Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PERADABAN ISLAM MODERN DI ASIA TENGGARA


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah: Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu: Tahrir Rosadi, M. Pd.

Kelas PAI 3 C
Kelompok 4
Disusun Oleh:
1. Elda Ajizatul Agustina (20116912)
2. Malika Khusna (20116922)
3. Titi Apriliani (20116937)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDLATUL ULAMA (IAINU) KEBUMEN
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Sejarah Islam Asia Tenggara
ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah Peradaban Islam Modern yang diampu oleh Bapak Tahrir Rosadi, M.Pd. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Sejarah Islam Asia Tenggara bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Tahrir Rosadi, M.Pd. selaku dosen mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam Modern.yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni..

Kami menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Kebumen, 12 Oktober 2021

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Asia Tenggara adalah tempat tinggal bagi penduduk Muslim terbesar di dunia.
Islam merupakan agama mayoritas di Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam. Selain
itu, minoritas Muslim dapat ditemukan di Burma (Myanmar), Singapura, Filipina,
Thailand dan Vietnam. Secara geografis, kawasan Asia Tenggara merupakan tempat yang
unik dan menarik bagi perkembangan agama-agama dunia, sehingga hampir seluruh
agama terutama agama besar pernah singgah dan mendapat pengaruh di beberapa tempat
di kawasan ini, termasuk agama Islam. Bahkan tidak berlebihan bila dikatakan bahwa
penduduk Muslim terbesar ada di kawasan Asia Tenggara.

Meskipun jauh dari negara asal agama Islam, namun penduduk yang menganut
agama Islam di Indonesia sangatlah besar, yaitu sekitar 12,9% dari total Muslim dunia.
Masuknya Islam di Asia Tenggara melalui beberapa cara atau proses yang dikumpulkan
dalam teori-teori kedatangan Islam di Nusantara. Banyak sejarawan berpendapat Islam
masuk ke Asia Tenggara melalui suatu proses damai. Prosesnya juga nisbi berlangsung
selama berabad-abad dan berjalan secara gradual, serta tidak berlangsung secara
bersamaan di wilayah kepulauan tersebut. Penyebaran Islam di kawasan ini hampir
terjadi tanpa pergolakan politik atau bukan melalui ekspansi pembebasan yang
melibatkan kekuatan militer, atau juga tidak melalui pemaksaan struktur kekuasaan dan
norma-norma masyarakat dari luar terhadap masyarakat setempat.

Islam masuk di Asia Tenggara melalui jalur perdagangan, perkawinan, dakwah,


dan pembauran masyarakat Muslim Arab, Persia, dan India dengan masyarakat pribumi.
Kesimpulan akan watak sejarah masuknya Islam di kawasan ini diakui oleh banyak
pengamat, di antaranya, ialah Thomas W Arnold. Dalam buku klasiknya The Preaching
of Islam, Arnold mengatakan bahwa penyebaran dan perkembangan historis Islam di Asia
Tenggara berlangsung secara damai.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja teori tentang Islam di Asia tenggara
2. Bagaimana kedatangan bangsa barat di Asia
3. Bagaimana kedatangan Islam di Asia tenggara
4. Apa saja dinamika Islam di negara Asia tenggara
5. Bagaimana kebangkitan Islam di Asia tenggara
6. Apa saja watak dan karakteristik Islam di Asia tenggara?

C. Tujuan
1. Mengetahui teori kedatangan Islam di Asia Tenggara.
2. Mengetahui kedatangan bangsa barat di Asia.
3. Mengetahui kedatangan Islam di Asia Tenggara.
4. Mengetahui dinamika Islam di negara Asia Tenggara.
5. Mengetahui kebangkitan Islam di Asia Tenggara.
6. Mengetahui watak dan karakteristik Islam di Asia Tenggara.
BAB II
PEMBAHASAN

