa Vandal ke Afrika. Setelah itu, Bangsa Gothik berhasil mendirikan negeri
yang kuat di Spanyol.4
Spanyol didera revolusi demi revolusi hingga bangsa Gothik Barat (Visigoth) menetap
dan mendirikan kerajaan yang terkenal dalam sejarah Eropa. Penguasa Gothik bersikap
tidak toleran terhadap aliran agama yang dianut oleh penguasa, yaitu aliran Monofisit, 5
apalagi terhadap penganut agama lain, Yahudi. Penganut agama Yahudi yang merupakan
bagian terbesar dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen. 6 Di
Spanyol, keluarga kerajaan Kristen memegang kekuasaan berdasarkan pemilihan yang
terbatas di satu keluarga tertentu saja. Sementara para bangsawan dan tokoh gereja adalah
kasta yang memilih raja. Tentunya sistem pemilihan yang terbatas di satu keluarga
tertentu pasti menimbulkan berbagai gangguan, fitnah, goncangan, dan rekayasa saat yang
memerintah meninggal dunia dan diganti raja baru.7
3
Raghib As-Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia Jejak Kejayaan Peradaban Islam di Spanyol
(Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2019), p. 12
4
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam II (Jakarta: Kalam Mulia, 2001), p. 59.
5
Monofisit adalah sebuah aliran teologis dalam sejarah Kristen yang mengajarkan bahwa Kristus hanya
memiliki satu sifat, yaitu sifat ilahi,
6
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II (Jakarta: Rajawali Pers, 2008), p. 91
7
Tim Riset dan Studi Islam Mesir, Ensikolopedi Sejarah Islam Dari Masa Kenabian Sampai Daulah
6
1. Kondisi Sosial
8
Tim Riset dan Studi Islam Mesir, Ensikolopedi Sejarah Islam Dari Masa Kenabian Sampai Daulah
Mamluk…, p. 221-222.
7
1) Kelas bangsawan : berasal dari keturunan bangsa Gothik, menduduki jabatan
ketentaraan dan kepemimpinan dalam urusan agama.
2) Kelas tokoh agama : Kelas tokoh agama bersama para bangsawan menguasai
pemerintahan, sementara pemerintahan sendiri hanya membahas bagaimana
cara merampas harta dan menambah kekayaan para penguasa.
4) Kelas budak tanah : Kelas budak tanah mengolah tanah pertanian milik para
tuan tanah besar, dan para budak sendiri bersama keluarganya termasuk
bagian dari kekayaan tuan tanah. Para budak tidak memiliki hak apa pun
sehingga bebas dipindahkan dari satu tuan tanah ke tuan tanah lainnya.
2. Kondisi Budaya
Spanyol pada masa sebelum Islam hidup dalam masa-masa kebodohan dan
keterbelakangan yang luar biasa, yang biasa disebut dengan masa kegelapan (dark
age). Para penguasa menguasai harta dan kekayaan negeri, sementara rakyatnya hidup
dalam kemiskinan yang parah. Para penguasa menguasai istana dan benteng,
sementara rakyat kebanyakan bahkan tidak mempunyai tempat berteduh dan rumah
yang layak.10
9
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam II…, p. 60-61.
10
Raghib As-Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia Jejak Kejayaan Peradaban Islam di Spanyol…, p.
15.
8
Sebagian penduduk Kawasan Spanyol saling berkomunikasi hanya dengan
isyarat, karena rakyat biasa tidak mempunyai keyakinan bahasa lisan, apalagi bahasa
yang tertulis. Rakyat Spanyol mempunyai keyakinan yang sebagiannya sama dengan
keyakinan kaum Hindu dan Majusi, seperti membakar orang yang meninggal saat
kematiannya, ikut membakar istri bersamanya jika sang istri masih hidup, atau
membakar budak perempuan bersamanya, atau membakar siapapun yang mencintai si
mayit. Kondisi tersebut diliputi oleh keterbelakangan, kezhaliman, dan kemislkinan
yang parah, serta sangat jauh dari sisi sosial budaya dan peradaban yang baik.11
Kondisi sosial budaya di Spanyol sebelum Islam datang, mengenal dengan istilah
budaya sistem kelas. Masyarakat Spanyol terpecah-pecah ke dalam beberapa kelas
sesuai dengan latar belakang sosialnya. Kelompok masyarakat kelas satu terdiri dari
raja, para penguasa, tuan-tuan tanah besar, pemuka agama, dan pembesar istana.
