Anda di halaman 1dari 17

ALOKASI SUMBER DAYA DALAM EKONOMI ISLAM: DEFINISI,

PRINSIP DAN KONSEP PASAR DALAM EKONOMI ISLAM


Disusun Untuk Memenuhi Tugas Makalah Mata Kuliah Ekomoni Islam I

Dosen Pengampu: Teuku Muhammad Syahrizal, SHI, M. Ag

Kelompok 1
Disusun Oleh:

1. Annysya Salsyabilla (2101103010052)


2. Cut Tifani Urahman (2101103010039)
3. Izza Zaiyana (2101103010018)
4. Meisyi Natasya (2101103010015)
5. Muhammad Faiz Zahran (2101103010020)
6. Nurul Zahwa (2101103010016)
7. Sri Nabilah (2101103010004)
8. Zahrul Jannah (2101103010013)
9. Zakiah (2101103010002)

PROGRAM STUDI EKONOMI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami ucapkan atas kehadiran Allah SWT karena atas rahmad dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Alokasi
Sumber Daya Dalam Ekonomi Islam: Definisi, Prinsip dan Konsep Pasar Dalam
Ekonomi Islam” dengan baik dan tepat waktu. Adapun tujuan daripada disusunnya makalah
ini ialah sebagai salah satu bagian daripada agenda kegiatan akademis yang harus di tempuh
oleh setiap mahasiswa/mahasiswi dalam menyelesaikan studi di tingkat perkuliahan semester
ll (Dua).

Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh daripada kata sempurna dan masih
memiliki sangat banyak kekurangan, baik daripada segi penulisannya, tata bahasanya dan juga
materi yang disajikan. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun guna kesempurnaan makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran-saran dan
kritik yang bersifat membangun sangatlah kami butuhkan dari para pembaca makalah ini guna
meningkatkan kualitas makalah ini dan makalah-makalah lainnya pada masa mendatang.

Banda Aceh, 28 Maret 2022

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... iii

BAB l PENDAHULUAN .................................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang .................................................................................................. 4


1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................. 5
1.3 Tujuan Makalah ................................................................................................ 5

BAB ll PEMBAHASAN.................................................................................................... 6

2.1 Pengertian Pasar ............................................................................................... 6


2.2 Perspektif Islam ............................................................................................... 6
2.3 Prinsip Dasar Pasar Islami ............................................................................... 7
2.4 Konsep Pasar Dalam Islam ............................................................................... 8
2.5 Mekanisme Pasar Dalam Ekonomi Islam ......................................................... 9
2.6 Kajian Ekonomi Islam ...................................................................................... 14

BAB lll PENUTUPAN ...................................................................................................... 16


3.1 Kesimpulan ....................................................................................................... 16
3.2 Saran ................................................................................................................. 16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB l
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Islam adalah agama yang sempurna. Hal ini dikarenakan didalamnya dibahas tentang
berbagai macam nilai-nilai, etika, dan pedoman hidup yang komprehensif. Islam juga
merupakan agama penyempurna agama-agama terdahulu dan mengatur segala aspek
kehidupan manusia baik persoalan aqidah maupun muamalah. Dalam hal muamalah, Islam
mengatur kaitannya dengan relasi manusia dengan sesama dalam rangka memenuhi kebutuhan
hidupnya sehari-hari termasuk didalamnya dituntun bagaimana cara pengelolaan pasar dan
segala bentuk mekanisme yang mengaturnya.

Peranan ekonomi islam dalam mekanisme pasar menyumbangkan andil yang sangat
penting ditengah persoalan curut-marutnya persoalan perekonomian bangsa indonesia. Praktek
pasar seharusnya harus disampaikan bersamaan dengan nilai-nilai yang sesuai dengan norma
dan nilai yang dibenarkan. Ada dua paham sistem ekonomi yang selama ini menjadi acuan
serta tumpuan bagi semua manusia yaitu ekonomi islam (sosial) dan ekonomi konfensional
(kapitalis), namun kedua sistem ekonomi ini ternyata tidak dapat mengatur mekanisme
kegiatan pasar saat ini yang serba tidak terarah dan tidak jelas.