1. Teori Kedatangan Islam di Asia Tenggara


a. Teori Gujarat
Teori ini mengatakan bahwa Islam yang berkembang di Nusantara bukan berasal
dari Persia atau Arabia, melainkan dari orang-orang Atab yang telah bermigrasi dan
memetap di wilayah India dan kemudian membawanya ke Nusantara. Teori ini
dikemukakan oleh sejumlah sarjana Belanda, antara lain Pijnappel, Snouck
Hurgronje dan Moquette. Teori gujarat ini mendasarkan pendapatnya melalui teori
madzhab dan teori nisan. Menurut teori ini, ditemukan adanya persamaan madzhab
yang dianut oleh umat Islam Nusantara dengan umat Islam di Gujarat. Madzhab yang
dianut oleh kedua komunitas Muslim ini adalah Madzhab Syafi’i. Ditemukannya
model nisan pada makam-makan baik di Pasai, Semenanjung Malasa dan di Gresik,
yang bentuk dan modelnya sama dengan yang ada di Gujarat. Karena bukti-bukti itu,
mereka memastikan Islam yang berkembang di Nusantara pastilah berasal dari sana.
b. Toeri Bengal
Toeri ini mengatakan bahwa Islam Nusantara berasal dari Bengal. Teori ini
dikemukakan oleh S.Q. Fatimi. Teori Bengalnya Fatimi ini juga didasarkan pada
teori nisan. Menurut Fatimi, model dan bentuk nisan Malik al-Shalih, raja Pasai,
berbeda sepenuhnya dengan batu nisan yang terdapat di Gujarat. Bentuk dan model
batu nisan itu justru mirip dengan batu nisan yang ada di Bengal. Teori nisan Fatimi
ini kemudian menjadi lemah dengan diajukannya teori mazhab. Mengikuti teori
mazhab, ternyata terdapat perbedaan mazhab yang dianut oleh umat Islam. Bengal
yang bermazhab Hanafi, sementara umat Islam Nusantara menganut mazhab Syafi’i.
c. Teori Colomandel dan Malabar
Teori ini dikemukakan oleh Marrison dengan mendasarkan pada pendapat yang
dipegangi oleh Thomas W. Arnold. Teori Coromandel dan Malabar mengatakan
bahwa Islam yang berkembang di Nusantara berasal dari Coromandel dan Malabar
juga menggunakan penyimpulan atas dasar teori madzhab. Madzhab yang dianut
oleh umat Islam Coromandel dan Malabar dengan Nusantara adalah madzhab
Syafi’i. Menurut marinson, ketika terjadi islamisasi Pasai tahun 1292, Gujarat masih
merupakan kerajaan Hindu. Sehingga tidakmungkin kalau asal muasal penyebaran
Islam berasal dari Gujarat.
d. Teori Arabia
Teori arabia masih menurut Thomas W. Anold, Coromandel dan Malabar bukan
satu-satunya tempatasal Islam dibawa. Ia mengatatakan bahwa para pedagang Arab
juga menyebarkan Islam ketika mereka dominan dalam perdagangan Barat-Timur
sejak awal-awal abad Hijriyah atau abad ke-7 dan 8 Masehi. Hal ini didasarkan
sumber-sumber Cina yang mengatkan bahwa menjelang akhir abad ke-7 seorang
pedagang Arab menjadi pemimpin sebuah pemukiman Arab-Muslim di pesisir pantai
Barat Sumatera.
e. Teori Persia
Teori ini juga mndasarkan pada teori madzhab. Ditemukan adanya peninggalan
madzhab keagamaan di Sumatera dan Jawa yang bercorak Syiah. Adanya dua orang
ulama fiqh yang dekat dengan Sultan yang memiliki keturunan Persia. Seorang
berasal dari Shiraz dan seorang lagi berasal dari Isfahan.
f. Teori Mesir
Teori ini dikemukakan oleh Kazier, yang juga mendasarkan pada teori madzhab,
dengan mengatakan bahwa adanya persamaan madzhab yang dianut oleh penduduk
Mesir dan Nusantara, yaitu bermadzhab Syafi’i. Teori Arab-Mesir ini juga dikuatkan
oleh Niemann dan de Hollander. Tetapi keduanya memberikan revisi, bahwa bukan
Mesir sebagai sumber Islam Nusantara, melainkan Hadramaut. Sementara itu dalam
seminar yang diselenggarakan tahun 1969 dan 1978 tentang kedatanga. Islam ke
Nusantara menyimpulkan bahwa Islam langsung datang dari Arabia, tidak melalui
dan dari India.

Mengenai siapa yang menyebarkan agama Islam ke wilayah Nusantara, Azyumardi Azra
mempertimbangkan tiga teori :

a. Teori Da’i
Penyebar Islam adalah para guru dan penyebar profesional (para Da’i).
Mereka secara khusus memiliki missi untuk menyebarkan agama Islam.
Kemungkinan ini didasarkan pada riwayat-riwayat yang dikemukakan
historiografi Islam klasik, seperti misalnya Hikayat Raja-raja Pasai (ditulis setelah
1350), Sejarah Melayu (ditulis setelah 1500) dan Hikayat Merong
Mahawangsa(ditulis setelah 1630).
b. Toeri Pedagang
Islam disebarkan oleh para pedagang. Para pedagang Muslim
menyebarkan Islam sambil melakukan usaga perdagangan. Pra pedagang muslim
tersebut melakukan perkawinan dengan wanita setempat dimana mereka
bermukin dan menetap. Sebagian edagang ini menikah dengan keluarga
bangsawan lokal yang dalam perkembangannya memberikan kemungkinan untuk
mengakses pada kekuasaan politik yang dapat dipakai untuk menyebarkan Islam.
c. Teori Sufi
A.H. Johns mengatkan bahwa para sufi pengembara yang terutama
melakukan penyiaran Islam di kawasan Nusantara. Para sufi ini telah berhasil
mengislamkan jumlah besar penduduk Nusantara setidaknya sejak abad ke-13.
Faktor utama keberhasilan para guru sufi adalah pada kemampuannya menyajikan
Islam dalam kemasan yang atraktif, khususnya dengan menekankan kesesuaian
Islam dengan kepercayaan dan praktik keagamaan lokal.

