Kelas PAI 3 C
Disusun Oleh:
1. Hilmi (20116917)
2. Malika Khusna (20116922)
3. Muftihatun Nashihah (20116923)
4. Rif’atun Nafida (20116927)
A. LATAR BELAKANG
Belajar merupakan proses yang sangat kompleks yang terjadi dalam diri setiap
individu. Terjadinya proses belajar sangat sulit untuk diketahui secara pasti. Namun
demikian, dapat diketahui melalui gejala-gejala psikologi yang tampak dan terukur
yang menyertainya sebagai manifestasi adanya aktivitas belajar. Gejala-gejala
psikologi pada siswa sebagai perwujudan proses dan hasil proses belajar terwujud
dalam bentuk tingkah laku baik yang dapat teramati secara langsung atau maupun tidak
langsung. Proses belajar merupakan aktivitas yang melibatkan berbagai unsur dan
komponen psikologis siswa yang sangat kompleks sehingga terdapat macam bentuk
gejala-gejala psikologis sebagai dasar dalam pembentukan pengetahuan baru selama
proses belajar siswa.
Gejala-gejala psikologis tersebut merupakan gejala-gejala psikologis yang
menerangkan dan menjelaskan bagaimana proses belajar dapat terjadi pada siswa, dan
juga memengaruhi proses belajar tersebut, baik memperepat ataupun menghambat
proses belajar siswa. Pengetahuan tentang bentuk-bentuk gejala-gejala psikologis siswa
selama proses belajar sangat penting untuk dipahami oleh guru. Hal ini disebabkan guru
bertanggung jawab penh terhadap pelaksanaan proses pembelajaran dan keberhasilan
proses pembelajaran tersebut didalam kelas. Oleh sebab itu, penjelasan tentang bentuk-
bentuk gejala psikologis dalam proses belajar dan pembelajaran akan dibahas dalam
pokok bahasan berikut yang meliputi memori, berfikir, intelejensi, emosi, dan
motivasi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Jelaskan Pengertian jiwa
2. Jelaskan Gejala-gejala kejiwaan : Memori, Berfikir, Inteligensi, Emosi, dan
Motivasi
C. TUJUAN
1. Mahasiswa mampu menjelaskan Pengertian jiwa
2. Mahasiswa mampu menjelaskan Gejala-gejala kejiwaan : Memori, Berfikir,
Inteligensi, Emosi, dan Motivasi
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Jiwa
“Psikologi” berasal dari perkataan Yunani “psyche” yang artinya jiwa, dan “logos”
yang artinya ilmu pengetahuan. Jadi secara etimologi (menurut ahli kata) psikologi
artinya ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik mengenai macam-macam gejalanya,
prosesnya, maupun latar belakangnya. Dengan singkat disebut ilmu jiwa.
Sedang jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi
penggerak dan pengatur bagi sekalian perbuatan pribadi (personal behavior) dari hewan
tingkat tinggi dan manusia. Perbuatan pribadi ialah perbuatan sebagai hasil proses
belajar yang dimungkinkan oleh keadaan jasmani, rohaniah, sosial, dan lingkungan.
Proses belajar ialah proses untuk meningkatkan kepribadian (personality) dengan jalan
berusaha mendapatkan pengertian baru, nilai-nilai baru, dan kecakapan baru, sehingga
ia dapat berbuat yang lebih sukses dalam menghadapi kontradiksi-kontradiksi dalam
hidup. Jadi, jiwa mengandung pengertian-pengertian, nilai-nilai kebudayaan, dan
kecakapan.
Bila dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain seperti : ilmu pasti, ilmu alam, dan lain-
lain, maka ilmu jiwa dapat dikatakan sebagai ilmu pengetahuan yang serba kurang
tegas, sebab ilmu ini mengalami perubahan, tumbuh, berkembang untuk mencapai
kesempurnaan. Namun demikian, ilmu ini sudah merupakan cabang ilmu pengetahuan.
