Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Orang-orang Kristen di daerah Timur menyerukan untuk menghancurkan kota

Bagdad dengan Slogan “Bablon harus dijatuhkan”, buku wahyu harus dimusnahkan,

dan mereka juga ingin mengakhiri setengah millennium dominasi orang-orang Islam.
Pasukan Hulagu dengan segera sampai di Syiriah, Aleppo yang bertahan, diserang

dan penduduknya yang Non-Kristen dibunuh secara massal, sedang Damaskus tidak

melakukan perlawanan. Tiga pemimpin Kristen, yaitu palima Mongol Kitbuga, Raja

Armenia dan Frankis Count Bohemund dari Antokia, terus bergerak sambil memaksa

orang-orang Islam untuk tunduk pada pasukan salib, dan mereka akan segera sampai

di Terussalem dan Kairo. Hal ini jelas merupakan tantangan terhadap pemerintahan

Mesir yang pada waktu itu berada dibawah Dinasti Mamluk, untuk menyerah atau

binasa. Pemerintahan Mamluk memutuskan untuk melawan mereka dan meminta

orang-orang Islam untuk melawan orang-orang kafir yang menjadi musuh Islam dan

para pembunuh Khalifah. Pasukan Mamluk bergerak menuju Palestina, dipimpin

Sultan Qutus dan Panglima Baybars, dan bertemu dengan pasukan Mongok dibawah

pimpinan Kitbuga di Ain Jalut dekat Nazaret. Setelah terjadi pertempuran sengit

(September 1260), pasukan Mongol dapat dikalahkan dan dicerai-beraikan, Kitboga

terbunuh dan keinginan Jhengis Khan untuk menaklukkan dunia dapat dipatahkan

selamanya.

Dinasti Mamluk yang telah mengalahkan pasukan Mongol dan pasukan

Kristen dari Timur tersebut, bila dibandingkan dengan Dinasti-dinasti lain dalam

1
2

Islam termasuk aneh dan menarik perhatian, karena nama Dinasti Mamluk

menunjukkan sebuah dinasti dari para budak yang berasal dari berbagai bangsa yang

membentuk suatu pemerintahan Oligachy Militer didalam sebuah negeri yang asing.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana Perkembangan di Bidang Politik Pada Masa Dinasti Mamluk ?

1.2.2 Bagaimana Perkembangan di Bidang Ekonomi Pada Masa Dinasti Mamluk ?

1.2.3 Bagaimana Perkembangan di Bidang Ilmu Pengetahuan Pada Masa Dinasti


Mamluk ?

1.2.4 Bagaimana Perkembangan di Bidang Seni Budaya Pada Masa Dinasti

Mamluk ?
3

BAB II

PEMBAHASAN

Peradaban islam Di Masa Dinasti Mamluk

Mamluk atau Mamalik (BahasaArab:‫مملوك‬, mamlūk (tunggal), ‫مماليك‬, mamālīk

(jamak)) adalah budak belian kasta kesatria yang dimiliki oleh khalifah Islam yang

berkuasa. Meskipun para mamluk adalah belian namun status mereka di atas budak
biasa, yang mana budak biasa tidak diperkenankan membawa senjata dan juga

dilarang melakukan aktivitas tertentu. Di beberapa tempat tertentu seperti di Mesir,

sejak masa dinasti Ayyubiyah hingga masa Kesultanan Utsmaniyah, mamluk bahkan

sudah menjadi majikan sejati, yang status sosialnya di atas orang merdeka umumnya.

2.1 Perkembangan di Bidang Politik

2.1.1 Proses Pembentukan Dinasti Mamluk

Pada Tradisi-tradisi lain selain Islam, Kemunculan dan kebangkitan suatu

dinasti semacam Dinasti Mamluk merupakan suatu fenomena yang sulit dipahami.

Bahkan dalam tradisi Islam pun, fenomena ini terbilang ajaib, atau mungkin unik.

