Anda di halaman 1dari 4

Riwayat singkat Utsman Bin Affan.

Setelah Umar bin Khattab wafat,Utsman bin ‘Affan terpilih menjadi khalifah ketiga. Ia lahir dari klan
Umayyah Makkah yang kaya dan berkuasa, bahkan ia merupakan pedagang sukses dan kaya raya. Klan
Umayyah merupakan suku Quraisy yang terpandang dan kuat. Ia bernama ‘Utsman bin ‘Affan bin Abi
al-‘As bin Umayyah bin ‘Abd al-Syams bin ‘Abd al-Manaf.

Utsman berasal dari klan Bani Umayyah sebagaimana Mu‘awiyah bin Abi Sufyan. Tetapi, mereka
merupakan suku Quraisy. Utsman merupakan anak dari Affan, seorang saudagar kaya raya.

Utsman lahir di Ta’if pada tahun 579 Masehi atau 42 Sebelum Hijriah. Sebagaimana ayahnya, Utsman
berprofesi sebagai pedagang, dan ia merupakan salah satu orang terkaya di Makkah. Ibunya bernama
Arwa binti Kuraiz. Ia bersahabat dengan AbuBakar, khalifah pertama, dan masuk Islam setelah berdiskusi
dengan, dan mendapatkan masukan dari, AbuBakar. Mayoritas keluarganya menolak keputusan Utsman
menjadi seorang Muslim, termasuk istri-istrinya. Akhirnya, ia menceraikan istri-istrinya. Tetapi, kemudian
ia menikahi dua putri Nabi, Ruqayyah bin Muhammad, dan adiknya yang bernama Umm al-Kalsum binti
Muh}ammad setelah Ruqayyah meninggal dunia. Sebab itulah, Utsman merupakan sahabat Nabi
sekaligus menjadi menantunya. 2 Karena menikahi dua putri Nabi, ia dijuluki Zu an-Nurain (yang memiliki
dua cahaya).

‘Utsman dibunuh dan wafat pada hari Jum‘at, 17 Zulhijjah 35 Hijriyah atau sekitar bulan Juni 656. 5

Di anggkat menjadi Khalifah.

Utsman merupakan khalifah ketiga umat Islam di periode awal Islam. Ia menggantikan kepemimpinan
‘Umar bin Khattab. Jika ‘Umar ditunjuk oleh Abu Bakar sebagai khalifah kedua, maka Usman diangkat
sebagai khalifah bukan melalui sistem ditunjuk, melainkan sistem formatur (Majlis Syura). bahwa ‘Umar
membentuk dewan formatur yang terdiri atas enam orang, yakni ‘Ali bin Abi Talib, Utsman bin ‘Affan,
Zubayr bin al-Awwam, Talhah bin ‘Abdullah, Sa‘id bin Abi Waqqash dan ‘Abd al-Rahman bin ‘Awf. Dewan
formatur harus memilih satu di antara mereka untuk menjadi khalifah. Khalifah harus sudah terpilih tiga
hari setelah dewan dibentuk, dan diumumkan di hari keempat. Dewan formatur memiliki tata cara
pemilihan khalifah. Pertama, jika setiap calon memperoleh suara imbang, maka mereka harus meminta
masukan dan dukungan dari ‘Abdullah bin ‘Umar terhadap salah satu calon. Jika tidak diterima, mereka
bisa meminta pendapat dukungan ‘Abd al-Rahmanbin ‘Awf. Jika ada yang menolak keputusan yang
diambil, maka akan dihukum penggal. Setelah ‘Umar bin Khattab wafat, dewan formatur segera
bersidang, dan sidang dipimpin oleh ‘Abd al-Rahman bin ‘Awf. Ada dua calon kuat sebagai khalifah, yakni
‘Utsman dan ‘Ali. Berbagai perdebatan terjadi dalam menentukan khalifah ketiga. Finalnya, ‘Abd al-
Rahmanbin ‘Awf membaiat ‘Utsman yang secara tegas mengumumkan akan melakukan apa yang diminta
oleh ‘Abd al-Rahmanbin ‘Awf yang berkata “jika engkau terpilih menjadi khalifah, apakah engkau akan
tetap berpegang teguh pada kitab Allah, Sunnah Nabi dan tradisi dua khalifah sebelumnya? Sedangkan
‘Ali menjawab “saya berharap demikian dan akan bertindak sesuai dengan ilmu dan kemampuan saya.” 8
Selain aspek senioritas, dewan formatur memilih Utsman menjadi khalifah, bukan ‘Ali bin Abi Thalib yang
kelak akan menggantikan Utsman menjadi khalifah. ‘Utsman menjadi khalifah pada bulan Nopember 644
Masehi atau Muharram 24 Hijriah. 9 Ia menjadi khalifah selama 12 tahun. 10 Dengan demikian, ia
menjadi khalifah pada usia 65 tahun.
Kebijakan Utsman Bin Affan.