Menurut ekonomi kapitalis (klasik), pasar memainkan peranan yang sangatlah penting
dalam sistem perekonomian. Ekonomi kapitalis menghendaki pasar bebas untuk
menyelesaikan permasalahan ekonomi, mulai dari produksi, konsumsi, sampai distribusi.
Semboyan kapitalis adalah lassez faire et laissez le monde va de lui meme (biarkan ia berbuat
dan biarkan ia berjalan dunia akan mengurus diri sendiri). Maksudnya, biarkan sajalah
perekonomian berjalan dengan wajar tanpa intervensi pemerintah, nanti akan ada suatu tangan
tak terlihat (invesible hand) yang akan membawa perekonomian tersebut ke arah equilibrium.
Jika banyak campur tangan pemeintah, maka pasar akan mengalami distosi yang akan
membawa perekonomian pada ketidakefisienan (inefisiency) dan ketidakseimbangan.

4
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa Pengertian Pasar Itu?


2. Bagaimana Perspektif Islam Mengenai Pasar?
3. Apa Saja Prinsip Dasar Pasar Islami?
4. Apasajakah Syarat-Syarat Terbentuknya Pasar Dalam Islam?
5. Bagaimana Perbedaan Sistem Ekonomi Islam Dan Ekonomi Kapitalis Dalam Pasar?
6. Apa Peranan Pemerintah Dalam Pasar?

1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Fungsi Pasar Dalam Islam
2. Untuk Mengetahui Peranan Pemerintah Dalam Pasar
3. Mengetahui Kajian-Kajian Pasar Dalam Ekonomi Islam Dan Ekonomi Kapitalis
4. Guna Mengetahui Konsep Mekanisme Pasar Dalam Ekonomi Islam

5
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Pasar

Pasar adalah tempat bertemunya antara penjual dan pembeli dan melakukan transaksi
barang atau jasa. Pasar merupakan sebuah mekanisme pertukaran barang dan jasa yang
alamiah dan telah berlangsung sejak awal peradaban manusia. Dalam Islam pasar sangatlah
penting dalam perekonomian. Pasar telah terjadi pada masa Rasulullah dan Khulafaur
Rasyidin dan menjadi sunatullah yang telah di jalani selama berabad-abad (P3EI, 2011).

Al-Ghazali dalam kitab ihya’ menjelaskan tentang sebab timbulnya pasar, “Dapat saja
petani hidup di mana alat-alat pertanian tidak tersedia. Sebaliknya, pandai besi dan tukang
kayu hidup di mana lahan pertanian tidak ada. Namun, secara alami mereka akan saling
memenuhi kebutuhan masing-masing. Dapat saja terjadi tukang kayu membutuhkan makanan,
tetapi petani tidak membutuhkan alat-alat tersebut. Keadaan ini menimbulkan masalah. Oleh
karena itu, secara alami pula orang akan terdorong untuk menyediakan tempat penyimpanan
alat-alat di satu pihak, dan penyimpanan hasil pertanian di pihak lain. Tempat inilah yang
kemudian di datangi pembeli sesuai kebutuhannya masing-masing sehingga terbentuklah
pasar”.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa pasar adalah tempat yang menampung hasil
produksi dan menjualnya kepada mereka yang membutuhkan. Pernyataan tersebut juga
menyebutkan bahwa pasar timbul dari adanya double coincidence yang sulit bertemu. Maka,
untuk memudahkan adanya tukar-menukar dalam memenuhi kebutuhan diciptakanlah pasar.

2.2 Perspektif Islam

Pasar yang selama ini berkembang khususnya di Indonesia hanya tertuju pada upaya
pemaksimalan untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya semata dan cenderung terfokus
pada kepentingan sepihak. Sistem tersebut nampaknya kurang tepat dengan sistem ekonomi
syariah yang menekankan konsep manfaat yang lebih luas pada kegiatan ekonomi termasuk
didalamnya mekanisme pasar dan pada setiap kegiatan ekonomi itu mengacu kepada konsep
maslahat dan menjunjung tinggi asas-asas keadilan. Selain itu pula, menekankan bahwa
pelakunya selalu menjunjung tinggi etika dan norma hukum. dalam kegiatan ekonomi.
Realisasi dari konsep syariah itu memiliki tiga ciri yang mendasar yaitu prinsip keadilan,

6
menghindari kegiatan yang dilarang dan memperhatikan aspek kemanfaatan. Ketiga prinsip
tersebut berorientasi pada terciptanya sistem ekonomi yang seimbang yaitu keseimbangan
antara memaksimalkan keuntungan dan pemenuhan prinsip syariah yang menjadi hal
mendasar dalam kegiatan pasar (Ali, 2008).