2. Kedatangan Bangsa Barat di Asia.


Bangsa barat yang mula pertama datang di Asia tenggara adalah Spanyol dan
Portugis menyusul kemudian Belanda. Kedatangan mereka di nusantara dipermudah oleh
kondisi waktu itu terutama adanya keracunan kekuasaan di nusantara dan pertentangan di
antara kerajaan-kerajaan kecil yang saling berebut hegemoni. Pertentangan inilah yang
dimanfaatkan Spanyol dan Portugis. Dengan dalih bersekutu mereka mengadu domba
antara kerajaan-kerajaan kecil tersebut untuk saling bermusuhan. Hubungan antara raja-
raja Nusantara dengan bangsa Portugis pada umumnya ditandai dengan sikap
bermusuhan, meskipun ada faktor-faktor yang menyebabkan hubungan persahabatan
seperti halnya aliansi dengan raja-raja yang belum masuk Islam, di antara kerajaan
kerajaan Melayu ada yang mencari dukungan Portugis, kedatangan bangsa barat lain juga
mendorong hubungan baik dengan bangsa Portugis.
Di Sumatera perlawanan terhadap Portugis dilakukan oleh Sultan Mahmud yang
mengungsi ke Pahang dan tinggal di muar dan pulau bintang. Aliansi lingga dan Portugis
berhasil merebut bintang dari Sultan Mahmud pada 1525 masehi dan terpaksa Sultan
harus mengungsi ke Johor. Serangan terhadap Portugis dilanjutkan Sultan Alaudin
pengganti Sultan Mahmud.dan mendapat bantuan dari paham dan petani. Selain sikap
permusuhan terhadap Portugis ternyata ada juga sikap bersahabat di antara masyarakat
Asia tenggara persahabatan ini terjalin lebih karena adanya perdagangan seperti kontak
yang dilakukan Portugis dengan pasai pedir Aceh dan Barus. Disamping itu persekutuan
dilakukan karena ingin aneksasi wilayah lain seperti yang terjadi pada kesultanan Aceh
Portugis dan Johor. Hal ini terjadi karena masing-masing kerajaan ingin merebut
hegemoni politik di kawasan selat Malaka dan dengan adanya perebutan hegemoni
tersebut maka yang terjadi adalah keuntungan dipihak Portugis karena setiap bantuan
yang diberikan Portugis sangat berharga.
Sikap menolak dan memusuhi bangsa barat sebagai penjajah baik ekonomi ataupun
politik terus berlanjut hingga datangnya bangsa barat yang lain di Asia tenggara. Pada
proses perkembangannya wilayah nusantara atau Asia tenggara di pecah-pecah dan
dibagi-bagi sebagai wilayah jajahan bangsa barat seperti Spanyol Inggris dan Belanda
hingga tercapainya kemerdekaan oleh masing-masing wilayah atau negara. Penolakan
dan permusuhan ini terjadi karena keberadaan kaum penjajah yang lebih banyak
berdampak negatif.

3. Kedatangan Islam di Asia Tenggara.


Kedatangan Islam bisa dibuktikan dengan melihat peninggalan sejarah seperti
prasati, batu bertulis, batu nisan, dan lain-lain. Kedatangan Islam di suatu tempat tidak
selalu berarti bahwa masyarakat setempat telah menganut Islam. Konversi Islam suatu
masyarakat. Islam masuk ke Asia Tenggara melalui suatu proses damai yang berlangsung
selama berabad-abad. Penyebaran Islam di kawasan ini terjadi tanpa pergolakan politik
atau bukan melalui ekspansi pembebasan yang melibatkan kekuatan militer, pergolakan
politik atau pemaksaan struktur kekuasaan dan norma-norma masyarakat dari luar negeri.
Melainkan Islam masuk melalui jalur perdagangan, perkawinan, dakwah dan pembauran
masyarakat Muslim Arab, Persia dan India dengan masyarakat pribumi. Watak Islam
seperti itu diakui banyak pengamat atau “orientalis” lainnya di masa lalu, di antaranya,
Thomas W. Arnold. Dalam buku klasiknya, The Preaching of Islam, Arnold
menyimpulkan bahwa penyebaran dan perkembangan historis Islam di Asia Tenggara
berlangsung secara damai.
Masuknya Islam ke berbagai wilayah di Asia Tenggara tidak berada dalam satu
waktu yang bersamaan, melainkan berlangsung selama berabad-abad, dan tidak merata di
seluruh tempat. Kondisi wilayah-wilayah di Asia Tenggara pada saat itupun berada dalam
situasi politik dan kondisi sosial budaya yang berbeda-beda. Misalnya, pada paruh kedua
abad ke-13 M, para penguasa di Sumatera Utara (di Aceh yang sekarang ini) sudah
menganut Islam. Pada saat yang samahegemoni politik di Jawa Timur masih di tangan
raja-raja beragama Syiwa dan Budha di Kediri dan Singasari. Ibu kota Majapahit, yang
pada abad ke-14 sangat penting, pada waktu itu belum berdiri.