Dinasti Mamluk di Mesir adalah dinasti terakhir di Dunia Arab untuk abad

pertengahan (1250-1800 M). Philip K. Hitti menyebutkan bahwa dinasti mamluk

adalah dinasti yang luar biasa karena dinasti ini dihimpun oleh budak-budak yang

berasal dari berbagai ras yang dapat membentuk suatu pemerintahan oligarki disuatu

Negara yang bukan tumpah darah mereka. Sultan-sultan yang berasal dari budak-

budak ini pantas mendapat acungan jempol dengan keberhasilannya dalam

mendirikan suatu negara yang kokoh dan kuat.

3
4

4
Dinasti Mamluk di Mesir berkuasa selama lebih dari setengah abad (1250-

1517). Sebelumnya telah berdiri Dinasti Mamluk yang lain di India pada tahun 1206

dan berakhir di tahun 1290. Dinasti Mamluk di Mesir mulai bangkit bersamaan

dengan runtuhnya kekuatan Islam di Bagdad dan pengunduran Islam di Spanyol.

Dinasti ini dikenal dengan nama Daulat Al-Atrak yang pada perkembangan

selanjutnya wilayah kekuasaannya meliputi Mesir dan Syria.

Kaum Mamluk adalah para Imigran Mesir yang pada awalnya merupakan
budak-budak yang datang dari daerah pegunungan kaukasus (kemudian disebut Al-

Mamalik Al-Burjiun) dan laut Kaspia (Al-mamalik, Al-Bahriyun). Oleh dinasti

Ayubiah, mereka ditempatkan di Barak-barak militer pulau Raudoh di sungai Nil

untuk dilatih dan dididik secara baik. Ditempat inilah diajari membaca, menulis dan

pengetahuan kemiliteran, bahkan diberi pendidikan agama. Kaum mamluk yang

ditempatkan di sungai Nil disebut Al-Mamalik Al-Bahriyun yang memerintah pada

1250 M/648 H .s.d 1390 M/792 H. selanjutnya, kaum Mamluk yang ditempatkan di

benteng-benteng istana di kota Kairo disebut al-Mamalik al-Burjiyun yang

memerintah pada 1382 M/784 H s.d 1517 M/922 H.

Terbentuknya Dinasti Mamluk di Mesir tidak dapat dipisahkan dari dinasti


Ayubiyah ketika terjadi perebutan kekuasaan antara Al-Malik As-Shalih dan Al-

Malik Al-Kamil. Dalam perebutan kekuasaan ini para tentara yang berasal dari suku

Kurdi memihak kepada al-Malik Al-Kamil sementara yang berasal dari budak

tergabung dalam Mamluk Bahriyun mendukung Al-Malik As-Shalih. Dalam

perebutan kekuasaan Al-Malik As-Shalih mampu mengalahkan Al-Malik Al-Kamil

dan Al-Malik As-Shalih berkuasa pada tahun 1240-1249 M. sejak masa itulah kaum

Mamluk mempunyai pengaruh besar dalam bidang kemiliteran dan pemerintahan.

5
Mereka menjadi Bodyguard Sultan-sultan dan amir yang semakin lemah. Perhatian

Al-malik As-Shalih begitu besar kepada kaum mamluk Bahriyun sehingga banyak

diantara mereka yang ditempatkan pada kelompok-kelompok elit atau terpisah dari

masyarakat atau militer yang lainnya. Perlakuan ini sebenaranya saling

menguntungkan bagi kedua belah pihak. Kehadiran kaum Mamluk merupakan

jaminan bagi berlangsungnya kekuasaan Al-Malik As-Shalih, sedangkan perlakuan

yang istimewa terhadap budak-budak itu bisa memberikan kemudahan dan


peningkatan karir mereka dan imbalan-imbalan materil lainnya.