2.3 Prinsip Dasar Pasar Islami

Pentingnya pasar sebagai wadah aktifitas tempat jual beli tidak hanya dilihat dari
fungsinya secara fisik, namun aturan, norma dan yang terkait dengan masalah pasar. Dengan
fungsi di atas, pasar jadi rentan dengan sejumlah kecurangan dan juga perbuatan ketidakadilan
yang menzalimi pihak lain. Karena peran penting pasar dan juga rentan dengan dengan hal-hal
yang dzalim, maka pasar tidak terlepas dengan sejumlah aturan syariat, yang antara lain terkait
dengan pembentukan harga dan terjadinya transaksi di pasar. Dalam istilah lain dapat disebut
sebagai mekanisme pasar menurut Islam dan intervensi pemerintah dalam pengendalian harga.
Konsep mekanisme pasar dalam Islam dibangun atas prinsip-prinsip sebagai berikut:

1. Ar-Ridhaa, yakni segala transaksi yang dilakukan haruslah atas dasar kerelaan antara
masing-masing pihak (freedom cuntract). Hal ini sesuai dengan Q.S. An-Nisa’ ayat 29:

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka
sama-suka di antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah
adalah Maha Penyayang kepadamu. (Q.S. An-Nisa’ 29)

2. Persaingan sehat (fair competition). Mekanisme pasar akan terhambat bekerja jika terjadi
penimbunan (ikhtikar) atau monopoli. Monopoli dapat diartikan, setiap barang yang
penahannya akan membahayakan konsumen atau orang banyak.
3. Kejujuran (honesty), kejujuran merupakan pilar yang sangat penting dalam Islam, sebab
kejujuran adalah nama lain dari kebenaran itu sendiri. Islam melarang tegas melakukan
kebohongan dan penipuan dalam bentuk apapun. Sebab, nilai kebenaran ini akan

7
4. berdampak langsung kepada para pihak yang melakukan transaksi dalam dagangan dan
masyarakat luas.
5. Keterbukaan (transparency) serta keadilan (justice). Pelaksanaan prinsip ini adalah
transaksi yang dilakukan dituntut untuk berlaku benar dalam pegnungkapan kehendak dan
keadaan yang sesungguhnya

2.4 Konsep Pasar Dalam Islam


Islam mengatur segenap prilaku manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Diantaranya mencakup tentang kegiatan transaksi dipasar yang jujur dan adil serta beberapa
hal dalam bertransaksi di dalam pasar. Dalam kegiatan transaksi, termasuk mencakup
didalamnya jual beli di pasar dan dalam muamalah semua kegiatan muamalah itu
diperbolehkan selama tidak ada dalil yang melarangnya.

Artinya : Pada dasarnya dalam hal yang berkenaan dengan muamalat hukumnya adalah boleh
sampai ada dalil yang menyatakan haramnya.

Dalam berbisnis termasuk jual beli dipasar harus terpenuhi rukun dan syarat, karena apabila
rukun dan syarat dalam jual-beli tidak terpenuhi maka transaksi tersebut menjadi rusak.
Berikut syarat-syarat terbentuknya pasar dalam Islam :
1) Adanya penjual.
2) Adanya pembeli.
3) Adanya barang atau jasa yang diperjualbelikan.
4) Adanya Ijab dan Qobul atau terjadinya kesepakatan antara penjual dan pembeli.

Dalam konsep pasar yang Islami, harga barang ditentukan berdasarkan prinsip ard
wa ta’ab (penawaran dan permintaan) dengan tetap memantau pengaruh luar. Pertemuan
permintaan dan penawaran tersebut harus terjadi secara rela sama rela dalam artian
antaradhin tidak ada pihak yang merasa terpaksa untuk melakukan transaksi pada tingkat
harga tersebut. Pandangan Islam tentang pasar juga berdasarkan setiap bentuk ketidakadilan
dilarang, yakni semua praktik perdagangan yang tidak sesuai atau menyimpang dari
ketentuan-ketentuan agama.

