Anda di halaman 1dari 7

TUGAS SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM (SKI)

KHULAFAUR RASYIDIN
(UTSMAN BIN AFFAN)

ANGGOTA KELOMPOK

1. MUHAMMAD RAFI (26)


2. MUHAMMAD RAIHAN MUBARAK (27)
3. MUHAMMAD RAKHA SYAKIR (28)
4. MUHAMMAD RAMADHAN (29)

KELAS VII G
KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN ( 664-656 M )

A. BIOGRAFI UTSMAN BIN AFFAN

Utsman bin Affan bin Abi Al-Ash bin Umayyah bin Abdu Syam bin Abdu Manaf bin
Qushay bin Kilab.
Utsman dilahirkan dari seorang ayah yang bernama Affan bin Abi al-'As, dari
suku bani Umayyah, dan ibu yang bernama Arwa binti Kurayz, dari Abdshams, kedua
suku kaya dan terpandang Quraisy di Mekah. Utsman memiliki satu saudara
perempuan, Amina. Utsman terlahir di Ta'if. Ia tercatat sebagai salah satu dari 22 orang
Mekah yang tahu cara menulis.
Utsman bin Affan lahir pada 574 Masehi dari golongan Bani Umayyah. Nama
ibunya adalah Arwa binti Kuriz bin Rabiah. ia masuk Islam atas ajakan Abu Bakar dan
termasuk golongan As-Sabiqun al-Awwalun (golongan yang pertama-tama masuk
Islam). Rasulullah ‫ ﷺ‬sendiri menggambarkan Utsman bin Affan sebagai pribadi yang
paling jujur dan rendah hati di antara kaum muslimin. Diriwayatkan oleh Imam Muslim
bahwa Aisyah bertanya kepada Rasulullah ‫ﷺ‬, "Abu Bakar masuk tetapi engkau biasa
saja dan tidak memberi perhatian khusus, lalu Umar masuk engkau pun biasa saja dan
tidak memberi perhatian khusus. Akan tetapi ketika Utsman masuk engkau terus duduk
dan membetulkan pakaian, mengapa?" Rasullullah menjawab, “Apakah aku tidak malu
terhadap orang yang malaikat saja malu kepadanya?”
Ayahnya, Affan, meninggal di usia muda saat bepergian ke luar negeri,
meninggalkan Utsman dengan warisan besar. Ia menjadi pedagang seperti ayahnya,
dan bisnisnya berkembang, membuatnya menjadi salah satu orang terkaya di antara
orang Quraisy.
Utsman bin Affan adalah sahabat nabi dan juga khalifah ketiga dalam
Khulafaur Rasyidin. Beliau dikenal sebagai pedagang yang kaya raya dan handal
dalam bidang ekonomi namun sangat dermawan. Banyak bantuan ekonomi yang
diberikannya kepada umat Islam di awal dakwah Islam. Ia mendapat julukan Dzun
Nurain yang berarti yang memiliki dua cahaya. Julukan ini didapat karena Utsman telah
menikahi puteri kedua dan ketiga dari Rasullah ‫ ﷺ‬yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum.
Pada masa jahiliyyah ia disebut dengan nama panggilan Abu Amr. Setelah
masa Islam, ia lebih sering dipanggil Abu Abdullah, yang diambil dari nama putranya
dari Ruqayyah. Ada pula yang menyebutkan , pada masa jahiliyyah Utsman sering
dipanggil Abu Layla, karena kelembutan dan keramahannya kepada sesama.
 Utsman menjadi khalifah menggantikan khalifah Umar bin Khattab. Menjelang
wafat, khalifah Umar bin Khattab tidak menunjuk calon utama penggantinya, karena
diliputi rasa keraguan untuk menetapkan salah satu diantara enam tokoh besar yang
selama ini mendampingi dan menjadi penasehat beliau.  Oleh karena itu khalifah Umar
membentuk tim formatur untuk memilih calon khalifah penggantinya. Orang yang
berenam itu adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah, Zubair bin Awwam,
Sa’ad Abi Waqash dan Abdurrahman bin Auf.

Setelah khalifah Umar bin khattab wafat, sahabat-sahabat yang berenam itu
berkumpul untuk bermusyawarah. Abdurrahman  bin Auf  mengusulkan agar dia
diperkenankan mengundurkan diri. Sikapnya itu diikuti oleh tiga tokoh lainnya, hingga
tinggal dua calon saja, yaitu Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib.