Al-Malik As-Shalih meninggal pada 1249 M setelah menderita sakit dan

timbul kekacauan-kekacauan di daerah-daerah. Kematian As-Shalih dirahasiakan

oleh istrinya (Syajarat Ad-Durr, seorang harem yang berasal dari budak). Pada

awalnya ia hanya seorang pengurus rumah tangga, dan salah satu harem Khalifah

yang membebaskannya setelah ia melahirkan anak laki-laki. Dikatakan bahwa

berdasarkan pengetahuannya tentang kekuasaan tertinggi dari mantan suami sekaligus

tuannya, ia pernah mengirimkan catatan penting kepada amir-amir di Mesir yang

berbunyi “ jika engkau tidak punya orag untuk mengatur, kabari kami, dan kami akan

mengirimkannya untukmu. Kemudian, Putra mahkota As-Shalih yang bernama


Turansyah memegang tumpuk kekuasaan. Turansyah dianggap oleh kaum Mamluk

Al-Bahri bukan orang yang dekat dengan mereka. Selain itu, Turansyah dianggap

kurang tepat untuk menduduki pucuk pimpinan kekhalifahan karena menganggap

Turansyah lebih banyak bermukim di Jazirah Euprat. Oleh karena itu, ia dianggap

tidak begitu banyak menguasai seluk-beluk Mesir secara keseluruhan dan pada

akhirnya Turansyah dibunuh oleh Baybars. Kemudian, kelompok Mamluk Bahriyun

berusaha memperkuat diri dibawah pimpinan Baybar dan Aybak. Pada 1250 M,

6
mereka berhasil merebut kekuasaan dari Al-Malik Al-Muadzam Turansyah. Setelah

kejadian tersebut, diangkatlah Syajarat Ad-Durr sebagai Sultan mereka. Tetapi, baru

sekitar 3 bulan memerintah, pemerintah Abbasiah tidak merestui seorang wanita

menjadi penguasa negeri kemudian Khalifah Abbasiyah mengirimkan utusan Al-

Mamalik dengan mengatakan : “ jika orang laki-laki sudah tidak ada diantara kalian,

maka beritahukan kepada kami, agar kami mengutus seorang laki-laki kepada

kalian,”
Akhirnya Syajar ad-Dhur menikah dengan Aybak dan menyerahkan mahkota

kerajaan kepadanya. Shajar ad-dhur memilih Aybak, karena ia tidak memiliki

kepribadian yang kuat sehingga ia bisa mengendalikan pemerintahan dari belakang

layar. Tetapi Ayabak tidak mau berada dibawah baying-bayang Shajar lalu terjadi

pertentangan diantara keduanya dan berakhirlah dengan terbunuhnya Shajar ad-Dhur,

dan aybak sepenuhnya mengambil pemerintahan. Ia berkuasa dari 1250 s.d 1257 M.

Pada mulanya aybak mengangkat Asyraf Al-Musa sebagai sultan syar’i (Formal),

disamping dirinya yang bertindak sebagai penguasa sebenarnya. Namun akhirnya

Musa dibunuh oleh Aybak, ini merupaka akhir dari Dinasti Ayyubiah di Mesir dan

awal dari kekuasaan Dinasti Mamluk, dan aybak dianggap sebagai pendiri Dinasti
Mamluk sekaligus sebgai sultan pertama.

Aybak berkuasa selama tujuh tahun (1250-1257 M). Setelah meninggal ia

digantikan oleh anaknya, Ali yang masih berusia muda. Kedudukan Ali tidak lebih

hanya mengisi kekosongan kepemimpinan saja karena secara praktis yang memegang

kendali kekuasaan adalah Kutuz, salah seorang pemimpin Al-Muluk yang bertindak

sebagai wakil sultan. Yang akhirnya, Ali bin Aybak pun mengundurkan diri karena

7
merasa tidak mampu untuk menduduki jabatannya dan secara otomatis Kutuz-lah

yang menjadi penguasa.

Dimasa pemerintahan Kutuz, dinasti Mamluk mendapat ancaman dari tentara

Mongol. Mereka telah menghancurkan bagdad kemudian maju ke sungai Euprat

menuju Syria dan selanjutnya melintasi gunung Sinai menuju Mesir. Awal 1620 M

tentara Mongol sudah menduduki Nablus dan Gazza. Sebelum menyerbu Mesir,

tentara Mongol yang dipimpin Kitbuga meminta kepada Kutuz agar menyerah kepada
Hulagu di Bagdad. Kutuz menolak permintaan itu bahkan membunuh utusannya.