8
Secara singkat dapat disebutkan bahwa perdagangan yang Islami, atau yang mempunyai
watak yang sesuai dengan ajaran Islam adalah apabila perdagangan tersebut berlandaskan
norma-norma Islam, diantaranya adalah sebagai berikut:
1) Menegakkan perdagangan barang yang tidak haram.
2) Bersikap benar, amanah, dan jujur.
3) Menegakkan keadilan dan mengharamkan riba.
4) Menegakkan kasih sayang, nasihat, dan mengharamkan monopoli untuk
melipatgandakan keuntungan pribadi.
5) Menegakkan toleransi dan persaudaran.
6) Berprinsip bahwa perdagangan merupakan bekal untuk akhirat.

Apabila sektor perdagangan dipasar dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip tersebut,


maka antara pedagang dan pembeli akan tercipta keselarasan. Konsep Islam mengatur agar
persaingan dipasar dilakukan dengan cara yang adil dan jujur. Perdagangan yang adil dan
jujur adalah perdagangan yang tidak mendzalimi dan tidak pula didzalimi.

2.5 Mekanisme Pasar dalam Ekonomi Islam

Manusia adalah makhluk yang mengadapi banyak macam kebutuhan dalam


hidupnya, dan senantiasa akan berdaya upaya untuk memperoleh segala sesuatu yang dirasakan
oleh kebutuhannya. Dalam Islam upaya yang dilakukan oleh manusia harus sesuai dengan
hukum syara’ dan manusia hanya memperoleh hasil atau laba sesuai dengan usahanya atau
jerih payahnya.

Seperti firman Allah dalam surat Al-Baqarah: 168 :

Artinya: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di
bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena Sesungguhnya
syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al-Baqarah [2]:168)1

Ayat di atas menerangkan bahwa dalam memenuhi kebutuhan kita harus berupaya
dengan usaha yang halal dan dilarang mengikuti langkah-langkah syaitan yang sering kali
menjerumuskan kita pada kesesatan. Usaha yang dihalalkan oleh Islam salah satunya adalah

9
dengan melakukan jual beli yaitu antara penjual dan pembeli. Jual beli produk atau jasa
dilakukan dengan menggunakan suatu alat pembayaran yaitu uang dari ini sering disebut nilai
tukar. Besar kecilnya nilai tukar itulah yang dinamakan dengan harga. Harga adalah nilai suatu
barang yang diwujudkan dengan nilai mata uang, dengan mempertimbangkan biaya
operasional/produksi yang dikeluarkan oleh seseorang atau sekelompok orang atau
perusahaan dalam pengadaan barang tersebut. Harga ditetapkan oleh penjual dan pembeli
melalui tawar menawar diantara keduanya yang akhirnya akan disepakati suatu harga yang
dapat diterima oleh kedua belah pihak.

Setiap produk yang diperjualbelikan dipasaran selalu dikaitkan dengan kebutuhan


manusia. Sedangkan jika dilihat dari kemampuan manusia secara orang perorangan dalam
hal daya belinya. Untuk melakukan pembelian dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup,
maka manusia harus mendasarkan pada besar kecilnya pendapatan pribadi atau keluarga.
Karena faktor ini, maka ada konsumen yang sangat tertekan dengan adanya kenaikan harga,
tetapi juga banyak yang tidak merasakan dampaknya.

Perubahan kenaikan harga-harga produk dipasaran selalu menimbulkan kegelisahan,


baik bagi pelaku pasar maupun masyarakat/konsumen. Bagimpelaku pasar, kenaikan harga
sering menimbulkan tingkat persaingan yang kurang sehat, dimana ada penjual yang
mempertahankan harga tinggi, tetapi ada pula penjual yang menjual produknya sedikit, tetapi
ada pula penjual yang menjual produknya sedikit dibawah harga umum dengan tujuan
barangnya cepat laku terjual. Sedangkan dari sisi konsumen/masyarakat, kenaikan harga
menimbulkan sejumlah kesulitan. Adanya kenaikan harga tersebut konsumen harus berhitung
dengan cermat dalam membelanjakan uangnya meskipun untuk memenuhi kebutuhan pokok
(primer).

