Anda di halaman 1dari 21

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Sejarah telah menuliskan, bahwa pada masa yang silam kemajuan peradaban manusia
terjadi pada masa kekuasaan Islam di hampir semua belahan dunia. Disaat di Eropa sedang
berada dalam masa kegelapan (the darkness), di dunia Islam sendiri sedang berada dalam
masa kejayaan. Baghdad dan Cordova merupakan salah satu bukti betapa tinggi dan majunya
peradaban Islam pada masa itu. Pada masa kekuasaan Khalifah Bani Umayyah al Muntashir
di Andaluisa, selain istana-istana yang megah, jalan-jalan sudah diperkeras dan diberi
penerangan pada malam hari, padahal pada saat itu di London hampir tidak ada satupun
lentera yang menerangi jalan, dan di Paris di musim hujan lumpur bisa mencapai mata kaki.

Dari sisi ilmu pengetahuan, tidak hanya dari kalangan muslim sendiri, orang-orang
baratpun telah mengakui, bahwa sebagian besar dasar-dasar ilmu pengetahuan di lahirkan
oleh para ilmuwan muslim. Begitu pula dengan masa kebangkitan Eropa yang tidak lepas dari
pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan di dunia Islam, dimana para pelajar-pelajar dari
Eropa telah dikirim ke Baghdad dan Cordova untuk menggali ilmu pengetahuan di sana. Di
bidang-bidang ilmu keislaman, perkembangan sastra dan bahasa Arab secara meluas terjadi
pada masa Umayyah. Selain itu lahir pula Ulama-ulama besar.

Oleh karena itu, meneliti kembali sejarah Bani Umayyah menjadi penting adanya,
sebab peradaban masa kini merupakan bagian dari rantai sejarah yang tidak putus dan dengan
meneliti dan memahami sejarah peradaban Islam pada masa Bani Umayyah II di Andalusia
kita akan dapat memetakan rentetan sejarah peradaban Islam yang merupakan bagian dari
rantai evolusi hingga masa kini.

B. Rumusan Masalah

1. Menguraikan proses masuknya islam ke andalusia.


2. Perkembangan politik dan gerakan pembebasan serta periodesasi pemerintahan islam di
andalusia.
3. Masa keamiran islam diandalusia serta perkembangan kebudayaan dan peradaban islam di
andalusia pada masa keamiran tersebut.
4. Masa kekhalifahan islam di andalusia.
2

5. Mengemukakan para khalifah yang berjasa dalam periode kekhalifahan di andalusia


6. Perkembangan kebudayaan dan peradaban islam di andalusia pada masa kekhalifahan.
7. Membedakan antara masa keamiran dengan masa kekhalifahan serta membandingkan
kebudayaan dari unsur-unsur kebudayaan dan peradaban islam.
8. Periode muluk al thawa-if

C. Tujuan

1. Untuk menguraikan proses masuknya islam ke andalusia.


2. Untuk mempelajari perkembangan politik dan gerakan pembebasan serta periodesasi
pemerintahan islam di andalusia.
3. Untuk mengetahui masa keamiran islam diandalusia serta perkembangan kebudayaan dan
peradaban islam di andalusia pada masa keamiran tersebut.
4. Untuk mengetahui masa kekhalifahan islam di andalusia.
5. Untuk mengemukakan para khalifah yang berjasa dalam periode kekhalifahan di andalusia
6. Untuk mengetahui perkembangan kebudayaan dan peradaban islam di andalusia pada
masa kekhalifahan.
7. Untuk membedakan antara masa keamiran dengan masa kekhalifahan serta
membandingkan kebudayaan dari unsur-unsur kebudayaan dan peradaban islam.
8. Untuk mengetahui periode muluk al thawa-if
3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Menguraikan Proses Masuknya Islam Ke Andalusia

Islam pertama kali masuk ke Andalusia (Spanyol) pada tahun 711 M melalui jalur
Afrika Utara. Spanyol sebelum kedatangan Islam dikenal dengan nama Iberia/ Asbania,
kemudian disebut Andalusia, ketika negeri subur itu dikuasai bangsa Vandal. Dari perkataan
Vandal inilah orang Arab menyebutnya Andalusia.1

Sebelum penaklukan Spanyol, umat Islam telah menguasai Afrika Utara dan
menjadikannya sebagai salah satu provinsi dari dinasti Bani Umayah. Penguasaan
sepenuhnya atas Afrika Utara itu terjadi di zaman Khalifah Abdul Malik (685-705 M).
Khalifah Abd al-Malik mengangkat Hasan ibn Nu’man al-Ghassani menjadi gubernur di
daerah itu. Pada masa Khalifah al-Walid, Hasan ibn Nu’man sudah digantikan oleh Musa ibn
Nushair. Di zaman al-Walid itu, Musa ibn Nushair memperluas wilayah kekuasaannya
dengan menduduki Aljazair dan Maroko. Selain itu, ia juga menyempurnakan penaklukan ke
daerah-daerah bekas kekuasaan bangsa Barbar di pegunungan-pegunungan. Penaklukan atas
wilayah Afrika Utara itu dari pertama kali dikalahkan sampai menjadi salah satu provinsi dari
Khalifah Bani Umayah memakan waktu selama 53 tahun, yaitu mulai tahun 30 H (masa
pemerintahan Muawiyah ibn Abi Sufyan) sampai tahun 83 H (masa al-Walid). Sebelum
dikalahkan dan kemudian dikuasai Islam, dikawasan ini terdapat kantung-kantung yang
menjadi basis kekuasaan kerajaan Romawi, yaitu kerajaan Gotik.

Dalam proses penaklukan Spanyol terdapat tiga pahlawan Islam yang dapat dikatakan
paling berjasa memimpin satuan-satuan pasukan ke sana. Mereka adalah Tharif ibn Malik,
Tharik ibn Ziyad, dan Musa ibn Nushair. Tharif dapat disebut sebagai perintis dan penyelidik.
Ia menyeberangi selat yang berada diantara Maroko dan benua Eropa itu dengan satu pasukan
perang lima ratus orang di antaranya adalah tentara berkuda, mereka menaiki empat buah
kapal yang disediakan oleh Julian. Ia menang dan kembali ke Afrika Utara membawa harta
rampasan yang tidak sedikit jumlahnya. Didorong oleh keberhasilan Tharif dan kemelut yang
terjadi dalam tubuh kerajaan Visigothic yang berkuasa di Spanyol pada saat itu, serta
dorongan yang besar untuk memperoleh harta rampasan perang, Musa ibn Nushair pada

1 Katalog Dalam Terbitan(KDT), Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam, Logos Wacana Ilmu,
Jakarta 1996.
4

tahun 711 M mengirim pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang di bawah pimpinan Thariq
ibn Ziyad.

