Disusun Oleh:
1. Ahmad Zidni Al-Mubarok (20116903)
2. Alifia Nisa Salsabila (20116904)
3. Andika Catur Maulana (20116905)
4. Siti Mutaharoh (20116934)
Kelas PAI 6 C
1
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Alloh SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Relasi Tuhan Dengan Manusia” ini tepat
waktu.
Tidak lupa kami mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun
pikirannya, untuk kedepannya dapat memperbaiki makalah agar lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehidupan di dunia ini tidak terlepas dari keberadaan lingkungan
yang cakupannya sangat luas. Mulai dari semua benda yang hidup maupun
yang tidak hidup serta kondisi apapun yang ada dalam ruang yang manusia
tempati adalah lingkungan. Keberadaan lingkungan ini bisa dikatakan
sangat penting. Bahkan dalam agama Islam juga membahas terkait
lingkungan hidup yang dibuktikan dengan diturunkannya beberapa ayat
ayat Al-Qur’an oleh Allah SWT.
Bentuk kasih Tuhan pada semesta adalah realita yang tak dapat
terbantahkan karena sebelum tuhan menciptakan manusia, tuhan juga telah
memikirkan dan memahami keberlangsungan hidup manusia kelak
didalam alam kehidupan. Tentu saja, manusia akan membutuhkan alam/
lingkungan, lingkungan pun akan membutuhkan manusia. Keduanya
saling bergantung dan membentuk hubungan simbiosis mutualisme antara
manusia dengan alam. Manusia mempengaruhi lingkungan hidup begitu
juga sebaliknya.
Alam diciptakan untuk kepentingan manusia, betapa banyak
manfaat yang dapat manusia ambil dari alam. Tidak ada sesuatu pun yang
diciptakan Allah SWT sia-sia. Allah SWT adalah pencipta lingkungan
hidup, yang tentunya dalam menciptakannya berdasarkan sebab dan tujuan
yang jelas, serta dengan berbagai hikmah yang akan didapatkan oleh para
makhluknya. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan membahas terkait
relasi atau hubungan antara Allah sebagai tuhan dengan lingkungan.
B. Rumusan Masalah
Dilatarbelakangi dari hal diatas, dapat diambil beberapa rumusan
masalah yang akan dibahas, diantaranya :
1. Apa yang dimaksud dengan lingkungan hidup?
2. Apa hikmah Allah menciptakan lingkungan bagi manusia?
4
3. Bagaimana relasi Allah dengan lingkungan hidup?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, berikut ini adalah tujuan dari
penulisan makalah yaitu:
1. Mendeskripsikan pengertian lingkungan hidup.
2. Memahami hikmah Allah menciptakan lingkungan bagi manusia.
3. Mengetahui relasi Allah dengan lingkungan hidup.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1
KBBI Online. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/relasi. Diakses 6 Maret 2023, pukul 15:52 WIB
2
Ara Hidayat. Pendidikan Islam dan Lingkungan Hidup: Jurnal Pendidikan Islam. Vol 4 no 2,
2015. Hal, 374
3
Mamluatun Nafisah, Tesis: “Al-Quran dan Konversi Lingkungan” (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatulloh), hal. 35
4
KBBI Online, https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/lingkungan, diakses pada 2 Maret 2023, pukul
10:52 WIB
5
Siaahaan, Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. (Jakarta: Penerbit Erlangga: 2014) hal.
4-5
6
Pembangunan, bahwa lingkungan hidup adalah semua benda, daya, dan
kondisi yang terdapat dalam suatu tempat atau ruang tempat manusia atau
makhluk hidup berada dan dapat mempengaruhi hidupnya.6 Dengan
demikian lingkungan merupakan sebuah tempat atau lingkup dimana
manusia hidup, baik makhluk hidup (biotik), seperti manusia, hewan, dan
tumbuhan, maupun makhluk tidak hidup (abiotik), seperti alam.
Sedangkan dalam perspektif Islam penciptaan alam semesta
(lingkungan) dengan semua elemen yang ada didalamnya merupakan salah
satu tanda kekuasaan Allah Swt. Dalam Al-Qurán, pengertian lingkungan
diperkenalkan dengan berbagai macam arti, yaitu al-álamin (berkonotasi
seluruh spesies dan manusia), as-sama’ (alam jagad raya, ruang udara, dan
ruang angkasa), al-ard (ekosistem bumi dan lingkungan hidup) dan al-
biáh (ruang kehidupan).7 Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa,
makna lingkungan hidup menurut Al-Qurán adalah lingkungan dalam arti
luas yakni meliputi planet bumi, ruang angkasa, dan angkasa luar. Artinya,
dalam Al-Qurán lingkungan dipahami bukan hanya meliputi lingkungan
hidup manusia saja, melainkan lingkungan mencakup seluruh spesies, baik
yang ada di ruang bumi maupun di ruang angkasa luar.
