Makalah Sejarah Peradaban Islam (Peradaban Islam Di Andalusia) - Kelompok 5
Makalah Sejarah Peradaban Islam (Peradaban Islam Di Andalusia) - Kelompok 5
Disusun oleh :
Kelompok 5 :
RAHIMIN 2023030105012
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Andalusia atau al-Andalus adalah nama yang digunakan untuk wilayah di
Semenanjung Iberia yang dikuasai oleh Islam pada 711-1492 M. Ada beberapa
pendapat yang beredar mengenai apa makna asal dari kata andalus ini. Ada yang
menyebutkan bahwa andalus berarti “land of the Vandals” (tanah kekuasaan
bangsa Vandal), “Land of the Atlantis” (tanah kekuasaan bangsa Atlantis), dan ada
sebagian yang berdapat bahwa kata andalus berasal dari bahasa German
Landahlauts, yang berarti “Land allotment” atau tanah pemberian.1 Menurut G. S.
Colan, kata andalus berkaitan dengan penyebutan bangsa Arab terhadap bangsa
Vandal (the Vandals), yang semula dieja sebagai wandalishiya>(لیشیا企ند貴-
Wandalicie). Penggunaan kata alAndalus terdapat pada ukiran mata uang yang
diterbitkan pada tahun 98 H/716 M, di mana di salah satu sisinya tertulis Hispaniae
(bahasa Latin dari Spanyol), yang merujuk pada daerah semenanjung Iberia baik
yang dikuasai oleh kerajaan Kristen maupun oleh kekhalifahan Islam.2
Luas wilayah Andalusia berubah-ubah, meluas pada awal penaklukan Islam
atas Spanyol, kemudian meluas lagi setelahnya. Dan kembali menyempit hanya
tinggal wilayah Granada pada akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Wilayah
Semenanjung Iberia pada saat ditaklukkan oleh Islam dikabarkan mencakup
wilayah Spanyol dan Portugal. Bangsa-bangsa yang mendiami wilayah Andalusia
(Semenanjung Iberia) juga berasal dari berbagai bangsa, seperti bangsa Iberia,
Latin, Romawi, dan Yunani dari Eropa, ada juga bangsa Yahudi dari Asia dan
Afrika. Tetapi yang paling dominan, khususnya ketika ditaklukkan oleh Islam,
adalah bangsa Vandal dan Gothik yang merupakan salah satu ras bangsa Jerman
(Germanik-Roman).3
1
Josef W. Meri, Ed, Medieval Islamic Civilization, An Encyclopedia, Vol. 1, (New York: Routledge,
2006), 43
2
G. S. Colan, al-Andalus, terj. Ibrahim Khurshid, dkk., (Beirut: Dar al-Kitab al-Lubnani, 1980), 58
3
Muhammad Sa‘id ad-Daghali, al-Hayah al-Ijtima‘iyyah fial-Andalus wa Atharuhafial-Adab al-
‘Arabi wa fial-Adab al-Andalusi, (Beirut: Dar Usamah, 1984), 14.
iii
Bangsa Arab dan Berber muslim yang mendiami wilayah Andalusia setelah
penaklukan, disebut sebagai orang-orang Moor (Moorish). Meskipun sebenarnya
kata Moor lebih banyak digunakan untuk menyebut orang Berber, baik yang
mendiami wilayah Afrika Utara maupun Spanyol.4
B. Rumusan Masalah
Berlandaskan atas latar belakang yang ada, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana keadaan penduduk Spanyol sebelum Islam?
2. Bagaimana proses masuknya Islam di Spanyol?
3. Faktor-faktor apa saja yang membuat islam bisa masuk di Spanyol?
4. Bagaimana perkembangan pemerintahan dan pengetahuan di Spanyol pada
msa itu?