Karena sifatnya yang abstrak, maka kita tidak dapat mengetahui jiwa secara wajar,
melainkan kita hanya dapat mengenal gejalanya saja. Jiwa adalah sesuatu yang tidak
tampak, tidak dapat dilihat oleh alat diri kita. Demikian pula hakikat jiwa, tidak seorang
pun dapat mengetahuinya. Manusia dapat mengetahui jiwa seseorang hanya dengan
tingkah lakunya. Jadi dari tingkah laku itulah orang dapat mengetahui jiwa seseorang.
Tingkah laku itu merupakan kenyataan jiwa yang dapat kita hayati dari luar.
Pernyataan jiwa itu kita namakan gejala jiwa, diantaranya mengamati, menanggapi,
mengingat, memikir, dan sebagainya. Dari situlah orang kemudian membuat definisi :
ilmu jiwa yaitu ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia.
B. Gejala-gejala Kejiwaan
1. Memori atau Ingatan
A. Konsep Dasar Ingatan atau Memori
Memori pada dasarnya merupakan individu dalam menyimpan suatu
informasi atau pengetahuan dan mengeluarkannya kembali pada saat
dibutuhkan. Memori atau ingatan merupakan aktivitas yang dilakukan
individu dalam bentuk kecakapan-kecakapan untuk menerima, menyimpan,
dan mereproduksi kembali kesan-kesan atau pengetahuan sebagai hasil belajar
dan pengalaman (Suryabrata, 2011 : 44). Menurut Atkinson dkk. dalam
Sugihartono dkk. (2007 : 10), secara umum para ahli memandang bahwa
memori bekerja dalam tiga tahapan atau proses, yaitu memasukkan pesan
dalam ingatan, menyimpan pesan yang sudah masuk dalam ingatan atau
storage, dan memunculkan kembali informasi tersebut atau retrieval.
Adapun penjelasannya sebagai berikut.
a. Proses encoding
Proses encoding merupakan tahap awal memori melalui aktivitas
pengkodean, yaitu mengubah sifat-sifat informasi hasil pengamatan ke
dalam bentuk yang sesuai dengan perangkat memori individu. Misalnya,
mengubah hasil pengamatan dari penglihatan, pendengaran, dan perabaan
menjadi simbol-simbol atau gelombang-gelombang listrik dan kimiawi
bagaimana proses kerja otak yang menggunakan proses kimiawi dan
elektrik. Proses memasukkan informasi juga sering disebut dengan istilah
encoding, learning, dan mencamkan.
b. Proses storage
Storage atau retensi pada dasarnya merupakan proses mengendapkan atau
penyimpanan sebuah informasi atau pengetahuan dalam suatu tempat
tertentu sesuai dengan kategori-kategori tertentu di dalam otak. Proses
storage, lama tidaknya atau interval tersimpan, berhubungan erat dengan
tingkat retensi atau kuat lemahnya memori tersebut dimunculkan kembali.
Interval dalam storage terdiri atas lama interval dan isi interval. Lama
interval berhubungan dengan berapa lama waktu yang dibutuhkan antara
waktu penyimpanan dengan waktu pengeluaran. Semakin lama interval,
akan semakin lemah untuk dimunculkan sehingga semakin mudah lupa dan
susah untuk dimunculkan kembali. Isi interval berkaitan dengan selama
tenggang waktu interval sebuah memori tentang sesuatu apakah ada
aktivitas-aktivitas storage lain yang memungkinkan akan mengacaukan
memori sebelumnya. Oleh sebab itu, semakin banyak isi interval baru yang
masuk, akan semakin susah dan lemah memori yang tersimpan untuk
diingat.
c. Proses retrieval
Proses ini pada dasarnya merupakan proses memunculkan atau memanggil
kembali informasi atau memori yang telah tersimpan dalam otak pada saat
dibutuhkan. Proses retrieval dibedakan menjadi recall dan recognize.
