Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Sejarah Peradaban Islam adalah sesuatu yang wajib kita ketahui sebagai
umat Islam, karena dari Sejarah Peradaban Islam tersebut kita dapat belajar
banyak hal dan banyak nilai-nilai moral yang kita dapat seperti mempelajari
hasil kebudayaan pada suatu peradaban dan sistem pemerintahannya. Dari
sinilah kita akan memperoleh nilai-nilai sosial, moral, budaya, pendidikan
dan politik. Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasaan pada periode Islam
klasik. Andalusia mencapai puncak keemasannya.
Banyak prestasi yang mereka peroleh bahkan pegaruhnya membawa Eropa
dan kemudian dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks, Andalusia juga
dikatakan mampu menyaingi Baghdad yang ada di timur. Tidak sedikit juga
orang Eropa mendalami studi di Universitas-Universitas Islam disana. Ketika
itu bisa dikatakan, Islam telah menjadi guru bagi orang Eropa.
Selama delapan abad, Islam pernah berjaya di bumi Eropa (Andalusia) dan
membangun peradaban yang gemilang. Namun peradaban yang di bangun
dengan susah payah dan kerja keras kaum Muslimin itu, harus ditinggalkan
dan dilepas begitu saja karena kelemahan-kelemahan yang terjadi di kalangan
kaum Muslimin sendiri dan karena keberhasilan Bangsa Barat atau Eropa
bangkit dari keterbelakangan. Kebangkitan yang meliputi hampir semua
elemen peradaban, terutama di bidang politik yakni dengan dikalahkannya
kerjaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya sampai kemajuan di bidang
sains dan teknologi. Kesemuanya itu dapat menambah pengetahuan dan
wawasan kita, maka hal inilah yang melatar belakangi disusunnya makalah
ini.
2

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah penaklukan wilayah Andalusia?
2. Bagaimanakah sistem politik pada masa Bani Umayyah II di
Andalusia?
3. Apa sajakah kemajuan-kemajuan yang telah dicapai oleh bani
Umayyah II?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui proses penaklukan wilayah Andalusia.
2. Mengetahui sistem politik kepemerintahan Bani Umayyah II.
3. Mengetahui kemajuan-kemajuan daulah Bani Umayyah II.
3

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................ 1


B. Rumusan Masalah ........................................................ 2
C. Tujuan penulisan ........................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Masuknya Islam ke Andalusia ................................ 4


B. Perkembangan Islam di Spanyol ................................ 6
C. Kemajuan Peradaban ........................................................ 12

BAB 111 PENUTUP

Kesimpulan .................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ........................................................ 17


4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Masuknya Islam ke Andalusia


Andalusia terletak di benua Eropa barat daya dengan batas-batas di
timur dan tenggara adalah laut tengah, di selatan benua Afrika yang terhalang
oleh selat Gibraltar, di barat samudera Atlantik dan utara oleh teluk Biscy.
Pegunungan Pyneria di timur laut membatasi Andalusia dengan Prancis.
Andalusia adalah sebutan pada masa Islam bagi daerah yang dikenal dengan
semenanjung Liberia dan Vadalusia. Sebutan ini berasal dari kata Vandalusia,
yang berarti negeri bangsa Vandal, karena bagian selatan semenanjung itu
pernah dikuasai oleh bangsa Vandal sebelum mereka diusir ke Afrika Utara
oleh Bangsa Goth pada abad ke 5 M.1
Spanyol diduduki oleh umat Islam pada zaman khalifah Al-Walid
(705-715 M), khalifah Bani Umayyah yang berpusat di Damaskus. Sebelum
menaklukkan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan
menjadikannya salah satu propinsi dinasti Bani Umayyah. Penguasaan
sepenuhnya terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M). Khalifah ini
mengangkat Hasan ibn Nu’am al-Ghassani untuk menjadi gubernur di
wilayah itu. Kemudian di masa khalifah al-Walid, gubernurnya sudah
digantikan oleh Musa ibn Nushair. Pada masa pemerintahannya, Musa ibn
Nushair memperluas wilayah kekuasaannya sampai ke Aljazair dan Maroko.
Selain itu ia juga menyempurnakan penaklukkan ke daerah-daerah bekas
kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan, sehingga mereka
menyatakan janji setia dan berjanji tidak akan membuat kekacauan seperti
yang telah mereka lakukan sebelumnya. Penaklukkan wilayah Afrika Utara
memakan waktu selama 53 tahun, mulai dari kekhalifahan Mu’awiyah bin
Abi Sufyan sampai pada masa Al-Walid (30-83 H). Di kawasan ini terdapat
kantung-kantung yang menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu
1
http://aliyelay.wordpress.com/2012/10/15/makalah-spi-bani-umayyah/
06/03/2014/08.43
5