Thariq ibn Ziyad lebih banyak dikenal sebagai penaklukan Spanyol karena
pasukannya lebih besar dan hasilnya lebih nyata. Pasukannya terdiri dari sebagian besar suku
Barbar yang didukung oleh Musa ibn Nushair dan sebagian lagi orang Arab yang dikirim
Khalifah al-Walid. Pasukan itu kemudian menyeberangi selat di bawah pimpinan Thariq ibn
Ziyad. Sebuah gunung tempat pertama kali Thariq dan pasukannya mendarat dan menyiapkan
pasukannya, dikenal dengan nama Gibraltar (Jabal Thariq). Dalam pertempuran di Bakkah,
Raja Roderick dapat dikalahkan. Dari situ seperti Cordova, Granada dan Toledo (Ibu kota
kerajaan Goth saat itu).2 Kebudayaan islam memasuki Eropa melalui beberapa jalan, antara
lain melewati Andalusia. Ini karena kaum muslimin telah menetap di negeri itu sekitar abad 8
abad lamanya. Pada masa itu kebudayaan Islam di negeri itu mencapai puncak
perkembangannya. Kebudayaan Islam di Andalusia mengalami perkembangan yang pesat
diberbagai pusatnya, misalnya Cordova, Sevilla, Granada, dan Toledo.3.Kemenangan pertama
yang dicapai oleh Thariq ibn Ziyad membuka jalan untuk penaklukan wilayah yang lebih luas
lagi. Selanjutnya, keduanya berhasil menguasai seluruh kota penting di Spanyol,termasuk
bagian utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre.

Gelombang perluasan wilayah berikutnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah


Umar ibn Abdil Aziz tahun 99 H/717 M, dengan sasarannya menguasai daerah sekitar
pegunungan Pyrenia dan Prancis Selatan. Gelombang kedua terbesar dari penyerbuan kaum
muslimin yang geraknya dimulai pada permulaan abad ke-8 M ini, telah menjangkau seluruh
Spanyol dan melebar jauh ke Prancis Tengah dan bagian-bagian penting dari Italia.
Kemenangan-kemenangan yang dicapai umat Islam nampak begitu mudah. Hal itu tidak
dapat dipisahkan dari adanya faktor eksternal dan internal.

Faktor eksternalnya antara lain pada masa penaklukan Spanyol oleh orang-orang
Islam, kondisi sosial, politik, dan ekonomi negeri ini berada dalam keadaan yang
menyedihkan.4 Begitu juga dengan adanya perebutan kekuasaan di antara elite pemerintahan,
adanya konflik umat beragama yang menghancurkan kerukunan dan toleransi di antara

2 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (PT: Gravindo Persada : 2003), hlm. 89

3 Abdul Mun’im Majid, Sejarah Kebudayaan Islam, (Pustaka : 1997) hlm. 182

4 Badri Yatim, Op,Cit, hlm. 91


5

mereka.5 Kondisi terburuk terjadi pada masa pemerintahan Raja Roderick, raja terakhir yang
dikalahkan Islam. Awal kehancuran Ghot adalah ketika Raja Roderick memindahkan ibu kota
negaranya dari Seville ke Toledo, sementara Witiza yang saat itu menjadi penguasa atas
wilayah Toledo diberhentikan begitu saja.

Hal yang menguntungkan tentara Islam lainnya adalah bahwa tentara Roderick yang
terdiri dari para budak yang tertindas tidak lagi mempunyai semangat perang. Selain itu orang
Yahudi yang selama ini tertekan juga telah mengadakan persekutuan dan memberikan
bantuan bagi perjuangan kaum Muslimin.

Adapun faktor internalnya yaitu suatu kondisi yang terdapat dalam tubuh penguasa,
tokoh-tokoh perjuangan dan para prajurit Islam yang terlibat dalam penaklukan wilayah
Spanyol pada khususnya. Para pemimpin adalah tokoh-tokoh yang kuat, tentaranya kompak,
bersatu dan penuh percaya diri. Sikap toleransi agama dan persaudaraan yang terdapat dalam
pribadi kaum muslimin itu menyebabkan penduduk Spanyol menyambut.

B. Perkembangan Politik Dan Gerakan Pembebasan Serta Periodesasi Pemerintahan


Islam Di Andalusia

Islam sebagai kekuatan politik telah memperlihatkan kemampuan yang luar


biasa,sehingga dapat menguasai daerah spanyol walaupun menghadapi rintangan dan
halangan dari orang-orang kristen dan para penguasa spanyol. Hal ini dapat terlihat pada
tahun 719 M, orang-orang kristen mengadakan perlawanan di perbatasan prancis. Karena itu
gubernur `Abd al `Aziz melakukan pengawanan di wilayah tersebut dan bahkan sampai ke
Tolouse Prancis, akan tetapi dia tewas terbunuh oleh pasukan Eudo, bangsawan Aqitane pada
tahun 719 M.

Dia digantikan oleh Ambasah ibn Sulayman, seterusnya digantikan oleh Adb Rahman
ibn Abdillah al Ghafiqiy, yang pada waktu itu sebagai khalifah Dawlah Bani Umayyah
adalah Umar ibn Abd Aziz (717-720 M). Al Ghafiqiy ini berhasil melumpuhkan Eudo di
Bordeaux(Bordesu) tahun 732 M, lalu terus maju ke kota Poiters, dan dari sini dia ingin ke
kota Ours. Namun gerak lanjutnya dapat ditahan oleh pasukan Charles Martel, bahkan Abd
Rahman al Ghafiqiy sendiri tewas, sehingga penyerangan ke Prancis tersebut gagal dan

5 Katalog Dalam Terbitan (KDT), Ensiklopedi Mini Sejarah dan Kebuidayaan Islam, Logos Wacana Ilmu
Jakarta 1996
6

tentara islam mundur kembali ke Spanyol. Semenjak tahun 716 sampai tahun 756 M, dalam
waktu yang pendek (hanya sekitar 40 tahun), tidak kurang dari 20 orang Wali (gubernur)
yang memimpin wilayah itu. Gubernur pertamanya adalah Abd al Aziz putra Musa ibn
Nushair sampai gubernur terakhir Yusuf ibn Abd al Rahman al Dakhil masuk ke Spanyol.
Pada masa ini stabilitas politik memang belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan
masih sering terjadi, baik yang datang dari luar maupun dari dalam sendiri. Ganguan dari
dalam antara lain berupa perselisihan elite penguasa, terutama perbedaan pandangan antara
khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairawan, yang masing-
masingnya merasa lebih berhak menguasai daerah Spanyol ini. Juga sering terjadi perlisihan
akibat perbedaan etnis dan golongan, terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan suku
Arab, dan dalam etnis Arab sendiri terdapat pula dua golongan yang terus menerus bersaing,
yaitu suku Qasy (Arab Utara) dan Arab Yaman (Arab Selatan). Gangguan dari luar datang
dari sisa-sisa musuh islam di Spanyol yang bertempat tinggal di daerah pengunungan, yang
tidak mau tunduk kepada pemerintahan islam. Apabila kekuatan pemerintahan islam sedang
lemah, mereka selaku melakukan perlawanan, dan bila mereka diserang oleh orang islam,
mereka lari ke dalam wilayah Perancis mencari perlindungan. Hal inilah yang menyebabkan
terjadinya lontak senjata antara orang islam dengan orang prancis. Oleh karena seringnya
terjadi konflik internal dan berperang menghadapi musuh dari luar, maka dalam periode ini
pemerintahan islam di Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunandi bidang peradaban
dan kebudayaan.

