BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setelah wafatnya Umar Bin Khatab R.A karena ditikam oleh Abu Lu’luah,
maka estafet kepemimpinanya akhirnya di lanjutkan oleh Utsman Bin Affan. Namun
untuk pengangkatan Utsman berbeda dengan pada masa Umar dan Abu Bakar.
Utsman Bin Affan tidak
Anshar dan ikut sertalah bersama orang-orang yang melakukan musyawarah.
Mestinya diangkat melalui penunjukan atau wasiat, akan tetapi melalui Musyawarah
dimana Utsman Bin Affan dilantik menjadi Khalifah yaitu 3 hari setalah pemakaman
Umar bin Khattab.
Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari Anas, ia berkata bahwa beberapa saat sebelum
wafat, Umar Mengirim Sesorang untuk menemui Abu Thalhah Al Anshari. Katanya:
“panggillah lima puluh orang mereka berkumpul di satu rumah. Jangan biarkan ada
orang yang menemui mereka dan jangan sampai mereka belum memilih pemimpin
sampai lewat batas tiga hari”.
Utsman Bin Affan dikenal sebagai saudagar yang kaya dan berkripadian
pemurah kepada sesama. Selain itu, kekayaan yang dimilikinya tidaklah membuat dia
lupa akan siapa dirinya sehingga tak jarang ia menafkahkan kekayaannya untuk
kemajuan agama Islam, karena itulah oleh Nabi Muhammad S.A.W dikagumi akan
kesederhanaan, kesalehan dan kedermawanannya.
Dalam masa pemerintahannya, dia berhasil melanjutkan perluasan wilayah
yang telah dirintis sebelumnya oleh Umar bin Khattab, bahkan meluas sampai
kewilayah-wilayah di seberang lautan. Namun, dalam penataan sistem sosial ekonomi
dan pemerintahan secara kuantitatif dianggap berhasil dan keberhasilannya itu tidak
berarti, dikarenakan pengelolaannya tidak sesuai dengan peraturan-peraturan yang
telah ditetapkan oleh Umar bin Khattab.
2
Sebagai manusia yang hidup di tengah-tengah kaum keluarga dan kerabatnya, dia
tidak kuat menentang ambisi keluarganya yang kaya raya dan sangat berpengaruh
pada waktu itu. Pada pemerintahannya dia banyak mengangkat kerabatnya sebagai
penguasa di daerah (propinsi), sehingga tindakan-tindakan ini di pandang sebagai
sebuah oleh kaum muslimin yang memberikan reaksi yang sangat keras dalam bentuk
umjuk rasa bahkan pembenrotakan yang pada akhirnya merengut nyawanya sendiri.
Makalah ini akan mencoba membahas Sejarah Khalifah Utsman Bin Affan serta
capaian-capaian peradaban islam pada masanya dan bagaimana hubungan capaian-
capaian peradaban tersebut dengan peradaban pada masa sekarang.
B. Rumusan Masalah
1. Riwayat Singkat Utsman Bin Affan
2. Sejarah Pengangkatan Utsman Bin Affan setelah terbunuhnya Khalifah Umar
Bin Khattab
3. Bagaiman capaian peradaban pada masa Khalifah Utsman Bin Affan
4. Bagaimana hubungan capaian-capaian peradaban Khalifah Utsman Bin Affan
dengan teori-teori peradaban saat ini .
C. Tujuan
Agar pemakalah dan mahasiswa dapat mengetahui apa sajakah capaian-capaian
yang terjadi pada masa Utsman bin Affan
3
BAB II
PEMBAHASAN
1 Joesoef Sou’ayb, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979).
Hlm.323
2 Amin Abdullah, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, (Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher, 2007), hal. 89.
4
dari agamamu itu” “demi Allah, aku sama sekali tidak akan keluar dari agama baruku
ini” jawab Usman dengan tegas. Akhirnya, pamannya putus asa dan membiarkan
Usman memeluk agama Islam.
Ia termasuk salah satu diantara sepuluh sahabat yang mendapat jaminan Surga
dan termasuk salah satu dari juru tulis Al-Qur’an. Ia ikut shalat menghadap dua kiblat
dan ikut berhijrah dua kali. Ia juga mengikuti semua perperangan bersama Nabi,
kecuali perang Badar. Saat itu ia sedang merawat isterinya Ruqayyah binti Rasulullah
yang sedang sakit keras.