Kemudian, Kutuz meminta bantuan kepada pihak Prancis agar memberi bantuan

militer, logistic dan jalur sekitar jalur Gazza. Prancis menolak memberi bantuan

militer, tetap memberikan permintaan mamluk yang terakhir. Selanjutnya, Sultan

Kutuz dibantu Baybar memasuki wilayah kekuasaan Prancis. Mereka bergerak ke

utara sepanjang pantai Palestina dan membentuk kamp di dekat Akre.

Tentara Mongol dengan diperkuat oleh orang Armenia dan Georgia melintasi

Yordania menuju Galilea. Mendorong Mongol menuju Galilea, tentara Mamluk

dibawah komando Kutuz dan Baybar bergerak ke arah tenggara menghalang tentara

Mongol sampai kemudian terjadilah perang di Ainjalit yang berakhir dengan


kekalahan tentara Mongol. Peristiwa Ainjalit ini sekaligus menghapus mitos bahwa

tentara Mongol tidak dapat dikalahkan. Kemenangan di Ainjalit juga telah

membangkitkan agama Islam di wilayah-wilayah lain untuk melawan tentara Mongol

di sekitarnya. Namun dinasti mamluk membumbung tinggi di mata Dunia Islam

sehingga penguasa-penguasa di Syria ketika itu menyatakan kesetiannya pada dinasti

Mamluk.

8
2.1.2 Sistem dan Penataan Organisasi Pemerintahan

Bentuk pemerintahan oligarki militer adalah suatu bentuk pemerintahan yang

menerapkan kepemimpinan berdasarkan kekuatan dan pengaruh, bukan melalui garis

keturunan. System pemerintahan oligarki militer ini merupakan kreatifitas tokoh-

tokoh militer mamluk yang belum pernah berlaku sebelumnya dalam perkembangan

politik dipemerintahan Islam. Jika dibandingkan dengan system pemerintahan yang

dijalankan sebelumnya, yaitu system Monarki dan system Aritokrasi atau


pemerintahan para bangsawan, maka system pemerintahan Oligarki militer dapat

dikatakan lebih demokratis.

System oligarki militer lebih mementingkan kecakapan, kecerdasan, dan

keahlian dalam peperangan. Sultan yng lemah bisa saja disingkirkan atau diturunkan

dari kursi jabatannya oleh Seorang mamluk yang lebih kuat dan memiliki pengaruh

lebih besar ditengah-tengah masyarakat. Kelebihan lain dari system oligarki ini

adalah tidak adanya istilah senioritas yang berhak atas juniornya untuk menduduki

jabatan sultan, melainkan lebih berdasarkan keahlian dan kepiawaian seorang

mamluk tersebut.

Setelah memeluk Islam, seorang Mamluk akan dilatih sebagai tentara


berkuda. Mereka harus mematuhi Furisiyyah, sebuah aturan perilaku yang

memasukkan nilai-nilai seperti keberanian dan kemurahan hati dan juga doktrin

mengenai taktik perang berkuda, kemahiran menunggang kuda, kemahiran memanah

dan juga kemahiran merawat luka dan cedera.

Tentara Mamluk ini hidup di dalam komunitas mereka sendiri saja. Masa

lapang mereka diisi dengan permainan seperti memanah dan juga persembahan

9
kemahiran bertempur. Latihan yang intensif dan ketat untuk anggota-anggota baru

Mamluk juga akan memastikan bahwa kebudayaan Mamluk ini abadi.

Setelah tamat latihan, tentara Mamluk ini dimerdekakan tetapi mereka harus

setia kepada khalifah atau Sultan. Mereka mendapat terus perintah dari khalifah atau

sultan. Tentara Mamluk selalu dikerahkan untuk menyelesaikan perselisihan antara

suku setempat. Pemerintah setempat seperti amir juga mempunyai pasukan Mamluk

sendiri tetapi lebih kecil dibandingkan pasukan Mamluk khalifah atau sultan.
Pada mulanya, status tentara Mamluk ini tidak boleh diwariskan dan anak

lelaki tentara Mamluk dilarang mengikuti jejak langkah ayahnya. Di sebagian

kawasan seperti Mesir, tentara Mamluk mulai menjalin hubungan dengan pemerintah

setempat dan akhirnya mendapat pengaruh yang luas.