Kelompok masyarakat kelas dua terdiri dari tuan-tuan tanah kecil, sedangkan
kelompok masyarakat kelas ketiga atau bawah terdiri dari pengembala, pandai besi,
nelayan, budak, buruh, dan petani. Dsb.
3. Kondisi Ekonomi
Perpecahan politik memperburuk keadaan ekonomi masyarakat. Ketika Islam
masuk ke Spanyol, ekonomi masyarakat dalam keadaan lumpuh. Banyak lahan
pertanian yang tidak terurus dan dibiarkan terlantar. Padahal sewaktu Spanyol berada
di bawah kekuasaan Romawi, perkembangan pertanian dan perdagangan serta
indrustri maju pesat. Akan tetapi, setelah Spanyol berada di bawah kekuasaan
kerajaan Gothik, perekonomian lumpuh dan kesejahteraan masyarakat menurun. 12
Sebuah masyarakat yang sarat dengan kemiskinan dan kesengsaraan pasti akan
kalah pada guncangan pertama invasi. Tidak terlalu penting bagi mayoritas
masyarakat apakah oleh orang Romawi atau oleh orang lain para budak ditindas dan
diperlakukan dengan buruk. Hanya kelas istimewa dan tuan tanah kaya yang memiliki
kepentingan untuk memperthankan rezim yang ada, dan sebagian besar, yang benar-
benar rusak dan letih akibat pesta pora, telah kehilangan semua energi dan inisiatif.13
Kepincangan ekonomi karena petani dan pedagang diharuskan membayar pajak
yang memberatkan. Para budak dipaksa harus bekerja dilahan pertanian milik para
penguasa, lapisan menengah masyarakat Spanyol dipaksa menanggung beban sebagai
11
Raghib As-Sirjani, Bangkit dan Runtuhnya Andalusia Jejak Kejayaan Peradaban Islam di Spanyol…, p.
16.
12
Anwar Sewang, Sejarah Peradaban Islam (STAIN Parepare: Sulawesi Selatan, 2017), p. 182
13
Reinhart Dozy, A History of The Moslem in Spain: Sejarah Islam di Spanyol…, p. 251
9
sumber pendapatan dan belanja negara dengan berbagai jenis pajak dan pihak yang
menghimpun kekayaan untuk diserahkan kepada para penguasa. Akibatnya rakyat
menjadi menderita. Masyarakat berada dalam kemiskinan yang luar biasa, bahkan
masyarakat diperjual belikan bersamaan dengan tanah. Kehidupan tidak bermoral,
kehormatan diinjak-injak dan kehidupan sangat jauh dari nilai normal.14
Pada tahun 711 M, di Saat Pemerintahan Bani Umayah saat itu kaum muslimin telah
menyelesaikan penaklukan seluruh kawasan Afrika bagian Utara. Mereka telah
menaklukkan Mesir, Libya, Tunisia, Aljazair dan Maroko. Ada dua pilihan yang dihadapi
kaum muslimin dalam melanjutkan penaklukkan, yakni mengarah ke Utara menyeberangi
selat Gibraltar dan masuk ke Spanyol dan Portugis (Andalusia pada waktu itu) atau
mengarah ke selatan masuk kedalam jantung padang sahara yang sangat luas tapi
penduduknya sangat sedikit.
Tujuan penaklukkan kaum muslimin bukan untuk mencari wilayah atau kawasan baru,
atau sekedar mengumpulkan sumber daya bumi. Tujuan utama mereka ialah berdakwah
dijalan Allah dan mengajarkan agama ini kepada manusia. Sehingga penaklukkan atas
Spanyol pun dilakukan oleh kaum muslimin. ketika kaum muslimin menduduki daerah
itu mereka menyebutnya dengan Andalus, yaitu berasal dari kata Vandalisia yang disebut
menurut lidah orang Arab.15
Ada beberapa faktor yang mendorong kaum muslimin menaklukkan daerah ini,
diantaranya adalah sebagai berikut16 :
1. Suasana Perang diantara kaum muslimin dengan orang-orang Kristen di Spanyol
(Spanyol dikenal dengan tempat bertemunya beberapa umat beragama).
2. Pergolakan – pergolakan dikalangan penduduk Spanyol (kaum Romawi pada 133
M, kaum Yahudi, Vandal, Kristen/Nasrani), faktor inilah yang mendorong kaum
muslimin untuk menyerang Spanyol karena yakin dapat menaklukkan dengan
mudah.