Ia digelar Dzu An-Nurain (pemilik dua cahaya), karena ia menikahi dua putri
Rasulullah SAW. Ia menikahi Ruqayyah kemudian Ummu Kultsum setelah
Ruqayyah meninggal. Rasulullah bersabda, “seandainya kami memiliki tiga, niscaya
kami akan menikahkan dia kepada anda”
Sejak sebelum masuk islam ia memang terkenal sebagai seorang pedagang yang
sangat kaya raya. Ia sosok yang terkenal pemalu. Juga terkenal dengan dermawannya.
Bahkan, ia pernah menanggung semua perlengkapan separuh dari pasukan kaum
Muslimin dalam perang Al-Asrah. Ia pernah membelikan sumur Raumah dari kaum
Yahudi. Setelah itu menafkahkannya. Pada saat Rasulullah wafat, Usman baru
berusia 58 tahun.3
Adapun usia beliau telah mencapai lebih dari delapan puluh tahun. Shalih bin Kaitsan
berkata, “ beliau wafat pada usia delapan puluh tahun beberapa bulan.” Dikatakan, “
delapan puluh empat tahun.” Qatadah berkata, “ beliau meninggal pada usia delapan
puluh delapan tahun atau Sembilan tahun.”
6 Marzuki, Ibn, Muqoddimah, (Jakarta: Pustaka Firdaus, 2000), cet-2. Hlm. 142
8
7 PhilipK. Hitti, History of the Arabs, (Jakarta: PT serambi Ilmu semesta, 2000), revisi-10.
Hlm.154
9
perluasnya Masjid Nabawi menjadi panjang 160 dzira’ (hasta, sekitar 18 inchi) dan
lebar 50 dzira’ “8
Renovasi yang dilakukan Utsman ini sempat diprotes sebagian orang. Mereka
protes bukan karena tidak suka dengan perluasan dan renovasi yang dilakukan
Utsman, tapi mereka lebih suka dengan bangunan masjid Nabawi seperti masa
Rasulullah agar bisa tabarruk.
Utsman bin Affan kemudian menjelaskan alasan mengapa masjid ini perlu
direnovasi dan diperluas. Beliau mengatakan, “Saya pernah mendengar Rasulullah
berkata bahwa siapa yang membangun masjid karena Allah SWT, maka Allah akan
bangunkan rumah di surga untuknya”.
3. Perluasan Masjidil Haram
Utsman melakukan perluasaan Masjidil Haram agar masjid bisa menampung lebih
banyak jamaah haji yang mulai meningkat setelah keberhasilan pembebasan kota-
kota di luar Mekah.
Perluasan Masjidil Haram pada masa khalifah Utsman bin Affan terjadi pada
tahun 26 Hijriah. Beliau melakukan perluasan Masjdil Haram dengan membeli
rumah-runah sekitarnya dan membangun Masjidil Haram dan Aruqoh. Utsman
termasuk orang pertama yang membuatkan Aruqoh (kamar-kamar bilik(ruang) pada
sekeliling masjid yang digunakan sebagai asrama).
Perluasan yang dilakukan oleh Usman ini juga dicatat sebagai perluasan yang
fantastis di era awal Islam. Bagaimana tidak, perluasan ini hingga menambah luas
Masjidil Haram menjadi 1705 meter persegi dari luas sebelumnya9
itu, atap masjid menggunakan kayu-kayu berkualitas yang disangga oleh tiang-tiang
kukuh.
Setelah perluasan yang dilakukan oleh Utsman, luas masjid menjadi 4.071 meter
persegi, bertambah 496 meter persegi dari luas sebelumnya. Tinggi masjid tetap 5,5
meter, sedangkan serambinya bertambah satu menjadi tujuh. Pintu masjid tetap ada
enam, sedangkan tiangnya berjumlah 55 buah. Bagian dalam masjid tetap terkumpul
menjadi satu bagian.10
Untuk pertama kalinya, di bagian mihrab dibangun semacam mimbar untuk
menaungi imam. Mimbar itu memiliki lubang-lubang sehingga para jamaah tetap
dapat melihat imam. Untuk menerangi masjid pada malam hari, khalifah Utsman
menyiapkan lampu-lampu minyak yang disebar di beberapa sudut masjid.
Disamping merenovasi Masjid Nabawi, Khalifah Usman menambahkan unsur
baru yang tidak ada sebelumnya, seperti membuat ukiran di tiang-tiang masjid.