6
Ibid. hal, 4
7
Mamluatun Nafisah, Tesis: “Al-Quran dan Konversi Lingkungan” (Jakarta: UIN Syarif
Hidayatulloh), hal. 57
7
hatinya dipenuhi kesombongan dan hawa nafsu akan dibutakan dalam
melihat kebesaran dan keagungan Allah SWT.
Relasi yang terkait dengan tiga aspek, yakni antara manusia,
lingkungan alam dan Tuhan, dikenal dengan istilah ekosufisme.
Ekosufisme sendiri diambil dari dua kata, yakni eko yang berasal dari kata
ekologi, dan sufisme yang berarti ilmu tentang nilai-nilai dan jalan
kedekatan manusia dengan Tuhannya. Jadi, ekosufisme dapat diartikan
sebagai ilmu tentang relasi nilai antara Tuhan, manusia, dan lingkungan
dalam satu kesatuan wujud. Dengan demikian, kerangka berpikir tentang
penelitian ini dijabarkan dalam bagan berikut:
8
menjaga rumah-Nya, dan merawat semua titipannya. Upaya yang harus
dilakukan dengan ber-uzlah, memiliki mahabbah, wara’, zuhud, dan
syukur. Dengan demikian manusia akan memiliki karakter yang sederhana,
tidak rakus, cinta pada alam, dan menjadikan alam sebagai sarana untuk
bersyukur atas apa yang Allah amanahkan kepada manusia sebagai
khalifah di muka bumi. 8
Alam sebagai tanda kebesaran Allah senantiasa dapat di
optimalisasikan sebagai bahan renungan “ta’amul” dan pelajaran “i’tibar”,
sehingga seseorang dapat sampai dan mendapatkan kebijaksanaan
illahiyah “al-hikmah al-ilahiyah”. Allah berfirman:
8
Uup Gufron. Manusia, Alam, dan Tuhan dalam Ekosufisme Al-Ghazali: JAQFI: jurnal aqidah
dan filsafat islam,vol. 7 no. 1, 2022. Hal. 20
9
ض فِى ِستَّ ِة َأي ٍَّام َو َكانَ َعرْ ُشهۥُ َعلَى ْٱل َمٓا ِء لِيَ ْبلُ َو ُك ْم َأيُّ ُك ْم َ ْت َوٱَأْلر َ ََوه َُو ٱلَّ ِذى خَ ل
ِ ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو
ت لَيَقُولَ َّن ٱلَّ ِذينَ َكفَر ُٓو ۟ا ِإ ْن ٰهَ َذٓا ِإاَّل
ِ َْأحْ َسنُ َع َماًل ۗ َولَِئن قُ ْلتَ ِإنَّ ُكم َّم ْبعُوثُونَ ِم ۢن بَ ْع ِد ْٱل َمو
ٌ ِِسحْ ٌر ُّمب
ين
Artinya: “
“Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan
adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji
siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata
(kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan
sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak
lain hanyalah sihir yang nyata". Q.S Hud ayat 7.
ِ ْض فِى ِستَّ ِة َأي ٍَّام ثُ َّم ٱ ْست ََو ٰى َعلَى ْٱل َعر
ۖش َ ْت َوٱَأْلر َ َِإ َّن َربَّ ُك ُم ٱهَّلل ُ ٱلَّ ِذى َخل
ِ ق ٱل َّس ٰ َم ٰ َو
َيع ِإاَّل ِم ۢن بَ ْع ِد ِإ ْذنِِۦه ۚ ٰ َذلِ ُك ُم ٱهَّلل ُ َربُّ ُك ْم فَٱ ْعبُدُوهُ ۚ َأفَاَل تَ َذ َّكرُون ٍ ِيُ َدبِّ ُر ٱَأْل ْم َر ۖ َما ِمن َشف
Artinya:
“Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah Yang menciptakan langit dan
bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk
mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at
kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian itulah Allah, Tuhan
kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil
pelajaran? QS. Yunus ayat 3.
_ٰٓ ض َج ِميعًا ثُ َّم ٱ ْست ََو
ٍ ى ِإلَى ٱل َّس َمٓا ِء فَ َس َّو ٰىه َُّن َس ْب َع َس ٰ َم ٰ َو
ۚت ِ ْق لَ ُكم َّما فِى ٱَأْلر
َ َه َُو ٱلَّ ِذى َخل
َوه َُو بِ ُك ِّل َش ْى ٍء َعلِي ٌم
Artinya:
“Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan
Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit.
Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” QS. Al Baqarah ayat 29.