4. Dinamika Islam di Negara Asia Tenggara.


a. Indonesia
Menurut Thomas Walker Arnold, sulit untuk menentukan bilakah masa tepatnya
Islam masuk ke Indonesia. Hanya saja, sejak abad ke-2 Sebelum Masehi orang-orang
Ceylon (Srilangka) telah berdagang dan masuk abad pertama Hijriyah atau ke-7
Masehi, orang Ceylon (Srilangka) mengalami kemajuan pesat dalam hal perdagangan
dengan orang Cina. Hinggalah, pada pertengahan abad ke-8 orang Arab telah sampai
ke Kanton (Tiongkok Selatan) . Waktu Jaman masuknya Islam di Nusantara sudah
berlangsung sejak Pertama Hijriyah atau abad ke-7 Masehi. Namun, perkembangan
dakwah baru betul dimulai kala abad ke-12 dan 13. Artinya dakwah di Nusantara
sudah merentang selama beberapa abad di masa-masa awal Penyebaran.
Mengenai tempat asal kedatangan Islam yang menyentuh Indonesia, di kalangan
para sejarawan terdapat beberapa pendapat. 
 Ahmad Mansur Suryanegara
1. Teori Gujarat. Islam dipercayai datang dari wilayah Gujarat – India melalui
peran para pedagang India muslim pada sekitar abad ke-13 M.
2. Teori Makkah. Islam dipercaya tiba di Indonesia langsung dari Timur
Tengah melalui jasa para pedagang Arab muslim sekitar abad ke-7 M.
3. Teori Persia. Islam tiba di Indonesia melalui peran para pedagang
asal Persia yang dalam perjalanannya singgah ke Gujarat sebelum ke nusantara
sekitar abad ke-13 M. Mereka berargumen akan fakta bahwa banyaknya
ungkapan dan kata-kata Persia dalam hikayat-hikayat Melayu, Aceh, dan
bahkan juga Jawa. Selain itu pula, temuan Marco Polo juga menyatakan
sebagai dampak interaksi orang-orang Perlak di Sumatra Utara, mereka telah
mengenal Islam. Selama masa-masa ini, dinyatakan oleh Van Leur dan
Schrieke, bahwa penyebaran Islam lebih terbantu lewat faktor-faktor politik
alih-alih karena niaga.
 AH Johns dan SQ Fatimi
Penyebaran Islam bertumpu pada imam-imam Sufi yang cakap dalam soal
kebatinan, dan bersedia menggunakan unsur-unsur kebudayaan pra Islam dan
mengisinya kembali dengan semangat yang lebih Islami.

Untuk menjelaskan bagaimana metode penyebaran Islam di Indonesia, Arnold


mengutip catatan yang dikutip dari C. Semper bahwa para pedagang Muslim
menggunakan bahasa dan adat istiadat orang tempatan. Setelah mengadakan
pernikahan dengan orang setempat, pembebasan budak, maka ia mengadakan
perserikatan dan tak lupa tetap memelihara hubungan persahabatan dengan golongan
aristokrat yang juga telah mendukung kebebasannya. Para pedagang ini, tidaklah
datang sebagai penyerang, tidak pula memakai pedang, ataupun memakai kelas atas
guna menekan kawula-kawula rakyat. Namun dakwah dilakukan dengan kecerdasan,
dan harta perdagangan yang mereka punya lebih mereka utamakan untuk modal
dakwah.

Adapun metode penyebaran islam di Indonesia, juga sebagian besar dipengaruhi


oleh kerajaan-kerajaan zaman kerajaan di Indonesia. Kerajaan islam pertama di
Indonesia ialah Kerajaan Samudra Pasai yang berlokasi di Aceh. Beberapa kerajaan
islam tertua di tanah air yang menjadi bukti jejak peninggalan islam dan masih bisa
disaksikan hingga hari ini diantaranya ialah Kerajaan Perlak, Kerajaan Ternate,
Kerajaan Samudra Pasai, Kerajaan Gowa, Kerajaan Malaka, Kerajaan Islam Cirebon,
Kerajaan Demak, Kerajaan Islam Banten, Kerajaan Pajang, dan Kerajaan Mataram
Islam.
b. Malaysia
Tidak adanya dokumen yang lengkap mengenai kedatangan Islam ke Malaysia
menyebabkan munculnya berbagai teori tentang kapan dan dari mana Islam pertama
kali menyebar di negara ini. Azmi misalnya, berpendapat bahwa Islam datang pertama
kali ke Malaysia sejak abad ke-7 M. Pendapatnya ini berdasarkan pada sebuah
argument bahwa pada pertengahan abad tersebut, pedagang Arab Islam sudah sampai
ke gugusan pulau-pulau Melayu, di mana Malaysia secara geografis tidak dapat
dipisahkan darinya. Para pedagang Arab Muslim yang singgah di pelabuhan dagang
Indonesia pada paruh ketiga abad tersebut, menurut Azmi, tentu juga singgah di
pelabuhan-pelabuhan dagang di Malaysia.
Di Malaysia, penduduknya terdiri dari beragam etnis dan agama. Sensus nasional
tahun 2000 mencatat etnis Melayu berjumlah 65,1% dari seluruh jumlah penduduk.
Sisanya terdiri dari 26% Cina; kira-kira 6.9 persen India; dan 2 persen lain-lain. Bicara
soal agama, Islam merupakan agama mayoritas di negeri jiran tersebut. Bila dilihat
dari jumlah Muslimnya dan dibandingkan dengan jumlah Muslim di Indonesia,
Muslim di Indonesia jauh lebih banyak begitu juga persentasenya dibanding penganut
agama lain. Namun demikian, dalam masyarakat yang beragam etnis dan agama
seperti di Malaysia dimana jumlah Muslimnya hanya separuh lebih sedikit dari seluruh
jumlah penduduk, citra dan nuansa Islam sangatlah kuat dan kentara.

