Anda di halaman 1dari 10

Pemikiran dan Gerakan

Abul A’la al-Maududi


Kelompok 6 :

Annisa Rachmani Isyanti


Nur Laila Zulfa
1. Biografi Abul A’la al-Maududi

Abul A’la Al Maududi lahir pada tanggal 25 September 1903 di Aungrabad, India.
Ia dididik secara tradisional oleh sang ayah Sayyid Ahmad Hasan.
Pendidikan menengahnya ditempuh di Madrasah Fawqaniyyah, dimana untuk pertama kalinya Maududi
diperkenalkan kepada ilmu ‘modern’ seperti Ekonomi, Matematika, dan Bahasa Inggris.
Setelah tamat, ia melanjutkan studinya di Dar al-‘Ulum namun akhirnya terhenti karena ayahnya telah
wafat. Meski demikian, keadaan tidak mematahkan semangat Maududi untuk terus mengkaji dan
memperdalam berbagai ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang keislaman, secara otodidak.
Sedangkan untuk mencukupi kebutuhan hidupnya, Maududi memilih untuk berprofesi sebagai seorang
jurnalis/ penulis. Setelah membantu kakaknya Abu Khair mengelola mingguan Madinah untuk beberapa
lama, Maududi diangkat sebagai editor mingguan Taj (1920), Muslim (1921-1923), dan al-Jam’iyyat
(1925-1928).
Abul A’la al-Maududi
Landasan pemikiran politik Islam Maududi mulai terbentuk ketika ia menulis buku al-Jihad
fi al-Islam (1927). Dalam buku ini ia mengatakan bahwa diantara faktor paling kuat dan
efektif yang mempengaruhi moralitas dan peradaban adalah pemerintah/ Negara.
Buku kedua beliau yang berjudul Risalat-i Diniyya (1932) juga mendapat sambutan di
kalangan Ulama India dan menjadi buku pegangan di sekolah- sekolah Islam di Hyderaba
d. Menurut para biographer, Maududi telah menulis sekitar seratus dua puluh buku dan
pamphlet, serta memberikan ribuan ceramah dan pernyataan pers. Salah satu karyanya
yang terkenal adalah tafsir Tafhim al-Qur’an.Sementara itu, bukunya yang membahas
tentang politik-kenegaraan antara lain :
-Nationalism and India (1947)
-The Process of Islamic Revolution (1947),
-Political Theory of Islam (1960),
-Musalman awr Mawjudah Siyasi Kashmakash (Muslim dan Perjuangan Politik Dewasa
Ini, 3 jilid) (1938-1941), The First Principal of Islamic State (1952),
-Khilafat-o Mulukiyat (Khilafah dan Kerajaan) (1967),
-Rights of Non-Muslim in Islamic State (1961), dan Islamic Law and Constitution (1955).
Keempat buku pertama ditulis Maududi pada masa sebelum Pakistan merdeka,
sedangkan empat buku selebihnya ditulis pada zaman kemerdekaan. Pada tahun 1979,
Abul al-A’la al-Maududi meninggal dunia dikota New York (Amerika Serikat). Dia
meninggal dunia setelah menjalani operasi perut.
2. Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan Politik
Islam Maududi

Al-Maududi menawarkan sistem negara Islam dengan


istilahnya yang baru yakni teodemokrasi dan teokrasi
Islam serta konsep-konsepnya yang cukup lengkap
tentang negara. Konsep ini dituangkan dalam bukunya
yang terkenal Al-Khilafah wa al-Mulk (Khilafah dan
Kerajaan) yang terbit di Kuwait tahun 1978.
Pemikiran beliau tentang Azas Politik Islam yaitu:

1. Negara Ideologi
2. Kedaulatan Tuhan
3. Negara Universal
3. Respon Masyarakat terhadap Pemikiran dan
Gerakan Maududi
Pada tahun 1923, Abul al-A’la al-Maududi mendirikan majalah bulanan
independen yang bernama Turjuman Al-Qur’an. Majalah tersebut
mempunyai peranan yang besar dalam pergerakan Islam di semenanju
ng India. Mahatma Ghandi sering mengeluarkan pernyataan yang
menyudutkan Islam dan meragukan akan kebenaran risalah Islam
yang suci. Mahatma Ghandi menuduh bahwa Islam disebarkan hanya
melalui pedang. Abul al-A’la al-Maududi membantah pernyataan-perny
ataan Mahatma Ghandi tersebut dengan menulis sebuah buku yang
sangat terkenal berjudul Al-Jihad fi Al Islam.
Ketika negara Pakistan lahir 1947, ia pindah ke Pakistan dan memusatkan
perhatiannya untuk mendirikan negara Islam yang sebenarnya. Untuk hal
ini ia banyak melakukan kritikan terhadap kebijaksanaan pemerintah dan
mengatakan bahwa orang-orang yang telah berkuasa gagal mengubah
Pakistan menjadi negara Islam yang sebenarnya. Tentu saja penguasa
memberikan reaksi yang keras, sehingga Maududi sering dipenjara, namun
ia tetap mengkritik dan menunjukkan kekerasan kemauannya
Tahun 1953, Al-Maududi hampir dijatuhi hukuman mati karena
bantahannya terhadap pemahaman orang-orang Qadiyani. Ia bersikeras
menentang paham Qadiyaniyah (Ahmadiyah), bahkan mengeluarkan fatwa
“kafir” terhadap paham ini. Al-Maududi meminta pemerintah agar
mengeluarkan para pengikut kelompok Qadiyani dari Umat Islam, karena
bertentangan dengan undang-undang Negara. Dia kemudian menulis buku
yang berjudul Al-Masalah Al-Qadiyaniyah.
Selain dakwah tentang Ahmadiyah, pemerintah lebih menyoroti dan mengkhawatirkan
tentang gejolak publik yang dapat berubah menjadi gerakan revolusi. Terbukti vonis
hukuman mati itu diberikan setelah empat hari penangkapan. Tidak ada pendalaman
kasus secara mendalam, tetapi pemerintah bersikeras menghukum mati Al-Maududi untuk
meredam gejolak revolusi. Kemudian hukuman mati tersebut diganti dengan hukuman
penjara.
Pada tahun 1955 pemerintah militer Pakistan terpaksa mencabut vonis itu karena kuatnya
argumen Al-Maududi dan tuntutan kaum muslimin di seluruh dunia. Pada tahun 1958
organisasi Jama’at Islami dibubarkan secara paksa. Namun, keputusan tersebut kemudian
dicabut karena dianggap bertentangan dengan Undang-Undang yang berlaku. Pada tahun
1964, para pemimpin Jama’at Islami dipenjara. Karena adanya tekanan dari masyarakat,
akhirnya mereka dibebaskan. Setelah penyerangan pasukan India ke Pakistan pada
tahun 1965, dia menyerukan umat Islam untuk melakukan jihad. Abul al-A’la al-Maududi
juga mengancam dengan keras kekejaman pasukan India di wilayah Kashmir. Di samping
itu, dia juga mengecam gencatan senjata antara para pejuang Kashmir dan pasukan India
serta menolak perjanjian Tashkend. Al-Maududi juga melakukan kerja nyata dengan
membantu pasokan medis untuk para korban dan pejuang.
Pada tahun 1967, Abul al-A’la al- Maududi dipenjara selama dua bulan. Dia
selalu menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk membebaskan wilayah Islam
adalah dengan jalan militer. Ketika kondisi kesehatan Abul al-A’la al-Maududi
mulai menurun, pada Ramadhan 1392 H atau November 1972 dia menyerahkan
kepemimpinan Jama’at Islami kepada Ustadz Muhammad Thufail. Kemudian dia
berkonsentrasi dalam bidang pemikiran Islam. Terhitung 30 tahun lamanya
seorang Al-Maududi mengerahkan tenaga dan pikirannya untuk memperjuangka
n Islam.
Banyak para ahli hukum islam yang melakukan kritikan terhadap landasan dan
konsep-konsep kenegaraan yang dikemukakan oleh Maududi. Namun terlepas
dari hal itu, harus diakui bahwa konsep yang dibawa oleh Maududi sangat besar
artinya bagi perkembangan pemikiran masyarakat islam.

Anda mungkin juga menyukai