Menurut Yusuf Qardhawi bahwa Islam memberikan kebebasan kepada pasar ia


menyatakan kepada hukum pasar untuk memainkan perannya secara wajar sesuai dengan
penawaran dan permintaan yang ada. Akan tetapi jika pasar akan muncul harga-harga yang
tidak wajar, seperti monopoli komoditas oleh para pedagang untuk mempermainkan harga,
maka saat itu kepentingan umum lebih didahulukan atas kebebasan segelintir orang. Penetapan
harga diperbolehkan untuk memenuhi kebutuhan darurat masyrakat, melindungi masyarakat
dari orang- orang yang ingin mengeruk keuntungan berlipat-lipat dan secara semena- mena.

10
Berdasarkan pada pendapat diatas, maka dapat diketahui bahwa pasar sebagai tempat penjual
dan pembeli bertransaksi, bisa mengalami kondisi yang fluktuatif, dimana harga-harga naik
turun atau dengan kata lain kondisi pasar tidak jelas. Keadaan ini dapat menimbulkan
kepanikan balik bagi pelaku pasar (pedagang investori) atau juga masyarakat konsumen.

Menurut Haida Muchtarom bahwa kenaikan harga-harga dipasaran, terutama bahan


sembako menimbulkan kesulitan bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidup. Pada
kelompok masyarakat yang tingkat perekonomiannya lemah (daya beli rendah), misalnya:
membeli barang-barang (produk) yang harganya terjangkau meskipun kualitas barangnya
rendah, membatasi pembelian untuk produk- produk yang menjadi kebutuhan pokok dan
sebagainya.

Berdasarkan pada kutipan diatas, maka dapat diketahui bahwa kenaikan harga
dipasaran merupakan suatu peristiwa yang dapat dipastikan menimbulkan perubahan tingkah
laku pembelian pada masyarakat/konsumen. Karena kenaikan harga yang terjadi dipasar tidak
dapat dilepaskan dari kemampuan daya beli masyarakat dalam memenuhi kebutuhan pokok
keluarga. Kenaikan harga bagi konsumen secara umum mengaharuskan bertindak cermat
dalam membelanjakan uangnya, membatasi jumlah pembelian, bahkan menurunkan tingkat
kepuasan misalnya dengan kenaikan harga tersebut konsumen mengalihkan pembelian produk
yang bernilai relatif mahal kepada produk yang jauh lebih murah dan sebagainya.

Sistem ekonomi Islam menentang teori harga dari sistem ekonomi kapitalis yang
menyatakan bahwa harga adalah pendorong laju produksi, ini dalam rangka pemenuhan
kebutuhan manusia yang bersifat materi saja.

Dalam Islam masalah pemanfaatan kekayaan itu diatur dengan jelas dan Islam ikut
campur misalnya mengharamkan pemanfaatan beberapa bentuk harta kekayaan, misalnya
khamar dan bangkai. Islam juga mengharamkan pemanfaatan beberapa tenaga manusia
misalnya dansa dan pelacuran.

Firman Allah dalam Surat Al-Baqarah ayat 188:

Artinya: “Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara
kamu dengan jalan yang bathil dan (janganlah) kamu membawa (urusan) harta itu kepada

11
hakim, supaya kamu dapat memakan sebahagian daripada harta benda orang lain itu
dengan (jalan berbuat) dosa, Padahal kamu mengetahui” (QS. Al-Baqarah: 188)

Sedangkan dari segi tata cara perolehannya yaitu perolehan harta kekayaan seperti
dalam bidang jual beli. Dalam memperoleh keuntungan jual beli itu harus dilakukan dengan
jujur dan suka sama suka. Kedua belah pihak dapat menerima apabila dilakukan dengan dasar
suka sama suka, rela sama rela dan tidak ada paksaan dari pihak manapun.

Hadits Nabi Saw:

Artinya: “Dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah Saw bersabda, sesungguhnya jual beli
itu harus dilakukan suka-sama suka”. (HR. Al- Baihaqi dan Ibnu Majah, serta dinilai shahih
oleh Ibnu Hibban).

Sebagaimana pendapat Adiwarman Karim bahwa konsep Islam dalam penentuan


harga dilakukan oleh kekuatan pasar yaitu “kekuatan permintaan dan penawaran yang terjadi
secara rela sama rela, tidak ada pihak yang merasa terpaksa untuk melakukan transaksi
tersebut”.