Recognize merupakan usaha memunculkan kembali sebuah informasi yang
tersimpan dalam otak dengan menggunakan bantuan stimulus atau
informasi yang telah tersedia. Sementara itu, recall merupakan usaha
memunculkan kembali informasi yang tersimpan dalam otak tanpa
menggunakan bantuan stimulus tertentu. Pemanfaatan dan aplikasi sistem
recognize misalnya bentuk-bentuk ujian dengan tipe pilihan ganda,
sedangkan recall menggunakan tipe-tipe soal essay.
2. Berfikir
A. Konsep Dasar Berpikir
Berfikir bagi siswa hakikatnya merupakan kemampuan siswa untuk
menyeleksi dan menganalisis bahkan mengkritik pengetahuan yang ia
peroleh. Berfikir juga tidak lepas dari usaha mengadakan penyesuaian
pemahaman atas informasi baru dengan informasi yang sudah dimilikinya
sebagai sebuah pengetahuan.
Pengertian berfikir menurut Solso dalam Sugihartono dkk. (2007:13)
merupakan proses yang menghasilkan representasi mental yang baru
melalui transformasi informasi yang melibatkan interaksi yang kompleks
antara berbagai proses mental, seperti penilaian, abstraksi, penalaran,
imajinasi dan pemecahan masalah. Berdasarkan pengertian pengertian
tersebut, hamper sama mengatakan bahwa berfikir merupakan sebuah
proses dan aktifitas sehingga individu atau siswa bersifat aktif.
Menurut Wasti Soemanto (2006:31-32), pada dasarnya aktivitas atau
kegiatan berfikir merupakan sebuah proses yang kompleks dan dinamis.
Proses dinamis dalam berfikir mencakup 3 tahapan, yaitu proses
pembentukan pengertian, proses pembentukan pendapat dan proses
pembentukan keputusan. Atas dasar pendapat tersebut, proses berfikir
merupakan aktifitas memahami sesuatu atau memecahkan suatu masalah
melalui proses pemahaman terhadap sesuatu atau inti masalah yang sedang
dihadapi dan factor factor lainnya. Pada proses menentukan pendapat dalam
bentuk membentukan hubungan atar sesuatu atau masalah tersebut menjadi
sebuah konsep tentang bagaimana individu memandang suatu atau masalah
yang dihadapi.pada tahap pembentuk atau mengambil keputusan dilakukan
atas dasar pemahaman dan pendapatnya yang telah terbentuk selama proses
dan tahapan tahapan berfikir sebelumnya.
Pada umumnya berfikir hanya dilakukan oleh orang orang yang sedang
mengalami sebuah problem atau permasalahan, baik dalam bentuk soal
ujian, kehilangan sesuatu, pengambilan keputusan, dan sebagainya. Dengan
demikian, pada dasarnya proses berfikir pada seseorang muncul sebagai
usaha untuk memecahkan permasalahan yang sedang dihadapinya. Dengan
kata lain berfikir merupakan proses mental yang bertujuan untuk
memecahkan suatu permasalahan yang sedang dihadapi individu berfikir
sebagai sebuah proses psikologi untuk memecahkan masalah terjadi pada
ranah kognitif dengan melibatkan beberapa proses mental yang kompleks
dengan harapan dapat menghasilkan sebuah solusi atau sebuah persoalan
yang sedang dihadapinya. Oleh sebab itu, setiap keputusan yang diambil
oleh seseorang individu merupakan hasil kegiatan berfikir yang selanjutnya
akan mengarahkan dan mengendalikan tingkah laku individu tersebut. Atas
dasar itu, Wasty Soemanto (2006:33), menjelaskan bahwa pikiran dan
proses berfikir sangat menentukan perubahan perilaku pada individu dan
mengembangkan potensi kepribadian lainya.