Abdurrahman bin Auf mengusulkan agar diadakan musyawarah  dengan


segenap kaum muslimin, usulnya itu pun disetujui oleh ketiga calon lainnya. Setelah
diadakan musyawarah, akhirnya terpilihlah Utsman bin Affan, karena Utsman lebih tua
dari Ali.

Sewaktu keputusan itu di umumkan, keputusan itu menjadi bahan kritik dari
pihak pendukung Ali, karena Abdurrahman bin Auf itu adalah ipar bagi Utsman bin
Affan. Keduanya  sama-sama dari keluarga Umayyah dan Ali bin Abi Thalib dari
keluarga Hasyimi. Tetapi Abdurrahman berusaha meyakinkan Ali bahwa selain Utsman
lebih tua dari Ali, pilihannya itu berdasarkan suara terbanyak dari  penduduk Madinah,
bukan karena sebab yang lain. Pemilihan terhadap dirinya itu berlangsung pada bulan
Zulhijjah tahun 23 H/644 M dan diresmikan pada awal Muharram 24 H/644 M.
Selama masa jabatannya, Utsman banyak mengganti gubernur wilayah yang
tidak cocok atau kurang cakap dan menggantikaannya dengan orang-orang yang lebih
kredibel. Namun hal ini banyak membuat sakit hati pejabat yang diturunkan sehingga
mereka bersekongkol untuk membunuh khalifah.
Enam tahun pertama masa pemerintahan Utsman bin Affan berjalan dengan
damai, namun enam tahun sesudahnya terjadi pemberontakan. Para pemberontak
menginginkan Utsman melepaskan jabatan khalifah, namun beliau menolak dengan
mengutip perkataan Rasulullah SAW “Suatu saat nanti mungkin Allah akan
memakaikan baju kepadamu, wahai Usman, dan jika orang-orang menghendakimu
untuk melepaskannya, jangan lepaskan hanya karena orang-orang itu”. Meskipun
Utsman dengan berbagai cara komunikasi yang berlandaskan kasih sayang, para
pemberontak tetap menginginkan Ustman untuk mundur dan melakukan pengepungan
dan akhirnya pemberontak berhasil masuk ke rumah Utsman bin Affan dan
membunuhnya.
Utsman menjabat khalifah pada usia 70 tahun, dan  berkuasa selama 12 tahun
(23-35 H/ 644-656 M) dan meninggal pada usia 82 tahun pada hari Jum’at tanggal 17
Juni 656 M 918 dzulhijjah tahun 35 H) di Madinah, Jazirah Arab. Beliau dimakamkan di
kuburan Baqi di Madinah.

B. PRESTASI UTSMAN BIN AFFAN


Utsman bin Affan menjadi seorang khulafaur rasyidin ketiga ketika berusia 70
tahun setelah Abu Bakar as Shiddiq dan Umar bin Khattab. Beliau merupakan seorang
khalifah dengan masa kepemimpinan paling lama. Selama menjadi khalifah, banyak
sekali prestasi-prestasi yang didapatkan.
Adapun prestasi Utsman bin Affan selama menjadi seorang khalifah dikutip dari
buku berjudul Sejarah Peradaban Islam karangan Akhmad Saufi dan Hasmi Fadillah
(2015: 101).
Kodifikasi Mushaf Al-Qur’an
Pada masa pemerintahan Khalifah Utsman bin Affan, wilayah Islam sudah
sangat luas. Hal ini menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perbedaan
pembelajaran Al-Quran di beberapa pelosok wilayah. Perbedaan itu meliputi susunan
surahnya atau lafal (dialeknya).
Salah seorang sahabat bernama Huzaifah bin Yama melihat perselisihan
antara tentara Islam ketika menaklukkan Armenia dan Azarbaijan. Masing-masing
pihak menganggap cara membaca Al-Quran yang dilakukan adalah paling baik.
Perselisihan tersebut kemudian dilaporkan oleh Huzaifah bin Yaman kepada
Usman bin Affan. Selanjutnya beliau membentuk sebuah panitia penyusunan Al-Qur’an
yang dilakukan pada tahun 30 H/651 M dengan tujuan untuk menghindari kemungkinan
pemalsuan isi dari Al – Qur’an dan menyelaraskan kaum muslimin pada satu macam
mushaf yang seragam ejaan tulisannya. Panitia ini di ketuai oleh Zaid bin Tsabit,
anggotanya Abdullah bin Zubair dan Abdurrahman bin Haris. Tugas yang dilaksanakan
adalah menyalin ulang ayat-ayat Al-Quran dalam sebuah buku yang disebut mushaf.
Salinan kumpulan Al-Quran itu disebut mushaf oleh panitia Mushaf
diperbanyak sejumlah empat buah. Salah satunya tetap berada di Madinah, sedangkan
tiga lainya dikirim ke Suriah, Basrah, dan Kuffah. Semua naskah Al-Quran yang dikirim
ke daerah-daerah itu dijadikan pedoman dalam penyalinan berikutnya di daerah
masing-masing. Naskah yang ditinggal di Madinah nama Mushaf ”Al-Imam” atau
“Mushaf Usmani” sebagai penghargaan atas jasa khalifah Utsman bin Affan .