C. Masa Keamiran Islam Di Andalusia Serta Perkembangan Kebudayaan dan


Peradaban Islam Di Andalusia Pada Masa Keamiran Tersebut

Pada masa ini, Spanyol berada dibawah pemerintahan gubernur yang bergelar Amir
(panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk pada pemerintahan islam yang ketika itu
dipegang oleh kekhalifahan Abbasiyah di Baghdad. Selama masa ini ada tujuh orang amir
yang memerintah di spanyol. Amir pertama adalah Abu al Mutharif abd arahman ibn
muawiyah ibn hisyam abd almalik ibn marwan al mawawy yang memasuki spanyol pada 138
H/755M yang diberi gelar al Dakhil ( yang masuk ke spanyol). Abd al rahman al dakhil ini
adalah cucu dari Hisyam ibn Abd al Malik, khalifah Bani Umayyah yang ke 10, dan dialah
salah seorang keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran orang-orang
Abbasiyah, sewaktu mereka melakukan pembersihan terhadap orang-orang Amawiyah
setelah berhasil meruntuhkan Dawlah Bani Umayyah. Selanjutnya mendirikan Dinasti
7

Ummyyah II di spanyol penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini disebut dengan Amir.
Amir yang berkuasa di spanyol pada periode ini adalah:6

1. Abd al Rahman al Dakhil (138-172 H/ 755-788 M)

2. Abd al Walid Hisyam ibn Abd al Rahman (172-180 H/ 788-796 M)

3. Abu al Ash al Hakam ibn Hisyam (180-207 H/ 796-822 M)

4. Abu al Mutharrif Abd al Rahman ibn al Hakam (207-238 H/ 822-852 M)

5. Abu Abdillah Muhammad ibn Abd al Rahman (238-273 H/ 852 886 M)

6. Abu al Hakam al Munzdir ibn Muhammad ( 273-275 H/ 886-888 M)

7. Abu Muhammad Abdullah bin Muhammad (275-300 H/ 888-912 M)

8. Abu al Mutharrif Abd al Rahman ibn Abdillah (300-320 H/912-932 M)

Pada masa ini umat islam spanyol mulai memperoleh kemajuan,baik dibidang politik
maupun dibidang peradaban.di masa ‘abd ar rahman al dahil mulai di dirikan mesjid cordova
dan sekolah-sekolah di kota-kota besar spanyol.putranya hisyam dikenal berjasa dalam
menegakkan hukum islam. Amir yang ke tiga, al hakam dikenal sebagai pembaru dalam
bidang kemiliteran, yang memprakarsai tentara bayran di spanyol, sebagai annaknya abd ar
rahman ibn al hakam dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu pengetahuan. ‘abd ar rahman
al awsath ini mengundang para ahli dari dunia islam lainnnya untuk datang ke spanyol
sehingga terjadillah ilmu di spanyol.

Sekalipun demikian berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi pada pertengahan abad
ke-9 M. Stabilitas terganggu dengan munculnya gerakan kristen fanatik yang ingin mati
secara kesyahidan. Namun kereja yang lain di spanyol tidak menaruh simpati, karena
pemerintahan islam mengembangkan kebebasan bagi umat beragama. Penduduk kristen di
bolehkan memiliki peradilan sendiri berdasarkan hukum kristen, kegiatan peribadatan tidak
dihalangi, bahkan mereka diizinkan mendirikan gereja sendiri, biara-biara, asrama rahib atau
lainnya. mereka tidak dihalangi sebagai pegawai pemerintahan atau menjadi karyawan pada
istansi militer.

6 Dra . Fatmawati, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam jilid 1, Batusangkar; STAIN Batusangkar Press 2010, hlm
362
8

Gangguan politik lainnya juga datang dari pemberontakkan di toledo pada tahun 852
M. Pemberontak ini membentuk negara kuota yang berlangsung selama 80 tahun. Selain itu,
sejumlah orang yang tidak puas, juga membangkitkan revolusi, yang terpenting diantaranya
adalah pemberontakan Hafshun dan anaknya yang berpusat di pergunungan dekat Malaga,
sedangkan perselisihan antara orang barbar dan orang arab masih sering terjadi.

D. Masa Kekhalifahan (320 – 422 H / 932 – 1030 M)

Masa ini berlangsung mulai dari pemerintahan Abd Rahman ibn ‘Abdillah (‘abd al
Rahman III) yang bergelar al Nashir sampai munculnya raja-raja kelompok yang dikenal
dengan sebutan Muluk al Thawa-if. Pada masa ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan
gelar Khalifah, bukan lagi sekedar Amir dan Gubenur. Penggunaan gelar khalifah tersebut
bermula dari berita yang diterima Amir ‘abd al Rahman ibn ‘Abdillah (‘abd ar rahman iii) di
spanyol tahun 320 H/932 M, bahwa halifah ‘abbasiyah baghdad, al muqtadir, meninggal
karena dibunuh oleh pengawalnnya sendiri. Menurut penilainnya, keadaan ini menunjukkan
bahwa suasana pemerintahan ‘abbasiyah dalam keadaan kemelut. Dia berpendapat bahwa
saat ini merupakan saat yang tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari
kekuasaan bani umayyah selama 150 tahun lebih. Selain itu kelahiran Daulah Fatimiyah yang
mengamalkan ajaran Syi'ah di Afrika Utara yang bergelar Khalifah, membuat Abd al-
Rahman III berniat mengikutinya dengan memakai gelar Khalifah juga. Karena itulah, gelar
ini dipakai Abd al-Rahman III mulai tahun 929 M.Dengan dilantiknya Abd al-Rahman III
sebagai Khalifah maka pada masa itu dunia Islam mempunyai tiga Khalifah, satu di Baghdad,
satu di Afrika Utara , dan satu lagi di Spanyol. Setelah masa krisis selama 60 tahun, zaman
baru dibangkitkan Abdurrahman al-Nashir (912-961M) dan anaknya Hakam II (961-976M).
Masa ini berlangsung selama 64 tahun.Segera setelah dilantik usaha yang dilakukan Abd al-
Rahman III pertama kali ditujukan kepada pengukuhan kesatuan dan stabilitas dalam negeri.7

