Anda di halaman 1dari 15

BAB.

IX PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ISLAM DI SPANYOL


(DAULAH UMAYAH II)

A. Penaklukan Spanyol oleh Islam

Sebelum Islam masuk ke Spanyol, sekitar abad ke-5 M., bangsa Jerman mendatangi
semenanjung Iberia. Theodoric, raja Ostogoth, mendirikan istananya di Toledo sekitar tahun
513 M. Kemudian, padatahun 569 M., Leovigildo, seorang raja Visigoth Spanyol,
menjadikan Toledo sebagai ibukota Kerajaan Visigoth Spanyol. Sejak itulah, Toledo
mengalami kejayaan yang pertama. Pada tahun 689 M., Raja Recardo menjadikan Katholik
sebagai agama resmi di Spanyol.

Pada masa awal abad ke-8 M., para pendatang baru berdatangan kedaratan Eropa
(Spanyol). Pendatang tersebut adalah bangsa Arab yang membawa agama Islam. Sejak
ekspansi Bani Umayyah Spanyol pada tahun 711 M. yang dipimpin oleh Thariq bin Ziyad,
Spanyol mulai menjadi bagian wilayah kekuasaan Islam. Umat Islam berkuasa di Spanyol
hampir delapan abad, yaitu dari tahun 711-1492 M.1

Ketika Islam mencapai masa keemasannya, Spanyol merupakan pusat peradaban


Islam yang sangat penting, menyaingi Baghdad Timur. Ketika itu, orang-orang Eropa Kristen
banyak belajar di perguruantinggi-perguruantinggi Islam di sana. Islam menjadi “guru” bagi
orang Eropa2.Karenaitu, kehadiran Islam di Spanyol banyak menarik perhatian para
sejarawan.

Penguasaan sepenuhnya terhadap Afrika Utara dan menjadikannya sebagai salah


satu provinsi dinasti Umayyah. Hal ini merupakan batu loncatan umat Islam untuk memasuki
Spanyol, yang terjadi pada saat Khalifah Bani Umayyah, Abdul Malik (685-705 M.),
sedangkan yang menjadi gubernurnya adalah Husna IbnNu’man, kemudian diganti oleh
Musa bin Nushair.

Ekspansi umat Islam ke Spanyol terjadi pada masa Al-Walid menjabat khalifah
(705-715 M). Al-Walid mengizinkan gubernurnya untuk mengrimkan pasukan militernya ke
Spanyol. Pada awalnya, Musa bin Nushair mengutus Tharif bin Malik untuk memimpin
pasukan ekspedisi yang bertujuan menjajagi daerah-daerah sasaran, ekspedisi yang dipimpin
Tharif bin Malik ini berhasil dengan baik, kemudian Musa bin Nushair menugaskan Thariq
1
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, ... h. 117.
2
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, … h. 84.
bin Ziyad untuk memimpin pasukan tentara sebanyak 7.000 orang, yang sebagian besar
terdiri dari orang-orang Barbar. Padatahun 711 M., Thariq bin Ziyad berlayar melalui Laut
Tengah menuju Spanyol dan mendarat di sebuah bukit yang kemudian diberinama Gibraltar
(JabalThariq).

Ketika Roderick mengetahui bahwa Thariq dengan pasukannya telah memasuki


negeri Spanyol, ia mengumpulkan pasukan penangkal sejumlah 25.000 orang tentara.
Menyadari jumlah musuh yang jauh berbeda, Thariq meminta bantuan kepada Musa bin
Nushair, akhirnya Thariq mendapat tambahan pasukan sebanyak 12.000 orang tentara.
Jumlah keseluruhan pasukan yang dipimpinThariq adalah 19.000 orang tentara.

