Anda di halaman 1dari 14

Sejarah Dakwah Pada Masa Khalifah

Utsman Bin ‘Affan dan Ali Bin Abi Thalib


Makalah
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah: Sejarah Dakwah
Dosen Pengampu: Deddy Susanto, S.Sos.I., MSI.

Disusun Oleh :

Dliya Uyunil Hikmah 1801026132


Norma Laila Fitria 1801026140
Ali Hasmy As Shiddeqy 1801026149

FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI


UNIVERSITAS ISLAM NEGRI WALISONGO
SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dakwah sudah berjalan sejak masa Nabi Muhammad saw. Menyeru dan mengajak orang
orang pada kebenaran jalan Allah swt. Setelah beliau wafat, kepemimpinan umat islam digantikan
dengan para sahabat yang disebut dengan masa khulafaur rasyiddin. Mereka adalah Abu Bakar as
Siddiq, Umar bin Khattab, Utsman bin ‘Affan dan Ali bin Abi Thalib. Setelah masa Abu Bakar as
Siddiq dan Umar bin Khattab berakhir, selanjutnya diteruskan oleh Utsman lalu setelahnya Ali.
Banyak kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa kepemimpinan Utsman bin ‘Affan begitu
juga Ali bin Abi Thalib. Metode dakwah yang dilakukan keduanyapun memiliki beberapa
perbedaan.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Dakwah Pada Masa Utsman bin ‘Affan ?

2. Bagaimana Dakwah Pada Masa Ali bin Abi Thalib?

1
PENDAHULUAN

A. Dakwah Pada Masa Usman bin ‘Affan

1. Biografi Singkat Utsman bin ‘Affan

Nama lengkap Utsman bin Affan adalah Utsman bin Affan bin Abdul Ash bin Umayah bin
Abdi Syamas bin Abdi Manaf.Ia berasal dari suku Quraisy.Ibunya bernama Arwa binti Kuraiz dari
Bani Abdi Syamas.Utsman lahir di Thaif,enam tahun setelah Tahun Gajah.Ia memeluk agama islam
karena ajakan Abu Bakar dan menjadi salah seorang sahabat dekat nabi .Ia sangat kaya, tetapi
sangat bersahaja.Sebagian besar kekayaannya digunakan untuk kepentingan Islam.Ia mendapat
julukan dzu nur ‘ain,artinya yang memiliki dua cahaya, karena menikahi dua putri Nabi.Ia juga
merasakan penderitaan yang disebabkan oleh tekanan kaum Quraisy terhadap muslimin di mekah
dan ikut hijrah ke Abesinia beserta istrinya.Utsman menyumbang 950 ekor unta, 50 bagal,serta
1000 dirham untuk melawan Byzantium di perbatasan Palestina.Utsman juga membeli mata air
orang orang Romawi dengan harga 20.000 dirham untuk selanjutnya diwakafkan bagi kepentingan
umat islam. Disamping itu ia meriwayatkan sekitar 150 hadits.Sepeti halnya Umar , Utsman naik
menjadi khalifah melalui proses pemilihan.Bedanya Umar dipilih atas penunjukan langsung,
sedangkan Utsman diangkat atas penunjukan tidak langsung,yaitu melewati majelis syura yang
dibentuk oleh Umar menjelang wafatnya.

2. Utsman bin Affan Menjadi Khalifah

Utsman mengucapkan khutbah baiat setelah selesai pelantikannya. “Khalifah


Sesungguhnya kita berada di sisa umur dunia.Oleh karena itu,bergegaslah mengerjakan kebaikan
yang telah ditakdirkan atasmu.Kehadiranmu didunia ini-baik pagi maupun petang-penuh dengan
kepalsuan dan tipu daya.Oleh karena itu jangan sampai kamu tertipu oleh kehidupan dunia,sehingga
kamu melupakan allah….”.

Pada masa-masa awal dari pemerintahannya, Utsman melanjutkan kesuksesan para


pendahulunya, terutama dalam perluasan wilayah kekuasaan.Daerah-daerah strategis yang sudah
dikuasai Islam,seperti Mesir dan Irak, terus dilindungi dengan melakukan serangkaian ekspedisi
militer yang direncenakan secara cermat.Di Mesir,pasukan muslim diinstrusikan untuk memasuki
Afrika Utara.Salah satu pertempuran penting disini adalah Dzat As-Sawari (peperangan tiang kapal)
yang terjadi di laut tengah, dekat kota Iskandariah.Pasukan di bawah pimpinan Abdullah bi Abi

2
Sarah melawan pasukan Romawi.Perang tersebut dinamakan demikian karena banyaknya kapal
perang yang digunakan.konon semuanya berjumlah 1000 kapal.