B. Macam-Macam Berpikir
Proses berfikir yang terjadi pada siswa merupakan sebuah hal yang
sulit untuk diamati dan diteliti. Namun demikian, semua ahli Pendidikan
menyimpulkan bahwa proses berpikir memang ada dan terjadi pada
individu. Berkaitan dengan ini, proses bagaimana terjadinya berfikir masih
sulit untuk dilakukan. Sugihartono dkk (2007:13), menjelaskan bahwa ada
dua jenis acara berfikir pada individu, yaitu berfikir otak kanan dan kiri.
Sementara crow & crow dalam Sri Rumini dkk (2006:8-10), menyebutkan
ada dua jenis berfikir pada individu, yaitu berfikir reflektif dan berfikir
kreatif, apapun jenis dan konsep berfikir yang digunakan , secara umum
semuanya dilakukan dalam kerangka menemukan sebuah pemahaman akan
sebuah permasalahn dan menemukan sebuah solusi dan menemukan solusi
atas permasalahan tersebut,
a. Berpikir Otak Kanan dan Otak Kiri
Proses berfikir akan tersampainya memory dan pengetahuan
seseorang terjadi didalam otak. Otak manusia dibagi menjadi dua
bagian atau yang disebut sebagai hemisfer, yaitu hemisfer kana atau
otak kiri atau otak belahan kiri. Adanya berbedaan letak tiap bagian
otak tersebut ternyata memiliki perbedaan pula terhadap cara kerja,
ranah kerja, dan karakteristik kerjanya. Karakteristik khas dan system
kerja otak kiri secara umum adalah melakukan proses berfikir secara
runtun atau berurutan, mencoba memahami sesuatu dari detail ke
global, membimbing untuk membaca berdasarkan fonetika yang
berupa kata kata,symbol dan huruf, focus kerjanya adalah pada
internal individua atau pengetahuan yang telah dimiliki dan
informasinya bersifat factual.
Berbeda dengan otak kiri, otak kanan bekerja secara acak,
memahami sesuatu dari global ke detail, membaca dengan cara
menyeluruh, lebih focus pada bentuk gambar dan grafik, proses
belajar diawali dengan melihat dahulu atau mengalami yang
kemudian terjadi proses belajar alamiah dan spontan yang lebih focus
pada eksternal. DePorter dalam Sugiharto dkk. (2007:14),
menjelaskna bahwa karakteristik berfikir otak kiri bersifat logis,
sekuensional, linier, dan rasional. Cara berfikirnya sesuai dengan
tugas tugas teratur, ekpresi verbal, menulis, membaca, asosiasi
auditorial, menempatkan detail dan fakta, fonetik dan simbolisme.
Sementara karakteristik otak kanan lebih bersifat acak, tidak teratur,
intuitif dan holistic. Otak kanan banyak terlibat dalam perasaan,
emosi, kesadaran perasaan, kesadaran ruang atau spasial, bentuk,
pola, music,seni, kepekaan warna, kreativitas dan visualisasi.
Masing masing bagian otak memiliki bagian dan fungsi yang
berbeda dalam proses belajar.menurut DePorter dalam Sugihartono
dkk (2007:14), dalam proses kerjanya stimulasi pada otak kiri atau
kanan saja kurang sempurna tanpa rangsangan pada bagian lainya.
Hal ini berdampak pada proses pembelajaran tidak akan berjalan
secara maksimal apabila proses pembelajaran hanya siswa juga tidak
akan maksimal apabila proses pembelajaran hanya mengaktifkan
hanya satu belahan otak saja, dengan demikian, proses pembelajaaran
diharapkan mampu mengstimulasi kedua belah otak secara
bersamaan sesuai dengan karateristiknya masing masing dengan kata
lain, proses pembelajaran mengaktifkan kedua beelah otak secara
seimbang agar proses pembelajaran dapat berjalan dan berhasil
mencapai tujuannya dengan lebih baik.