Pada hari Minggu tanggal 19 Juli 711 M., kedua pasukan bertemu di pesisir
Laguna Janda dekat mulut sungai Barbate. Pertemuan berlangsung selama 8 hari dan
kemenangan berada di pihak Thariq bin Ziyad. Pasukan Thariq dalam pertempuran itu
mendapat bantuan dari pasukan Roderick yang membelot, Thariq kemudian meneruskan
penaklukan ke Toledo. Kemudian Archidona dan Granada dapat ditundukan, dan satu
detasemen yang dipimpin oleh Mugith Ar-Rumi dapat menaklukan Cordova yang kemudian
dijadikan ibukota pemerintahan Islam.3

Kedatangan Islam sudah tentu membawa kultur baru yang memperkaya Spanyol
pada umumnya. Oleh karena itu, akhirnya Spanyol (Andalusia) menjadi salah satu pusat
peradaban dunia, mengimbangi kejayaan Dinasti Umayyah di Damsyik (Damaskus) dan
Dinasti Abbasiyah di Baghdad. Tidak salah apabila dikatakan Andalusia turut berperan
merintis jalan menuju zaman Renaisans di Eropa.

Setelah Spanyol dengan kota-kota pentingnya jatuh ke tangan umat Islam, sejak
saat itu secara politik Spanyol berada di bawah kekuasaan khalifah Bani Umayyah, dan untuk
memimpin wilayah baru tersebut, pemerintah pusat yang berpusat di Damaskus mengangkat
seorang wali (gubernur).

Dalam melakukan ekspansi di Spanyol, umat Islam dengan mudah dapat meraih
berbagai kemenangan sehingga dalam waktu yang relatif singkat, umat Islam dapat
menguasai Spanyol. Ada beberapa faktor yang mendukung proses penguasaan umat Islam
atas Spanyol.4

3
Philip K. Hitti, History of The Arabs, ... h. 628.
4
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, ... h. 119.
Pertama, Sikap penguasa Ghotic – sebutan lazim kerajaan Visighotie – yang tidak toleran
terhadap aliran agama yang berkembang saat itu. Penguasa Visighotie memaksakan aliran
agamanya kepada masyarakat5. Penganut agama Yahudi yang merupakan komunitas terbesar
dari penduduk Spanyol dipaksa dibaptis menurut agama Kristen, dan mereka yang tidak
bersedia akan dan Musadisiksa dan dibunuh. Dalam kondisi tertindas secara teologis, kaum
tertindas menanti kedatangan juru selamat, dan juru selamat tersebut mereka temukan dari
orang-orang Islam. Demi kepentingan mempertahankan keyakinan, mereka bersekutu dengan
tentara Islam melawan penguasa.

Kedua, Perselisihan antara Raja Roderick dengan Witiza (Walikota Toledo), di satu pihak
dan Ratu Julian di pihak lain. Oppas dan Achila, kakek dan anak Witiza menghimpun
kekuatan untuk menjatuhkan Roderick, bahkan berkoalisi dengan kaum Muslimin di Afrika
Utara. Demikian pula, Ratu Julian, ia bahkan memberikan pinjaman 4 buah kapal yang
dipakai oleh Tharif, Thariq.

Ketiga, Faktor lain yang tidak kalah pentingnya adalah bahwa tentara Roderick tidak
mempunyai semangat perang.

B. Pertumbuhandan Perkembangan Daulah Umayah II

Semenjak menginjakan kaki di tanah Spanyol (Andalusia), hingga jatuhnya


kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu
berlansung lebih dari tujuh setengah abad. Sejarah panjang yang dilalui umat Islam di
Spanyol itu dapat dibagi menjadi enam periode,6 yaitu:

1. Periode Pertama (711-755 M)

Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat oleh
Khalifah Bani Umayyah, yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik
negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan masih terjadi, baik
datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain berupa perselisihan di
antara elit penguasa, terutama akibat perbedaan etnis dan golongan. Di samping itu, terdapat
perbedaan pandangan antar khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat
di Qairawan masing-masing mengaku bahwa, merekalah yang paling berhak menguasai
5
Syed Mahmudunnasir,Islam, Konsepsi dan Sejarahnya… h. 241.
6
` Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, … h. 93.
daerah Spanyol ini. Oleh karena itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur)
Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat.Perbedaan pandangan politik itu
menyebabkan seringnya terjadi perang saudara.Hal ini ada hubungannya dengan perbedaan
etnis, terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri,
terdapat dua gomgongan yang terus-menerus bersaing, yaitu suku Qais (Arab Utara) dan
Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini seringkali meninggalkan konflik politik terutama
ketika tidak ada figur yang tangguh.Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada
gubernur yang mampu mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama.