Begitu ia dilantik ia mengirim utusan kepada gubernur-gubernur yang ada di


semenanjung Iberia dan mengajak mereka untuk memberikan bai'at kepadanya. Sebagian
diantara mereka menyambut seruan itu dengan baik, dan sebagian yang lain tidak
memperdulikannya. Dalam menghadapi penentangnya, Abdurrahman III menumpasnya
dengan militer sehingga dalam jangka 10 tahun umat Islam Spanyol bersatu kembali. Pada
periode ini, umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan menyaingi kejayaan daulah

7 Dra . Fatmawati, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam jilid 1, Batusangkar; STAIN Batusangkar Press 2010, hlm
364
9

Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman III membangun beberapa buah istana dan memajukan
pertanian rakyat. Rakyat taat kepadanya dan semua orang merasa damai hidup dibawah
pimpinannya. Ia juga mewajibkan penguasa-penguasa Kristen membayar upeti ke Cordova.
Pada masa kekuasaannya, Cordova merupakan pusat kebudayaan Islam yang penting di Barat
sebagai tandingan Baghdad di Timur. Kalau di Baghdad ada bait al-Hikmah, serta madrasah
Nizamiyah, dan Kairo ada al-Azhar serta Dar al-Hikmah, maka di Cordova ada Universitas
Cordova sebagai pusat Ilmu Pengetahuan.
Perpustakaannya mengandung ratusan ribu buku. Di Cordova terdapat 113.000
rumah, 70 perpustakaan , sejumlah toko buku dan masjid, bermil-mil jalan aspal yang
membuat Cordova memperoleh popularitas Internasional dan kekaguman para
pengunjungnya. Banyak perutusan diplomatik berkumpul di Cordova, baik dari dalam
maupun dari luar Spanyol.Abdurrahman an-Nasir dianggap para sejarawan sebagai pengasas
kedua kerajaan bani Umayyah di Andalusia setelah Abd al-Rahman al-Dakhil. Ia juga
dianggap sebagai pemimpin yang berwibawa dan teragung dikalangan para pemimpin bani
Umayyah atau Islam di Spanyol.
Abdurrahman III dianggap sebagai sang penyelamat imperium muslim Spanyol.
Dengan berbagai kebijakan dan kemampuan Intelektualnya, maka stabilitas nasional
terkendali serta dapat menarik masyarakat Spanyol dengan tidak menimbulkan jurang
pemisah antara kelas dan golongan agama yang ada, sehingga benar-benar tercipta suatu
imperium Umayyah yang damai dan kuat di Spanyol. Setelah memegang kekuasaan selama
27tahun, ia meninggal dunia pada bulan oktober 961 M. Hakam II yang bergelar Al
Muntassir Billah melanjutkan ayahnya. Ia berkuasa selama 15 tahun. Meskipun ia pemimpin
yang hebat dan terkenal, namun tidak menandingi kebesaran ayahnya. Ia pemimpin yang
sederhana, namun karena kondisi yang sudah makmur dan stabil menyebabkan ia mudah
melaksanakan tugasnya. Selama masa pemerintahannya, tidak banyak terjadi penentangan,
hanya sekali saja yaitu oleh kerajaan Kristen di Leon, Castille , dan Navarre. Karenanya al-
Hakam II lebih terfokus pada bidang pembangunan khususnya di bidang intelektual.8
Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran.
Pembangunan kota berlangsug cepat. Ia seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan. Tak
kurang 400.000 manuskrip dalam perpustakaannya. Sehingga banyak intelektual yang tertarik
mendatanginya. Tahap terakhir pemerintahan bani Umayyah dimulai dari tahun 976 hingga
1031 M. Yang melibatkan tujuh Khalifah. Diawali ketika Hisyam II naik tahta, kemudian al-

8 Dra . Fatmawati, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam jilid 1, Batusangkar; STAIN Batusangkar Press 2010, hlm
366
10

Muayyad , Muhammad II al-Muayyad , Sulaiman al Musta'in , Abd al-Rahman V ,


Muhammad al-Mustakfi dan Hisyam III al-Mu'tamid.Di zaman Hisyam II(976-1013M)
terdapat perubahan struktur politis. Hisyam II baru berusia 11 tahun ketika ia menduduki
tahta. Karena usianya yang masih sangat muda, ibunya yang bernama Sultanah Subh dan
sekretarisnya yang bernama Muhammad Ibn Abi Amir mengambil alih tugas
pemerintahan.Hisyam II tidak mampu mengatasi ambisi para pembesar istana dalam merebut
pengaruh dan kekuasaan. Menjelang tahun 981 M, Muhammad Ibnu Abi Amir yang ambisius
menjadikan dirinya sebagai penguasa diktator.Dalam perjalanannya ke puncak kekuasaan ia
menyingkirkan rekan-rekan dan saingannya. Hal ini dimungkinkan karena ia mempunyai
tentara yang setia dan kuat. Ia mengirimkan tentara itu dalam berbagai ekspedisi yang
berhasil menetapkan keunggulannya atas para pangeran Kristen di Utara.
Pada tahun itu juga Muhammad Ibnu Abi Amir memakai gelar kehormatan al-Mansur
Billah. Ia dapat mengharumkan kembali kekuasaan Islam di Spanyol. Sekalipun ia hanya
merupakan seorang penguasa bayangan. Kedudukan Hisyam II tidak ubahnya seperti boneka,
hal ini menunjukkan peranan khalifah sangat lemah dalam memimpin negara. Dan
ketergantungan kepada kekuatan orang lain mencerminkan bahwa khalifah dipilih bukan tas
kemampuan yang dimilikinya, melainkan atas dasar warisan turun temurun.Hisyam II
memang bukan orang yang cakap untuk mengatur negaram tindakannya menimbulkan
kelemahan dalam negeri. Ia tidak dapat membaca gejala-gejala pergerakan Kristen yang akan
mulai tumbuh dan mengancam kekuasaannya.
Keadaan ini diperburuk dengan meninggalnya al-Muzaffar pada tahun 1009 M yang
dalam kurun waktu 6 tahun masih dapat mempertahankan kekuasaan Islam di Spanyol. Al-
Muzaffar kemudian digantikan oleh Hajib al-Rahman Sancol. Karena ia tidak berkualitas
dalam memegang jabatannya sehingga dimusuhi penduduk dan kehilangan kesetiaan dari
tentaranya. Akibatnya timbul kekacauan, karena tidak ada orang atau kelompok yang dapat
mempertahankan ketertiban di seluruh negara. Akhirnya Hisyam II mema'zulkan diri pada
tahun 1009M, yang kemudian dipulihkan kembali tahtanya pada tahun berikutnya.Sejak itu
sampai tahun 1013 M ia dan 6 orang anggota keluarga setengah Barber masing-masing
menjabat khalifah sementara. Dalam masa lebih 22 tahun, (1009-1031M) terjadi 9 kali
pertukaran Khalifah. Tiga orang diantaranya menduduki jabatan khalifah pada periode
tersebut. Pada tahun 1031 khilafah dihapuskan oleh orang-orang Cordova. 9