Utsman menjadi khalifah selama 12 tahun. Selama memerintah, ia mengeluarkan beberapa kebijakan. Di
antaranya adalah membukukan Alquran, memperluas wilayah kekuasaan Islam, mengangkat gubernur
dari kalangan keluarga dan menghadapi sejumlah pemberontakan yang membuatnya terbunuh. Ada
beberapa kebijakan lain yang diambil oleh Utsmanbin ‘Affan. Misalnya, ia melakukan perluasan Masjidil
Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah.

1. Mushaf ‘Utsmani. Kebijakan Utsman yang paling popular adalah mengkodifikasi Alquran. Pada
masanya, Alquran dibukukan, dan biasa oleh kalangan ahli Alquran disebut Mushaf ‘Utsmani. Pada
masa pemerintahan ‘Utsman, wilayah kekuasaan Islam semakin meluas di berbagai daerah jauh di
luar Makkah dan Madinah. Perbedaan wilayah dan sukumembuat bacaan Alquran mereka beragam.
Setiap daerah memiliki bacaan sebagaimana diajarkan oleh sahabat Nabi yang diutus ke daerah
masing-masing. Misalnya, penduduk Syam membaca Alquran mengikuti bacaan ‘Ubay bin Ka‘ab, dan
kaum Muslim Bashrah mengikuti bacaan Abu Musa al-Asy‘ari. Bacaan mereka memiliki perbedaan
bunyi huruf dan bentuk bacaan. Masalah ini memunculkan pertikaian dan perselisihan antar sesama
Muslim akibat memiliki bacaan Alquran yang berbeda. Persoalan ini diketahui ketika Huzaifah bin
Yaman melihat kaum Muslim membaca Alquran dengan beragam cara, dan sebagian bacaan
bercampur dengan kesalahan, bahkan masing-masing kelompok mempertahankan dan berpegang
pada bacaannya, lalu mengkafirkan pihak lain yang membaca Alquran dengan cara yang berbeda. Ia
lalu melaporkan persoalan itu kepada ‘Utsman bin ‘Affan. 11 M
2. Perluasan Wilayah. Selama satu tahun awal pemerintahan,’Utsman menumpas berbagai
pemberontakan di sejumlah daerah. Romawi Timur melanggar perjanjian yang telah dibuat semasa
pemerintahan ‘Umar. Wilayah Azerbaizan dan Armenia melakukan pembangkangan. ‘Utsman
memilih panglima perang terbaiknya untuk membasmi gerakan pemberontakan di daerah taklukan.
Walid bin ‘Uqbah dikirim ke Azerbaizan dan Armenia. Walid menunjuk Habib bin Maslamah untuk
menghadang tentara Romawi di Syria, dan terus menjelajahi wilayah kekuasaan Romawi. Pada masa
ini, wilayah demi wilayah dikuasai oleh tentara Muslim. Kekuasaan khalifah telah mencapai
perbatasan Sudan, India dan Cina. Wilayah kekuasaan Islam antara lain Kabul, Ghaznah, Balkan,
Turkistan, Khurasan, Naisabur, Thus, Asia Kecil, Cyprus, Tripoli, dan sebagian wilayah Afrika Utara.
Berbagai wilayah ini tunduk dan membayar pajak ke pemerintahan ‘Utsman bin ‘Affan di Madinah.
3. Distribusi Jabatan Gubernur. Ketika telah dibaiat dan resmi menjadi khalifah, Utsman
memberhentikan pejabat gubernur lama, dan menggantikannya dengan pejabat baru dan kerap
berasal dari kalangan klan Umayyah. Di antaranya adalah Walid bin ‘Uqbah, saudara seibu dengan
Utsman , dilantik sebagai Gubernur Kufah menggantikan Sa‘ad bin Abi Waqqash. AbuMusa al-Asy‘ari
digantikan oleh ‘Abdullar (anak paman Utsman ) menjadi Gubernur Basrah. Sedangkan Marwan bin
Hakam yang merupakan sepupu Utsman dilantik sebagai Sekretaris Negara. 14 Mu‘awiyah bin Abi
Sufyan tetap menjabat sebagai Gubernur Syams dan wilayah kekuasaannya semakin diperluas. Atas
kebijakan ini, Utsman dituduh telah melakukan nepotisme karena mengangkat pejabat negara dari
kalangan keluarganya. Inilah yang memunculkan protes dan pemberontakan sampai akhir hidupnya.