Gangguan dari luar dating dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat
tinggal di daerah-daerah pegunungan yang memang tidak pernah tunduk kepada pemerintah
Islam.Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang lebih dai 500 tahun, akhirnya
mereka mampu mengusir Islam dari bumi Spanyol karena seringnya terjadi konflik internal
dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka pada periode ini Islam Spanyol belum
memasuki kegiatan pembangunan di bidang peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir
dengan datangnya Abdu Al-Rahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H./755 M.

2. Periode kedua (755-912 M.)

Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar amir
(panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam yang ketika
itu dipegang oleh Khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I,
yang memasuki Spanyol ahun 138 H/755 M. dan diberi gelar Al-Dakhil (yang masuk ke
Spanyol). Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani
Abbasiyah ketika yang terakhir ini berhasil menaklukan Bani Umayyah di Damaskus.
Selanjutna, ia berhasil mendirikan Daulat Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa
Spanyol pada periode ini adalah Abdurrahman Al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman
Al-Ausath, Muhammad ibn Abd. Al-Rahman, munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn
Muhammad.

Pada periode ini, umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik
dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban.Abdurrahman Ad-Dakhil mendirikan
masjid Cordova dan sekolah-seklah di kota-kota besar Spanyol.Hisyam dikenal berjasa dalam
penegakkan hukm Islam dan Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang
kemiliteran.Dialah yng memprakarsai tentara bayaran di Spanyol.Sedangkan Adurrahman Al-
Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran filsafat juga mulai masuk pada
periode ini, terutama di zaman Abdurrahman Al-Ausath, ia mengundang para ahli dari dunia
Islam lainnya untuk dating ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai
semarak.

Meskipun demikian, berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi.Pada pertengahan abad


ke-9, stabilitas Negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatic yang mencari
kesyahidan (Martyrdom). Namun, Gereja Kristen lainnya di seluruh spanyol tidak menaruh
simpati pada gerakan ini, karena pemerintah Islam menge,bangkan kebebasan beragama.
Penduduk Kristen diperbolehkan memiliki pengadilan sendiri berdasarkanhukum
Kristen.Peribadatan tidak dihalangi.Lebih dari itu, mereka diizinkan mendirikan gereja baru,
biara-biara di samping asrama rahib atau lainnya.Mereka juga tidak dihalangi bekreja sebagai
pegawai pemerintah atau menjadi karyawn pada instansi militer.

Gangguan politik yang paling serius pada periode ini dating dari umat Islam sendiri.
Golongan pemberontak dari Toledo pada tahun 852 M. membentuk Negara kota yang
berlangsung selama 80 tahun. Di samping itu, sejumlah orang tidak puas membangkitkan
revolusi.Yang terpenting di antaranya adalah, pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun
dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga.Sementara itu, perselisihan antara
orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering terjadi.

3. Periode Ketiga (912-1013 M)

Periode ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang bergelar “An-
Nasir” sampai munculnya “raja-raja kelompok” yang dikenal dengan sebutan Muluk al-
Thawaif. Pada periode ini, Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah,
penggunaan gelar khalifah tersebut brmula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman III,
bahwa Al-Muktadir, Khalifah daulat Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia di bunuh oleh
pengawalnya sendiri. Menurut penilainya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana
pemerintahan Abbasiyah sedang dalam kemelut.Ia berpendapat bahwa saat ini merupakan
saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani
Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah, gelar ini dipakai mulai tahun 929 M.
Khalifah-khalifah besar yang memerintah pada periode ini ada tiga orang, yaitu Abdurrahman
Al-Nashir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).

Pada periode ini, umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan,
menyaingi kejayaan dulat Abbasiyah di Baghdad.Abdurrahman An-Nashir mendirikan
Universitas Cordova.Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku.Hakam II juga
seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan.Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati
kesejahteraan dan kemakmuran. Pembangunan kota berlangsung cepat.