c. Singapura
Singapura adalah suatu negara yang berbentuk Republik sejak 9 Agustus 1965.
sebelum menjadi Republik, Singapura merupakan bagian dari kerajaan Malaya.
Singapura merupakan kepulauan yang dipisahkan oleh Selat Johor dari Malaysia, ibu
kota Singapura adalah Singapura, penduduknya terdiri dari 80 % Cina dan yang lain
Melayu. Yahudi, Pakistan, Arab, Benggali, dan peranakan Eropa. Agama yang dipeluk
penduduknya adalah agama Tao, Islam, Hindu dan Kristen.
Di Singapura terdapat suatu mahkamah Islam yang disebut dengan Mahkamah
Syariah. Mahkamah ini bertugas untuk mengurusi dan memutuskan segala sesuatu yang
berkaitan dengan kegiatan Islam, antara lain tentang zakat, wakaf, nikah, dll. Organisasi
yang lain adalah PERDAUS (Persatuan Pelajar-pelajar Agama Dewasa). Organisasi ini
menyelenggarakan pendidkan luar sekolah seperti kursus ketrampilan atau semacam
kursus dakwah. Lewat dakwah ini angka perceraian dari tahun ke tahun semakin
menurun karena pernah diadakan kursus bagi umat Islam yang akan menjalani
perkawinan. Organisasi Islam yang lain dapat dikemukakan misalnya MENDAKI, di
dirikan pada tahun 1981 oleh 9 anggota Parlemen Muslim Melayu. Tujuannya adalah
meningkatkan status sosial ekonomi masyarakat muslim yang lemah dan kurang
terdidik.

d. Brunei Darussalam
Brunei Darussalam adalah sebuah negara kecil yang makmur di bagian utara
Pulau Borneo/Kalimantan dan berbatasan dengan negara Malaysia. Brunei memiliki
ukuran wilayah yang tidak begitu luas. Mayoritas penduduknya adalah Melayu,
sebagian lainnya adalah pendatang seperti Cina. Pemerintah tidak menerbitkan data
lengkap tentang penganut agama, namun satu sumber menyebutkan bahwa 67,2 %
penduduknya Muslim296; 13% Budha, 10% Kristen; dan 10% lainnya menganut
keyakinan lainnya. Sekitar 20% penduduk adalah etnis Cina, dimana diperkirakan
sebagian di antaranya menganut Kristen (Anglikan, Katolik dan Methodists) dan
sebagian lainnya menganut agama Budha. Juga terdapat sejumlah tenaga kerja yang
berasal dari Australi, Inggris, Filipina, Indonesia, dan Malaysia yang menganut Islam,
Kristen dan Hindu. 297 Sebagai tempat ibadah, di Brunei terdapat 101 mesjid, 7 buah
gereja, sejumlah kelenteng Cina dan 2 buah candi.
Negara kaya yang menumpukan perekonomiannya pada sektor minyak bumi dan
gas ini, menerapkan system politik monarki absolut, dimana keluarga raja bertindak
selaku pemegang kepemimpinan kerajaan.
Islam menjadi agama resmi Negara Brunei Darussalam, karena itu mendapat
perlindungan dari negara. Pemerintah juga sangat mendukung perkembangan dan
kemajuan Islam, dimana Sultan Brunei menjadi kepala agama di tingkat negara.
Pemberlakuan kebijakan di bidang agama dan lain-lain sangat dimungkinkan karena
system politik tradisional yang diterapkan Brunei serta tidak adanya demokrasi politik.
Brunei juga terkenal sangat selektif dan berhati-hati terhadap pengaruh dari luar,
sehingga mendukung dan menjaga kemapanan tradisi masyarakat feodal yang
diterapkan. Sebagian besar Muslim di negara ini adalah Sunni yang menganut mazhab
Syafi’i.
Islam diperkirakan telah datang ke Brunei sejak abad ke-15. Catatan Portugis oleh
de Brito tahun 1514, menyatakan bahwa raja Brunei masih belum masuk Islam tetapi
para pedagangnya sudah Muslim. Laporan lain menyebutkan ketika Pegaffeta
mendarat di pantai Brunei tahun 1521, ia telah melihat adanya kota dengan penduduk
yang padat. Sultan tinggal di sebuah pemukiman yang dikelilingi benteng. Pendatang
disambut dengan upacara kebesaran. Walaupun memberikan dukungan kepada
Muslim, tetapi raja Awang Alak Betatar baru memeluk Islam pada masa kemudian dan
diberi gelar Sultan Muhammad Shah (1363-1402). Dialah sultan Brunei pertama dan
penguasa Brunei saat ini merupakan keturunannya. Secara tradisional, sultan
bertanggung jawab terhadap penegakan tradisi Islam, meski tanggung jawab tersebut
biasanya secara resmi didelegasikan kepada pejabat yang ditunjuk.

e. Thailand
Agama Islam datang di Thailand pada abad 10 M, dibawa oleh pedagang-
pedagang Arab dan Hindustan. Umat Islam Thailand bertempat tinggal di Bangkok
Noi (Bangkok kecil) dengan izin raja, karena mereka tidak suka hidup bersama
penduduk asli yang masih memelihara babi. Bangsa Thailand menyebut umat Islam
Khek Islam. Di Bangkok Noi, umat Islam mendirikan masjid agung yang pertama kali
di Thailand. Pengikut umat Islam pada umumnya keturunan dari saudagar-saudagar
Arab dan Hindustan dalam perkawinannya dengan putri penduduk asli Thailand. Anak
keturunan mereka pada akhirnya sebagai penerus perjuangan agama Islam di Thailand.
Thailand merupakan negara yang berbentuk kenegaraan konstitusional dengan ibu
kotanya Bangkok agama penduduk negeri ini adalah Buda Islam dan Kristen.
Penduduk yang serta agama Islam diperkirakan lebih kurang 10% dari 73 propinsi di
Thailand. Umat Islam mendiami wilayah bagian selatan yaitu Pattani, Yallah,
Marathiwat dan Satu. Pada daerah ini umat Islam berjumlah sekitar 80%. Daerah ini
merupakan daerah yang subur dan banyak menghasilkan tambang.
Masyarakat Islam Pattani pada umumnya adalah keturunan bangsa melayu yang
taat beragama. Sayangnya pemerintah Thailand yang Budhisme sejak dahulu sampai
sekarang kurang memperhatikan nasib umat Islam. Mereka dituduh sebagai sparatis
muslim sehingga pemerintah Thailand selalu memburu mereka. Umat di bawah
pemerintahan Budhisme benar-benar mengalami nasib yang memprihatinkan. Dari
segi pendidikan mereka sangat terbelakang, karena mereka hanya di beri kesempatan
mengenyam pendidikan sampai ketingak SLTA saja. Selebihnya jika mereka ingin
meneruskan pelajaran agama, harus berusdaha sendiri keluar negri misalnya kenegri-
negri timur tengah.
Pendidikan agama pada umumnya diselenggarakan di pondok. Orang Muslim
Pattani yang belajar agama di timur tengah setelah kembali ke daerahnya, mereka
mendirikan pondok-pondok dalam sistem pendidikan dan bangunan ada yang masih
kuno dan modern. Mereka mempunyai 26 Majelis Ulama’ Islam. Majelis ini bertugas
untuk mengurus segala sesuatu tentang umat Islam Pattani.