Suka sama suka, disini bermakna kedua belah pihak sama-sama merelakan keadaan
masing-masing diketahui oleh orang lain, dimana berarti penjual dan pembeli mengatahui
secara langsung kelebihan dan kekurangan dari barang yang ada di pasar, sehingga semua
pihak mendapatkan kepuasan. Pihak pembeli dapat secara langsung mengetahui kekurangan
dan kelebihan dari barang yang hendak dibelinya. Apakah barang tersebut ada kecacatan atau
tidak. Disini pihak pembeli dapat melakukan khiyar antara mengendalikan barang dan
mengambil kembali pembayaran yang telah dilakukan pada penjual, atau ia minta ganti rugi
sesuai dengan adanya cacat sehingga harga barang tersebut dapat lebih rendah dari harga
sebelum diketahui harga kecacatannya. Karena dalam hal ini pembeli merasa dirugikan apabila
harga barang tersebut mahal.

Dalam Islam cara memperoleh keuntungan dalam jual beli ada ketentuan- ketentuan
atau aturan-aturannya, seperti pihak penjual dilarang menutup-nutupi dari barang yang
dijualnya dan dilarang melakukan penipuan dengan menukarkan ayat-ayat Allah untuk
melakukan tindakan-tindakan yang menimbulkan kerugian yaitu dengan tujuan agar harga
barang tersebut menjadi tinggi. Pihak penjual melarang melakukan baik penipuan terhadap
pembeli maupun penjual lain.

Bentuk penipuan penjual terhadap pembeli antara lain “dengan melakukan manipulasi
harga dengan cara najasy (trik simulasi) ialah seseorang pura-pura menawar barang dengan

12
harga yang tinggi dihadapan para pembeli semata-mata untuk membangkitkan keinginan para
calon pembeli".

Hadits Nabi Saw:

Artinya: “Dari Ibnu Umar Rasulullah Saw melarang Najsy atau upaya menaikkan harga
penawaran barang bukan maksud membeli. (HR. Muslim)

Penawaran disini semata-mata agar orang lain tertarik untuk membeli barang tersebut.
Dalam Islam segala bentuk penipuan baik itu manipulasi harga serta berdusta sangat dilarang
karena penentuan harga dalam ekonomi Islam harus dilakukan dengan jujur baik pihak penjual
maupun pihak pembeli sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Selain hal-hal di atas
Islam juga melarang umatnya mencegat pedagang dari desa dan memborong barang
dagangannya dengan tujuan akan dijual kembali kekota dengan harga yang tingi. Penjual dari
kota mendapat keuntungan dari ketidaktahuan penjual dari desa akan harga yang berlaku di
kota. Hal ini dilarang dalam Islam karena akanmenimbulkan pasar yang tidak kompetitif dan
Rasulullah sangat melarang praktek semacam ini karena untuk mencegah terjadinya kenaikan
harga.

Hadits Nabi Saw:

Artinya: “Dari Abdullah bin Abbas Radliyallahu anhuma, dia berkata,Rasulullah SAW
melarang mencegat barang dagangan yang datang dan orang kota menjual barang bagi orang
dusun. Aku (rawi) berkata, aku bertanya kepada Ibnu Abbas, apa makna perkataannya orang
kota menjual barang bagi orang dusun? Maka dia menjawab tidak boleh ada makelar”. (HR.
Bukhari – Muslim)

Selain melarang mencegat pedagang dari desa, umat Islam juga dilarang menjadi
makelar orang desa karena dikhawatirkan adanya ketidakjujuran soal harga. Orang desa hanya
tahu bahwa harga yang berlaku sekian tetapi kenyataannya harga yang berlaku dikota lebih
tinggi. Orang desa yang bersusah payah sedang orang kota yang mendapat untung yang besar.
Islam juga selalu berusaha menjaga agar tidak ada perselisihan antar penjual yaitu dengan
melarang seorang muslim untuk menyaingin harga jual orang lain. Untuk menjaga agar tidak
terjadi perselisihan antara penjual dan pembeli dan agar tidak adanya pihak yang dirugikan
maka Rasulullah tidak pernah mau menetapkan harga karena dikhawatirkan dengan adanya
penetapan harga ada salah satu pihak yaitu pihak penjual akan merasa tidak diuntungkan
dan itu Rasulullah pandang sebagai satu kedholiman yang tidak dapat

13
dipikul atau dipertanggung jawabkan. Penetapan harga hanya boleh dilakukan apabila ada
tindakan semena-mena dari pihak penjual yang merugikan konsumen.