5. Faktor-faktoe apa saja yang menyebabkan runtuhnya Islam di Spanyol?
C. Tujuan
1. Mengetahui keadaan penduduk Spanyol sebelum masuknya Islam.
2. Mengetahui proses masuknya Islam di Spanyol.
3. Mengetahui factor-faktor yang membuat Islam bisa masuk di Spanyol.
4. Mengetahui bagaimana perkembangan Islam di Spanyol.
5. Mengetahui factor-faktor yang menyebabkan runtuhnya Islam di Spanyol.
4
Stanley Lane-Poole dan Arthur Gilman, The Moors in Spain, (New York: G. P. Putnam’s Sons,
1903), 13.
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penduduk Spanyol Sebelum Masuk Islam
Dulu, Spanyol sebelum Islam masuk, berada di bawah kerajaan Romawi.
Bangsa Romawi dapat menguasai simenanjung itu pada tahun 133 M. Di masa
pemerintahan mereka ini, masuk pula sejumlah besar orang-orang Yahudi.5
Pada awal abad keenam (507 M) suku-suku Ghathia Barat telah dapat pula
menyerang Spanyol dan mereka menyusir bangsa Vandal ke Afrika. Bangsa
Ghathia kemudian dapat berhasil mendirikan pemerintahan yang kuat di Andalusia.
Sampai berubah menjadi bangsa yang lemah disebabkan merjalelanya perbudakan,
kepincangan ekonomi karena petani dan pedagang diharuskan menanggung pajak
yang memberatkan dan pemaksaan agama Kristen kepada penduduk. Para budak
dipaksa harus bekerja di lahan pertanian milik para penguasa, lapisan menengah
masyarakat Spanyol dipaksa menanggung beban sebagai sumber pendapatan dan
belanja Negara dengan berbagai jenis pajak dan pihak yang menghimpun kekayaan
untuk diserahkan kepada para penguasa. Para rahib Kristen berhasil mengeluarkan
berbagai perintah dan sangsi yang sangat keras kepada setiap orang yang enggan
menerima dan menjadi pemeluk agama Masehi.
5
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, J. 2, c. 3, Jakarta: PT Alhusma Zikra, 1995, h. 157
6
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, J. 2, c. 2, Jakarta: Kalam Mulia, 200), h.
58.
1
Marwan (685-705) dan mengangkat Hasan bin Nu’man al-Ghassani sebagai
gubernur di daerah itu.
Pada masa Khalifah al-Walid bin Abdul Malik, gubernur Afrika Utara telah
digantikan oleh Musa bin Nusair. Dia memperluas daerah kekuasaannya dengan
menduduki Aljazair dan Marokko.7
Islam masuk Spanyol pada masa Khalifah al-Walid bin Abdul Malik (705-
715), salah seorang khalifah Daulah Umayyah yang berpusat di Damaskus. Islam
masuk ke Spanyol lewat Afrika Utara, saat itu telah menjadi salah satu pripinsi
Daulah Umayyah. Islam masuk Spanyol dalam dua gelombang; pertama, pada masa
Khalifah Al-Walid ibn Abdul Malik (710-712), kedua, pada masa Khalifah Umar
ibn Abdul Aziz (717). Pada gelombang pertama ada tiga pahlawan Islam yang dapat
dikatakan lebih berjasa memimpin pasukan Islam dalam proses penaklukan
Spanyol. Mereka adalah, pertama, Tharif bin Malik, sebagai pasukan perintis dan
penyelidik. Dia berangkat diutus Musa bin Nusair pada tahun 710 M. dengan
jumlah pasukan sebanyak 500 orang. Mereka berhasil menyeberangi selat yang
berada di antara Marokko dan benua Eropa. Di antara pasukan Tharif adalah tentara
berkuda, mereka menaiki empat buah kapal yang disediakan oleh Julian.8 Dalam
penyerangan pertama itu, Tahrif bin Malik tidak mendapat perlawanan yang berarti
malahan mereka menang dan membawa pulang harta rampasan yang lumayan
banyak ke Afrika Utara.