kerajaan Gothik. Kerajaan ini sering menghasut penduduk untuk membuat


kerusuhan dan menentang kekuasaan Islam, namun akhirnya kawasan ini
dapat benar-benar dikuasai. Dengan demikian, Afrika Utara dijadikan batu
loncatan untuk menguasai Spanyol.
Dalam penaklukkan Spanyol, terdapat tiga pahlawan yang berhasil
memimpin pasukannya untuk kesana. Diantaranya, Tharif bin Malik, Thariq
bin Ziyad, dan Musa bin Nushair. Tharif menyeberangi selat diantara Maroko
dan benua Eropa dengan satuan pasukan yang lima ratus diantaranya adalah
pasukan berkuda, dan mereka menaiki empat kapal yang disediakan oleh
Julian. Pada penyerbuan itu Tharif menang dan kembali ke Afrika Utara
dengn membawa harta rampasan yang banyak. Pada tahun 711 M, Musa bin
Nushair mengirimkan pasukan sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan
Thariq bin Ziyad.
Pasukan Thariq menyeberangi selat dengan sebagian besar
pasukannya terdiri dari suku Barbar yang didukung oleh Musa bin Nushair
dan sebagian lagi adalah orang Arab yang dikirim oleh khalifah al-Walid.
Sebuah gunung yang digunakan untuk mendarat oleh Thariq dan pasukannya
dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dalam pertempuran di Bakkah,
raja Roderick dapat dikalahkan. Selanjutnya Thariq dan pasukannya terus
menaklukkan kota-kota penting, seperti Cordova, Granada, dan Toledo (ibu
kota kerajaan Goth pada saat itu). Sebelum Thariq menaklukkan kota Toledo,
ia meminta tambahan pasukan, dan Musa bin Nushair mengirimkan pasukan
sebanyak 5000 personel, sehingga total pasukan Thariq adalah 12.000 orang,
jumlahnya tidak sebanding dengan pasukan Gothik yang berjumlah 100.000
orang.2
Kemenangan-kemenagan umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu
tidak lepas dari faktor eksternal dan faktor internal.
Yang dimaksud faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di
negara Spanyol sendiri. Pada masa itu, kondisi sosial, politik, dan ekonomi
berada dalam keadaan yang menyedihkan. Buruknya kondisi sosial, ekonomi,

2
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Perkasa), hlm 87-88
6

dan keagamaan tersebut disebabkan oleh keadaan politik yang kacau. Hal ini
terjadi pada pemerintahan Raja Roderick yang merupakan raja terakhir
kerajaan Goth yang akhirnya dikalahkan oleh Islam.
Adapun faktor internal adalah suatu kondisi yang terdapat pada
penguasa, tokoh-tokoh pejuang dan para prajurit Islam yang terlibat dalam
penaklukan Spanyol pada khususnya. Para pemimpin dan tokoh-tokohnya
kuat, serta para prajuritnya kompak, bersatu dan penuh percaya diri. Yang
tidak kalah pentingnya adalah ajaran Islam yang ditunjukkan para tentara
Islam, yaitu toleransi, persaudaraan, dan tolong-menolong. Dengan sikap
toleransi tersebut, menyebabkan penduduk Spanyol menyambut kahadiran
Islam di sana.3
B. Perkembangan Islam di Spanyol
Sejak pertama kali menginjakkan kaki ditanah Spanyol hingga
jatuhnya Islam terakhir disana, Islam memainkan peranan yang sangat
besar. Masa itu berlangsung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah
panjang yang dilalui umat Islam di Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam
periode, yaitu:

1. Periode Pertama (711-755 M)


Pada periode ini, pemerintahan berpusat di Damaskus. Stabilitas
politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-
gangguan datang baik dari dalam maupun luar. Gangguan dari dalam
antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat
perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat perbedaan
pandangan antara khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang
berpusat di Kairawan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang
paling berhak menguasai daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua
puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang
amat sangat singkat. Perbedaan pandangan politik itu menyebabkan
seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada hubungannya dengan

3
Ibid, hlm 91-93
7

perbedaan etnis, terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di
dalam etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus menerus
bersaing, yaitu suku Qaisy (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan).
Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik politik, terutama
ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat
itu tidak ada gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk
jangka waktu yang agak lama.
Gangguan dari luar datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol
yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak
pernah tunduk kepada pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat
diri. Setelah berjuang lebih dari 500 tahun, akhirnya mereka mampu
mengusir Islam dari bumi Spanyol.
Karena seringnya terjadi konflik internal dan berperang menghadapi
musuh dari luar, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki
kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini
berakhir dengan datangnya Abd al-Rahman Al-Dakhil ke Spanyol pada
tahun 138H/755 M.