2.1.3 Peran Dinasti Mamluk dalam Sejarah Islam

Pemerintahan Dinasti mamluk memberikan sumbangan yang besar terhadap

dunia Islam dan berperan besar dalam sejarah umat Islam, karena berhasil

mengalahkan pasukan Mongol bebera kali dan mengkikis habis penduduk salib di

Timur, dan dengan kemenangan-kemenangan tersebut (reputasi) kemuliaan Islam

dapat ditegakkan. Karena jika seandainya Mesir sebagai pusat kekuatan muslim
terpenting terakhir, jatuh, posisi Islam akan benar-benar pudar, dan akan merubah

seluruh arah dan rangkaian sejarah dan peradaban di Asia Barat dan Mesir.

Setelah mengalami kekalahan dalam pertempuran di “Ain Jalut “, membuat

pasukan Mongol semakin meningkatkan kekuatannya, dan beberapa kali menyerang

Dinasti Mamluk, tetapi serangan mereka selalu gagal dan dikalahkan oleh pasukan

Dinasti mamluk. Dengan kemenangan pasukan Al-Mamalik di “ Ain jalut” berarti

pula mengembalikan pengokohan untuk mengepung kedudukan pasukan salib. Hal

10
tersebut sebagai sarana untuk menyempurnakan kemenangan yang dimulai oleh

Shalahuddin Al-Ayyubi. Pahlawan-pahlawan al-mamalik terpenting adalah dalam

peperangan melawan tentara salib adalah Sultan Baybars, Qalawun dan Al-Asrhaf

Khalil yang menjatuhkan daerah UKA dan menghancurkan terakhir benteng pasukan

salib, sehingga habislah masa pendudukan tentara Salib di Timur.

Selain itu, keberhasilan Al-Mamalik menahan serangan Mongol maka Mesir

dapat terhindar dari kehancuran dan mereka dapat menukmati kesinambungan dari
institusi-institusi politik dan peradaban. Dengan kata lai kemenangan Al-Mamalik

atas pasukan Mongol merupakan perlindungan terhadap peradaban dunia, karena

Mongol merupakan bangsa penghancur, yang mendatangi tempat dengan

menghancurkan gedung-gedung, membakar kitab-kitab dan membunuh Ilmuan serta

ulama.

Oleh karena itu, Mesir menjadi tempat pelarian para Ilmuan-ilmuan asala

bagdad dari serangan Mongol dan juga para ilmuan yang dari dari Timur dan Barat.

Pada tahap berikutnya, ilmu banyak berkembang di Mesir seperti sejarah, kedokteran,

astronomi, matematika dan Ilmu agama. Dalam ilmu sejarah tercatat nama-nama

besar seperti Ibnu Khalikan, Ibnu Taghribardi, dan Ibnu Khaldun. Dibidang
astronomi dikenal dengan nama Nasir al-Din, al-Tasi, di bidang Matematika, Abu Al-

Faraj al-Ibri. Dalam bidang kedokteran, dikenal nama Abu a-Hasan Ali al-Nafis,

penemu susunan dan peredaran darah dalam paru-paru manusia, Abdul Mun’in al-

Dimyati seorang dokter hewan, dan Al-Razi perintis Psychoteraphy. Dalam bidang

aphalmologi, dikenal dengan nama Salahuddin ibn Yusuf, sedamgkan dalam ilmu

keagamaan, tersohor nama Ibnu Taimiyah, seorang pemikit reformis dalam Islam, al-

11
Suyuti yang menguasai banyak ilmu agama, Ibnu Hajar al-Asqalani yang ahli dalam

ilmu hadist, dll.