Kedua, Thariq bin Ziyad, sebagai pasukan penakluk, mereka berangkat pada
tahun 711M. juga diutus Musa bin Nusair dengan jumlah pasukan sebanyak 7000
orang. Sebagian besar pasukannya adalah suku Barbar yang didukung Musa bin
Nusair dan sebagian lainnya lagi adalah orang Arab yang dikirim Khalifah al-
Walid. Pasukan mereka menyeberangi selat dibawah pimpinan Thariq bin Ziyad.
Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan
menyiapkan pasukannya untuk melakukan penyerangan disebut dengan nama
Gibraltar (Jabal Thariq).
7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993, h. 87-88.
8
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, j. 2. c. 1, Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983, h. 158.
2
Mendengar kedatangan Thariq, raja Roderik mempersiapkan pasukan
Ghathia sebanyak, ada yang mengatakan 70.000 orang ada pula yang mengatakan
100.000 orang yang terdiri dari orang-orang Yahudi dan orang-orang yang selama
ini ditindas oleh Raja Roderik , suatu jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan
pasukan Thariq.9 Maka Musa mengirim pasukan tambahan sebanyak 5000 orang
atas permintaan Thariq. Sehingga jumlah pasukan Thariq seluruhnya hanya 12.000
orang.
“Wahai manusia! Hendak kemana kalian melarikan diri? Laut kini berada di
belakang kalian, dan musuhpun berada di depan kalian! Demi Allah tidak ada
pilihan bagi kalian, kecuali jujur dan sabar! Ketahuilah! Sesungguhnya kalian di
pulau ini lebih terhina dari anak-anak yatim di dalam tempat yang paling rendah.
Sungguh musuh kalian telah menyongsong dengan pasukan tentara, dengan senjata,
dan dengan kekuatan yang melimpah. Sedangkan kalian tidak mempunyai perisai
melainkan hanya pedang dan kalian juga tidak mempunyai kekuatan kecuali kalian
dapat merebut apa yang dimiliki musuh”.
9
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, J. 2, c. 2 Jakarta: Kalam Mulia, 2006, h.
68.
10
Ahmad Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, j. 2. c. 1. Jakarta: Pustaka Alhusna, 1983, h.
161.
3
Tetapi ada dikatakan bahwa Roderick tidak sampai mati melainkan hanya
luka saja lalu melemparkan diri ke Lembah Lakkah sehingga tenggelam, jasadnya
terbawa hanyut oleh air sungai sampai ke Samudera Atlantik. Sampai hari ini akhir
kehidupan Roderick masih tetap menjadi teka-teki yang tidak dapat terjawab.
Ketiga, Musa bin Nusair, dia berangkat dengan pasukan besar menyeberangi
selat pada tahun 712 M. dan satu persatu kota yang dilaluinya dapat ditaklukkannya,
seperti Sidonia, Karmona, Seville, dan Merida. Dia dan pasukannya bergabung
dengan pasukan Tharik di Toledo. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai
seluruh kota penting di Spanyol, termasuk bagian utaranya mulai dari Saragosa
sampai Navarre.12
11
Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, J. 2, c. 2, Jakarta: Kalam Mulia, 2006, h.
73.
12
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993, h. 90.
13
Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya, j. 1, Jakarta: UI Press, 1985, h. 62
4
berubah walaupun hanya dalam rentang waktu yang sangat singkat selama lima
tahun (712 hingga 717 M). Sesuatu yang sangat disayangkan banyak orang.
Sejak pertama kali Islam masuk Spanyol pada tahun 711 M. sampai
berdirinya kerajaan Islam atau Daulah Umayyah di Spanyol tahun 756 M. oleh
Abdurrahman al-Dakhil, stabilitas politik Spanyol belum tercapai secara sempurna,
karena ada gangguan dari dalam dan dari luar.
14
Thomas W. Arnold, Sejarah Da’wah Islam, Jakarta: Wijaya, 1983, h. 118.
15
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1993, h. 94-95
16
M Tohir, Sejarah Islam Dari Andalus Sampai Indus, Jakarta: Pustaka Jaya, 1981, h. 236-238.