14
Husain Mu’nis, Fajr Al-Andalus, Ma’alim Tarikh Al-Maghrib wa Al-Andalus, Daar ArRasyad (Mesir:
2005), p. 15
15
3 Juwairiyah, Dahlan. Islam di Afrika Utara dan Andalus-Spanyol. (Surabaya: IAIN Sunan Ampel
Surabaya, 2003), 20
16
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam ( jilid I )
10
3. Kesepakatan kerja sama antara Raja Watiza (Raja Gothia Barat) dengan Musa bin
Nusair (Gubernur Afrika Utara)
4. Perebutan kekuasaan yang berlaku di daerah Spanyol (umat Islam di undang oleh
kalangan tertentu untuk kepentingan tertentu pula).
5. Serangan kaum muslimin ke Spanyol atas undangan penduduk dalam negeri itu
sendiri untuk mempertahankan hak-hak mereka.
6. Niat kaum Islam untuk menyebarkan ajaran Islam di daerah-daerah itu.
Keputusan Penaklukkan Islam terhadap Andalusia dipimpin oleh Musa bin Nushair
atas Perintah Kholifah Al-walid bin Abdul Malik Pada saat itu, ia memiliki ide
menaklukkan Andalusia sudah lama sebelum terjun ke medan perang langsungnya.
Meskipun banyak hambatan yang ada didepannya, seperti; minimnya armada laut, adanya
pulau Balyar milik kaum Nasrani dibelakang mereka, pelabuhan Sabtah (Ceuta) yang
berkaitan dengan penguasa Andalusia, dan masih banyak lagi hambatan yang
menghalangi penaklukkan tersebut.
Tetapi, Musa bin Nushair mampu mengatasi hambatan-hambatan yang melintas
dihadapannya, yakni dengan membangun membangun beberapa pelabuhan dan
menyiapkan armada laut, mengangkat Thariq bin ziyad sebagai pemimpin pasukan,
menaklukkan pulau baiyar dahulu dan menggabungkan kedalam wilayah kaum muslimin,
yang kemudian memudahkan kaum muslimin menaklukkan Andalusia.
18
(Amin, 2014).
19
(Hitti, 2010).
12
Penaklukkan Islam dilakukan oleh kedua pemimpin, Musa bin Nushair dan Thariq bin
Ziyad meliputi seluruh semenanjung Andalusia. Selanjutnya, keduanya berhasil
menguasai seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya, mulai dari
Saragosa sampai Navarre. Penaklukan tersebut membawa Perubahan Besar terjadi Di
andalusia. Mulai dari kemajuan peradaban Sosial yang tidak Membeda-bedakan Kasta
dalam Peraturan Agama islam, Hingga Kemajuan Ekonomi yang terjadi. dsb.
Setelah Penaklukan tersebut, Musa bin Nusair Melanjutkan Ekspedisinya dan
Pemerintahannya Di Afrika Utara, Sementara Thoriq Bin Ziyad Harus kembali ke
Damaskus Untuk dijadikan Pengamat Peperangan oleh Kholifah Al-walid bin Abdul
Malik. Kemudian kepemimpinan di Damaskus diteruskan oleh gubernur yang ditunjuk
Langsung oleh pemerintahan Umayyah. Dia adalah Yazid bin Abi Sufyan. Namun,
Banyak permasalah-permasalahan yang terjadi selama Pemerintahannya, Mulai dari
permasalahan Politik, Korupsi, dan Pemberontakan dari kaum-kaum Kristen Lokal,
Hingga sampai pada Pemerintahan Abdurrohman Ad-Dhakhil yang di sebut Periode
keemaasan Umat Islam di Andalusia.
22
Ragib As-Srijani bangkit dan runtuhnya Andalusia jejak kejayaan peradaban Islam di Spanyol hal 161-
162
23
Ragib As-Sirjani bangkit dan runtuhnya Andalusia jejak kejayaan peradaban Islam di Spanyol hal 162
14
Ketika Islam datang di Andalusia (Spanyol) semua sistem yang di bawah
pemerintahan Bangsa Visighots ,mengalami perubahan, dan pada saat itu semua sistem
yang dijalankan pemerintahan Bangsa Visigiths pada waktu itu berubah dan Islam
terintergrasi dengan pemerintahan Andalusia (Spanyol) datang di bawah oleh panglima
perang Thariq bin Ziyad. Ketika Abdurrahman Ad-Dakhil sampai di Andalusia Spanyol
masyarakat disana menyambutnya dengan baik dikarenakan ia merupakan keturunan Bani
Umayyah dan ditambah lagi salah seorang pemimpin disana berrnama Abu Usman yang
memerintah disana.