Dalam pemerintahan Dinasti Mamluk saat ini berkembang ilmu sosiologi dan

filsafat sejarah dalam munculnya “Muqaddimah” Ibn Khaldun, sebagai kitab pertama

dalam bidang ini, disempurnakan penyusunan ilmu politik, ilmu tata usaha, ilmu

peperangan dan Ilmu kritik sejarah. Selain itu pada masa ini juga disebut dengan

“Zaman Mauzu’at”, karena banyak mausu’at dan majmu’ah.


Dinasti mamluk juga banyak mengalami kemajuan dibidang arsitektur.

Banyak arsitek di datangkan ke Mesir untuk membangun sekolah-sekolah dan

Masjid-masjid yang Indah. Bangunan-bangunan lain yang didirikan pada masa ini

diantaranya adalah rumah sakit, museum, perpusatakaan, villa, makam, kubah dan

menara masjid. Kemajuan dalam Ilmu pengetahuan juga diikuti dalam bidang

perindustrian yang ditandai dengan banyaknya berdiri pabrik, seperti pabrik tenun,

barang-barang logam, kaca, kulit, pabrik senjata dan kapal laut, serta kerajinan

perhiasan emas, seni ukir dan dekorasi.

Karena kemajuan-kemajuan tersebut, Mesir, Khusunya Kairo menjadi pusat

terpenting dari perkembangan kebudayaan islam dengan bahasa Arab sebagai basis,
karena lain yang dikuasai Mongol mengembangkan budaya Islam yang sangat

diwarnai Persia. Kemajuan-kemajuan yang dicapai pada masa Idnasti mamluk

diperoleh berkat kepribadian dan kewibawaan sultan yang tinggi, menyukai ilmu

pengetahuan dan solidaritas yang tinggi terhadap sesame Islam.

2.1.4 Proses dan Sebab-sebab kehancuran

Adapun sebab-sebab yang menyebabkan dinasti ini mengalami kehancuran

diantaranya adalah sebagai berikut.

12
2.1.4.1 Perebutan Kekuasaan

Pada masa pemerintahan Qolawun, sultan Mamluk ke-8 (1279-1290 M)

melakukan perubahan dan pemerintahan, yaitu pergantian secara turun-temurun dan

tidak lagi memberikan kesempatan kepada pihak militer untuk memilih sultan sebagai

Pemimpin mereka. Di samping itu, Qalawun juga telah mengesampingkan kelompok

mamluk Bahriyun sehingga makin lama pejabat dari Mamluk bahriyun semakin

berkurang dan digantikan oleh Mamluk Al-Burjiyun.


Sistem baru yang di terapkan oleh Qalawun ternyata telah menimbulkan

kericuhan dalam pemerintahan. Pada masa Al-Nasir Muhammad Ibnu Qalawun (1293

M) ia mengalami dua kali turun tahta karena perebutan kekuasaan dengan Kitbuga

(Al-Adi Zaenak Al-Din) dan Najim Al-Mansur Hisamudin. Pada 1382 M Barquk Al-

Dzahir Saef Al-Din dari Mamluk Al-Burjiyun berhasil merebut kekuasaan dari

tangan Al-Shalih Salahudin, sultan terakhir dari keterunan Qalawun. Sejak itulah

mulai periode kekuasaan Mamluk Al-Burjiyun.

Meskipun sultan-sultan Mamluk Burjiyun menerapkan kembali system

pemerintahan secara Oligarki seperti yang diterapkan Mamluk Bahriyun sebelumnya,

kekacauan tetap berlanjut sehingga situasi ini dimanfaatkan oleh para amir untuk
saling berebut kekuasaan dan memperkuat posisnya di pemerintahan.

2.1.4.2 Kemewahan dan Korupsi

Sejak pemerintahan Al-Nasir, pola hidup mewah telah menjalar dikalangan

penguasa istana, bahkan dikalangan para amir. Hal ini membuat keuangan Negara

semakin merosot dan untuk mengatasinya, pendapatan dari sector pajak dinaikkan

sehingga penderitaan rakyat semakin bertambah. Di samping itu, perdagangan pun

makin dipersulit, seperti komoditi utama dari Mesir yang selama ini diperjualbelikan

13
bebas oleh para petani, diambil alih oleh para sultan-sultan dan keuntungannya

digunakan untuk berfoya-foya.