Awal kehancran khalifah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta
dalam usia sebelas tahun. Oleh karena itu, kekuasaan actual berada di tangan para pejabat.
Pada tahun 981 M., khlifah menunjuk Ibn Abi ‘Amir sebagai pemegang kekuasaan secara
mutlak. Dia seorang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan
wilayah kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan-rekan dan saingan-saingannya. Atas
keberhasil-keberhasilannya, ia mendapat gelar Al-Manshur Billah. Ia wafat pada tahun 1002
M., dan diganti oleh anaknya Al-Muzaffar, yang masih dapat mempertahankan keunggulan
kerajaan. Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M., ia digantikan oleh adiknya yang
tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja, Negara yang tadinya
makmur adilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total.Pada tahun 1009 M., khalifah
mengundurkan diri.Beberapa orang yang dicoba untuk menduduki jabatan itu tidak ada yang
sanggup memperbaiki keadaan.Akhirnya, pada tahun 1013 M. Dewan Menteri yang
memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah.Ketika itu, Spanyol sudah terpecah
dalam banyak sekali Negara kecil yang berpusat di kota-kota tertentu.

4. Periode Keempat (1013-1086 M)

Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh Negara kecil di
bawah perintahan raja-raja golongan atau Al-Mukuth-Thawaif, yang berpusat di suatu kota
seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar di antaranya adalah
Abbadiyah di Seville.Pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa
pertikaian intern.Ironisnya, kalau terjadi kalau terjadi perang saudara, ada di antara pihak-
pihak yang bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat
kelemahanndan kekacauan yang menimpa keadaan poltik Islam itu, untuk pertama kalinya,
orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun,
kehidupan politik tidak stabil, namun, kehidupan intelektual terus berkembang oada periode
ini. Istana-istana mendorong para sarjana dan satrawan untuk mendapatkan perlindungan dari
satu istana ke istana lain.

5. Periode Kelima (1086-1248 M)

Pada periode ini, Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa Negara,
tetapi terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan Dinasti Murabithun (1086-1143
M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M).Dinasti Murabithun pada mulanya adalah
sebuah gerakan agama yang didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun
1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakesy. Ia masuk ke
Spanyol atas “undangan” penguasa-penguasa Islam Islam di sana yang tengah memikul
beban berat perjuangan mempertahankan negeri-negerinya dari seranga-serangan orang
Kristen. Ia dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M. Ia berhasil mengalahkan
pasukan Castilia. Karena perpecahan di kalangan raja-raja Muslim, Yusuf melangkah lebih
jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi penguasa-penguasa
sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah.Pada tahun 1143 M, kekuasan dinasti ini
berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh Dinasti Muwahhidun.
Pada masa Dinasti Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun 1118 M.
Di Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul kembali dinasti-dinasti
kecil, tetapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M., penguasa Dinasti
Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini.Muwahhidun didirikan oleh
Muhammad ibn Tumart (w. 1128 M). Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan
Abd.Al-Mun’im. Antara tahun 1114 M dan 1154 M, kota-kota Muslim penting, Cordova,
Almeria, Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya. Untuk jangka beberapa dekade, dinasti ini
mengalami banyak kemajuan.Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi,
tidak lama setelah itu, Muwahhidun mengalami keambrukan.Pada tahun 1212 M., tentara
Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang
dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih meninggalkan Spanyol dan
kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M. Keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah
penguasa-penguasa kecil. Dalam kondisi demikian umat Islam tidak mampu bertahan dari
serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M. Cordova jatuh ke tangan
penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas
dari kekuasaan Islam.
6. Periode Keenam (1248-1492 M)

Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di Granada, di bawah Dinasti Bani Ahmar
(1232-1492 M. Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman An-
Nashir. Akan tetapi, secara politik dinasti ini hanya berkuasa di wilayah yang kecil.
Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir, karena
peselisihan orang-orang istana dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad
merasa tidak senang kepada ayahnya, karena menunjuk anaknya yang lain sebagai
penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan berusaha merampas kekuasaan. Dalam
pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan digantikan oleh Muhammad Sa’ad. Abu Abdullah
kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua
penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta.

Tentu saja, Ferdinand dan Isabella, mempersatukan dua kerajaan besar Kristen
melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas. Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir
umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen
tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinand dan
Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di
Spanyol. Pada tahun 1492 M. Umat Islam setelah itu dihadapakan kepada dua pilihan, masuk
Kristen atau pergi meninggalkan Spanyol. Pada tahun 1609 M., boleh dikatakan tidak ada
lagi Umat Islam di daerah ini.7

C. Kemajuan Daulah Umayah II

Kemajuan Islam di Spanyol sangat menonjol dalam berbagai bidang, baik dalam
bidang intelektual yang menyebabkan kebangkitan Eropa saat ini, di bidang kebudayaan
dalam hal ini bangunan fisik atau arsitektur, maupun bidang-bidang lainnya. Puncak
kemajuan peradaban Islam di Spanyol berdampak bagi kemajuan peradaban Eropa8.