Karya monumental Utsman yang dipersembahkan kepada umat islam adalah penyusunan
Alquran.Penyusunan ini untuk mengakhiri perbedaan dalam membaca alquran.Upaya penyusunan
Alquran diketuai oleh Zaid bin Tsabit.Adapun hal pertama yang dilakukan dewan penyusunan
adalah mengumpulkan tulisan tulisan Alquran yang diantaranya disimpan oleh Hafshah,istri
nabi.Selanjutnya, dewan membuat beberapa salinan naskah alquran untuk dikirimkan ke berbagai
wilayah sebagai pedoman yang benar untuk masa selanjutnya.

Khalifah Utsma juga mengganti para gubernur yang banyak terdiri dari kalangan bani
umayyah (keluarganya) Pada masa jabatan Umar, dalam 6 tahun pertama berjalan dengan baik.
Namun, pada pertengan kedua pemerintahan Usman retak dan ditimpa perpecahan ini disebabkan
karena kebijaksanaan Usman dalam mengganti para gubernur yang diangkat oleh Umar.
Penggantinya lebih banyak dari kalangan keluargabani Umayah (nepotisme).Ada beberapa bukti
yang menyatakan bahwa kebijakan Usman dalam mengangkat para pejabat adalah secara
nepotisme. Diantaranya :

a Khalifah Usman menggantikan Sa’ad bin Abi Waqash dari jabatannya sebagai gubernur
Kufah dan menggantikannya dengan Walid bin Uqbah yaitu saudae se-ibu khalifah
Usman.

b Khalifah Usman mengganti Abu Musa Al’Asy’ari dari jabatanya sebagai gubernur
Basrah dan menggantikannya dengan Abdullah bin Amir yaitu anak pamannya Usman.

c Khalifah Usman mengganti Amru bin ‘Ash dari jabatannya sebagai gubernurMesir dan
mengantinya dengan Abdullah bin Sa’ad bin Abi sarah yaitu saudara sepersusuannya.

d Khalifah Usman mengangkat Marwan bin Hakam sebagai sekretaris Khalifah, ia adalah
seorang tokoh bani Umayah yang sangat fanatic terhadap keturunannya.

e Khalifah Usman, sering membelanjakan uang khas baitul al- Mal secara boros tanpa
perhitungan untuk kepentingan orang-orang dari golongan bani Umayah.1

Adapun metode dakwah Utsman adalah :

a Berdakwah dengan melaksanakan tugas kekhalifahan yang di amanahkan secara


maksimal.
1
Samsul Munir Amin,Sejarah Dakwah (Jakarta:2014)

3
b Meneruskan dakwah para pendahulunya yaitu Rasulullah, Abu bakar, dan Umar.

c Berdakwah dalam bingkai Al-Qur’an dan sunnah.

d Megikuti tradisi baik yang sudah ada.

e Tidak mendahulukan hukuman dalam mendidik rakyat.

f Mengajak rakyat agar hidup zuhud.2

Masa akhir kepemimpinan Utsman bin ‘Affan terjadi banyak perselisihan. Karna ketidak setujuan
dengan keputusan-keputusan Utsman bin ‘Affan seperti, mengangkat kerabatnya dalam posisi
strategis dalam pemerintahan dan kebijakan lainnya yang menurut banyak pihak sebagai sebuah
penyelewengan dalam masa pemerintahan khalifah Utsman bin ‘Affan.