2.1.4.3 Merosotnya Perekonomian

Sikap penguasa Dinasti Mamluk yang memeras pedagang dan membelenggu

kebebasan petani menyebabkan lunturnya gairah dan semangat kerja mereka.

Keadaan ini semakin memperburuk musim kamarau panjang dan wabah panyakit

menjalar di negeri ini.


Selain itu, sejak Vasco da Gama menemukan Tanjung Harapan di tahun 1498,

jalur perdagangan dari Timur jauh ke Eropa yang asalnya melalui Kairo, berpindah ke

tempat itu. Hal ini berdampak besar terhadap pendapatan devisa Negara yang

selanjutnya melemahkan perekonomian.

2.1.4.4 Serangan dari Turki Utsmani

Penyebab langsung runtuhnya dinasti Mamluk adalah terjadinya peperangan

denga tentara Turki Utsmani yang terjadi dua kali.pada tahun 1516 M, terjadilah

peperangan di Allepo yang berakhir dengan kekalahan total tentara Mamluk. Setelah

menang di Allepo, tentara Turki Utsmani melanjutkan perjalanannya untuk masuk ke

daerah Mesir yang dalam perjalanan ini terjadi lagi pertempuran sengit antara tentara
Turki Utsmani dan Mamluk pada 22 januari 1516 M. Pertempuran ini terjadi ketika

mamluk diperintah oleh Tuman Bay II (Al-Asyrof) yang merupakan sultan terakhir

Dinasti Mamluk di Mesir yang berlangsung cukup lama dan sebagai akibatnya

tampuk pemerintahan kekhalifahan dipindahkan dari Kairo ke Istanbul.

2.2 Perkembangan di Bidang Ekonomi

Kemajuan dalam Bidang Ekonomi yang dicapai oleh Dinasti Mamluk lebih

besar diperoleh dari sector perdagangan dan pertanian. Di sector perdagangan,

14
pemerintah dinasti mamluk memperluas hubungan perdagangan yang telah dibina

sejak masa Fatimiyah misalnya, dengan membuka dagang dengan Italia dan Prancis.

Setelah jatuhnya Bagdad, Kairo menjadi kota yang penting dan strategis karena jalur

perdagangan dari Asia Tengah dan Teluk Persia hampir dipastikan memalui Bagdad.

Dengan demikian, jalur perdagangan antara Laut Merah dan Laut Tengah menuju

Eropa pindah ke Kairo. Keadaan ini mejadi berlimpahnya devisa Negara terutama

dari sector perdagangan. Untuk mendukung kelancaran sector ini Dinasti Mamluk
memperbaiki sarana transportasi untuk memperlacar perjalanan pedagang-pedagang

terutama antara Kairo dan Damaskus. Dalam sector pertanian, pemerintah mengambil

kebijaksanaan pasar bebas kepada petani. Artinya, petani diberi kebebasan untuk

memasarkan sendiri hasil pertaniannya.

2.3 Perkembangan di Bidang Ilmu Pengetahuan

Ilmu pengetahuan yang berkembang pada Masa dinasti Mamluk antara lain

sejarah, kedokteran, astronomi, matematika dan Ilmu Agama. Di masa ini muncul

ahli sejarah yang bernama Ibnu khalikan. Ia berhasil menulis buku yang berjudul

Wafayat al-A’yan fi Anba’I al-Zaman. Selain itu, muncul pula nama-nama yang

terkenal seperti Abu Al-Fida dan Ibnu Tagribirdi. Dalam bidang astronomi dikenal
nama Nasir Ad-Diin Al-Tusi, seorang ali observatorium dan Abu Al-Faraz Al-Gibri

dalam bidang matematika. Dalam ilmu ketabiban muncul seorang ahli ketabiban

bernama Ibnu Al-Nafis. Ia dikenal sebagai penemu susunan dan peredaran darah

dalam paru-paru manusia. Dokter lain di masa itu adalah Al-Juma’i, penulis buku Al-

Irsyad li Masyani al-Anfus wa al-Syad. Ibnu Abi Al-Mahasin dan Salah Al-Din

bsesrta Ibnu Yusuf mengembangkan ilmu obtalmologi. Dokter hewan yang

15
terkemuka saat itu adalah Abdul Mu’min Al-Dimyati yang mengarag buku Fadlu al-

khair.