7
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, … h. 100..
8
Samsul Munir Amin, Sejarah Peradaban Islam, ... h. 172.
1. Kemajuan Intelektual
a. Filsafat

Perkembangan filsafat di Andalusia dimulai sejak abad ke-8 hingga abad ke-10
Masehi. Manuskrip-manuskrip Yunani telah diteliti dan diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Pada masa Khalifah Abbasiyah, Al-Manshur (754-755 M) telah dimulai aktivitas
penerjemahan hingga masa Khalifah Al-Makmun (813-833 M). Pada masanya banyak
filasafat karya Aristoteles yang diterjemahkan. Tokoh utama dan pertama dalam sejarah
filsafat Arab Spanyol adalah Abu Bakar Muhammad bin As-Sayigh yang dikenal dengan
Ibnu Bajjah. Masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya
adalah Tadbir Al-Mutawahhid. Tokoh Utama kedua adalah Abu Bakr bin Thufail, karyanya
adalah Hayy bin Yaqzhan. Tokoh filsafat Islam Spanyol lainnya adalah Ibnu Rusyd yang di
Eropa terkenal dengan Averros dari Cordova (1126-1198 M), pengikut aliran Aristoteles. Di
samping sebagai tokoh filsafat, ia juga dikenal sebagai ulama fiqh penulis Bidayat al-
Mujtahid. Averros juga menulis buku kedokteran Al-Kulliyah fi Ath-Thib.

b. Sains

Sains yang terdiri dari ilmu-ilmu kedokteran, fisika, matematika, astronomi, botani,
zoologi, geologi, ilmu obat-obatan, juga berkembang dengan baik. Dalam bidang sejarah dan
geografi, wilayah Islam baagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal. Beberapa tokoh
sains dalam bidaang astronomi, yaitu Abbas bin Farnas, Ibrahim bin Yahya An-Naqqash,
Ibnu Safar, Al-Bitruji. Dalam bidang obat-obatan, antara lain Ahmad bin Iyas dari Cordova,
Ibnu Juljul, Ibnu Hazm, Ibnu Abdurrahman Bin Syuhaid. Adapun di bidang kedokteran, yaitu
Ummul Hasan binti Abi Ja’far, seorang tokoh dokter wanita. Dalam bidang geografi, yaitu
Ibnu Jubar dari Valensia (1145-1228 M.), Ibnu Batuthah dari Tangier (1304-1377 M)
pengeliling dunia sampai Samudra Pasai (Sumatra) dan Cina. Sedangkan Ibnu Khaldun dari
Tunis adalah perumus filsafat sejarah, penulis buku Muqadimah.

c. Bahasa dan Sastra

Pada masa Islam di Spanyol banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, di
antaranya: Ibnu Sayyidih, Muhammad bin Malik, pengarang Al-Fiyah (tata bahasa Arab),
Ibnu Khuruf, Ibnu Al-Hajj, Abu Ali Al- Isybili, Abu Al-Hasan bin Usfur, dan Abu Hayyan
Al-Gharnathi.
Dalam bidang sastra banyak bermunculan, seperti, Al-Aqd Al-Farid karya Ibnu Abd
Rabbih, Adz-Dzakirah fi Mahasin Ahl Al-Jazirah karya Ibnu Bassam, Kitab Al-Qalaid
karya Al-Fath bin Khaqan, dan lain-lain.

d. Musik dan Kesenian


Musik dana kesenian pada masa Islam di Spanyol sangat masyhur. Musik dan seni
banyak memperoleh apresiasi dari para tokoh penguasa istana. Tokoh seni dan musik antara
lain: Al-Hasan bin Nafi yang mendapat gelar Zaryab. Zaryab juga terkenal sebgai pencipta
lagu-lagu.