9 Dra . Fatmawati, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam jilid 1, Batusangkar; STAIN Batusangkar Press 2010, hlm
368
11

E.Mengemukakan Para Khalifah Yang Berjasa dalam Periode Kekhalifahan di


Andalusia

1. Abu al mutharrif ‘abd al rahman ibn ‘abdillah ibn muhammad ibn ‘abd al rahman ibn al
hakam ibn hisyam ibn ‘Abd al rahman al dakhil, yang bergelar al nashir li dinillah (320-
350 H/932-961 M)
2. Abu al ‘ash hakam ibn al nashir li dinillah, yang bergelar al munstansir billah (350-366
H/961-976 M)
3. Abu al walid hisyam ibn al mustanshir billah,yang bergelar al mu-ayyad billah (366-399
H/976-1008 M)
4. Muhammad, al mahdiy (399-400 H/ 1008-1009 M )
5. Abu al rabi’ sulayman ibn al hakam ibn sulayman ibn al mustanshir yang bergelar al
musta’in billah(400 H/1009 M)
6. Muhammad, al mahdiy menjadi kalifah untuk kedua kalinya(400 H/1009 M )
7. Abu al walid hisyam ibn al mustanshir billah yang bergelar al muayyad billah (400-403
H/1008-1012 M )
8. Abu al rabi’ sulayman ibn al hakam ibn sulayman ibn al mustanshir yang bergelar al
musta’in billah,untuk kedua kalinya (403-407 H/1012-1016 M)
9. Ali ibn hammud ibn maymum al Al idrisiy al alawiy,yang juga memakai gelar al nashir li
dinillah (407-408 H/1016-1017 M)
10. Ad al rahman,al murtdha (408 H/1017 M)
11. Al Qasim ibn hammud al idrisiy al alawiy yang bergelar al makmum (408-412
H/1017-1021 M) dll.10

F. Perkembangan Kebudayaan dan Peradaban Islam di Andalusia Pada Masa


Kekhalifahan

1. Perkembangan Pembangunan

Kemajuan Bani Umayyah di Andalusia diraih pada masa pengganti Abd al-Rahman al-
Dakhil. Kemajuan Kordova ditandai dengan pembangunan yang megah diantaranya:

a. al-Qashr al-Kabir , kota satelit yang didalamnya terdapat gedung-gedung istana megah.

10 Dra . Fatmawati, M.Ag, Sejarah Peradaban Islam jilid 1, Batusangkar; STAIN Batusangkar Press 2010, hlm
366-367
12

b. Rushafat, istana yang dikelilingi oleh taman yang di sebelah barat laut Cordova.
c. Masjid jami’ Cordova, dibangun tahun 170 H/786 M yang hingga kini masih tegak.
d. Al-Zahra, kota satelit di bukit pegunungan Sierra Monera pada tahun 325 H/936 M. Kota
ini dilengkapi dengan masjid tanpa atap (kecuali mihrabnya) dan air mengalir ditengah
masjid, danau kecil yang berisi ikan-ikan yang indah, taman hewan (margasatwa), pabrik
senjata, dan pabrik perhiasan.

2. Perkembangan Ekonomi

Perkembangan baru spanyol juga didukung oleh kemakmuran ekonomi pada abad ke-
9 dan abad ke-10. Perkenalan dengan pertanian irigasi yang didasarkan pada pola-pola negeri
Timur mengantarkan pada pembudidayaan sejumlah tanaman pertanian yang dapat diperjual-
belikan , meliputi buah ceri, apel, buah delima, pohon ara, buah kurma, tebu, pisang, kapas,
rami dan sutera. Pada saat yang sama, Spanyol memasuki fase perdagangan yang cerah
lantaran hancurnya penguasaan armada Bizantium terhadap wilayah barat laut Tengah.
Beberapa kota seperti seville dan Cordova mengalami kemakmuran lantaran melimpahnya
produksi pertanian dan perdagangan internasional.

3. Perkembangan Intelektual

Dalam masa lebih dari tujuh abad kekuasan Islam di Spanyol, umat Islam telah
mencapai kejayaannya di sana. Banyak sekali kontribusi bagi kebangunan budaya Barat.
Kebangkitan intelektual dan kebangunan kultural Barat terjadi setelah sarjana-sarjana Eropa
mempelajari, mendalami dan menimba begitu banyak ilmu-ilmu Islam dengan cara
menerjemahkan buku-buku ilmu pengetahuan Islam ke dalam bahasa Eropa. Mereka dengan
tekun mempelajari bahasa Arab untuk dapat menerjemahan buku-buku ilmu pengetahuan
Islam. Dalam sejarah Andalusia, kota Toledo pernah menjadi pusat penerjemahan. Banyak
sarjana-sarjana Eropa yang berdatangan ke kota Toledo untuk belajar dan mendalami buku-
buku ilmu pengetahuan Islam. Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang
sangat brilian dalam bentangan sejarah Islam. Sains dan Teknologi.

Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari


komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang spanyol yang
masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk
daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada
penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Mujareb yang berbudaya
13

Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali
yang terakhir, memberikan sumbangan intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya
Andalusia yang melahirkan kebangkitan llmiah, sastra, dan pembangunan fisik di
Spanyol. Disamping dari faktor kemajemukan masyarakatnya, negeri yang subur juga
mendorong negeri Spanyol dalam mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi dan pada
gilirannya banyak menghasilkan pemikir. Berikut dibawah ini uraian mengenai
perkembangan intelektual di masing-masing bidang:

a. Astronomi

Di bidang astronomi, sarjana Islam al-Khawarizmi banyak sekali memberikan


sumbangannya dengan karya-karyanya dan mempunyai pengaruh terbesar terhadap
kontribusi ilmu pasti diantara semua penulis di abad pertengahan. Ia menulis buku al Jabr wa
al-Muqabalah, yang memuat daftar astronomi yang tertua dan al-Khwarizmi merupakan
orang pertama yang menyusun buku ilmu berhitung dan aljabar.