Dalam bidang Ilmu Agama, muncul Ibnu Taimiyah yang dikenal sebagai

reformer pemukiran Islam yang bermazhab Hambali. Selain itu, muncul pula orang-

orang ternama seperi As-Suyuti tulisannya yang berjudul Al-Itqon fi Uluum Alquran

dan Ibnu Hajar Al-Asykolani yang termahsyur dalam bidang penulisan hadis.

Dinasti mamluk juga berhasil membangun sekolah-sekolah, masjid-masjid


yang indah sebagai pusat ilmu pengetahuan.

2.4 Perkembangan di Bidang Seni Budaya

Devisa Negara yang melimpah pada Dinasti Mamluk memungkinkan mereka

untuk mendirikan bangunan-bangunan yang megah dan indah. Sejak masa

pemerintahan Qolawun (1293-1294 M), sultan-sultan Mamluk telah terbiasa

memperindah dan memperkuat bangunannya dengan batu-batu benteng, batu kapur

dan batu api yang diambil dari daratan tinggi Mesir. Bangunan ini sampai sekarang

masih bisa disaksikan, terutama dalam bentuk kuburan-kuburan dan kubah-kubah

masjid yang terdiri atas bebatuan tersebut. Sultan-sultan pada masa itu menghiasi

tembok-tembok rumah atau istananya yang menggambarkan kekuasaan dan


kemuliaan, salah satu diantaranya adalah Masjid As-Sultan di Mesir. Selain itu

didapati sekola-sekolah yang didirikan dengan indahnya yang mengajarkan empat

mazhab secara bersamaan.

Dinasti Mamluk juga dikenal sebagai pelindung seni Kaligrafi terutama

hiasan Al-Qur’an. Kaligrafi yang terkenal pada masa ini adalah Muhammad Ibnu Al-

Wahid, pada tahun 703 H/1304 M meninggalkan karyanya berupa salinan Al-Qur’an

dengan gaya Khat Tsuluts. Selain Muhammad Ibn Al-Wahid juga ada beberapa

16
seniman kaligrafi yang berperan dalam dunia seni seperti Muhammad Ibn Sulaiman

Al-Mushini, hmad Ibn Muhammad al-Anshari dan Ibrahim Ibn Muhammad al-

Khabbaz. salah satu dari karya Abd al-Rahman ibn al-Sayigh yang paling besar yaitu

salinan al-Qur’an dengan panjang dua meter, ditulis dengan pena bamboo dalam

waktu dua bulan.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dinasti Mamluk merupakan salah satu dinasti dalam peradaban Islam pada

masa keemasan Islam atau kejayaan Islam. Sebagaimana sekilas diketengahkan,

sejarah panjang dinasti Mamluk merupakan salah satu bentuk system bergulirnya

pemerintahan dalam peradaban Islam yang kompleks dalam arti tidak terkungkung
pada system pemerintahan berbasis keturunan, bahkan tidak juga dominasi agamawan

atau aristocrat dimana kalangan budak mampu mengisi sejarah peradaban Islam

dengan berbagai sumbangan serta sisi positif dan negatifnya.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://grabalog.blogspot.co.id/2013/01/sejarah-peradaban-islam-pada-

masa.html?m=1

https://balyataufiqurahman.blogspot.co.id/2018/01/peran-dinasti-mamluk-dalam-

penyelamatan.html?=1

www.kumpulankuliah.net/2016/09/dinasti-mamluk-sumbangannya-dalam-

dunia.html?m=1
K. Hitti Philip. 2002. History of The Arabs. Jakarta. Serambi Ilmu Semesta.

19

Anda mungkin juga menyukai