2. Periode Kedua (755-912 M)


Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang
yang bergelar amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada
pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh khalifah
Abbasiyyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang
memasuki Spanyol tahun 138H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (Yang
Masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil
lolos dari kejaran Bani Abbas ketika yang terakhir ini berhasil
menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil
mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa
Spanyol pada periode ini adalah Abd al-Rahman al Dakhil, Hisyam I,
Hakam I, Abd al-Rahman al-Ausath, Muhammad ibn Abd al-Rahman,
Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
8

Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh


kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang
peradaban. Abd al-Rahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan
sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam
menegakkan hukum islam, dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam
bidang kemiliteran. Dialah yang memprakarsai tentara bayaran Spanyol.
Sedangkan Abd al-Rahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta
ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai masuk pada masa periode ini, terutama
di zaman Abdurrahman al-Ausath. Ia mengundang para ahlib dari dunia
islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu
pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
Sekalipun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. Pada
pertengahan abad ke-9 stabilitas Negara terganggu dengan munculnya
gerakan Kristen fanatic yang mencari kesyahidan (Martyrdom). Namun,
Gereja Kristen lainnya di seluruh Spanyol tidak menaruh simpati pada
gerakan itu, karena pemerintah Islam mengembangkan kebebasan
beragama. Penduduk Kristen diperbolehkan memiliki pengadilan sendiri
berdasarkan hukum Kristen. Peribadatan tidak dihalangi dan lebih dari itu,
mereka diizinkan mendirikan gereja baru, biara-biara di samping asrama
rahib atau lainnya. Mereka juga tidak dihalangi bekerja sebagai pegawai
pemerintahan atau menjadi karyawan pada instansi militer.
Gangguan politik yang paling serius pada periode ini datang dari
umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun 852 M
membentuk Negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Disamping
itu sejumlah orang yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang
terpenting diantaranya adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun
dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga. Sementara itu,
perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering
terjadi.
9

3. Periode Ketiga (912-1013 M)


Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd al-Rahman
III yang bergelar “An-Nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok”
yang dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaif. Pada periode ini Spanyol
diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah, penggunaan gelar khalifah
tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III, bahwa
Al-Muktadir Khalifah daulat Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia
dibunuh oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilaiannya, keadaan ini
menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyyah sedang berada
dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan saat yang paling
tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani
Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah, gelar ini dipakai mulai
tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini
ada tiga orang, yaitu Abd al-Rahman al-Nasir (912-961 M), Hakam II
(961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan
dan kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abd al-
Rahman al-Nasir mendirikan Universitas Cordova. Perpustakaannya
memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku
dan pendiri perpustakaan. Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati
kesejahteraan dan kemakmuran.
Awal dari kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol adalah
ketika Hisyam naik tahta dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu
kekuasaan actual berada di tangan para pejabat. Pada tahun 981 M,
Khalifah menunjuk Ibn Abi’Amir sebagai pemegang kekuasaan secara
mutlak. Dia seorang yang ambisius yang berhasil menancapkan
kekuasaannya dan melebarkan wilayah kekuasaan Islam dengan
menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya. Atas keberhasilan-
keberhasilannya, ia mendapat gelar al-Manshur Billah. Ia wafat pada tahun
1002 M dan digantikan oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat
mempertahankan keunggulan kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada
10

tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya yang tidak memiliki kualitas


bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, Negara yang tadinya makmur
dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total. Pada tahun 1009 M
khalifah mengundurkan diri. Beberapa orang yang dicoba untuk
menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki keadaan.
Akhirnya pada tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova
menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah terpecah dalam
banyak sekali Negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.

4. Periode Keempat (1013-1086 M)


Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh
Negara kecil dibawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth-
Thawaif, yang berpusat disuatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan
sebagainya. Yang terbesar diantaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada
periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern.
Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada diantara pihak-pihak yang
bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat
kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk
pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil
inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun
kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana
mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan
dari satu istana ke istana lain.