Namun disamping itu, tokoh yang paling terkenal dalam ilmu astronomi adalah
Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana matahari dan
menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong modern yang dapat
menentukan jarak antara tata surya dan bintang. Ada pula Al-majiriyah dari Cordova, al-
Zarqali dari Toledo dan Ibn Aflah dari Seville, merupakan para pakar ilmu perbintangan yang
sangat terkenal saat itu. .

b. Matematika

Ilmu eksakta yakni matematika mulai berkembang karena didorong dengan adanya
perkembangan filsafat. Ilmu pasti dikembangkan orang Arab berasal dari buku India yaitu
Sinbad, yang diterjemahkan dalam bahasa Arab oleh Ibrahim al-fazari (154 H/ 771
M).[9]Dengan perantara buku ini, kemudian Nasawi seorang pakar matematika
memperkenalkan angka-angka India seperti 0,1, 2, hingga 9), sehingga angka-angka India di
Eropa lebih dikenal dengan angka Arab.

c. Filsafat

Sumbangan Islam dalam filsafat tak kurang pula terhadap dunia Barat. Minat filsafat
dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad ke-9 M di masa Khilafah Bani
Umayyah, Muhammad ibn Abd al-Rahman (832-886 M). Karya-karya ilmiah dan filosofis
14

dalam jumlah besar diimpor dari Timur, sehingga Cordova menjadi perpustakaan dan
universitas besar yang dapat menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan
didunia Islam. Dalam keadaan ini, maka Spanyol banyak melahirkan filosof-filosof besar.

Tokoh pertama dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr Muhammad ibn
al-Sayigh (Ibn Bajjah). Ia lahir di Saragosa, lalu pindah ke Sevilla dan Granada. Ia bersifat
etis dan eskatologi dalam masalah yang dikemukakannya seperti al-Farabi dan Ibn Sina.
Magnum opusnya adalah tadbir al-Mutawahhid.Tokoh kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail,
penduduk asli Wadi Asy (sebuah dusun kecil disebelah timur Granada. Karya filsafatnya
yang sangat terkenal adalahHay ibn Yaqzhan.

Abad 12 sampai abad 16, aliran Ibn Rusyd (1126-1198 M) mendominasi lapangan
filsafat di Iberia dan Eropa. Ibn Rusyd dari Cordova ini, dikenal sebagai komentator pikiran-
pikiran Aristoteles sehingga dijuluki Aristoteles II. Ia juga memiliki ciri kehati-hatian dalam
menggeluti masalah-masalah tentang keserasian filsafat dan agama. Sedang al-Kindi terkenal
dengan menggabungkan dalil-dalil Plato dan Aristoteles dengan cara Neo-Platonis.

d. Kedokteran

Ada banyak sumbangan Islam yang sangat menonjol dan telah menjadi dasar
kemajuan Barat dalam ilmu kedokteran. Dokter Islam, al-Kindi (809-873 M), telah menulis
buku Ilmu Mata yang diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi Optics. Selain itu,
terkenal pula ar-Razi (865-925 M) yang oleh orang Barat-Latin disebut Rhazez. Ia
mengarang sebuah buku kedokteran berjudul al-Hawi. Buku tersebut telah diterjemahkan
oleh Faraj bin Salim (seorang tabib Yahudi dari Sicilia) ke dalam bahasa Latin dengan
judulContinens atas perintah Raja Farel dari Anyou. Ia memuat dan merangkum ilmu
ketabiban dari Persi, Yunani dan Hindu, dan hasil-hasil penyelidikan. Ahli kedokteran yang
terkenal pada saat itu antara lain adalah Abu al-Qasim al-Zahrawi. Di Eropa ia dikenal
dengan nama Abulcassis. Beliau adalah seorang ahli bedah terkenal dan menjadi dokter
istana. Ia wafat pada tahun 1013 M. Di antara karyanya yang terkenal adalah al-tasrif terdiri
dari 30 jilid. Selain al-Qasim, terdapat seorang filosuf besar bernama Ibn Rusyd yang juga
ahli dalam bidang kedokteran. Di antara karya besarnya adalah Kulliyat al-
Thib.

Dokter islam lain yang terkenal adalah Ibnu Sina (Avecinna). Ia menulis buku yang
berjudul al-Qonun fit-Thib, diterjemahkan dalam bahasa Latin dengan judul Qonun of
15

Medicine dan menjadi buku pegangan diperguruan-perguruan tinggi selama 30 tahun terakhir
dari abad 15. Buku kedoteran lain Ibn Sina berjudul Materia Medicamemuat kira-kira 760
macam ilmu dipakai pedoman terutama di Barat. Dikatakan oleh William Osler, bahwa
diantara kitab-kitab yang lain, kitab Ibnu Sina lah yang tetap merupakan dasar ilmu ketabiban
untuk masa yang paling lama.

e. Sastra

Lahirnya karya-karya sastra di dorong oleh kemajuan bahasa pada waktu itu. Bahasa
Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol baik oleh
orang-orang Islam maupun non-islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomorduakan
bahasa asli mereka. Mereka juga banyak yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik
keterampilan berbicara maupun tata bahasa. Karya-karya sastra yang banyak bermunculan,
seperti al-‘Iqd al-Faridkarya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirah fi Mahasin Ahl al-Jazirah oleh
Ibn Bassam,kitab al-Qalaid karya al-Fath Ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.

f. Sejarah

Dalam bidang ilmu sejarah ternyata karya-karya ilmu sejarah ternyata juga
memberikan sumbangan dan pengaruh dalam pemikiran-pemikiran sarjana Barat. Ibnu
Khaldun, melalui karya Muqaddimah-nya, dialah yang pertama kali mengemukakan teori
perkembangan sejarah, baik berdasarkan penyelidikan faktor jasmani dan iklim, maupun
kekuatan moral dan ruhani. Sebagai orang yang mencari dan merumuskan hukum kemajuan
dan keruntuhan bangsa, maka Ibnu Khaldun dapat dianggap sebagai pencipta ilmu baru,
karena tak ada penulis Arab maupun Eropa yang mempunyai pandangan sejarah yang sejelas
itu dan mengulasnya secara filsafat. Buku Muqaddimah Ibnu Khaldun menjadi tumpuan studi
para ahli Barat dan ahli-ahli lainnya, dan kebebasan Ibnu Khaldun diakui oleh sejarawan
Toynbee.

G. Membedakan Antara Masa Keamiran dengan Masa Kekhalifahan Serta


Membandingkan Keduanya dari Unsur-unsur Kebudayaan dan Peradaban

1.Masa Keamiran (755-912 M)

Setelah berakhirnya periode pemerintahan para wali, untuk selanjutnya Spanyol


berada di bawah pimpinan para amir (panglima atau gubernur). Pemerintahan Islam yang
16

dipimpin oleh para amir di Spanyol tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam yang saat
itu dipegang oleh para khalifah Abbasiyah di Bagdad.