5
D. Kemajuan Pemerintahan dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan
a. Filsafat
Dalam bidang filsafat, atas inisiatif al-Hakam II (961-976 M.) karyakarya
ilmiah dan filosof diimpor dari Timur dalam jumlah besar, sehingga Cordova
dengan perpustakaan dan universitasuniversitasnya mampu menyaingi Baghdad
sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di Dunia Islam. Sekaligus hal ini merupakan
persiapan bagi melahirkan filosof-filosof besar Spanyol pada masa yang akan
datang.
Tokoh kedua adalah Abu Bakar ibn Thufail yang lebih dikenal dengan Ibn
Thufail. Dilahirkan di sebuah dusun kecil, Wadi Asy, sebelah timur Granada dan
wafat dalam usia lanjut tahun 1185 M. Dia banyak menulis masalah kedokteran,
astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya, yang terkenal sampai sekarang adalah
Hay ibn Yaqzhan.
6
pembahasannya dalam tiga bentuk, yaitu komentar, kritik dan pendapat. Itu
sebabnya dia dikenal sebagai seorang komentator sekaligus kritikus ulung.
b. Sains
Dalam bidang kedokteran dikenal Ahmad bin Ibas adalah ahli dalam bidang
obat-obatan. Ummi al-Hasan binti Abi Ja’far adalah ahli kedokteran dari kalangan
wanita. Dalam bidang ilmu kimia dan astronomi adalah Abbas bin Farnas. Dialah
orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu.48 Ibrahim bin Yahya
alNaqqash terkenal dalam ilmu astronomi. Dia dapat menentukan waktu terjadinya
gerhana matahari dan menentukan berapa lamanya terjadi.
d. Fiqih
Dalam bidang fiqih dikenal di Spanyol sebagai penganut mazhab Maliki.
Mazhab ini disana diperkenalkan oleh Ziyad bin Abd. alRahman. Hasyim I adalah
penyokong mazhab Maliki. Dia menghormati Imam Malik, salah satu mazhab dari
empat mazhab fiqih di kalangan Sunni. Dia mendorong para pencari ilmu, agar
melakukan perjalanan ke Madinah guna mempelajari ajaran-ajaran mazhab Maliki.
Kitab alMuwatho’ yang ditulis Imam Malik disalin dan disebarluaskan ke seluruh
wilayah kekuasaannya.
7
e. Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan kesenian ususunya seni suara, Spanyol Islam
mempunyai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan bin Nafi’ yang dikenal
dengan Zaryab. Setiap kali diselenggarakan pertemuan dan jamuan Zaryab selalu
tampil mempertunjukkan kebolehannya. Dia juga terkenal sebagai pengubah lagu.
Ilmu yang dilikinya diturunkannya kepada anak-anaknya baik pria maupun wanita.
f. Arsitektur
Dalam bidang arsitektur daulah Umayyah II di Spanyol telah juga mengukir
prestasi dalam bidang seni bangunan kota dan seni bangunan masjid. Di antara
bangunan kota yang memperbaharui bangunan kota yang lama ada pula yang
membangun kota yang baru.
1) Kota Cordova dijadikan al-Dakhil sebagai ibukota Negara. Dia membangun
kembali kota ini dan memperindahnya serta membangun benteng di sekitarnya
dan istananya. Supaya kota ini mendapatkan air bersih digalinya danau dari
pegunungan. Air danau itu dialirkan selain melalui pipa-pipa ke istananya dan
rumah-rumah penduduk, juga melalui parit-parit dialirkan ke kolam-kolam dan
lahan-lahan pertanian.