5. Periode Kelima (1086-1248 M)


Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam
beberapa Negara, tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu
kekuasaan dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan dinasti Muwahhidun
(1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan
agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun
1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di
11

Marakesy. Ia masuk ke Spanyol atas “undangan” penguasa-penguasa


Islam disana yang tengah memikul beban berat perjuangan
mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang
Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan
berhasil mengalahkan pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan
raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol
dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi, penguasa-penguasa sesudah ibn
Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan
dinasti ini berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan
digantikan oleh dinasti Muwahhidun. Pada masa dinasti Murabithun,
Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M. Di Spanyol
sendiri sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul kembali dinasti-
dinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M
penguasa dinasti Muwahhidun yang terpusat di Afrika Utara merebut
daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128
M). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abd al-Mun’im.
Antara tahun 1114 dan 1154 M, kota-kota muslim penting, Cordova,
Almeria, dan Granada jatuh ke bawah kekuasaannya. Untuk jangka
beberapa decade, dinasti ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-
kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah itu,
Muwahhidun mengalami keambrukan, pada tahun 1212 M, tentara Kristen
memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-
kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih
untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M.
Keadaan Spanyol kembali runyam, berada dibawah penguasa-penguasa
kecil. Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari
serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M Cordova
jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh
Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuasaan.
12

6. Periode Keenam (1248-1492 M)


Pada periode ini Islam hanya berkuasa di daerah Granada, dibawah
dinasti Bani Ahmar (1232-1492). Peradaban kembali mengalami kemajuan
seperti di zaman Abdurrahman An-Nasir. Akan tetapi secara politik dinasti
ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang
merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan
orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah
Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk
anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak
dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya
terbunuh dan digantikan oleh Muhammad ibn Sa’ad. Abu Abdullah
kemudian meminta bantuan kepada Ferdenand dan Isabella untuk
menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa
yang sah dan Abu Abdullah naik tahta.
Tentu saja, Ferdenand dan Isabella yang mempersatukan dua
kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas.
Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu
Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut
dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada
Ferdenand dan Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan
demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M. Umat
Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi
meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi
umat Islam di daerah ini.4

C. Kemajuan Peradaban
1. Kemajuan Intelektual
Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang
terdiri dari komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-

4
Ibid, hlm 93-99
13

Muwalladun5, Barbar6, al-Shaqalibah7, Yahudi, Kristen Muzareb yang


berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam.
Kesemua komunitas-komunitas tersebut memberikan sumbangan
intelektual yang akhirnya melahirkan kebangkitan ilmiah, sastra, dan
pembangunan fisik di Spanyol, terkecuali kamunitas orang Kristen.
a. Filsafat
Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan
pada abad ke-9 M, selama kepemerintahan Bani Umayyah yang ke-5
yaitu Muhammad bin Abd al-Rahman (832-886).
Atas inisiatif al-Hakam (961-886 M), karya-karya ilmiah dari
filosofis diimpor dari Tumur dalam jumlah yang besar, sehingga
menjadikan Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya
dapat menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di
dunia Islam.
Tokoh-tokoh sejarah filsafat Arab-Spanyol diantaranya, Abu Bakr
Muhammad bin al-Sayigh (Ibnu Bajjah), al-Farabi, Ibnu Sina, Abu Bakr
bin Thufail (karyanya adalah Hay ibn Yaqzhan). Dan pada akhir abad ke-
12 M muncul seorang pengikut Aristoteles yaitu Ibnu Rusyd dari
Cordova (dia juga ahli fiqih dengan karyanya Bidayah al-Mujtahid).
b. Sains
Abbas ibn Farnas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ia
orang pertama yang menemukan pembuatan kaca dari batu. Ibrahim ibn
Yahya al-Naqqash (bidang astronomi), ia telah berhasil membuat
teropong modern untuk menentukan jarak tata surya dan bintang-bintang.
Ahmad ibn Ibas (bidang obat-obatan). Ahli dokter dari kalangan wanita
yaitu Umm al-Hasan bint Abi Ja’far dan saudara perempuan al-Hafidz.

5
Orang-orang Spanyol yang masuk Islam
6
Umat Islam yang berasal dari Afrika Utara
7
Penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman
dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran.
14