10
Artinya:
“Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit dan apa yang di
bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)
bagi kaum yang berfikir.” QS Al.Jaatsiyah ayat 13.
11
demikian menjaganya dari kerusakan adalah suatu keharusan. Dari semua
perintah dan larangan Allah SWT yang ada dalam Islam, salah satunya
yaitu termasuk perintah dan larangan mengenai sikap manusia terhadap
lingkungan hidup, yang dalam hal ini juga menunjukkan suatu relasi antara
Allah dengan lingkungan. Suatu perintah untuk menjaga lingkungan yang
telah diciptakan-Nya.
Perintah tersebut dituangkan dalam beberapa ayat-ayat Al Qur’an
yang berkaitan dengan lingkungan. Salah satunya perintah Allah SWT
mengenai etika manusia terhadap lingkungan hidup disampaikan dalam
beberapa firman-Nya. Antara lain:
1. QS. Al-A’raf ayat 56:
َض بَ ْع َد ِإصْ ٰلَ ِحهَا َوٱ ْدعُوهُ َخوْ فًا َوطَ َم ًعا_ ۚ ِإ َّن َرحْ َمتَ ٱهَّلل ِ قَ ِريبٌ ِّمن ۟
ِ َْواَل تُ ْف ِسدُوا فِى ٱَأْلر
َْٱل ُمحْ ِسنِين
Artinya:
“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan dimuka bumi setelah
(diciptakan) dengan baik. Berdoalah kepada-NYA dengan rasa takut
dan penuh harap. Sesungguhnya rahmat Allah sangat dekat dengan
orang yang berbuat kebaikan”
2. QS. Al-A’raf ayat 58:
َ ُُث اَل يَ ْخ ُر ُج ِإاَّل نَ ِكدًا ۚ َك ٰ َذلِكَ ن
ُصرِّ ف َ َو ْٱلبَلَ ُد ٱلطَّيِّبُ يَ ْخ ُر ُج نَبَاتُ ۥهُ بِِإ ْذ ِن َربِِّۦه ۖ َوٱلَّ ِذى َخب
ِ َٱلْ َءا ٰي
َت لِقَوْ ٍم يَ ْش ُكرُون
Artinya:
“Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan
izin Tuhan, dan tanah yang memburuk, tanaman-tanamannya tumbuh
merana. Demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang tanda-tanda
(Kebesaran Kami) bagi orang yang bersyukur.”
3. QS. Al-Qashash ayat 77:
َك ِمنَ ٱل ُّد ْنيَا ۖ َوَأحْ ِسن َك َمٓا َأحْ َسن َ ََصيب َ اخ َرةَ ۖ َواَل ت
ِ َنس ن ِ ك ٱهَّلل ُ ٱل َّدا َر ٱلْ َء
َ َوٱ ْبت َِغ فِي َمٓا َءاتَ ٰى
َض ۖ ِإ َّن ٱهَّلل َ اَل ي ُِحبُّ ْٱل ُم ْف ِس ِدين
ِ ْك ۖ َواَل تَب ِْغ ْٱلفَ َسا َد فِى ٱَأْلر َ ٱهَّلل ُ ِإلَ ْي
12
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada
orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan
janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”
4. QS. Al-Baqarah ayat 205:
ث َوٱلنَّ ْس َل ۗ َوٱهَّلل ُ اَل ي ُِحبُّ ْٱلفَ َسا َد
َ ْك ْٱل َحر ِ َْوِإ َذا تَ َولَّ ٰى َس َع ٰى فِى ٱَأْلر
َ ِض لِيُ ْف ِس َد فِيهَا َويُ ْهل
Artinya:
“Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk
mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanam-tanaman dan
binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan”
10
Muhammad Ali. Pelestarian Lingkungan Menurut Perspektif Hadis Nabi SAW: Jurnal Tafsere.
Vol 3 No 1, 2015. Hal. 83-84.
13
sebagainya), disinlah “Darimana manusia ini memenuhi hawa nafsunya?”
Salah satunya saja timbul rasa lapar berarti butuh makan, makanan berasal
darimana? Maka Allah menciptakan pula lingkungan hidup yang begitu
kaya jenisnya mulai dari tanaman, hewan, air, dll agar manusia ciptaan
Allah ini bisa memenuhi hawa nafsunya dengan benda dan cara yang baik
agar manusia bisa bertahan hidup.
Lingkungan hidup yang memiliki begitu banyak kandungan zat.
Lingkungan hidup dari yang besar hingga sekecil apapun itu sengaja
diciptakan Allah SWT untuk memenuhi kebutuhan manusia di bumi. Jika
lingkungan hidup tidak dirawat dengan baik dan manusia justru
merusaknya maka aktivitas itu berarti sama saja dengan memutus
kehidupan (manusia) dirinya sendiri. Dengan begitulah Allah yang dalam
agama Islam memberikan perintah untuk menjaga lingkungan, serta hal
inilah yang menjadi dasar dari hubungan antara Tuhan dengan lingkungan.