Aksi protes dan keberatan semakin kuat, orang orang dari Kufah dan Mesir pegi ke
Madinah. Rombongan itu dipimpin oleh empat orang, yaitu Abduul Rahman ibn Udais al-Balawi,
Saudan ibn Humran al-Muradi, Amr ibn al-Hamq al-Khiza’I dan Ibn al-Nibba’.3

Krisis kepercayaan masyarakat Mesir atas kepemimpinan Ibn Abi Sarah menjadi
pemicu ketidaksenangan masyarakat atas kepemimpinan khalifah Utsman bin Affan. Bahkan
kemarahan mereka semakin menjadi ketika mereka menemukan sepucuk surat kaleng yang
dibawa oleh orang misterius yang isinya memerintahkan membunuh para pemberontak setibanya
di Mesir. Surat yang sama juga dikirim ke Kufah dan Basrah. Ringkasnya, para pemberontak
yang sedianya akan kembali ke tempat masing-masing berbalik arah menuju Madinah penuh
dengan kemarahan. Kedatangan mereka kali ini untuk mempertanyakan isi perintah yang
terdapat di dalam surat kaleng tersebut dan menuduhnya untuk membunuh mereka. Dari
semua tuduhan yang diarahkan kepada khalifah Utsman, tidak satu pun yang dapat
dibenarkan khalifah, meskipun stempel dan legalitas surat atas nama khalifah. Karena merasa tidak
puas atas jawaban tersebut, akhirnya para pemberontak mengepung khalifah Utsman di
kediamannya selama lebih kurang 40 hari.4

Pada hari kamis 11 Dzulhijjah 35 H, Utsman telah bermimpi telah dekat ajalnya.
Dia melihat Rasulullah berkata; “wahai Utsman berbukalah bersama kami”. Maka Utsman
berpuasa pada hari jum’at. Dalam riwayat lain disebutkan: “engkau akan hadir shalat jum’at

2
Wahyu Illahi & Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah (Jakarta:2007)
3
Abu Ja‟far ibn Jarir al-Tabari. Al-Umam wa al-Mulk. J.3. Beirut: Mu‟assasah al-„Alam al Islami li al Matbu‟ah,
1989), 400.
4
Murodi, Rekonsiliasi Politik Umat Islam, 42-43

4
bersama kami”. Utsman meminta mushhaf dan dibentangkan dihadapannya, lalu beliau
shalat dua rakaat dan duduk membaca al-Qur’an. Beliau pasrah dan tawakkal kepada Allah,
sehingga tidak menyandang sebilah pedang pun. Dia menyadari kalau sebentar lagi dia akan
mati. Masuklah At Tujiby, dia membawa sebilah tombak yang terbuat dari besi. Dia
memukul kening Utsman, sehingga Utsman terjatuh ke samping, darah Utsman mengucur
mengenai kitabullah (al-Qur’an). Kemudian masuklah orang laki-laki yang bernama Al-Mautul
Aswad lalu dia mencekik Utsman dengan kuat, sehingga Utsman pingsan, dan dia menyangka
Utsman telah meninggal. Kemudian ada seorang laki-laki yang memukulnya dengan pedang,
akan tetapi Utsman menangkisnya hingga putus tangannya.Masuklah orang lain dengan
membawa sebilas pedang, tapi dia dihadang oleh Nailah binti Farafishah (istri Utsman),
Naila menghadang dengan tangannya, sehingga jari-jari Naila terputus. Naila juga melempar
dirinya ke atas tubuh Utsman untuk melindunginya dari sabetan pedang, akan tetapi salah seorang
dari mereka menusukkan pedangnya dari bawah tubuh Naila tepat pada perut Utsman dan
menekan pedang tersebut hingga tembus ke punggung Utsman.Ada yang mengatakan Muhammad
bin Abu Bakar (Gubernur Mesir yang Baru) masuk rumah Utsman dan membunuh Utsman
bin Affan yang sedang membaca Al-Qur’an. Dalam riwayat lain, disebutkan yang membunuh
adalah Aswadan bin Hamrab dari Tujib, Mesir. Riwayat lain menyebutkan pembunuhnya
adalah Al Ghafiki dan Sudan bin Hamran.

Berakhir sudah riwayat perjuangan khalifah Utsman bin Affan yang berkepribadian
sangat halus dan luhur. Kemudian sebagian sahabat memandikan Utsman, mengkafani
dan menshalatinya, semuanya mereka lakukan pada malam hari, mereka menghilangkan jejak
kuburannya. Khawatir kalau pemberontak ingin membongkar kuburannya.Pada mulanya kaum
pemberontakan tidak memperbolehkan pemakaman jenazah Utsman hingga selama tiga hari.
Jenazah itu baru boleh dikuburkan setelah beberapa orang Quraysy meminta Ali bin Abi
Thalib menengahi masalah itu dengan kaum pemberontak, yang menghadiri pemakaman
itu hanya Marwan bin Hakam, Jubair bin Mut’im, Hakim bin Hizam, Abu Jahm bin Huzaifah al-
Adawi, Niyar bin Hakam dan kedua istrinya, yaitu Naila binti Farafisah dan Um Al
Banin binti Uyainah. Masyarakat awam mencoba melempari jenazah Utsman dengan batu,
tetapi Ali bin Abi Thalib menghardik mereka. Beberapa orang segera mengangkat jenazah itu
untuk dikuburkan dengan mengambil kesempatan pada kegelapan malam (antara Magrib dan Isya),
supaya tak terlihat oleh kaum pemberontak.5