2. Bidang Keilmuan Keagamaan


a. Tafsir

Salah satu mufassir yang terkenal dari Andalusia adalah Al-Qurtubi. Nama
lengkapnya adalah Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad bin Abu Bakr bin Farh Al- Anshari
Al-Khazraji Al-Andalusi (wafat 1273 M.) Adapun karyanya dalam bidang tafsir adalah Al-
Jami’u li Ahkam Al-Qur’an, kitab tafsir yang terdiri dari 20 jilid ini dikenal dengan nama
tafsir Al-Qurtubi.

b. Fiqh

Dalam bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai pusat penganut madzhab Maliki.
Adapun yang memperkenalkan madzhab ini di Spanyol adalah Ziyad bin Abdurrahman.
Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn yahya yang menjadi Qadhi pada masa Hisam
bin Abdurrahman. Para ahli fiqh yang lainnya adalah Abu Bkr bin Al_Quthiyah, Muniz bin
Sa’id Al-Baluthi, Ibn Rusyd, penulis kitab Bidayah Al-Mujtahid wa Nihayah Al-Muqtasid,
Asy-Syatibi, penulis buku Al-Muwafaqat fi Ushul Asy- Syari’ah (Ushul Fiqh), dan Ibnu
Hazm.

3. Kemajuan di Bidang Arsitektur Bangunan

Kemegahan bangunan fisik Islam Spanyol sangat maju, dan dapat perhatian umat
dan penguasa. Umumnya bangunan-bangunan di Andalusia memiliki nilai arsitektur yang
tinggi. Jalan-jalan sebagai alat transportasi dibangun, pasar-pasar dibangun untuk
membangun ekonomi. Demikian pula, dam-dam, kanal-kanal, saluran air, dan jembatan-
jembatan.
a. Cordova

Cordova adalah ibukota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh
Dinasti Umayyah. Kota Cordova oleh penguasa muslim dibangun daan diperindah. Jembatan
besar dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun untuk
menghiasi ibukota Spanyol Islam itu. Pohon-pohon yang megaah diimpor dari Timur. Di
seputar istana-istana yang megah yang semakin mempercantik pemandangan. Setiap istana
dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya terpancang istana Damsik. Di antara
kebanggaan kota Cordova lainnya adalah Masjid Cordova. Kota Cordova memiliki 491
masjid.

b. Granada

Granada dalah tempat pertahanan terakhir umat Islam di Spanyol. Di sini berkumpul
sisa-sisa kekuatan arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada di masa-
masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di
seluruh Eropa. Istana Al-Hambra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak ketinggian
arsitektur Spanyol Islam. Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa
diperpanjang dengan kota dan istana Al-Zahra, istana Al-Gazar, dan menara Girilda.

c. Sevilla

Kota Sevilla dibangun pada masa pemerintahan Al-Muwahidin. Sevilla pernah


menjadi ibukota yang indah bersejarah. Semula kota ini adalah rawa-rawa. Pada masa
Romawi kota ini bernama Romula Agusta, kemudian diubah menjadi Asyibiliyah (Sevilla).
Sevilla telah berada di bawah kekuasaan Iislaam selama lebih kurang 500 tahun. Salah satu
bangunan masjid yang didirikan pada tahun 1171 M pada pasa pemerintah Sultan Yusuf Abu
Ya’kub, kini telah berubah menjadi gereja dengan nama Santa Maria de la Sede. Kota Sevilla
jatuh ke tangan Raja Ferdinand pada tahun 1248 M.

d. Toledo

Toledo merupakan kota penting di Andalausia sebelum dikuasai Islam. Ketika


Romawi menguasai Toledo, kota ini dijadikan ibu kota Kerajaan, dan ketika Thariq bin Ziyad
menguasai Toledo tahun 712 M, kota ini dijadikan pusat kegiatan umat Islam, terutama
dalam bidang ilmu pengetahuan dan penerjemahan. Toledo jatuh dari tangan umat Islam
setelah direbut oleh Raja Alfonso VI dari Castilia. Beberapa peninggalan bangunan masjid di
Toledo kini dijadikan gereja oleh umat Kristen.

Banyak faktor pendukung kemajuan Islam di Spanyol, antara lain didukung oleh
adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan
umat Islam, seperti Abdurrahman Ad-Dakhil, Abdurrahman Al-Wasith, dan Abdurrahman
An-Nashir.