Setelah masa pemerintahan Utsman bin Affan, Umar bin Abdul Aziz juga
pernah melakukan perluasan masjid Nabawi atas dasar perintah Khalifah Walid bin
Abdul Malik.
Saking takjubnya dengan keindahan kaligrafi masjid Nabawi, Umar bin Abdul
Azis meminta penulis kaligrafi itu menulis mushaf al-Qur’an dengan khat yang
digunakan di masjid Nabawi.
Dalam riwayat lain dikisahkan, Umar bin Abdul Aziz meminta orang untuk
membuat kaligrafi di kiblat masjid Nabawi. Di situ ditulis surat al-Fatihah dan
beberapa surat pendek lainnya. Kaligrafi tersebut ditulis dengan tinta emas.
5. Membuat bagunan khusus untuk mahkamah dan mengadili perkara yang sebelumnya
dilakukan di masjid.
Sebagaimana riwayat yang disebutkan oleh Ibnu Asakir dari Abu Shaleh pembantu
Abbas, ia berkata, “Aku diutus oleh Abbas untuk memanggil Usman, lalu aku
10 https://www.fiqhislam.com/haji/tuntunan-umrah-haji/11887-sejarah-masjid-nabawi-masa-
khalifah-utsman-bin-affan
11
mendatanginya di balai kehakiman…” (Biografi Usman bin Affan. Prof. Dr. Ali M .
As-Shanabi).
7. Masa pemerintahan
Para pencatat sejarah membagi masa pemerintahan Utsman menjadi dua
periode, yaitu pada periode kemajuan dan periode kemunduran sampai ia terbunuh.
Periode I, pemerintahan Usman membawa kemajuan luar biasa berkat jasa panglima
yang ahli dan berkualitas dimana peta islam sangat luas dan bendera islam berkibar
dari perbatasan Aljazair (Barqah Tripoli, Syprus di front al-maghrib bahkan ada
sumber menyatakan sampai ke Tunisia). Di al-maghrib, diutara sampai ke Aleppo dan
sebagian Asia kecil, di Timur laut sampai ke Ma wara al-Nahar –Transoxiana, dan di
Timur seluruh Persia bahkan sampai diperbatasan Balucistan (sekarang wilayah
Pakistan), serta Kabul dan Ghazni. Selain itu ia juga berhasil membetuk armada laut
dengan kapalnya yang kokoh dan menghalau serangan-serangan di laut tengah yang
dilancarkan oleh tentara Bizantium dengan kemenangan pertama kali dilaut dalam
sejarah islam.
Pada periode ke-II, kekuasaannya identik dengan kemunduran dengan
kemunduran dengan huruhara dan kekacauan yang luar biasa sampai ia wafat.
Sebagian ahli sejarah menilai bahwa Usman melakukan nepotisme. Ia mengangkat
11 Ali Muhammad Ash Shallabi, Biografi Utsman bin Affan, ter. Umarul Faruq AbuBakar,
(Solo: Beirut, 2014). Hlm. 82
12
sanak saudaranya dalam jabatan-jabatan strategis yang paling besar dan paling
banyak menyebabkan suku-suku dan kabila-kabila lainnya merasakan pahitnya
tindakan Usman tersebut.
Para pejabat dan para panglima era Umar hampir semuanya dipecat oleh
Usman, kemudian mengangkat dari keluarga sendiri yang tidak mampu dan tidak
cakap sebagai pengganti mereka. Adapun para pejabat Usman yang berasal dari
famili dan keluarga dekat, diantaranya Muawiyah bin Abi sofyan, Gubernur Syam,
satu suku dan keluarga dekat Usman. Oleh karena itu, Usman diklaim bahwa ia telah
melakukan KKN.
Namun pada kenyataannya bukan seperti apa yang telah dituduhkan kepada
Usman, dengan berbagai alasan yang dapat dicatat atau digaris bawahi bahwa usman
tidak melakukan nepotisme, diantaranya:
a. Para gubernur yang diangkat oleh Usman tidak semuanya family usman. Ada
yang saudara atau anak asuh,ada yang saudara susuan, ada pula saudara tiri.
b. Ia mengangkat familinya tentunya atas pertimbangan dari beberapa faktor yang
melatarbelakanginya.
c. Meskipun sebagian pejabat diangkat dari kalangan family, namun mereka
semuanya punya reputasi yang tinggi dan memiliki kemampuan. Hanya saja
faktor ekonomi yang menyatukan untuk memprotes guna memperoleh hak
mereka. Situasi ini dimanfaatkan oleh orang oportunis menyebarkan isu sebagai
modal bahwa usman telah memberikan jabatan-jabatan penting dan strategis
kepada famili, yang akhirnya menyebabkan khalifah usman terbunuh.