Masyarakat Andalusia butuh pemimpin cerdas dan tegas sehingga ketika
Abdurrahman Ad-Dakhil tiba di Andalusia (Spanyol) jiwa kepemimpinan tersebut ada
pada diri Abdurrahman Ad-Dakhil sehingga ia mudah diterima oleh masyarakat disana
menerima dengan senang hati.Melihat kondisi Andalusia sebelum Abdurrahman Ad-
Dakhil tiba di Andalusia (Spanyol) kondisinya sangat kacau dan banyak terjadi
pemberontakan di kabilah-kabilah kecil di Arab dan non Arab termasuk dari keturunan
Arab Yamani. Sehingga Abdurrahman Ad-Dakhil tiba di Andalusia Spanyol ia langsung
memadamkan pemberontakan anatara kabilah kecil dari suku bangsa Arab disana.
Setelah ia dapat memadamkan pemberontakan yang terjadi di Andalusia Spanyol
selanjutnya Abdurrahman Ad-Dakhil menuyusun strategi dengan mendamaikan kembali
suku-suku kecil yang ada di Andalusia (Spanyol), kemudian setelah ia mendamaikan suku
tersebut, maka ia membentuk sebuah pemerintahan dinasti Umayyah II Andalusia
(Spanyol). Dinasti Umayyah II di Andalusia Spanyol didirikan berdasarkan juga sistem
pemerintahan Islam yang berada di Damaskus. Ketika Abdurrahman Ad-Dakhil
mendamaikan semua pemberontak yang ada di Andalusia (Spanyol) maka masyarakat
Islam disana sudah merasakan bagaimana kecerdasan,keilmuan, dan serta strategi
peperanagan yang dilakukan Abdurrahman Ad-Dakhil, maka masyarakat Andalusia
(Spanyol)dapat menerima baik kedatangan Abdurrahman Ad-Dakhil. Pada saat itu Dinasti
Umayyah II dapat berdiri di Andalusia (Spanyol).
Dan adapun hasilnya dalam upaya-upayanya memajukan peradaban Islam di
Andalusia (Spanyol) dan melakukan ekspansi Islam di Andalusia (Spanyol) sebagai
berikut:
26
Muhammad Yahya Sejarah Islam pasca dinasti Umayyah di Damaskus suatau kajian perkembangan
Islam di Spanyol hal 83.
17
mendirikan gedung-gedung pendidikan seperti Universitas Cordova serta
lembaga-lembaga ilmiah. Tujuannya agar semua masyarakat di Andalusia
khususnya di daerah Cordova dapat belajar lembaga-lembaga tersebut dan
menjadikan juga masyarakat Andalusia lebih produktif dan mampu memajukan
perdaban Islam di Andalusia Spanyol.Seiiring dengan perkembangan tersebut
maka lahirlah tokoh-tokoh terkemuka seperti Ibnu Rusyd dan Az-Zah.
27
Ragib As-Sirjani bangkit dan runtuhnya Andalusia jejak kejayaan peradaban Islam di Spanyol hal 187
18
diajarkan tentang kepemimpinan oleh kakeknya yang bernama Hisyam bin Malik
sehingga ia mampu memimpin di Andalusia( Spanyol) dan ia dapat memajukan
peradaban Islam di Spanyol.28
28
Muhammad Ali para panglima Islam penakluk dunia hal 332
29
Ragib As-Sirjani bangkit dan runtuhnya Andalusia jejak kejayaan peradaban Islam di Spanyol hal 181
19
Itulah kisah dari Abdurrahman Ad-Dakhil. Kisah yang begitu luar biasa, buka hanya
sekedar sejarahnya, tetapi situasi dan ketenangannya sehingga ia dapat menjalani situasi
yang begitu sulit. Berbgai peristiwa yang ia hadapi di Andalusia Spanyol termasuk
perpecahan-perpecahan yang ada didalamnya. Serta harapan negeri ini untuk memiliki
pemimpin yang kuat dan dapat mempersatukan penduduk Andalusia (Spanyol). Selain itu
ia juga dapat memperkokoh kekuasaannya di Andalusia (Spanyol). selanjutnya
mengantarkannya menuju ketentraman dan keamanan, telah membuka kesempatan bagi
sosok penuh obsesi, pikirannya pemberani dan seorang yang berpetualang. Abdurrahman
Ad-dakhi juga sosok yang cerdas,cerdik dan memiliki tekad yang kuat.30
Abdurrahman Ad-Dakhil hidup selama 59 tahun. Sembilan belas tahun diantaranya
ia lalui di Damaskus dan Irak sebelum kejatuhan di dinasti Bani Umayyah, enam tahun
dalam pelariannya dalam menghindari Bani Abbasiyah dan perencanaan memasuki
wilayah Andalusia Spanyol,lalu 34 tahun memegang kekuasaan dan kepemimpina di
Andalusia Spanyol. pada akhirnya ajalnya telah menjemputnya di usia 58 tahun dan
dimakamkan di kota Cordova. Pada tanggal jumadil Ula 172 H(oktober 788 M).31
21
menuntut dirinya diangkat sebagai khalifah sepeninggal khalifah Hisyam II.