5
Muhammad Husain Haekal, Utsman Bin Affan : “Umatku Yang Benar-benar Pemalu adalah Utsman” (Hadits
Syarif) antara Kekhalifahan dengan Kerajaan, Terj. Ali Audah, (bogor, Pustaka Litera Antar Nusa, 2002), 144

5
Tentang terbunuhnya Utsman itu barangkali sesuai dengan sabda Nabi, Ia akan
terbunuh dalam keadaan teraniaya. Adapun hari bulan terbunuhnya, ada yang mengatakan
pada hari jum’at tanggal 18 bulan Dzulhijjah tahun 35 Hijriah dalam usia 82 tahun. Beliau
dimakamkan di Baqi’

6
B. Dakwah Pada Masa Ali bin Abi Thalib

1. Biografi Ali bin Abi Thalib

Nama lengkapnya Ali bin Abi Thalib bin Abdi al-Mutthalib bin Hasyim bin Abdi Manaf
bin Qushay. Ali adalah anak paham Rasulullah. Ibunya bernama Fathimah binti Asad bin Hisyam.
Beliau dilahirkan sebelum Nabi diutus, dan masuk Islam ketika berumur lima tahun. Ada yang
mengatakan berumur delapan tahun.

Ali dikenal sebagai pemberani, orator, dan sastrawan. Dalam masalah qadha, beliau adalah
pakarnya. Beliau memiliki keimanan yang kuat, pemahaman Islam yang baik, dan memiliki
kemampuan untuk mempengaruhi khalayak, seperti masuk Islamnya seluruh penduduk Hamadhan
di tangan beliau dalam satu hari.

Rasulullah menjamin beliau masuk surga dan mengabarkan bahwa beliau akan diuji
keimanannya oleh Allah swt. Beliau tumbuh dirumah Rasulullah dan tidur di tempat tidur
Rasulullah dengan berselimut pada malam hijrah. Beliau tidak pernah absen dalam seluruh
peperangan bersama Nabi, kecuali perang Tabuk. Di perang Badar beliau membawa bendera kaum
muslimim. Saat itu umut beliau 20 tahun.

Setelah Ustman meninggal dunia,khalifah dipegang oleh Ali. Penduduk Madinah sepakat
menunjuk beliau meskipun beliau sendiri tidak menyenangi posisi itu. Setelah menjadi khalifah,
beliau sibuk menghadapi orang-orang yang tidak setuju dengan pemerintahannya. Terjadilah perang
Jamal, Shiffin dan Nahrawan. Banyak hukum yang dapat diambil dari perang saudara yang terjadi
pad masa Ali bin Abi Thalib, diantaranya memperlakukan tawanan dengan baik dan melepaskannya
setelah perang atau membuat perjanjian agar tidak kembali berperang, tidak membagi-bagi harta
musuh sebagai ghanimah kecuali senjata dan kendaraan yang mereka pakai saat perang, tiak boleh
menjadikan wanita sebagai pihak yang kalah perang sebagai tawanan atau budak, tidak
mengharamkan pada para penentang akan haknya untuk menerima harta fa’i atau untuk shalat di
masjid dan tidak boleh memulai perang untuk mereka.