Keberhasilan politik para pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan para


penguasa lainnya yang mempelopori kegiatan ilmiah. Di antara mereka penguasa Dinasti
Umayyah di Spanyol yang berjasa adalah Muhammad bin Abdurrahman (852-886 M), dan
Al-Hakam II, Al-Muntashir (961-976 M).

Di samping itu, toleransi ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama
Kristen dan Yahudi. Sehingga mereka ikut berpartisipasi mewujudkan peradaban Arab Islam
Spanyol.

Meskipun ada persaingan yang sengit antara Abbasiyah di Baghdad dan Umayyah di
Spanyol, hubungan budaya dari Timur dan Barat tidak selalu berupa peperangan. Sejak abad
ke-11 M, dan seterusnya banyak kalangan cendekiawan mengadakan perjalanan dari ujung
barat wilayah Islam ke ujung timur, sambil membawa buku-buku dan gagasan-gagasan. Hal
ini menunjukkan bahwa meskipun umat Islam terpecah dalam beberapa kesatuan politik
terdapat apa yang disebut kesatuan budaya dalam Islam.

D. Kehancuran Daulah Umayah II

Suatu kebudayaan tentu akan mengalami pasang surut sebagaimana berputarnya


sebuah roda, kadang di atas kadang ada di bawah. Hal ini tentu telah menjadi hukum alam.
Demikian juga dengan kekuasaan sebuah imperium, suatu saat dia muncul, berkembang
pesat, lalu jatuh dan hilang.

Kekuasaan Islam di Spanyol telah banyak memberikan sumbangan yang tidak ternilai
harganya bagi peradaban dunia saat ini. Tetapi imperium yang begitu besar akhirnya
mengalami nasib yang sangat memilukan. Ada beberapa faktor penyebab kemunduran yang
akhirnya membawa kehancuran Islam di Spanyol9, yaitu:

9
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, ... h. 123-126.
1. Munculnya khalifah-khalifah yang lemah;
2. Konflik antara Islam dan Kristen;
3. Munculnya kerajaan-kerajaan kecil dan lemah;
4. Kemerosotan ekonomi;
5. Sistem peralihan kekuasaan yang tidak jelas.

Adapun menurut Badri Yatim10, sebab-sebab yang menjadikan kemunduran dan


kehancuran Islam di Spanyol antara lain disebabkan:

1. Konflik penguasa Islam dengan penguasa Kristen;


2. Tidak adanya ideologi pemersatu;
3. Karena kesulitan ekonomi;
4. Tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan, dan
5. Karena letaknya yang terpencil dari pusat wilayah dunia Islam yang lain.

Masa kejayaan Islam di Spanyol dimulai dari periode Abdurrahman III yang
kemudian dilanjutkan oleh putranya, Hakam. Sang penguasa yang cinta ilmu pengetahuan
dan kolektor buku serta pendiri perpustakaan. Pada masa kedua penguasa tersebut, keadaan
politik dan ekonomi mengalami puncak kejayaan dan kestabilan.

Keadaan negara yang jaya dan stabil ini tidak bertahan setelah Hakam II wafat dan
digantikan oleh Hisyam II yang masih berusia 11 tahun. Dalam usia yang masih sangat muda
ini, ia harus memikul tanggung jawab yang sangat berat. Oleh karena itu jalannya roda
pemerintahan dijalankan oleh ibunya dengan dibantu oleh Muhammad Ibn Abi Umar
(bergelar Hajib Al-Manshur), yang ambisius dan haus kekuasaan. Sejak saat itulah, khalifah
hanya dijadikan sebagai boneka oleh Hajib Al-Manshur dan para penggantinya (Al-Manshur
wafat digantikan oleh anaknya bernama Abd. Malik Al-Muzaffar, dan pengganti Al-Muzaffar
yaitu Abdurrahman, penguasa yang tidak punya kecakapan dan suka berpoya-poya, serta
tidak disenangi oleh rakyat).

Setelah menguasai Spanyol, para penguasa muslim tidak menjalankan kebijakan


Islamisasi, penduduk Spanyol dibiarkan memeluk agamanya, dan mempertahankan hukum
serta tradisi mereka. Para penguasa hanya mewajibkan kepada mereka untuk membayar upeti
dan tidak memberontak. Kebijakan seperti ini ternyata menjadi bumerang, karena penduduk
10
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, … h. 107-108.
Spanyol mampu menggalang kekuatan untuk mengadakan perlawanan kepada pemerintahan
Islam.