14
kebijaksanaan dan kesempurnaan dari Allah dalam menciptakan segala
sesuatu dengan seimbang dan harmonis. Alam semesta juga menunjukkan
adanya tatanan dan aturan yang berlaku, sehingga manusia dapat
memahami dan menghargai kebijaksanaan Allah dalam menciptakan
segala sesuatu. Dalam Islam, manusia diamanahkan sebagai khalifah di
bumi, yang bertanggung jawab untuk memelihara dan menjaga lingkungan
serta sumber daya alam yang telah diberikan Allah. Oleh karena itu, tujuan
Allah menciptakan alam semesta juga adalah untuk mengajarkan manusia
untuk menjalankan tugas dan tanggung jawabnya sebagai khalifah yang
bertanggung jawab atas bumi dan segala isinya yaitu menjaga dan
memelihara lingkungan hidup agar tetap seimbang, lestari, dan dapat
memberikan manfaat bagi manusia serta makhluk hidup lainnya.
15
udara, tanah, dan berbagai jenis tumbuhan dan hewan yang
dimanfaatkan sebagai makanan, obat-obatan, dan bahan bangunan.
4. Memberikan keindahan dan kesejukan
Tuhan menciptakan lingkungan dengan keindahan dan kesejukan
yang memberikan ketenangan dan kenyamanan bagi manusia.
Pemandangan alam yang indah, seperti gunung, pantai, hutan, dan
sungai, memberikan hiburan dan kepuasan bagi manusia.
5. Menyediakan peluang bisnis dan pekerjaan
Lingkungan juga memberikan peluang bisnis dan pekerjaan bagi
manusia, seperti pariwisata, pertanian, perikanan, dan sektor
industri yang memanfaatkan sumber daya alam.
6. Menyediakan pembelajaran dan pengetahuan
Lingkungan juga menyediakan pembelajaran dan pengetahuan bagi
manusia untuk memahami cara kerja alam dan memanfaatkan
sumber daya alam secara berkelanjutan.
Dari hikmah-hikmah tersebut, manusia haruslah menjadi penjaga
yang baik bagi lingkungan yang telah diciptakan oleh Tuhan. Dengan
memelihara dan menjaga lingkungan dengan baik, maka manusia dapat
memperoleh manfaat dari lingkungan yang sehat dan lestari."
16
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Lingkungan hidup dalam pandangan Islam tidak terlepas dari
proses penciptaan Allah yang tidak secara kebetulan. Kejadian alam
semesta yang sistematik mengarahkan manusia agar mampu menghayati
wujud, keesaan, dan kebesaran Allah. Selain itu, penciptaan lingkungan
hidup oleh Allah sangat dipastikan mempunyai tujuan dan hikmah yang
dapat kita ambil dan kita pelajari.
Sebagai bentuk relasi tuhan dengan lingkungan dibahas melalui
beberapa ayat yang Allah SWT turunkan, antara lain QS. Al-Anam ayat
73, QS. Shaad ayat 27, Q.S Hud ayat 7, QS. Yunus ayat 3, QS. Al Baqarah
ayat 29, QS. Al-Baqarah ayat 205, QS Al.Jaatsiyah ayat 13, QS. Al Furqan
ayat 2, QS. Al-A’raf ayat 56, QS. Al-A’raf ayat 58, dan QS. Al-Qashash
ayat 77.
17
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. (2015). Pelestarian Lingkungan Menurut Perspektif Hadis Nabi SAW.
Jurnal Tafsere, 83-84
Gufron, U. (2022). Manusia, Alam, dan Tuhan dalam Ekosufisme Al-Ghazali.
JAQFI: Jurnal Aqidah dan Filsafat Islam. 20
Hidayat, A. (2015). Pendidikan Islam dan Lingkungan Hidup. Jurnal Pendidikan
Islam, 374.
MUI, M. L. (1997). Islam dan Lingkungan Hidup. Jakarta: Yayasan Swarna
Bhumy.
Munji, A. (2015). Tauhid dan Etika Lingkungan: Telaah Atas Pemikiran Ibn
Arabi. Jurnal Theologia, 521.
Nafisah, M. (2017). Al-Quran dan Konversi Lingkungan. (Thesis, UIN Syarif
Hidayatullah).
Siahaan. (2014). Hukum Lingkungan dan Ekologi Pembangunan. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
KBBI Online https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/lingkungan, Diakses pada 2
Maret 2023, Pukul 10:52 WIB
KBBI Online. https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/relasi. Diakses pada 6 Maret
2023, Pukul 15:52 WIB
18