2) Peninggalan al-Dakhil yang masih ada sampai sekarang adalah masjid Jami’
Cordova yang didirikan pada tahun 786 M. dengan dana 80.000 dinar. Hisyam I
pada tahun 793 M. menyelesaikan bagian utama masjid ini dan menambah
menaranya. Demikian juga Abdurahman al-Autsah, Abdurrahman al-Nashir,
dan al-Manshur memperluas dan memperindahnya sehingga menjadi masjid
paling besar dan paling indah pada masanya. Jelasnya panjang masjid itu dari
utara ke selatan adalah 175 meter, sedangkan lebarnya dari barat ke timur adalah
134 meter, tinggi menaranya 20 meter yang didukung oleh 300 buah pilar yang
terbuat dari marmer. Di tengah maajid terdapat tiang agung yang menyangga
1000 buah lentera. Ketika Cordova jatuh ke tangan Fernando III pada tahun 1236
M., masjid ini dijadikan gereja dengan nama yang lebih terkenal di kalangan
masyarakat Spanyol, yaitu La Mezquita, berasal dari kata Arab al-masjid
3) Pada tahun 936 M. al-Nashir membangun kota satelit dengan nama al-Zahra di
sebuah bukit di pegunungan sierra Morena, sekitar tiga mil di sebelah utara
Cordova. Bagian atas kota terdiri dari istanaistana dan gedung-gedung Negara
lainnya, bagian tengah adalah taman-taman dan tempat rekreasi, sedangkan
bagian bawah terdapat rumah-rumah dan toko-toko, masjid-masjid dan
bangunan-bangunan umum lainnya. Yang terbesar di antara istanaistana al-
Zahra tersebut adalah bernama Dar al-Raudhah. FaktorFaktor Kemunduran
Pemerintahan.
8
E. Perkembangan Kekuasaan Islam Di Andalusia
Perkembangan kekuasan Islam di Andalusia dapat dibagi ke dalam enam
periode kekuasaan, yaitu sebagai berikut.
Pada periode ini terjadi 20 kali pergantian wali.19 Hal ini terjadi karena
perselisihan antara pemerintah pusat di Damaskus dan gubernur Afrika Utara
tentang siapa yang berhak menentukan wali bagi Andalusia,20 meskipun sebenarnya
banyak dari para wali itu gugur dalam peperangan melawan pihak Kristen yang
tersisa dari penaklukan sebelumnya. Juga dikarenakan oleh jauhnya kedudukan
Andalusia dari Damaskus yang menyebabkan penduduk Andalusia memiliki
kebebasan untuk menentukan pememerintahan menurut pemikiran penduduk di
Andalusia, yang juga berselisih, yaitu antara orang Berber, Arab Utara (suku Qays)
dan Arab Selatan (Arab Yamani). Sehingga dalam pemerintahan wali terakhir,
Yusuf bin Abd ar-Rahman al-Fahri mengadakan pemilihan wali pada tahun 747
M.21
17
Ibid., Yatim, 93. Amin, 168.
18
Montgomery Watt, FiTarikh Isbaniya al-Islamiyyah, terj. Muhammad Ridaal-Misri, (Beirut:
Shirkat al-Matbu‘at li at-Tauzi‘ wa an-Nashr, 1998), 36.
19
Ibid.
20
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 93.
21
Watt, Fi Tarikh Isbaniya al-Islamiyyah, 36.
22
Ibid., 39
9
disebabkan masih banyaknya sisa-sisa musuh dari luar yang harus diperangi.23
Periode pertama ini berakhir dengan datangnya Abd ar-Rahman ad-Dakhil ke
Spanyol pada 138 H/755 M.24
Amir-amir yang berkuasa di Andalusia pada periode ini antara lain ‘Abd
arRahman I (ad-Dakhil, 756-788 M), Hisham I (788-796 M), al-Hakam I (796-822
M), ‘Abd ar-Rahman II (al-Awsath, 822-852 M), Muhammad I (852-886 M),
alMundhir bin Muhammad (886-888 M), dan ‘Abd Allah bin Muhammad (888-912
M).29
23
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 94.
24
Ibid.
25
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 95.
26
Watt, Fi Tarikh Isbaniyaal-Islamiyyah, 44.
27
Laura S. Etheredge, Islamic History, the Islamic World, (New York: Britannica Educational
Publishing, 2010), 95.