Ali meninggal dunia di tangan Abdurrahman bin Muljam al Khariji di Kufah pada fajar
hari tanggal 21 Ramadhan tahun 40 H pada usia 58 tahun.6

6
Wahyu Illahi & Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah (Jakarta:2007) hlm. 102-103

7
2. Masa Kepemimpinann Ali bin Abi Thalib

Dalam kondisi pasca terbunuhnya Usman bin ‘Affan, beberapa orang yang teridentifikasi
sebagai pembunuh khalifah Usman baik secara langsung atau tidak menunjuk Ali bin Abi Thalib.
Semula ia menolak dan mengusulkan agar mereka memilih dari senior yang lain seperti Talha atau
Zubair. Akhirnya dengan tekanan-tekanan tersebut dengan permintaan serius dari kawan-kawan
dekatnya serta sahabat sahabat yang lain, maka pada hari keenam terbunuhnya Utsman, Ali terpilih
sebagai khalifah. (Muir, 1892: 444)

Persoalan pertama adalah Ali menyingkirkan dua saingan utama kekhalifahan, Talhah dan
Zubair yang mewakili Mekah, keduanya memiliki pengikut di Hijaz dan Iraq yang tidak mau
mengakui kekhalifahan Ali. Banyak kebijakan dan tuntutan yang diterima oleh Ali bin Abi Thalib.
Beliau memecat Gubernur yang berlaku sewenang wenang yang diangkat oleh Utsman misalnya
Muawiyah di Syam. Selain itu ‘Aisyah bersama Talhah dan Zubair menuntut Ali untuk segera
mencari dan menghukum pembunuh Utsman. Kondisi yang kacau tersebut menimbulkan banyak
perang saudara yaitu, perang Jamal, Shiffin, dan Nahrawan. Akhirnya Ali memindahkan Ibu Kota
Madinah ke Kufah (Januari 675 M) dikarenakan para pengikut Ali yang paling banyak ada di
Kufah.7

Dalam situasi seperti ini, Ali tetap melanjutkan tugasnya untuk berdakwah dijalan Allah.
Saat beliau menjadi khalifah beliau berjalan hilir mudik dipasar-pasar untuk melakukan
pengawasan tanpa disertai pembantu atau pengawal. Disitu beliau memebrikan petunjuk-
petujnjuk, membantu yang lemah, berbincang-bincang dengan para pedagang, serta
memerintahlkan kepada mereka agar berlaku tawadhu’, bergaul dengan baik, dan membacakan
untuk mereka ayat Allah.

Ali selalu berada di tengah-tengah orang banyak guna mengetahui segala kebutuhan
mereka, beliau mengikuti roda ekonomi, mangamati timbangan dan tkaran, serta barang0-
barang yang tidak laku di pasar-pasar, srbagaimana yang telah kami kemukakan di muka.

Ali secara ketat mengawasi para gubernurnya diberbagai propinsi, para komandan
pasukan dan para bendaharawan, serta memerintahkan kepada mereka agar bersikap lembut dan
tawadhu’ dalam bergaul dengan orang banyak.8 Ali selalu menampakkan kebiasaan sosialieme
dalam islam, baik secara kejiwaan atau tindakan nyata. Sebenarnya sosialisme ini telah tersebar
7
Qasim A.Ibrahim dan Muhammad A. Saleh, Sejarah Islam, ( : Zaman, tt) hlm.106
8
Abul ‘Ala al-Maududi, Khalifah dan Kerajaan, (Bandung: Penerbit Mizan Anggota IKAPI, 2000),hlm.123

8
luas secara merata pada Zaman khalifah Abu Bakar, Umar dan Ustman, Sayidina Ali yang
didorong oleh ruh Islamnya, kezuhudan dan kewara’annya itu kembali mempergunakan
sosialisme ini, walaupun tidak menyerupai sosialisme modern seperti sekarang ini.9

Sebelum berperang, Ali selalu mengajak musuhnya untuk mengikuti alan Allah,
Rasul-Nya dan Islam. Setelah ajakan itu ditolak, maka barulah Ali mengajaknya
berprang tanding, dan ia dapat membunuhnya. Kebijakan inilah yang merupakan salah satu
sebab mengapa umat islam selalu menang.10

Beliau sangat mudha bergaul, sebagai bukti gampangnya beliau bergaul dengan
masyarakat, adalah sambutannya terhadap orang-orang secara langsung menemui beliau. Beliau
menyambut mereka dengan penghormatan yang spontan, senyum hangat, dan wajah berseri, untuk
membuang jauh-jauh segala formalitas yang memisahkan seorang pemimpin dari rakyatnya, dan
menyingkirkan segala gelar yang selama ini dipakai oleh para pembesar dan pemimpin
Negara dalam pergaulan mereka dengan orang banyak.11