Seorang ulama klasik yaitu Abu Yusuf yang membantah pemahaman bahwa bila
tersedia sedikit barang maka harga akan mahal dan bila tersedia banyak barang maka harga
akan murah dimana ada hubungan antara harga dan kualitas yang hanya memperlihatkan kurva
permintaan. Menurut Abu Yusuf harga tidak bergantung pada permintaan saja tetapi juga
bergantung pada kekuatan penawaran selain kekuatan penawaran harga juga bergantung pada
jumlah uang yang beredar disuatu negara atau penimbunan atau penahanan barang.

Menurut Abu Yusuf sebagaimana dijelaskan oleh Syayid Syabiq, “pada kenyataannya
persediaan barang sedikit tidak selalu diikuti dengan kenaikan harga, dan sebaliknya
persediaan barang melimpah belum tentu membuat harga akan murah”. Sedangkan menurut
ulama kontemporer yaitu Muhammad Ismail Yusanto dan Muhammad Karebet Widjaja
Kusuma “harga ditentukan dari presentase biaya ditambah margin keuntungan yang
diinginkannya, dari tingkat penjualan yang ditentukan untuk menutup biaya tetap dan biaya
variabel dan harga dapat pula ditentukan dengan melihat harga produk pesaing”.

2.6 Kajian Ekonomi Islam

Harga yang berlaku dipasar adalah harga normal dan bukan harga yang ada unsur
pengisapan yaitu spekulasi, monopoli, penyelundupan yang dilakukan oleh pihak penjual
dalam rangka untuk mendapatkan laba yang berlipat ganda. Spekulasi dilakukan seseorang
dengan cara membeli sejumlah barang dengan tujuan menjual kembali dengan harga yang
tinggi. Spekulasi dapat menyebabkan kenaikan harga dan seseorang yang melakukan spekulasi
hanya mementingkan diri sendiri dan sesungguhnya keuntungan terbesar dapat diperoleh dari
transaksi yang bebas dan jujur, bukan dari kenaikan harga yang disebabkan oleh spekulasi.

Selain spekulasi, bentuk pengisapan yang lain adalah monopoli. Monopoli yaitu:
“Penguasaan pasar oleh seseorang atau sekelompok orang-orang yang melakukan monopoli,
dialah yang menentukan harga di pasar oleh seseorang atau sekelompok orang-orang yang
melakukan monopoli, dialah yang menentukan harga pasar dengan kehendaknya sendiri. Ia
tidak menghiraukan bahaya yang menipa masyarakat. Setiap terjadi penurunan harga dia
merasa sakit dan menderita. Tetapi setiap kali mendengarkan berita kenaikan harga dia merasa
senang dan gembira sehingga rasa kasih sayang yang ada dihati seseorang yang

14
melakukan monopoli lenyap dari hatinya dan egiosme serta kesesatan hatilah yang menguasai
hatinya”.

Hadist Nabi Saw.

Artinya:“Dari Ma’mar ra. Katanya Rasulullah Saw bersabda: siapa yang menimbun
barang, maka dia salah (berdosa).” (HR. Muslim)

Penyelundupan juga merupakan salah satu bentuk pengisapan, orang-orang yang


melakukan penyelundupan biasanya orang tersebut tidak mau membayar beacukai
kepemerintah. Sehingga keuntungan yang didapat biasanya lebih tinggi dan barang
penyelundupan harganya relatif lebih murah dari pada barang yang legal dan hal ini dapat
mematikan penjual lain yang menjual dengan cara yang legal. Apabila didalam pasar sudah
bebas dari unsur pengisapan dan permintaan dan penawaran sudah seimbang tetapi apabila ada
perselisihan tentang besarnya harga antara penjual dan pembeli menurut Abu Hanifah dan
Imam Malik serta segolongan fuqaha mengatakan bahwa jual beli bisa dibatalkan selama
barang tersebut belum habis dan belum diterima oleh pembeli dan apabila sudah habis dan
sudah diterima maka kata-kata pembeli yang dijadikan pegangan apakah ia akan minta ganti
rugi atau membatalkannya.