28
Etheredge, Islamic History, the Islamic World, 96.
29
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 95. Hitti, History of the Arabs, 653.
10
dia dianggap sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran. Sedangkan ‘Abd ar-
Rahman al-Awsath, yang dikenal sebagai amir yang cinta ilmu, mengundang
berbagai ahli ilmu pengetahuan dari dunia Islam untuk menghidupkan kegiatan
keilmuan di Spanyol.30
30
Ibid., Yatim, 95.
31
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 96. Selain tiga khalifah tersebut, masih ada khalifah-khalifah
Bani Umayyah lain yang memerintah di Andalusia, baik pada periode ketiga ataupun selanjutnya
bersamaan dengan munculnya muluk at-Tawaif, yaitu Muhammad II (1009-1010 M), Sulayman
(1009-1010 M, 1013-1016 M), ‘Abd ar-Rahman IV (1018 M), ‘Abd ar-Rahman V (1023 M),
Muhammad III (1023-1025 M), dan Hisham III (1027-1031 M). Hitti, History of the Arabs, 680.
32
Ibid., Yatim, 97.
11
4. Periode Keempat (1013-1086 M)
Periode keempat ini ditandai dengan munculnya banyak negara-negara kecil
yang dipimpin oleh raja-raja kelompok yang disebut dengan muluk at-Tawaif, yang
terlibat perang saudara satu dengan lainnya.33 Negara-negara kecil ini dapat
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok suku bangsa, Berber, as-Saqalibah
(Slavia), dan Andalusia (campuran bangsa Arab –atau keturunn Arab– dan
Iberia).34
33
2 Hitti, History of the Arabs, 683.
34
Watt, Fi Tarikh Isbaniyaal-Islamiyyah, 102.
35
Hitti, History of Arabs, 683-684.
36
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 98.
37
Amin, Sejarah Peradaban Islam, 170.
12
dengan bantuan seorang ahli ilmu agama dan faqih madzhab Maliki bernama ‘Abd
Allah bin Yasin al-Jazuli untuk mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada kabilah
tersebut. Dalam gerakan keagamaan ini pengajaran diadakan di ribath –yang dari
kata ini diambil nama Murabitun. Gerakan ini dimulai pada tahun 1039 M.
Kemudian gerakan keagamaan ini berubah menjadi sebuah dinasti pada tahun 1062
M oleh Yusuf bin Tasfin, yang kekuasannya mencakup wilayah Maroko,
Mauritania, juga Senegal disebelah selatan, dan bagian barat Aljazair di sebelah
Utara. Tidak diketahui bagaimana gerakan ini dapat berubah menjadi dinasti
Murabitun yang oleh orang Eropa disebut Almoravids ini. Mereka memasuki
Spanyol pada tahun 1084 M, dan selama berkuasa di sana para rajanya memakai
gelar Amir al-Muslimin serta mengakui otoritas tinggi khalifah Bani Abbasiyyah
di Baghdad.38 Raja-raja dinasti Murabitun yang berkuasa di Spanyol antara lain
Yusuf bin Tashfin (1090-1106 M), ‘Alibin Tashfin (1106-1143 M), Tashfin bin ‘Ali
(1143-1146 M), Ibrahim bin Tashfin (1146 M), dan Ishaq bin ‘Ali(1146-1147 M).39
38
Watt, Fi Tarikh Isbaniyaal-Islamiyyah, 107-109.
39
Hitti, History of the Arabs, 693.
40
Dengan dasar tauhid inilah, kemudian pengikut dari Muhammad bin Tumart disebut al-
Muwahhidun atau orang-orang Eropa menyebutnya Almohads. Hitti, History of the Arabs, 694.
41
Allen J. Fromherz, the Almohads, the Rise of Islamic Empire, (London: I. B. Tauris & Co. Ltd.,
2010), 1.