Ali jarang mengeluarkan kata-kata keras yang menunjukkan kemarahan. Jarang pula
kaum ahli pedang mendengar kemarahan dari mulut dan lidahnya. Biasanya kalaupun ada
seringkali sudah tak tahan memendamnya. Sebagai pahlawan, wajar apabila gejolak marah
itu tersalur melalui perbuatan, lontaran panahnya, ayunan pedang atau dalam geraknya. 12 Ali
juga sangat baik hati kepada penduduk Non Muslim. Ia memerintahkan para
pejabatnya agar memperlakukan mereka dengna baik dan memberi perhatian yang khusus
terhadap kebutuhannya13

Srategi dakwah yang dilakukan Ali bin Abi Thalib :

a Politik Ali bin Abi Thalib dalam memerintah

Situasi ummat Islam pada masa pemerintahan Khalifah Ali bin Abi Thalib sudah
sangat jauh berbeda dengan masa-masa sebelumnya. Umat Islam pada masa pemerintahan
Abu Bakar dan Umar Ibnu Khattab masih bersatu, mereka memiliki banyak tugas yang harus

9
Abdul Halim Uweis & Musthafa ‘Asyur, Sayidina Ali Khalifah keempat yagn dideskriditkan, (Jakarta: yayasan
lumni timur Tengah Indonesia,1997), hlm. 101
10
Said bin Ali bin Wahif al-Qahthani, Dakwah Islam Dakwha Bijak, (Jakarta: Penerbit Gema INsani Press, 1994),
hlm.180
11
Ahsin Muhammad dan Afif Muhammad, Para Pemuka Ahlu Bayt Nabi, (Jakarta: Pustaka Hidayah, 2004),hlm.66
12
Abbas Mahmud Aqqad, Keagungan Alin bin Abi Thalib, (Bogor: CV. Pustaka Mantiq, 1994), hlm.38
13
Majid Alli Khan, Sisi Hidup Para Khalifah Saleh, (Surabaya: Risalah Gusti, 2000), hlm.257

9
diselesaikannya, seperti tugas melakukan perluasan wilayah Islam dan sebagainya. Selain itu,
kehidupan masyarakat Islam masih sangat sederhana karena belum banyak terpengaruh oleh
kemewahan duniawi, kekayaan dan kedudukan.

Namun pada masa pemerintahan Khalifah Usman bin ‘Affan keadaan mulai berubah.
Perjuangan pun sudah mulai terpengaruh oleh hal-hal yang bersifat duniawi. Oleh karena itu,
beban yang harus dipikul oleh penguasa berikutnya semakin berat. Usaha-usaha Khalifah Ali
bin Abi Thalib dalam mengatasi persoalan tersebut tetap dilakukannya, meskipun ia mendapat
tantangan yang sangat luar biasa. Semua itu bertujuan agar masyarakat merasa aman, tentram
dan sejahtera. Adapun usaha-usaha yang dilakukan Khalifah Ali bin Abi Thalib diantaranya:

a.1 Memecat kepala-kepala daearah angkatan Usman.

Menurut pengamantan Khalifah Ali bin Abi Thalib, para gubernur inilah yang
menyebabkan timbulnya berbagai gerakan pemberontakan terhadap pemerintahan Khalifah
Usman bin Affan. Berdasarkan pengamatan inilah kemudian Khalifah Ali bin Abi Thalib
mencopot mereka. Adapun para gubernur yang diangkat Khalifah Ali bin Abi Thalib sebagai
pengganti gubernur lama yaitu; Sahl Ibnu Hanif sebagai gubernur syria,Usman Ibnu Affan sebagai
gubernur Basrah, Umrah Ibnu Syihab sebagai gubernur Kuffah, Qais Ibnu Sa’ad sebagai
gubernur Mesir, Ubaidah Ibnu Abbas sebagai gubernur Yaman.14

a.2 Menarik kembali tanah milik negara

Pada masa pemerintahan Usman Ibnu Affan banyak para kerabatnya yang diberikan
fasilitas dalam berbagai bidang, sehingga banyak diantara mereka yang kemudian merongrong
pemerintahan Khalifah Usman Ibnu Affan dan harta kekayaan negara. Oleh karena itu, setelah
Ali bin Abi Thalib sah menjadi Khalifah. Ali mengambil tanah-tanah yang di bagi-bagikan
Usman kepada famili-famili dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah. Demikian juga hibah
atau pemberian Usman kepada siapapun yang tiada beralasan, di ambil Ali kembali.15

a.3 Perluasan Dakwah Islamiyah

Waktu Rasul wafat, Dakwah Islamiyah baru berhasil mentauhidkan Jazirah Arabiah
dan baru saja selesai membuka pintu gerbang kerajaan rumawi timur, yaitu penaklukan tabuk.
Dalam masa pemerintahan Khulafaur Rasyidin, dakwah Islamiyah telah mengembangkan sayapnya
jauh keluar perbatasan jazirah arabiah, baik ketimur, ke barat, ke utara ataupun ke selatan.