f. Filipina
Islam masuk di Filipina sejak tahun 1360 melalui Malaysia dan Indonesia di
bagian selatan, tengah, dan utara Filipina. Jelasnya setelah mundurnya Majapahit,
yang dibawa oleh muballigh Brunei dan Johor Malaysia.

Berdasarkan berita Sulu, agama islam masuk di pulau Sulu dibawa oleh Syarif Al-
Makhdum, seorang mubaligh Arab, pada tahun 1380M, lalu dilanjutkan oleh Syarif
Abu Bakar sebagai mubaligh keliling. Demi kelangsungan perjuangan umat Islam di
masa mendatang, Syarif Abu Bakar mendirikan sebuah kerajaan Islam di bawah
pimpinan Muhammad kebungsuan. Ia sebagai sultan mindanau, namun belum lama
berdiri, datanglah bangsa Portugis ke Filipina yang dipimpin oleh Villa Jobos dengan
membawa ajaran Nasrani tahun 1543 M di samping ingin mengeruk kekayaan dengan
menguasai ekonomi dan perdagangan negara yang di jajah dan mendapat perlawanan
dari putera Muhammad Kebungsuan yang bernama Syarif Makaalang.
Tidak lama pada tahun 1565 Negara Spanyol menjajah Filiphina dengan misi
yang sama yang dipimpin oleh Legazpi. Karena kekuatan Islam yang sangat besar
dengan berdirinya kesultanan Buayan, Sulu dan Maquindanau, spanyol mendapatkan 2
perlawanan hebat dari Filiphina. Tahun 1891 Negara Amerika Serikat menjajah
dibawah pimpinan Commodore Dedey yang berhasil menghancurkan angkatan laut
Spanyol di Manila. Pemaksaan untuk membuka tanah orang filiphina selatan yang
hanya untuk kepentingan orang Katholik sangat ditentang keras oleh orang Islam.
Dalam analisa terakhir, kedudukan kaum minoritas muslim di Filiphina dan
Thailand merupakan kedudukan yang tak menyenangkan karena berada di antara palu
gerakan sparatis yang penuh semangat yang didukung oleh gerilya, dan landasan
persatuan nasional. Landasan ini akan bertambah jauh lebih lama di banding
hantaman-hantaman palu itu dan bagi manusia yang terperangkap di tengah-
tengahnya, penderitaan ini mengerikan. Gerakan-gerakan kaum muslim dan non
muslim berhasil mencapai kesepakatan dalam kontek persatuan nasional.
g. Myanmar
Myanmar merupakan negara mayoritas Budha.Terdapat 90 % dari total penduduk yang
berjumlah 55.400.000 orang yang menganut agama Budha di negara ini. Sedangkan Muslim
hanya berjumlah 1.889.000 jiwa, atau sekitar 3,8 % dari seluruh jumlah penduduk.
Populasi Muslim yang ada di Myanmar saat ini terdiri dari keturunan Arab, Persia, Turki,
Moor, Pakistan dan Melayu. Selain itu, beberapa warga Myanmar juga menganut agama Islam
seperti dari etnis Rohingya dan Shan. Myanmar (dulu Burma) pada awalnya terbagi menjadi
beberapa kerajaan. Hal ini menimbulkan beberapa versi mengenai kedatangan Islam
khususnya di dua daerah bagian di Burma yakni, Pagan (Bagan) dan Arakan. Untuk
mengetahui islamisasi di Myanmar perlu melihat pada proses islamisasi di kedua daerah
tersebut.
Arakan sejak dahulu telah banyak dipadati oleh para pedagang Arab. Muslim Arab datang
pertama kali pada abad ke-7 melalui jalur perdagangan. Pada waktu itu rempah-rempah,
katun, batu mulia, barang tambang, dan komuditas lainnya merupakan barang-barang yang
sangat dibutuhkan oleh masyarakat Timur Tengah dan Eropa. Melalui hubungan dagang
tersebut, mereka mulai memperkenalkan dan menyebarkan Islam. Pengetahuan mereka
tentang navigasi, ilmu garis lintang, dan garis bujur, fenomena astronomi, dan geografi
negaranegara telah membuat mereka tak tertandingi dalam hal berdagang di Samudera Hindia
selama beberapa abad.
Generasi awal Muslim yang datang ke Delta Sungai Ayeyarwady Burma, yang terletak di
pantai Tanintharyi dan di Rakhine bermula pada abad ke 9, sebelum pendirian imperium
pertama Burma pada tahun 1055 M oleh Raja Anawrahta dari Bagan. Keberadaan Keterangan
tentang berlabuhnya orang muslim di Burma tercatat dalam Kronik Burma yang telah merekam
kehadiran Muslim pada Era kerajaan pertama Burma Pagan 1044 M.
Populasi Muslim di Myanmar sempat meningkat pada masa penjajahan Inggris, disebabkan
oleh meningkatnya migrasi Muslim India ke Myanmar. Berikutnya, populasi Muslim semakin
menurun setelah penandatanganan perjanjian India-Myanmar pada tahun 1941.