Renovasi Masjid Nabawi


Masjid Nabawi adalah masjid yang pertama kali didirikan oleh Nabi Muhammad
shallallahu ‘alaihi wa sallam pada saat pertama kali tiba di Madinah dari perjalanan
hijrahnya. Pada mulanya Masjid Nabawi berukuran kecil dan masih sangat sederhana.
Dengan semakin banyaknya jumlah umat Islam yang menggunakan Masjid Nabawi,
maka Umar bin Khattab mulai memperluas masjid ini.
Masjid Nabawi telah mulai dibangun sejak masa Khalifah Umar bin Khattab
yang kemudian dilanjutkan renovasinya dan diperluas oleh Utsman bin Affan. Selain
diperluas, masjid Nabawi juga dibangun dengan bentuk dan coraknya yang lebih indah.

Ilustrasi Masjid Nabawi sesudah direnovasi. https://www.freepik.com/

Pembentukan Angkatan Laut


Pada masa kekhalifahan Usman bin Affan, wilayah Islam sudah mencapai
Afrika, Siprus, hingga konstantinopel. Muawiyah saat itu menjabat gubernur Suriah
mengusulkan dibentuknya angkatan laut. Usul itu disambut dengan baik oleh Usman
bin Affan. Kemudian dibentuklah angkatan laut dalam rangka menjaga keutuhan
wilayah islam dan Ia menjadi pencetuskan ide polisi keamanan bagi rakyatnya.
Pembuatan Beberapa Bangunan
Khalifah Utsman bin Affan membuat bangunan khusus untuk mahkamah dan
mengadili perkara yang sebelumnya dilakukan di masjid dan membangun pertanian.
Perluasan Wilayah Islam
Serangkain penaklukan bangsa Arab dimotivasi oleh semangat keagamaan
untuk menjadikan dunia memeluk dan mengakui Islam. Pada masa pemerintahan
Usman bin Affan wilayah Islam semakin meluas. Wilayah perluasan di masa Khalifah
Utsman bin Affan diantaranya:
 Perluasan ke Khurasan di bawah pimpinan Sa’ad bin Ash dan Huzaifah bin
Yaman.
 Perluasan ke Armenia yang dipimpin Salam Rabiah Al Bahly.
 Afrika Utara (Tunisia) Abdullah bin Sa’ad bin Abi Sa’ad bin Abi Sarah.
 Penaklukan Ray dan Azerbeijan yang dipimpin Walid bin Uqbah.
Perluasan juga dilakukan di beberapa daerah kecil yang berada disekitar
perbatasan seperti Syiria,  Persia,  Palestina, Siprus, Rodhes.
Memindahkan Pelabuhan
khalifah Utsman juga meresmikan pemindahan pelabuhan wilayah Hijaz ke
Bandar Jeddah pada tahun 26 H/647 M,karena pelabuhan Hijaz dirasakan sudah tidak
sesuai bagi penampungan lalu lintas armada dagang.