14
A. Syalabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam, (Jakarta: Al-Husna Zikra,1997), hlm.284.
15
Ibid.,hlm.285.

10
Telah dijelaskan, bahwa dalam pelaksanaan dakwah Islamiyah Rasul telah menetapkan
satu prinsip politik luar negeri bagi Ummat Islam; dimana berdasarkan politik tersebut Nabi
Saw mengirimkan surat-surat dan utusan-utusan kepada para 15raja dan para Amir,
mendakwahkan mereka agar mentauhidkan Allah dan beriman dengan risalah-nya, disamping
memukul hancur para penyamun yang tunduk kepada kekuasaan rum diperbatasan negeri
syam, karena merendahkan dakwahnya, memusuhi para Rasul-nya dan membunuh para
sahabat-sahabatnya. Sesui dengan prinsip politik luar negeri, juga sebulum wafat Rasul telah
mempersiapkan sebuah pasukan besar di bawah pimpinan panglima Usama bin Zaid untuk
menaklukkan Syam.16

Adapun negeri-negeri yang dicapai oleh dakwah Islamiyah dan masa ini, antara yaitu:

• Irak

• Persia

• Syam dan palestina

• Mesir

• Afrika utra

• Afganistan dan sebahagian india

Perkembangan dakwah Islamiyah dalam daera-daerah baru ini cepat sekali, sehingga
dalam waktu yang relatif singkat bahasa al-Qur’an (bahasa arab) telah menjadi bahasa
mereka, dan terleburlah mereka menjadi satu ummat, yaitu ummat Islam.

Kekhalifahan Ali bin Abi Thalib berakhir setelah usaha pembunuhan yang dilakukan tiga
orang khawarij yaitu Wardan, Syabib bin Bajrah al-Asyja’I dan Ibnu Muljam membuat luka parah
pada kepala Ali bin Abi Thalib. Dan pada tanggal 21 Ramadhan Ali pun wafat. Sebelum meninggal
Ali sempat berwasiat untuk tidak memutilasi orang yang membunuhnya. Ali menjabat
sebagai khalifah selama empat tahun lebih tiga hari sembilan bulan.17

16
oesef Soib, Sejarah daulat Khulafaur rasydin,(Jakarta:Al-kausar,2009),hlm.465.
17
li ash-Shalabi, Asmal Mathalib fi Sirati Amiril Mukminin Ali bin Abi Thalib, hlm. 1036

11
BAB II
KESIMPULAN

Dakwah yang dialami para khalifah setelah wafatnya Rasulullah saw semakin sulit dan
banyak kendala. Karna yang mereka perangi bukan hanya kaum kafir, namun juga perang sesama
mukmin juga banyak terjadi. Hal itu dipicu oleh keserakahan orang-orang dengan iman yang lemah
dan belum benar-benar dapat memaknai keimanan mereka. Dakwah yang dilakukan pun akan
berbeda cara dengan yang dilakukan Rasulullah. Dan setiap khalifah memiliki cara tersendiri untuk
melakukan strategi dakwahnya walaupun tidak jauh berbeda. Para khalifah tidak memiliki rasa lelah
ataupun gentar untuk tetap menyerukan dakwah dijalan Allah. Dan para khalifah adalah sahabat-
sahabat Rasulullah yang telah dijamin surga oleh Allah swt.

12
DAFTAR PUSTAKA

Munir Samsul Amin.2014. Sejarah Dakwah. Jakarta


Illahi Wahyu & Hefni Harjani. 2007. Pengantar Sejarah Dakwah. Jakarta
A. Qasim Ibrahim dan A. Muhammad Saleh. Sejarah Islam. Zaman.
Rambe Jansen. 2017. Skripsi Problematika Dakwah Pada Masa Ali bin Abi Thalib. UIN Sumatra
Utara. Medan.

13

Anda mungkin juga menyukai