Melihat fakta-fakta tersebut diatas,jelas bahwa nepotisme Usman tidak
terbukti. Karena pengangkatan saudara-saudaranya itu berangkat dari profesionalisme
kinerja mereka dilapangan. Akan tetapi memang pada masa akhir kepemimpinan
Usman para gubernur yang diangkat tersebut bertindak sewenang-wenang terutama
dalam bidang ekonomi.
Detik-detik terjadinya pemberontakan yang berakhir dengan terbunuhnya
khalifah Utsman dapat dilihat dari beberapa segi, yaitu tidak puasnya terhadap
Khalifah Utsman menjalar. Di Kufah dan Basrah rakyat bangkit menentang Gubernur
13
yang diangkat oleh Utsman. Di Mesir hasutan Abdullah bin Saba’ oran Yaman yang
diklaim sebagai Yahudi sangat provokatif dengan mendakwah hak Ali sebagai
Khalifah yang sah. Keberhasilan propaganda jahat Abdullah bin Saba’ membuat
jumlah kekuatan pemberontak bertambahbanyak.12
Sikap dan Aksi keberatan, protes serta penentangan terhadap Utsman,
perlahan namun Pasti, kian kuat saja. Sebagaimana orang pun sudah berani terang-
terangan berdiri dihadapan Utsman di masjid untuk menyampaikan protes dan
keberatan kepada Utsman. Dan Utsman dituntut untuk menggunakan kekerasan untuk
menenankan mereka. Tindakan Utsman ini tentu saja memancing perlawanan yang
kuat da keras dari mereka, Urwah bin Zubair mengatakan, “aku melihat Utsman
memasuki masjid”. Beberapa orang kemudian mengerumuni Utsman sembari
menyebutkan Utsman dengan sebutan Na’tsal (si tua tolol). Kemudian Utsman naik
ke mimbar dan mulai bicara. Jahja bin Sa’id Ghifari salah seorang diantara mereka
yang bersumpah setia kepada keluarganya mulai memprotes. Pada saat itu juga situasi
pun jadi berubah sedemikian rupa sehingga Utsman pun tak dapat melanjutkan
bicaranya.13
Ketika protes para pemberontak semakin mengeras sebagian orang kufah dan
Mesir berangkat ke Madinah. Rombongan itu dipimpin oleh 4 orang, yaitu Abdul
Rahman ibn al-Hamq al-Khiza’I dan Ibn sl-Nibba. Sebelum berangkat ke Madinah
Ibn Nibba dititipi sepucuk surat yang ditulis warga Mesir untuk disampaikan kepada
khalifah Utsman. Menurut al-Tabari, mereka menyampaikan catatan atau pesan
tentang pentingnya melaksanakan perintah Allah dan menghukum para pejabat yang
berlaku tidak adil, sperti Ibn Abi Sarah.
Krisis kepercayaan masyarakat Mesir atas kepemimpinan Ibn Abi Sarah
menjadi pemicu ketidaksenangan Msyarakat atas kepemimpinan Utsman bin Affan.
Bahkan kemarahan mereka semakin menjadi ketika mereka menemukan sepucuk
surat kaleng yang dibawa oleh orang misterius yang isinya memerintahkan
membunuh para pemberontak setibanya di Mesir. Surat yang sama juga dikirim ke
12 Siti Maryam dkk, Sejarah Peradaban Islam dari Masa Klasik hingga Modern,
(Yogyakarta: Lesfi IAIN Sunan Kalijaga, 2003), hlm. 67
13 Ja’farian, Sejarah Islam, terj. Ilyas Hasan, (Jakarta: PT Lentera Bashitara, 2003), hlm. 211
14
Kufah dan Basrah. Ringkasnya, para pemberontak yang sedianya akan kembali
ketempat masing-masing berbalik arah menuju Madinah penuh kemarahan.