5. Kebangkitan Islam di Asia Tenggara.


John L Esposito melukiskan pengalaman dan keterkejutannya melihat Islam Asia
Tenggara saat ini. Lebih dari dua puluh tahun yang lalu, Esposito tidak tertarik kepada
Islam Asia Tenggara. Salah satu faktornya adalah pandangan umum yang berkembang di
kalangan ilmuwan Barat, bahwa Islam Asia Tenggara adalah Islam periferal (pinggiran).
Namun tahun 1990-an Esposito mengalami ketertarikan, bahkan kekaguman. Esposito
mengatakan bahwa Indonesia dan Malaysia akan muncul dan memainkan peran penting
dalam dunia Islam (1997).
Penilaian Esposito ini barangkali tidak berlebihan. Islam Asia Tenggara cukup
menjanjikan dan akan muncul menjadi kawasan alternatif bagi kebangkitan Islam. Dalam
dunia dimana pandangan dunia telah memaknai Islam sebagai tidak cocok dengan
modernisasi dan demokrasi, bahkan dikonotasikan dengan radikalisme agama, Asia
Tenggara justru memperlihatkan sosok Islam yang moderat.  
Kebangkitan Islam di abad ke-19 hingga 21 adalah sebuah fenomena global. Seiring
dengan adanya interaksi dengan peradaban Barat di abad ke-18, umat Islam menyadari
ketebelakangan peradabannya dibandingkan Barat. Interaksi tersebut berlanjut menjadi
media refleksi dan digunakan sebagai kesempatan untuk mempelajari peradaban Barat.
Namun kebangkitan Islam tidak semata-mata terinspirasi oleh kemajuan peradaban
Barat. Evers dan Sharon Siddique mencatat ada empat model gerakan yang
melatarbelakangi kebangkitan Islam. Pertama, gerakan penolakan atas rasionalisasi, yaitu
penolakan atas demistifikasi dunia. Kedua, gerakan sebagai sebuah usaha untuk
mengatasi tekanan-tekanan modernisasi. Ketiga, gerakan anti imperialis dan hegemoni.
Dan keempat, gerakan pembaruan yang merupakan doktrin agama itu sendiri (1993).
Kebangkitan Islam dalam konteks yang dilatari oleh faktor pertama, kedua, dan
ketiga bisa dikatakan sebagai respon negatif terhadap modernitas Barat. Kebangkitan
Islam dimaknai sebagai resistensi identitas, dimana Barat yang diasumsikan sebagai
pemilik modernitas terlalu mendominasi dan memonopoli kebenaran. Maka kebangkitan
Islam dalam konteks semacam ini adalah sikap yang reaktif. Sebab resistensi tersebut
dilakukan dengan menyertakan sentimen identitas. Sehingga subjektifitasnya lebih
memainkan peran, ketimbang sebagai sebuah representasi objektif.
Berbeda dengan ketiga model gerakan yang sudah dijelaskan di awal, model yang
keempat lebih merupakan determinasi doktrinal dan sejarah. Senada dengan hal ini
Esposito mencatat, bahwa kebangkitan Islam di Asia Tenggara dewasa ini bukan sebagai
reaksi terhadap modernitas Barat, melainkan sebagai bagian tak tepisahkan dari proses
pembaruan yang selalu muncul, yang menunjukan keberlangsungan tradisi Islam dalam
sejarah (1983).
Hal itu menjelaskan bahwa kebangkitan Islam adalah sebuah dorongan dan dinamika
internal. Dari kerangka bepikir ini, kebangkitan Islam di Asia Tenggara dapat dilihat
sebagai sebuah wacana alternatif dunia Islam, ketimbang sebagai ancaman bagi Barat.