Tuntutannya disetujui, tetapi hal ini menyebabkan kudeta, penahanan khalifah
Hisyam II, dan kekacauan politik di Cordova. Ketidakmampuan penguasa dan
khalifah untuk menjaga stabilitas politik dan pemerintahan mengakibatkan para
penguasa di tingkat wilayah, seperti propinsi, kehilangan kepercayaan pada
kekuasaan khalifah. Akibatnya, berdirilah dinasti-dinasti kecil yang dikenal
sebagai Muluk al Tawaif atau reyes de taifas, menandai pelemahan kekhalifahan
yang berpusat di Cordova.
3. Munculnya Dinasti-Dinasti Kecil
Disintegrasi kekuatan Islam di Spanyol, ditandai oleh munculnya dinasti-
dinasti kecil, menjadi pemicu utama kemunduran dan kehancuran Islam di
wilayah tersebut. Meskipun periode ini juga mencatat kecemerlangan kultural,
dominasi dinasti lokal di berbagai bagian Spanyol menyebabkan heterogenitas
kelas militer dan ketegangan etnis. Sejumlah dinasti kecil, sekitar dua puluh
hingga tiga puluh, berkuasa di berbagai wilayah dengan konflik bersenjata yang
sering terjadi di antara mereka. Dinasti-dinasti ini, yang berasal dari berbagai ras,
saling bersaing untuk mempertahankan wilayahnya. Ironisnya, terjadinya
persaingan ini menjadi peluang bagi penguasa Kristen untuk melakukan politik
adu domba di antara dinasti-dinasti Islam.
Konflik bersenjata di antara dinasti-dinasti kecil melemahkan kekuatan Islam
secara keseluruhan. Bahkan, beberapa penguasa dinasti Islam tidak ragu untuk
bersekutu dengan penguasa Kristen dan meminta bantuan dalam pertempuran
melawan sesama Muslim. Contohnya, Raja Dinasti Afthasia terakhir, Umar al
Mutawakkil, bahkan siap menyerahkan wilayahnya kepada penguasa Kristen
Alfonso IV dari Leon dan Castile sebagai imbalan atas bantuan militer.
Persaingan internal dan kolaborasi dengan pihak Kristen ini membuka peluang
bagi penguasa Kristen untuk menyerang dan mencaplok wilayah Islam secara
bertahap. Kesalahan strategis dinasti-dinasti Islam dalam meminta bantuan kepada
penguasa Kristen menjadi kelemahan fatal, mengungkapkan kelemahan mereka
secara langsung, dan pada akhirnya, mengakibatkan hilangnya kekuasaan Islam
dari daratan Spanyol.
4. Kesulitan Ekonomi
Keadaan ekonomi juga dapat menentukan maju mundurnya suatu negara. Di paruh
kedua masa Islam di Spanyol pembangunan kota dan pengembangan ilmu pengetahuan
22
sangat gencar dan serius, sehingga lalai membina perekonomian. Akibatnya timbul
kesulitan ekonomi yang sangat mempengaruhi kondisi politik dan militer (Yatim, 1994:
108). Di samping itu pasukan muslim yang menyita harta milik orang-orang kaya di
Spanyol dan kekayaan para raja dan pejabat negara, tidak mengembangkan kekayaan
tersebut secara baik, akibatnya pendapatan negara merosot. Kemudian lebih parah lagi
setelah munculnya khalifah yang lemah yang tidak lagi memperhatikan kemaslahatan
rakyatnya, tetapi bergelimang dalam kemewahan dan hanya ingin bersenang-senang
semata. Akhirnya penghasilan negara terkuras untuk kepentingan khalifah. Belum lagi
biaya yang dikeluarkan untuk membiayai peperangan untuk menumpas kerusuhan-
kerusuhan.