Kedatangan mereka kali ini untuk mempertanyakan isi perintah yang terdapat di
dalam surat kaleng tersebut dan menuduhnya untuk membunuh mereka. Dari semua
tuduhan yang diarahkan kepada khalifah Utsman. Tidak satu pun yang dapat
dibenarkan khalifah, meskipun stempel dan legalitas surat atas nama khalifah. Karena
merasa tidak puas atas jawaban tersebut, Akhirnya para pemberontak mengepung
khalifah Utsman di kediamannya selama kurang lebih 40 hari.14
Pada hari kamis 11 Dzulhijjah 35 H, Utsman telah bermimpi dekat ajalnya. Ia
melihat Rasulullah berkata; “wahai Utsman berbukalah bersama kami”. Maka
Utsman berpuasa pada hari Jum’at. Dalam riwayat lain disebutkan: “engkau akan
hadir shalat jum’at bersama kami”
Utsman meminta mushaf dan dibentangkan dihadapannya, lalu beliau shalat
dua rakaat duduk membaca Al-Qur`an. Beliau pasrah dan tawakkal kepada Allah,
sehinggatidak menyandang sebilah pedang pun. Beliau menyadari bahwa sebentar
lagi ia akan mati. Masuklah At Tujiby dia membawa sebilah tombak yang terbuat dari
besi. Dia memukul kening Utsman, sehingga terjatuh kesamping, darah Utsman
mengucur mengenai kitabullah. Kemudian masuklah orang laki-laki yang bernama
Al-Mautul Aswad lalu dia mencekik Utsman dengan kuat, sehingga Utsman pingsan
da dia menyangka Utsman telah meninggal. Kemudian ada seorang laki-laki yang
memukulnya dengan pedang, akan tetapi Utsman menangkisnya hingga tangannya
putus.
Masuklah orang lain dengan membaa sebilah pedang, tapi dia dihadang oleh
Naila binti Farafishah (Istri Utsman), Naila menghadang dengan tangannya, sehingga
jari-jari Naila Terputus. Naila juga melemparkan dirinya ke atas tubuh Utsman untuk
melindunginya dari sabetan pedang, akan tetapi salah seorang dari mereka
menusukan pedang tersebut hingga tembus ke punggung Utsman.
Berakhir sudah riwayat perjuangan khalifah Utsman bin Affan yang
berkepribadian sangat halus dan luhur. Kemudian sebagian sahabat memandikan
14 Murodi, Rekonsiliasi Politik Umat Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu), hlm. 42-43
15
Utsman, mengkafani dan menshalatinya semuanya mereka lakukan pada malam hari,
mereka menghilangkan jejak kuburannya. Khawatir kalau pemberontak ingin
membongkar kuburannya
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Utsman bin Affan bin Abil ‘Ash bin Umayyah bin Abdusy Syams bin Abdu
Manaf bin Qushai bin Kilab bin Murrah bin Ka’ab bin Luwa’i bin Ghalib bin
Fihr bin Malik bin an-Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas
bin Mudhar bin Nizar bin Ma’addu bin ‘Adnan.
2. Pemilihan khalifah usman bin affan atas rekomendasi dari umar dengan
membentuk tim formatur yang terdiri dari enam sahabat dari berbagai kelompok
social yang ada. Dan pada masa pemerintahannya beliau melakukan perluasan
diberbagai wilayah dan berjasa atas pembukuan al quran.
3. Pembunuhan Usman bin Affan adalah bentuk ketidak puasan pihak-pihak yang
secara prinsip merugikan kepentingan kelompok, bukan suatu pertimbangan
kemaslahatan umat islam.
B. Saran-saran
Makalah Pendidikan Sejarah Perkembangan Islam ini diharapkan menjadi
masukan dan bahan tambahan dalam memahami sejarah seluk beluk tenteng
Usman bin Affan. Penulis juga mengharapkan makalah ini dapat dikembangkan
oleh para pembaca.
17
DAFTAR PUSTAKA
Abu Su’ud, Ilamilogi Ajaran, dan peranannya dalam Peradaban Umat Manusia,
Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003.
Al-Kandahlawy, Muhammad Yusuf. Sirah Sahabat. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar
Amin Abdullah, Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam, Yogyakarta: Pustaka Book
Publisher, 2007.
Ash-Shallabi, Ali Muhammad. Biografi Utsman bin Affan,ter. Umarul Faruq
Abubakar. Solo: Beirut. 2014
Joesoef Sou’yb, Sejarah Daulat Khulafaur Rasyidin, Jakarta: Bulan Bintang, 1979.
Khairul Amru Harahap, tokoh-tokoh besar Islam sepanjang sejarah, Jakarta: Al-
Kaustar 2009.
Marzuki. Pendidikan Agama Islam. Yogyakarta: Sang media. 2009
Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana, 2008
http://www.datdut.com/sejarah-perluasan-masjidil-haram/