C. KETELADANAN UTSMAN BIN AFFAN


Berikut ini adalah 5 contoh keteladanan Utsman bin Affan mengutip dari buku
Pendidikan Agama Islam: Akidah Akhlak oleh Drs. H. Masan, AF, M.Pd (2016: 151-
153).
 Kepedulian kepada Agama dan Umat
Utsman bin Affan dipercaya menjadi khalifah ketiga setelah Umar bin Khattab
wafat. Terpilihnya Utsman bin Affan adalah karena sikap dan perilaku beliau yang luhur
dan ikhlas dalam berjuang mengembangkan agama Islam.
Setelah menjadi khalifah, banyak hal yang dilakukan untuk mengembangkan
agama Islam. Salah satu jasanya adalah membentuk tim penerbitan Al Quran yang
diketuai Zaid bin Tsabit. Hal ini karena kekhawatirannya terhadap kaum Muslimin
dalam hal membaca Al Quran karena naskah-naskahnya yang ada tidak ada
susunannya dan terdapat perselisihan tentang cara membacanya.
Langkah pertama yang dilakukan adalah mengumpulkan naskah Al Quran
yang ada pada penduduk. Karena naskah Al Quran yang ada pada penduduk bisa saja
tidak sesuai dengan yang sebenarnya. Tugas selanjutnya adalah menyalin dan
menyusun naskah Al Quran dengan merujuk pada naskah yang disimpan oleh Hafsah
binti Umar yang masih terpelihara dengan baik dan benar. Al Quran yang telah
dibukukan atau diterbitkan ini kemudian dikenal dengan istilah 'Mushaf Al-Imam' atau
Mushaf Utsmani untuk dijadikan sebagai pedoman bacaan Al Quran yang benar.
 Kedermawanannya
Utsman bin Affan terkenal sebagai sosok yang dermawan. Pada masa
Khalifah Abu Baka, Kota Mekah dilanda paceklik karena musim kering yang panjang.
Ketika itu datang dari negeri Syam kafilah dagang Utsman dengan 1000 ekor unta
membawa bahan makanan seperti gandum dll. Menjelang masuk kota, rombongan
Utsman dihadang oleh para saudagar Mekah untuk memborong semua barang bawaan
yang dibawa Utsman dengan imbalan keuntungan yang berlipat ganda. Tetapi Utsman
tidak tergiur sedikitpun karena ia sudah berniat menyumbangkan semua barang yang
dibawanya untuk fakir miskin.
Pada saat Perang Dzatirriqa dan Perang Ghatfahan berkecamuk, dimana
Rasullullah ‫ ﷺ‬memimpin perang, Utsman dipercaya menjabat wali kota Madinah.
Saat Perang Tabuk, Utsman mendermakan 950 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah
1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga
biaya perang tersebut.
Utsman bin Affan juga menunjukkan kedermawanannya tatkala membeli mata
air yang bernama Rumah dari seorang lelaki suku Ghifar seharga 35.000 dirham. Mata
air itu ia wakafkan untuk kepentingan rakyat umum.
 Keberanian
Khalifah Utsman bin Affan tidak gentar menghadapi pasukan Romawi di Afrika
Utara yang berkekuatan 120.000 dengan peralatan perang yang lengkap. Karena
daerah pengembangan Islam semakin luas dan banyak dikelilingi lautan maka untuk
mempertahankan wilayah kekuasaan Islam dari serbuan musuh, Khalifah Utsman
membentuk armada laut dan pasukan Islam selalu unggul dalam pertempuran laut.
 Kesederhanaan dan Rendah Hati
Utsman bin Affan tergolong sebagai orang kaya namun ia tidak hidup berfoya-
foya. Perilaku kehidupannya sederhana dan bersahaja, seperti dalam berpakaian,
makan, dan tempat tinggal.
Diceritakan oleh Syurahbil bin Muslimin bahwa "Biasanya Utsman memberi
makan mewah seperti yang biasa dihidangkan oleh kaum penguasa, tetapi di
rumahnya ia biasa memakan roti dengan cuka atau dengan minyak."
 Keteguhan Akidah
Setelah mendengar Utsman bin Affan masuk Islam, pamannya yang bernama
Al Hakam bin Abil Ash sangat marah. Utsman diikatnya dan dicambuknya berkali-kali
agar kembali pada agama nenek moyangnya. Namun Utsman tetap teguh pada
pendiriannya untuk tidak mengubah keyakinan dan tidak akan meninggalkan agama
yang diajarkan Rasulullah, apapun yang terjadi.
Ketika pamannya mengetahui keteguhan akidah yang dimiliki Utsman dan
tidak mungkin memaksanya untuk kembali pada kepercayaan nenek moyang, maka
akhirnya Al Hakam melepaskan Utsman bin Affan.

Anda mungkin juga menyukai