Selain faktor-faktor intern yang telah disebutkan di atas, terdapat pula faktor ekstern yang
menyebabkan kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol, yakni:
1. Konflik Islam-Kristen
Kehadiran bangsa Arab Islam di Spanyol memicu kesadaran kebangsaan di
kalangan orang Kristen Spanyol. Konflik antara Muslim dan Kristen mendominasi
kehidupan negara Muslim Spanyol. Pada abad XI, kekuatan Kristen meningkat
sementara Islam mengalami kemunduran karena kebijaksanaan khalifah yang
tidak melakukan Islamisasi menyeluruh. Wilayah Islam berbatasan dengan
kerajaan Kristen yang sering menyerang, terutama ketika Islam Spanyol terpecah
menjadi dinasti kecil. Raja-raja Kristen bersatu dan berhasil menaklukkan dinasti-
dinasti Islam satu per satu, termasuk serbuan Raja Alfonso VI yang merebut
Toledo pada tahun 1085 M.
Umat Islam kesulitan menghadapi serangan Kristen yang semakin gencar,
menyebabkan jatuhnya wilayah Islam, seperti Cordova pada tahun 1238 M dan
Seville tahun 1248. Meskipun Granada bertahan di bawah Bani Ahmar selama dua
abad, pada tahun 1492, kerajaan Aragon dan Castilia bersatu menaklukkan
Granada. Pada tahun 1609, raja Philip III memaksa orang-orang Islam di Spanyol
untuk memilih masuk Kristen atau meninggalkan Spanyol. Dengan jatuhnya
Granada, Islam kehilangan kekuatan politik dan agama di Spanyol.
Faktor Geografis
2.
Faktor Geografis juga menentukan hilangnya Islam di Spanyol. Karena Spanyol
merupakan daerah terpencil dari dunia Islam yang lain, sehingga ia selalu berjuang
sendirian, tanpa mendapatkan bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian tidak
ada kekuatan alternatif yang mampu membendung kebangkitan Kristen di Spanyol
23
(Yatim, 1994: 108). Selain itu faktor iklim juga mempengaruhi, sehingga orang-orang
Arab sebagai pendatang tidak tahan mendiami daerah Spanyol yang iklimya tidak cocok
dengan mereka (Watt, 1990: 43).
A. Kesimpulan
Sebelum Islam, Spanyol mengalami konflik dan perubahan setelah diserang oleh suku
Vandal dan pendirian kerajaan Gothik. Kondisi sosial terpolarisasi dengan revolusi
politik, ketidakstabilan pemerintahan, dan kekerasan terhadap penganut agama lain. Pada
tahun 711 M, Muslim menaklukkan Andalusia, membawa perubahan signifikan dalam
sosial, budaya, dan ekonomi.
Thariq bin Ziyad, Panglima Penakluk Andalusia, memimpin penaklukkan pada tahun
711 M, menghadapi pasukan Goth dan memotivasi pasukannya. Abdurrahman Ad-
Dakhil, peletak dasar Dinasti Bani Umayyah, memasuki Andalusia pada 736 M. Selama
34 tahun pemerintahannya, ia memajukan ilmu pengetahuan, ekonomi, dan kebudayaan,
serta memimpin Dinasti Umayyah II.
Kemunduran kekuasaan Islam dimulai setelah puncak kejayaan Abdur Rahman I
hingga Al Hakam II di Cordova. Faktor intern seperti perpecahan, kepemimpinan lemah,
dinasti-dinasti kecil, dan kesulitan ekonomi berperan kunci. Perseteruan internal dan
dinasti-dinasti kecil melemahkan Islam, memberi kesempatan pada penguasa Kristen
untuk politik adu domba. Konflik Islam-Kristen dan tekanan eksternal menyumbang pada
kekalahan Islam. Faktor geografis, seperti keterpencilan dan ketidakcocokan iklim, juga
berkontribusi. Pada akhirnya, kelemahan internal dan eksternal menyebabkan jatuhnya
Granada pada tahun 1492, menandai akhir kekuasaan Islam di Spanyol.
B. Saran
24
DAFTAR PUSTAKA