Amir pertama yang memerintah di Spanyol setelah masa para wali adalah
Abdurrahman I yang diberi gelar ad-Dakhil (yang masuk ke Spanyol). Abdurrahman ad-
Dakhil masuk ke Spanyol pada tahun 755 M. Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang
berhasil lolos dari serangan Bani Abbasiyah yang saat itu telah berhasil menaklukkan
Khilafah Bani Umayyah di Damaskus. Abdurrahman ad-Dakhil berhasil menyingkirkan
Yusuf ibn Abdurrahman Al-Fihri yang menyatakan diri tunduk kepada kekuasaan Bani
Abbasiyah pada tahun 138 H/756 M. Abdurrahman ad-Dakhil memproklamirkan bahwa
Andalusia lepas dari kekuasaan Bani Abbasiyah dan dia memakai gelar amir, bukan
khalifah.11

Kekuasaan yang didirikan oleh Abdrahman ad-Dakhil mampu bertahan selama dua
tiga per empat abad (756-1031). Para penguasa Spanyol pada masa Keamiran adalah:
Abdurrahman ad-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdul Rahman al-Ausath, Muhammad ibn
Abdurrahman, Munzir ibn Muhammad dan Abdullah bin Muhammad. Masa Keamiran di
Spanyol mencapai puncak kejayaannya di bawah pemerintahan amir ke delapan,
Abdurrahman III (912-961) yang merupakan pemimpin terkuat dan orang yang pertama
sekali menyandang gelar khalifah. Abdurrahman III memilih sendiri gelarnya, yaitu Al-
Khalifah An-Nashir li Din Allah (Khalifah penolong agama Allah).12

Pada periode pemerintahan di bawah para amir, Spanyol sudah mulai memperoleh
kemajuan, baik dalam bidang politik maupun dalam bidang peradaban. Abdurrahman ad-
Dakhil pada saat itu mendirikan masjid Cordova dan juga membangun sekolah di beberapa
kota besar di Spanyol. Selain Abdurrahman ad-Dakhil, beberapa amir lainnya juga telah
berhasil membangun peradaban di Spanyol. Hisyam dikenal berjasa dalam menegakkan
hukum Islam di Spanyol. Sementara itu, Hakam dikenal sebagai pembaharu dalam bidang
kemiliteran yang telah memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdul Rahman
al-Ausath dikenal sebagai penguasan yang mencintai ilmu pengetahuan. Pada periode ini,
pemikiran filsafat juga sudah mulai masuk ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di
Spanyol sudah mulai marak.

11 Dedi Supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 115

12 Ibid hlm.116
17

Meskipun demikian, stabilitas negara pada periode pemerintahan para amir juga
sempat terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesyahidan pada
pertengahan abad ke-9. Namun, seluruh gereja Kristen di Spanyol tidak mendukung gerakan
tersebut karena jauh sebelumnya pemerintahan Islam telah mengembangkan kebebasan
beragama di Spanyol.

Gangguan politik paling serius pada masa ini justru datang dari umat Islam sendiri.
Gerakan pemberontak di Toledo pada tahun 825 M telah berhasil membantuk negara kota
yang berlangsung selama 80 tahun. Di samping itu, perseteruan antara orang Arab dan Barbar
juga terus terjadi di Spanyol.13

2.Masa Kekhalifahan (912-1013 M)

Periode ketiga sejarah Islam di Spanyol, dimulai dari pemerintahan Abdurrahman III
sampai dengan munculnya raja-raja kelompok (Muluk Thawaif). Pada periode ini, Spanyol
diperintah oleh penguasa muslim yang menggunakan gelar khalifah. Penggunaan gelar
khalifah ini dipicu oleh kondisi Daulah Bani Abbasiyah di Baghdad yang sedang berada
dalam kemelut dengan terbunuhnya Khalifah Al-Muktadir. Menurut Abdurrahman III,
penggunaan gelar khalifah pada saat itu sudah sangat tepat, setelah gelar khalifah tersebut
hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun. Untuk pertama kalinya, gelar
khalifah bagi penguasa Spanyol digunakan pada tahun 929 M. Ada tiga orang khalifah besar
yang mengendalikan kekuasaan Islam di Spanyol, yaitu Abdurrahman III (912-961 M),
Hakam II (961-976 M) dan Hisyam II (976-1009 M).

Pemerintahan Abdurrahman III dan penerusnya Al-Hakam II, kemudian dilanjutkan


oleh kediktatoran Hajib al-Manshur menandai puncak kejayan muslim di Barat. Sebelum dan
sesudah periode ini, sebagaimana disebut Hitti, Spanyol muslim tidak pernah mampu
menggenggam pengaruh politik sedemikian rupa, baik di Eropa maupun di Afrika. 14.Pada
periode ini, umat Islam di Spanyol berhasil mencapai puncak kejayaan dan mampu
menyaingi kejayaan Daulah Bani Abbasiyah di Baghdad. Pada masa ini masyarakat Spanyol
dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran.

13 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2014), cet. 25, hlm. 96
14 Philip K. Hitti, History of The Arabs, hlm. 668-669
18

H. Periode Muluk Al Thawa-If

Selama masa ini berbagai pangeran setempat dan kelompok etnis berkuasa yang
disebut dengan masa al-Muluk al-Thawaif atau Reyes de Taifas.15.Pada periode
ini,Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil di bawah pemerintahan raja-
raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif, yang berpusat di suatu kota
sepertiSeville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar diantaranya
adalahAbbadiyah di Seville. Pada periode ini umatIslam Spanyol kembali memasuki masa
pertikaian intern. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada diantara pihak-pihak yang
bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan
kekacauan yang menimpa keadaan politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-
orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif penyerangan. Meskipun kehidupan
politik tidak stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-
istana mendorong para sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu
istana ke istana lain.16.Dinasti-dinasti paling penting diantara Muluk al- Thawaif adalah
sebagai berikut:

a. Hammudiyah di Malaga dan Algecirus (400 H – 409 H/ 1010 M – 1019 M)


b. 'Abbadiyyah di Seville (403 H- 484 H/ 1023 M – 1091 M)
c. Ziriyyah di Granada (403 H- 483 H/ 1012 M – 1090 M)
d. Banu Yahya di Neibla (414 H – 443 H/ 1023 M – 1051 M)
e. Banu Muzayn di Silves, Algarve (419 H – 445 H/ 1028 M – 1053 M)
f. Banu Razin di Albarracin, La Sahla (402 H – 500 H/ 1011 M- 1107 M)
g. Banu Qasim di Alpuente (420 H – 485 H/ 1029 M-1092 M)
h. Jahwariyah di Cordova (442 H- 461 H/ 1031 M- 10691 M)
i. Afthanisiyah atau banu Maslam di Badajoz (413 H-487 H/1022 M-1094 M)
j. Dzun Nuniyyah di Toledo (sebelum 419 H- 478 H/ sebelum 1028 M- 1085 M)
k. 'Amiriyah di Valencia (412 H- 469 H/ 1021 M- 1096 M)
l. Banu Shumadihiyyah di Aimeria (430 H- 480 H / 1039 M- 1087 M)
m. Tujibiyyah dan kemudian Hudiyyah di Sarogossa, Lerida, Tudela, Calatayud, Denia dan
Tortosa ( 410 H- 536 H/ 1019 M- 1142 M)
n. Banu Mujahid dan Banu Ghaniyah di Majorca (413 H – 601 H/ 1022 M – 1205 M).