2. Berpikir Kreatif
Menurut Chandra dalam Sugihartono dkk. (2007:14), istilah
kreativitas merujuk pada sebuah bentuk kemampuan mental yang
khas pada seseorang untuk melahirkan dan pengungkapan sesuatu
yang unik, berbeda dari hal-hal pada umumnya, orisinil, indah, baru,
efisien, tepat sasaran dan tepat guna titik. Dengan demikian, orang
yang kreatif dalam berpikir akan mampu memandang sesuatu hal
yang sama dari sudut pandang yang berbeda dari pandangan orang
pada umumnya. Kaitannya dengan kreativitas dalam berpikir, pada
umumnya melibatkan proses berpikir yang kompleks. Proses
berpikir orang-orang kreatif tidak memandang suatu stimulasi
seperti bagaimana orang secara umum, tetapi mampu melihat dari
sisi dan sudut pandang yang berbeda. Proses berakhir seperti ini
disebut juga dengan proses berpikir divergen atau menyebar.
Proses berpikir kreatif pada seseorang atau siswa akan dapat
diceritakan dan dapat dilihat dari hasilnya. Menurut Sri rumini dkk
(2006:10), ciri khusus dari pasar berpikir kreatif adalah hasil atau
produk berpikir yang orisinil dan prosedur berpikir yang dilakukan
dengan cara-cara cara baru yang tidak dapat di kira-kira
sebelumnya. Tahap-tahap dalam berpikir kreatif sebagai berikut.
a. Tahap persiapan, ketika bahan-bahan atau pengetahuan
dikumpulkan dan disusun terus-menerus dalam memori
individu. misalnya, siswa memahami prinsip pemanfaatan
udara pada kapal selam mengapa bola pingpong dapat
mengembang, mengapa kapal tanker bisa tenggelam dan
sebagainya.
b. Tahap inkubasi, yaitu ketika atas dasar bahan-bahan yang
terkumpul lama kemudian memunculkan aspek-aspek
pernyataan yang berbeda dan kreatif, tetapi masih samar-samar.
misalnya, bagaimana mengangkat sebuah kapal tanker yang
tenggelam menggunakan alat yang sederhana atau
memanfaatkan prinsip keseimbangan komposisi udara dan air
dalam kapal selam.
c. Tahap Insightl pemahaman, yaitu ketika pemahaman dan
penemuan hal yang berbeda dan terjadi sangat tiba-tiba,
misalnya, mengapa tidak mengangkat sebuah kepentingan
tenggelam dengan mengisi ruang kapal menggunakan bola
pingpong sebanyak-banyaknya.
1. Intelegensi
Istilah inteligensia memiliki arti yang sama dengan kecerdasan. Namun
demikian, banyak ahli yang bersepakat bahwa sulit untuk mendefinisikan
kecerdasan atau inteligensia secara akurat dan tepat serta disepakati oleh para
praktisi kecerdasan. Meskipun demikian, dibalik banyaknya perbedaan konsep
dasar kecerdasan, pemahaman guru terhadap konsep inteligensia sangat penting
untuk menunjang proses pembelajaran yang efektif bagi siswa.
B. Macam-Macam Motivasi
Motivasi yang dimiliki oleh individu biasanya lebih dari satu macam.
Dalam proses belajar, ada siswa yang belajar karena memang menyukai mata
pelajarannya dan ada juga yang termotivasi untuk mendapat prestasi yang tinggi
sehingga dapat melanjutkan ke sekolah favorit. Menurut Sri Rumini dkk
(2006:12), motivasi dapat dibedakan berdasarkan bagaimana motivasi tersebut
muncul, sumber, dan isi motivasi tersebut.
a. Motivasi berdasarkan kemunculannya
Motivasi berdasarkan kemunculan atau terbentuknya, dibedakan menjadi
motivasi bawaan dan motivasi yang dipelajari. Motivasi bawaan merupakan
jenis motivasi yang memang ada dan dibawa oleh individu sejak lahir tanpa
dipelajari, misalnya motivasi dalam bentuk dorongan untuk mencari makan,
tidur, dan sebagainya. sementara jenis motivasi yang dipelajari merupakan
motivasi yang timbul karena dipelajari dari lingkungannya, misalnya
motivasi dalam bentuk dorongan untuk berteman, dorongan menabung untuk
membeli sesuatudan sebagainya. Dengan demikian, motivasi bawaan
merupakan sebuah insting yang secara alamiah akan dilakukan oleh seorang
individu, sedangkan motivasi yang dipelajari merupakan motivasi yang
muncul sebagai bentuk meniru dari kondisi dan tuntutan lingkungannya.