Kondisi umat Islam Spanyol yang sudah mulai melemah ini, diperparah dengan
munculnya Muluk Ath-Thawaif (dinasti-dinasti kecil), yang secara politis menunjukkan
indikasi kemunduran, karena dengan terpecahnya kekuasaan khalifah kekuatan pun terpecah
dan lemah. Keadaan ini membuka dapat dibaca oleh orang-orang Kristen dan dijadikan
peluang yang sangat besar dan tidak disia-siakan oleh mereka untuk menyerang umat Islam,
Tahta Toledo yang diperintah oleh Banu Dzu al-Nun (1032-1085 M) berhasil dihancurkan
Al-Fonso VI dari Leon dan Castile. Saragossa yang dikuasai Banu Hud dari tahun 1039 M.,
dapat dikalahkan oleh orang Kristen pada tahun 1141 M.11

Di antara raja-raja kecil ini, pemerintahan terpelajar Abbadiyah di Seville adalah yang
paling kuat. Pelopor dinasti Abbad adalah seorang qadhi cerdik dari Seville. Pada tahun 1042
M., putra qadhi itu, Abbad, menggantikan ayahnya sebagai pengurus rumah tangga kerajaan,
yang kemudian Abbad mampu mengambil alih kekuasaan dan ia bergelar Al-Mu’tadhid,
namun ia kalah pamor oleh putra dan sekaligus penerusnya, Al-Mu’tamid (1068-1091 M),
khalifah paling besar, paling kondang, dan paling kuat di antara semua raja itu. Tak lama
setelah naik tahta, Al-Mu’tamid berhasil menghancurkan Banu Jahwar, dan memasukkan
Cordova ke dalam kerajaannya. Tetapi seperti kebanyakan raja pada zamannya, ia menyetor
upeti kepada seorang raja Kristen, awalnya kepada raja Garcia, kemudian kepada
penerusnya,Alfonso VI.12Demikian juga, kerajaan Kristen Aragon berhasil merebut Huesea
(1096 M.), Saragosa (1118 M), Tyortosa (1184 M), dan Kenida (1149 M).13

Pada tahun 1212 M. Penaklukan Las Navas De Tolosa oleh koalisi raja-raja Kristen
mengakibatkan Dinasti Al-Muwahhidun yang selama beberapa waktu telah memulihkan
keamanan negara, stabilitas politik, dan lain-lain harus menarik diri dari Spanyol. Sebagian
besar kota penting yang dikuasai Islam satu persatu jatuh ke pihak Kristen. Cordova jatuh
tahun 1236 M. dan Seville pada tahun 1248 M.

Pada pertengahan abad ke-13, satu-satunya kota penting yang masih dikuasai Islam
adalah Granada di bawah pemerintahan Bani Ahmar. Awalnya, orang-orang Kristen
membiarkan Dinasti Ahmar di Granada tetap eksis dengan persetujuan bahwa orang muslim
harus mmembayar pajak pada penguasa Kristen. Akan tetapi, setelah terjadi perselisihan
11
Philip K. Hitti, History of The Arabs, ... h. 684.
12
Philip K. Hitti, History of The Arabs, ... h. 685.
13
Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, ... h. 125.
antara mereka dan telah bersatunya orang-orang Kristen, proyek kekuasaan Dinasti Ahmar
jadi gelap. Di pihak lain terjadi konflik internal di tubuh Bani Ahmar, yakni perebutan
kekuasaan yang berakhir perang saudara dan dinasti menjadi pecah. Sejak saat itu, kekuatan
Islam semakin melemah dan semakin mempercepat tamatnya riwayat umat Islam di Spanyol.
Pada tahun 1492 M., satu-satunya wilayah Islam di Spanyol akhirnya jatuh ke tangan orang-
orang Kristen.

Setelah penaklukan Granada, orang-orang Islam mengalami nasib yang sangat


menyedihkan. Pada tahun 1556 M, penguasa Kristen melarang pakaian Arab dan Islam di
seluruh wilayah Spanyol, bahkan pada tahun 1566 M., bahasa Arab tidak boleh digunakan di
Spanyol.

Anda mungkin juga menyukai