15 C.E. Bosworth, Dinasti-Dinasti Islam , (Bandung : Mizan, 1993) hlm. 35


16 Badri Yatim, Log, Cit. hlm 98
19

Kerajaan-kerajaan kecil yang muncul di Andalusia terbentuk apabila kepimpinan


utama mulai melemah. Lebih tepat, ia terjadi akibat kelemahan pemimpin di kalangan Bani
Umayyah yang menguasai Andalusia setelah Khalifah al-Mustansar Billah (961 – 976M).
karena alasan inilah, Andalusia yang diperintah oleh satu kerajaan, terpecah menjadi banyak
daerah. Pembentukan kerajaan-kerajaan kecil ini terjadi disebabkan karena semangat
kelompok, yaitu untuk mengangkat kaum sendiri. Fenomena ini terjadi setelah pucuk
pimpinan di Cordova menghadapi masalah intern yaitu pertikaian internal malah ada yang
saling menindas untuk merebut kuasa khalifah. Secara tidak langsung, kerajaan–kerajaan
kecil ini muncul pada dekade akhir pemerintahan Bani Umayyah di Andalusia, yaitu kira-
kira sekitar tahun 403 H / 1012 M. Namun bibit– bibit perpecahan awal telah ada atau dapat
dilihat 20 tahun lebih awal yaitu semasa Khalifah Hisham II memegang tampuk
pemerintahan. Perpecahan menjadi nyata setelah Al-Mansur Ibn Abi Amir meninggal dunia
pada tahun 392H/ 1002 M.17

17 Maruwiah Ahmat. Sejarah Bani Umaiyah Di Andalus, (Selangor: Karisma Publication Sdn. Bhd. 2003),
hlm.75
20

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada saat berada di bawah kepemimpinan Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik,
Daulah Bani Umayyah melakukan ekspansi besar-besaran ke Barat. Pada masa pemerintahan
Al-Walid yang berjalan lebih kurang sepuluh tahun, pada tahun 711 M tercatat suatu
ekspedisi militer dari Afrika Utara menuju wilayah Barat Daya benua Eropa. Setelah
menundukkan Aljazair dan Maroko, pemimpin pasukan Islam, Thariq bin Ziyad bersama
pasukannya menyeberangi selat yang memisahkan antara Maroko dengan benua Eropa.
Dalam ekspedisi yang dilakukan oleh pasukan Islam tersebut, tentara Spanyol dapat
dikalahkan oleh pasukan Islam. Ibu Kota Spanyol, Cordova, dengan cepat dapat dikuasai oleh
pasukan Islam. Kemudian disusul oleh kota-kota lain, seperti: Seville, Elvira dan Toledo
yang dijadikan sebagai ibu kota Spanyol yang baru setelah jatuhnya Cordova.Kemenangan
demi kemenangan yang dicapai oleh pasukan Islam di Spanyol tidak terlepas dari dua faktor;
internal dan eksternal. Faktor eksternal adalah suatu kondisi yang terdapat di negeri Spanyol
sendiri. Pada saat pasukan Islam melakukan ekspansi, kondisi sosial, politik dan ekonomi di
Spanyol berada dalam keadaan menyedihkan. Saat itu, penguasa Gothic di Spanyol bersikap
tidak toleran terhadap aliran-aliran agama yang berkembang di Spanyol. Adapun faktor
internal yang menyebabkan kemenangan pasukan Islam di Spanyol adalah suatu kondisi yang
terdapat dalam tubuh penguasa, tokoh-tokoh pejuang dan prajurit Islam yang terlibat dalam
pasukan perang di Spanyol. Para pemimpin pasukan Islam adalah tokoh-tokoh yang kuat,
tentaranya kompak, bersatu dan penuh percaya diri.

Periode pemerintahan Islam pertama di Spanyol berada di bawah pemerintahan para


wali yang diangkat oleh Khalifah Bani Umayyah yang saat itu berpusat di Damaskus. Pada
periode pertama ini, stabilitas politik di Spanyol belum sempurna dan masih terjadi berbagai
gangguan, baik yang datang dari dalam, maupun dari luar. Setelah berakhirnya periode
pemerintahan para wali, untuk selanjutnya Spanyol berada di bawah pimpinan para amir
(panglima atau gubernur). Pemerintahan Islam yang dipimpin oleh para amir di Spanyol tidak
tunduk kepada pusat pemerintahan Islam yang saat itu dipegang oleh para khalifah Abbasiyah
di Bagdad.

Periode ketiga sejarah Islam di Spanyol, dimulai dari pemerintahan Abdurrahman III
sampai dengan munculnya raja-raja kelompok (Muluk Thawaif). Pada periode ini, Spanyol
diperintah oleh penguasa muslim yang menggunakan gelar khalifah. Pada periode ini, umat
21

Islam di Spanyol berhasil mencapai puncak kejayaan dan mampu menyaingi kejayaan Daulah
Bani Abbasiyah di Baghdad. Pada masa ini masyarakat Spanyol dapat menikmati
kesejahteraan dan kemakmuran.

Pada periode selanjutnya, kekuasaan Islam di Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga
puluh kerjaan kecil yang dipimpin oleh raja-raja golongan atau Al-Muluk at-Thawaif.
Pemerintahan ini terpusat di kota-kota tertentu, seperti Seville, Cordova, Toledo dan
sebagainya. Meskipun kondisi politik tidak stabil, namun pada masa Muluk at-Thawaif ini
kehidupan intelektual terus mengalami perkembangan.

B. Saran
Kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka sangat
mengharapkan kritikan yang dapat mendukung untuk lebih baiknya di masa yang akan
datang. Kami juga menyarankan kepada pembaca, agar membaca buku-buku yang berkaitan
dengan Sejarah Peradaban Islam terutama islam di Andalusia dan buku-buku yang telah
banyak ditulis oleh para ulama dan peneliti sejarah berkaitan dengan islam di Andaluisa.
Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan dan perlindungan, semoga makalah ini
bermanfaat bagi penulis dan pembaca sekalian.

Anda mungkin juga menyukai