b. Motivasi berdasarkan sumbernya
Motivasi berdasarkan sumbernya deibedakan menjadi motivasi ekstrinsik
dan motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang terjadi
karena adanya pengaruh dari luar siswa, misalnya belajar berenang karena
ada tuntutan harus bisa berenang, bermain game online karena pengaruh
pergaulan agar tidak dianggap ketinggalan zaman, dan lain sebagainya.
sementara motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang terjadi dan muncul
dari dalam diri siswa itu sendiri, misalnya belajar berenang karena memang
tertarik dan membutuhkannya. Berdasarkan dua motivasi tersebut, maka
penting bagi guru dan orangtua dalam menjada motivasi siswa dalam belajar
dengan memberi dorongan dan sikap positif kepada siswa.
Menurut Vallerand dan reid (2009:174), meningkatnya motivasi instrinsik
pada seseorang berbanding lurus dengan pemberian umpan balik dari
lingkungan. Artinya umpsn balik yang positif dari lingkungan seperti pujian,
motivasi, penghargaan dan lain-lain tampa adanya cemoohan dan hukuman
dalam proses belajar akan menumbuhkan mtovasi siswa. Begitu pula
sebaliknya jika nila sering terjadi umpan negatifdari lingkungan seperti
hukuman dan sanksi maka akan menurunkan motivasi instrinsik pada siswa
dalam belajar. Dengan dimikian, penggunakan hukuman pada siswa pada
dasarnya tidak terlalu memberikan pengaruh pada perubahan sikap dan
perilaku siswa dalam belajar.
c. Motivasi berdasarkan isinya
Motivasi berdasarkan isinya dibedakan menjadi motivasi jasmaniah dan
motivasi ruhaniah. Motivasi jasmaniah terdiri dari refleks, insting, nafsu, dan
hasrat terhadap hal-hal yang bersifat jasmani seperti insting mencari makan,
istirahat, menjauhi ancaman, dan sebagainya yang memang dimiliki manusia.
Sementara motivasi ruhaniah, misalnya adalah kemauan. Kemauan atau
kehendak hanya dimiliki oleh manusia sehingga keberhasilan seseorang
dalam mencapai tujuan tergantung pada kuat tidaknya kemauannya. Oleh
sebab itu, kemauan yang kuat akan memicu usaha yang lebih keras dan tidak
putus asa dalam mencapai tujuannya
A. Kesimpulan
Jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak, yang menjadi penggerak dan
pengatur bagi sekalian perbuatan pribadi (personal behavior) dari hewan tingkat tinggi
dan manusia. Perbuatan pribadi ialah perbuatan sebagai hasil proses belajar yang
dimungkinkan oleh keadaan jasmani, rohaniah, sosial, dan lingkungan. Proses belajar
ialah proses untuk meningkatkan kepribadian (personality) dengan jalan berusaha
mendapatkan pengertian baru, nilai-nilai baru, dan kecakapan baru, sehingga ia dapat
berbuat yang lebih sukses dalam menghadapi kontradiksi-kontradiksi dalam hidup.
Jadi, jiwa mengandung pengertian-pengertian, nilai-nilai kebudayaan, dan kecakapan.
Karena sifatnya yang abstrak, maka kita tidak dapat mengetahui jiwa secara wajar,
melainkan kita hanya dapat mengenal gejalanya saja. Bentuk-bentuk gejala psikologis
dalam proses belajar dan pembelajaran meliputi memori atau ingatan, berfikir,
intelejensi atau kecerdasan, emosi, dan motivasi.
DAFTAR PUSTAKA