13
sampai dengan 1130 M. Dalam masa itu, kekuasaan dinasti Muwahhidun belum
menjangkau Spanyol.42
Ibn Tumart kemudian digantikan oleh ‘Abd al-Mu’min bin ‘Ali, jenderal
sekaligus sahabatnya, pada tahun 1130 M. Di bawah kekuasaan ‘Abd al-Mu’min,
dinasti Muwahhidun berhasil menggulingkan dinasti Murabitun dan juga
menguasai seluruh wilayahnya termasuk Spanyol. Khalifah-khalifah dinasti
Muwahhidun yang berkuasa di Spanyol antara lain ‘Abd al-Mu’min bin ‘Ali(1145-
1163 M), AbuYusuf Ya‘qub al-Mansur (1184-1199 M), dan Muhammad an-Nasir
(1199-1214 M).43
Dari 1232 sampai 1492 M, ada 21 sultan yang memerintah dinasti Banu
Ahmar, enam di antaranya memerintah sebanyak dua kali, dan satu sultan lain,
Muhammad VIII (al-Mutamassik) berkuasa sebanyak tiga kali (1417-1427 M,
1429-1432 M, 1432-1444 M). di antara sultan-sultan lain yang berkuasa adalah
Sa‘d alMusta‘in (1445-M), ‘1446 M, 1453-1461 AliAbu al-Hasan (Alboacen,
42
Hitti, History of the Arabs, 696.
43
Hitti, History of the Arabs, 696-670.
44
Hitti, History of the Arabs, 699.
14
1461-1482 M, 1483-1485 M), Muhammad XI Abu‘Abd Allah (Boabdil, 1482-1483
M, 1486- 1492 M), dan Muhammad XII al-Zaghall (1485-1486).45
45
Ibid., 703
46
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, 100.
15
F. Kemunduran dan Keruntuhan Islam di Spanyol
16
2. Kesulitan Ekonomi
17
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Islam masuk Spanyol pada masa Khalifah al-Walid bin Abdul Malik (705-
715), salah seorang khalifah Daulah Umayyah yang berpusat di Damaskus. Islam
masuk ke Spanyol lewat Afrika Utara, saat itu telah menjadi salah satu pripinsi
Daulah Umayyah. Islam masuk Spanyol dalam dua gelombang; pertama, pada
masa Khalifah Al-Walid ibn Abdul Malik (710-712), kedua, pada masa Khalifah
Umar ibn Abdul Aziz (717). Pada gelombang pertama ada tiga pahlawan Islam
yang dapat dikatakan lebih berjasa memimpin pasukan Islam dalam proses
penaklukan Spanyol. Mereka adalah, pertama,Tharif bin Malik. Kedua, Thariq bin
Ziyad. Ketiga, Musa bin Nusair.
18
di antaranya yang terpenting adalah: filsafat, sains, sejarah dan geografi, fiqh,
musik dan kesenian, arsitektur. Adapun yang menjadi faktor kemunduran Islam di
Spanyol, terdapat beberapa penyebab bagi terjadinya kemunduran dan kehancuran
Islam di Spanyol, di antaranya: konflik sesama muslim, konflik dengan Kristen,
kesulitan ekonomi, letak geografis yang terpencil. Pengaruh peradaban Islam yang
terpenting, dari Spanyol Islam adalah; pertama, pemikiran Ibn Rusyd (1120-1198
M.). Kedua, saluran lainnya, adalah melalui mahasiswa-mahasiswa Kristen Eropa
yang belajar di universitas-universitas Islam di Spanyol, seperti Universitas
Cordova, Sevilla, Malaga, Granada dan Salamanca. Ketiga, Perang Salib.
19
DAFTAR PUSTAKA
Amin, Samsul Munir, Drs., M.A., Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah,
2010.
Colan, G. S. al-Andalus. terj. Ibrahim Khurshid, dkk. Beirut: Dar al-Kitab al-
Lubnani, 1980.
Tohir. M, Sejarah Islam Dari Andalus Sampai Indus, (Jakarta: Pustaka Jaya)
20