Sedangkan menurut Imam Syafi’i bahwa “keduanya khiyar secara mutlak dan mengikat
keduanya setelah dikurangi dan apabila khiyar ada pada orang yang membeli barang dan
barang itu rusak di tempatnya”. Menurut Ibnu Abi Laila dalam kasus tersebut “pembeli wajib
membayar harga yang telah disetujui keduanya”. Selain itu menurut imam Asy Syaukami yang
dipegang adalah “ucapan penjual yang disertai dengan sumpah dengan pembeli boleh memilih
apakah ia akan mengambil barang dengan harga seperti yang dikatakan penjual atau ia
bersumpah tidak membeli barang tersebut”.

Dalam rangka melindungi hak konsumen atau pembeli atau penjual agar tidak terjadi
perselisihan maka pemerintah wajib melakukan intervensi harga dan hal ini dianggap adil
sepanjang tidak menimbulkan aniaya terhadap penjual maupun pembeli. Pihak penjual tidak
terpaksa untuk menjual barang dengan harga yang ditentukan pemerintah dan pihak pembeli
merasa terlindungi dari tindakan sewenang-wenang yang dilakukan oleh pihak penjual yang
hanya mementingkan kepentingannya sendiri.

15
BAB 3
PENUTUPAN

3.1 Kesimpulan

Menurut al-Quran dan al-Hadis pasar Islam harus dibina seperti aturan Masjid, dimana
siapapun bebas memasuki pasar tanpa dikenakan biaya apapun termasuk pajak, sewa, dan biaya
lainnya. Struktur pasar Islam adalah struktur pasar persaingan sempurna, akan tetapi PPS
dalam Islam berbeda dengan PPS pada pasar konvensional. Pasar islam bertujuan untuk
mencapai kesejahteraan masyarakat dunia dan akhirat (al-Falah) melalui transaksi yang
jujur dan berkeadilan. Sistem monopoli tidak dikenal dalam pasar Islam.

Adapun mekanisme pasar Islam ialah mekanisme pasar bebas dimana kekuatan
penawaran (supply) dan permintaan (demand) adalah penentu harga pasar. Turun dan naiknya
harga ialah ketetapan Allah SWT sehingga pemerintah tidak boleh menentukan harga
pasar, akan tetapi pada keadaan tertentu pemerintah boleh melakukan intervensi pasar apabila
terjadi gangguan pasar yang bertujuan mengembalikan keseimbangan pasar. Untuk
melaksanakan tugas intervensi pasar pemerintah harus membentuk pengawas pasar yang
bertugas mengatur dan mengontrol kegiatan di pasar.

Pasar Islam hanya dapat diwujudkan apabila umat Islam memiliki pasar sendiri yang
diatur sepenuhnya dengan syariat Islam. Pemerintah sebagai pengawas pasar hendaklah
memastikan bahwa transaksi dan jual beli yang terjadi telah sesuai syariat. Produsen dan
konsumen wajib mengetahui hukum muamalah dalam jual beli agar tidak terjadi kesalahan
dalam tata cara berjual beli di pasar

3.2 Saran
Alangkah baiknya apabila di Indonesia diterapkan konsep pasar dalam islam yang
menjunjung tinggi ketetapan pasar berdasarkan aturan Alqur’an dan hadist sehingga
terciptanya kesejahteraan bersama bagi seluruh masyarakat indonesia, semoga kedepannya
pasar islam menjadi realisasi pemerintah untuk menetapkan pasar islam di seluruh pasar yang
ada di Indonesia.

16
DAFTAR PUSTAKA

Ghafur, A. (2019). Mekanisme Pasar Perspektif Islam. Qtishodiyah, Volume 5, Nomor 1, 1-


19.
Rahmi, A. (2015). Mekanisme Pasar dalam Islam. Jurnal Ekonomi Bisnis dan
Kewirausahaan, 177-192.
Suwandi Suwandi, M. H. (2016). Pasar Islam (Kajian al-Quran dan Sunnah Rasulullah saw).
Al-Risalah, Vol. 16, No. 1, 131-149.

Anda mungkin juga menyukai