Dalam bidang sejarah dan geografi diataranya adalah Ibn Jubair


(1145-1228 M), Ibn Batuthah (1304-1377 M), Ibn al-Khatib (1317-1374
M), dan juga Ibn Khaldun.
c. Fiqih
Dalam bidang fiqih, Spanyol Islam dikenal dengan penganut mazhab
Maliki. Yang memperkenalkannya adalah Ziyad ibn Abd al-Rahman.
Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi
qadhi pada masa Hisyam ibn Abd al-Rahman. Ahli fiqih tang lain
diantaranya adalah Abu Bakr ibn al-Quthiyah, Munzir ibn Sa’id al-
Baluthi dan Ibn Hazm.
d. Musik dan Kesenian
Al-Hasan ibn Nafi yang dijuluki Zaryab merupakan tokoh dalam
bidang ini. Ia terkenal sebagai penggubah lagu.
e. Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam
pemerintahan Islam di Spanyol. Bahkan penduduk asli Spanyol
menomorduakan bahasa asli mereka. Banyak diantara mereka yang ahli
dan mahir dalam bahasa Arab. Diantaranya adalah: Ibn Sayyidih, Ibn
Malik pengarang Alfiyah, Ibn Khuruf, Ibn al-Hajj, Abu Ali al-Isybili,
Abu al-Hasan Ibn Ushruf, dan Abu Hayyan al-Gharnathi.8
2. Kemegahan Pembangunan Fisik
a. Cordova

Cordova adalah ibukota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian


di ambil alih oleh Bani Umayah. Oleh penguasa muslim kota ini di
bangun dan diperindah. Jembatan besar dibangun di atas sungai yang
mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk menghiasi
ibukota spanyol islam itu. Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari
timur. Di seputar ibukota berdiri istana-istana yang megah yang

8
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: PT RajaGrafindo Perkasa), hlm 100-
103
15

semakin mempercantik pemandangan, setiap istana dan taman diberi


nama tersendiri dan di puncaknya terpancak istana Damsyik.

Diantara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah mesjid


Cordova. Ciri-ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya tempat-tempat
pemandian. Di sekitarnya berdiri perkampungan-perkampungan yang
indah. Karena air sungai tidak dapat di minum, penguasa muslim
mendirikan saluran air dari pegunungan yang panjangnya 80 KM.

b. Granada

Granada adalah tempat pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol.


Di sana berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi
Cordava diambil alih oleh Granada di masa-masa akhir kekuasaan
Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di seluruh
Eropa. Istana al-Hamra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak
ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman
yang tidak kalah indahnya.9

9
http: satujualan.blogspot.com/2012/12/pemerintahan-dinasti-umayyah-ii-di.html
16

BAB III
KESIMPULAN

Andalusia adalah sebutan bagi semenanjung Liberia periode Islam.Bani


Umayyah merebut semenanjung ini pada masa khalifah Al Walid bin Malik
dengan mengirim 500 pasukan yang dipimpin oleh Tarif bin Malik pada tahun 91
H / 710 M. Pada tahun 92 H / 711M Musa ibn Musair mengirim 7000 tentara
yang dipimpin Harim bin Ziyad dan mendarat di Jabal Thariq (Gibaltar) dan pada
penaklukan Andalusia menjadi propinsi dinasti Umayyah Musa membawa
kembali 18.000 tentara yaitu pada tahun 93 H/ 712M.
Wilayah yang dikuasai antara lain Cordova, Sevilla, Ceuta, Toledo,
Magda dan Elvira. Masyarakatnya terdiri dari orang arab islam, islam non- arab,
Barbar, Yahudi Slavia dan Spanyol. Kemajuan yang dicapai pada masa itu terjadi
pada masa pemerintahan Abdurahman III dan Hakam II. Pada masa ini melakukan
pembanguna danau untuk irigasi dan air minum, membangun kota cordova,
Masjid Jami’ Cordova yang diubah menjadi Gereja Santa Maria.
Bahasa Arab sudah menjadi bahaa resmi di Andalusia, ilmu pengetahuan
mengalami kemajuan pesat dan mendirikan pula perpustakaa- perpustakaan
disamping mumbangun lembaga pendidikan. Mahzab yang berkembang pada
masa ini adalah mahzab maliki.
17

DAFTAR PUSTAKA

Yatim, Badri. 2001. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Perkasa.
http://aliyelay.wordpress.com/2012/10/15/makalah-spi-bani-umayyah/
06/03/2014

http: satujualan.blogspot.com/2012/12/pemerintahan-dinasti-umayyah-ii-
di.html
18

Pertanyaan:

1. Kapankah daulah Bani Umayyah runtuh?


2. Bagaimana stabilitas politik di negeri Spanyol?
3. Bagaimana sistem pemerintahan pada masa Bani Umayyah II?
4. Siapa saja tokoh-tokoh kemajuan di bidang filsafat?
5. Dimana letak pusat pemerintahan Bani Umayyah?
6. Apa yang melatarbelakangi Bani Umayyah berpindah kekuasaan di
Andalusia?
7. Mengapa pada masa penaklukan Spanyol oleh Musa bin Nushair dapat
mencapai kemenangan?
8. Mengapa Ratu Julian (mantan penguasa wilayah Septah) turut
mendukung penaklukan umat Islam terhadap Spanyol?

Anda mungkin juga menyukai