6. Watak dan Karakteristik Islam di Asia Tenggara.


Beberapa hasil studi menegaskan bahwa Islam Asia Tenggara memiliki watak dan
karakteristik yang khas, yang berbeda dengan watak Islam di kawasan lain, khususnya di
Timur Tengah yang merupakan jantung Dunia Muslim. Hal ini disebabkan oleh adanya
proses adaptasi dengan kondisi lokal sehingga membentuk dinamika Islam Asia Tenggara
yang khas, yang membedakannya dengan Islam di Timur Tengah, Afrika dan wilayah
lainnya. Karakteristik khas Islam di Asia Tenggara itu, misalnya –seperti yang
dikemukakan Azyumardi Azra—adalah watak Islam yang lebih damai, ramah, dan
toleran.
Watak Islam seperti itu diakui banyak pengamat atau “orientalis” lainnya di masa
lalu, di antaranya, Thomas W. Arnold. Dalam buku klasiknya, The Preaching of Islam,
Arnold menyimpulkan bahwa penyebaran dan perkembangan historis Islam di Asia
Tenggara berlangsung secara damai. Azyumardi menambahkan bahwa penyebaran Islam
di Asia Tenggara berbeda dengan ekspansi Islam di banyak wilayah Timur Tengah, Asia
Selatan, dan Afrika yang oleh sumber-sumber Islam di Timur Tengah disebut Fath (atau
Futuh), yakni pembebasan, yang dalam praktiknya sering melibatkan kekuatan militer.
Sebaliknya, penyebaran Islam di Asia Tenggara tidak pernah disebut sebagai futuh yang
disertai kehadiran kekuatan militer.
Perlu dicatat, penyebaran Islam di Asia Tenggara yang damai seperti itu, pada
gilirannya memunculkan konsekuensi yang dibahasakan Azyumardi Azra sebagai “Islam
Asia Tenggara yang lebih “lunak”, lebih “jinak”, ‘lebih toleran” atau bahkan sangat
“akomodatif” terhadap kepercayaan, praktek keagamaan, tradisi dan budaya lokal. Sikap
akomodatif, yang oleh pesantren di Jawa disebut dengan pendekatan tasamuh, tawazun,
dan tawasuth, telah memberikan “ruang dialog” bagi semua komunitas yang ada saat itu
untuk mencerna agama baru di Nusantara.
Islam di Asia Tenggara memberikan contoh yang baik bagaimana sebuah agama
dapat berkembang dalam masyarakat yang plural dan multi etnis. Di tengah tengah
perbedaan itu, Islam di Asia Tenggara mengadopsi budaya lokal untuk memperkaya
khasanah pengalaman keislamannya. Makanya tidak mengherankan jika Asia Tenggara
mempunyai variasi karakter keislaman yang khas; ada Melayu, Aceh, Jawa, Bugis,
Banten, Sunda, Patani, Mindanau, Brunei dan sebagainya
Karakter khas Islam Asia Tenggara lainnya adalah wataknya yang “moderat”. Dalam
dunia dimana pandangan dunia telah memaknai Islam tidak cocok dengan modernisasi
dan demokrasi, bahkan dikonotasikan dengan radikalisme agama, Asia Tenggara justru
memperlihatkan sosok Islam yang moderat. Hal itu tercermin dari gerakan pemikiran
Muslim di kawasan ini yang terbuka dan akomodatif terhadap modernitas.
Islam yang menjadi agama mayoritas di tiga wilayah utama yakni Indonesia,
Malaysia, dan Brunei Darussalam menjadi faktor penting dalam proses sosial, budaya,
politik dan pendidikan. Sesuai dengan kondisi dan watak masyarakat Melayu yang
mendiami kawasan ini, Islam tampil dalam wajah yang toleran, damai, dan moderat.
Meski demikian, juga tidak sepenuhnya sepi dari reaksi-reaksi yang berbau kekerasan
khususnya ketika berhadapan dengan Negara dan penganut agama lain yang dianggap
tidak toleran.
Sementara di beberapa wilayah seperti Singapura, Filipina, Thailand Selatan,
Myanmar dan Kamboja, dimana Muslim berada pada posisi minoritas, mereka berjuang
dengan keragaman bentuk tantangan yang dihadapinya untuk mempertahankan identitas
dan keyakinannya. Keadaan tersebut menampakkan variasi wajah dan dinamika Islam
yang muncul sebagai akibat dari respon atas kondisi sosial dan politik masing-masing
negara di kawasan ini.

BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Islam masuk ke Asia Tenggara melalui suatu proses damai yang berlangsung
selama berabad-abad. Penyebaran Islam di kawasan ini terjadi tanpa pergolakan politik
atau bukan melalui ekspansi pembebasan yang melibatkan kekuatan militer,
pergolakan politik atau pemaksaan struktur kekuasaan dan norma-norma masyarakat
dari luar negeri. Melainkan Islam masuk melalui jalur perdagangan, perkawinan,
dakwah dan pembauran masyarakat Muslim Arab, Persia dan India dengan
masyarakat pribumi.
Masuknya Islam ke berbagai wilayah di Asia Tenggara tidak berada dalam satu
waktu yang bersamaan, melainkan berlangsung selama berabad-abad, dan tidak merata
di seluruh tempat. Kondisi wilayah-wilayah di Asia Tenggara pada saat itupun berada
dalam situasi politik dan kondisi sosial budaya yang berbeda-beda.
DAFTAR PUSTAKA

"Kebangkitan Islam dari Asia Tenggara Menurut John L Esposito | Republika Online Mobile"
https://m.republika.co.id/amp/qbbxer320

"Islam di Indonesia - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas"


https://id.m.wikipedia.org/wiki/Islam_di_Indonesia#:~:text=Islam%20dipercaya%20tiba%20di
%20Indonesia,sekitar%20abad%20ke%2D7%20M.&text=Islam%20tiba%20di%20Indonesia
%20melalui,sekitar%20abad%20ke%2D13%20M.

"Kerajaan Islam Di Indonesia (Nusantara) Dan Sejarahnya"


https://www.gramedia.com/literasi/kerajaan-islam-di-indonesia-nusantara/

Helmiyati. 2014. Sejarah Islam di Asia Tenggara. Pekanbaru : CV. Nuansa Jaya Mandiri.

http://ejournal.kopertais4.or.id/pantura/index.php/jipi/article/download/2995/2174/

Anda mungkin juga menyukai