4. Menghadapi Pemberontakan .beberapa persoalan dalam pemerintahan Utsman Bin Affan. Ia
misalnya lebih mengutamakan tokoh dari keluarganya untuk menjadi pejabat publik, dan sangat
selektif dalam memilih pejabat yang bukan berasal dari pihak keluarganya. Faktor usia akhirnya
membuat ‘Utsman , yang seyogyanya ingin menjaga stabilitas politik dunia Islam dengan
mengangkat para saudaranya, akhirnya dimanfaatkan oleh keluarganya dan tidak bisa berbuat apa-
apa menghadapi ambisi para keluarganya. ‘Utsman hanya menjadi simbol pemerintahan saja.
Kemudian, ia juga mengizinkan para sahabat senior untuk meninggalkan Madinah sehingga kontrol
terhadap kekuasaan ‘Utsman menjadi tidak ada. Pada masa ‘Umar, para sahabat dilarang
meninggalkan Madinah. Banyak pihak tidak puas dengan pemerintahan ‘Utsman bin ‘Affan.
Beberapa daerah menjadi oposisi ‘Utsman . Hitti16 menyebutkan bahwa kebijakan yang diambil
tidak popular dan membuat para sahabat tidak puas, di antaranya ‘Ali, Talhah dan Zubayr. Para
pendukung ‘Ali dari Kufah dan Mesir mengajukan protes, dan mengirim pasukan untuk
memberontak terhadap khalifah. Rumah ‘Utsman dikepung dan diserbu. Akhirnya, ‘Utsman
dibunuh oleh para pemberontak yang merupakan seorang Muslim. Muhammad menegaskan bahwa
ada dua kelompok yang membenci ‘Utsman . Pertama, kelompok aristokrasi dari kalangan Muhajirin
dan Anshar yang tersebar di luar Hijaz. Kedua, kelompok veteran Perang Badar yang menderita
karena kefakiran mereka lantaran para pembantu ‘Utsman menutup akses bagi mereka untuk
mendapatkan harta fa‘i, ghanimah dan subsidi pemerintah.
5. Pembantu (Wazir/Muawwin) Wazir/Muawwin adalah pembantu yang diangkat oleh khalifah agar
membantu tugas-tugas serta tanggung jawab kekhalifahan Islam. Tugas dari Wazir/Muawwin ini
adalah membantu khalifah dalam bidang pemerintahan (Muawwin Tanfidz) dan membantu khalifah
dalam bidang administrasi (Muawwin Tafwidz). Wazir/Muawwin pada masa khalifah Utsman bin
Affan adalah Marwan bin Hakam. Bukan hanya menjadi pembantu saja, Marwan bin Hakam juga
menjadi sektretaris negara.
6. Majelis Syuro Majelis Syuro adalah orang-orang yang mewakili kaum muslimin dalam
menyampaikan pendapat sebagai bahan pertimbangan khalifah. Orang non muslim juga
diperbolehkan menjadi anggota majelis syuro untuk menyampaikan pengaduan tentang kedzaliman
para penguasa atau penyimpangan dalam pelaksanaan hukum Islam.majelis syuro dibagi menjadi
tiga, yaitu; dewan penasehat, dewan penasehat umum, dan dewan penasehat tinggi dan umum.
7. Hukum , Sistem Pemerintahan Islam... Pentingnya masa khalifahUtsman bin Affan dalam bidang
hukum terlihat dalam dua hal yang mendasar,antara lain : (1) Menjaga teks-teks pada masa Nabi
Muhammad dalam bidang hukum, terikat dengan apa yang ada di dalam teks, mengikuti dan
mentaati teks yang ada. (2) Meletakkan sistem hukum baru untuk memperkuat pondasi negara
Islam yang semakin luas dan menghadapi hal-hal yang baru yang tambah beraneka ragam (Syalabi,
2013: 174-176). Hakim-hakim pada masa khalifah Utsman bin Affan antara lain.
(1)Zaid bin Tsabit yang bertugas di Madinah.
(2) Abu Ad-Darda bertugas di Damaskus
(3) Ka’ab bin Sur bertugas di Bashrah.
(4) Syuraih di Kufah.
(5) Ya’la bin Umayyah di Yaman.
(6)Tsumamah di Sana’a.
(7) Utsman bin Qais bin Abil Ash di Mesir.
8. Baitul Mal (keuangan) Baitul Mal adalah tempat yang mengatur masalah keuangan. Bentuk peran
Baitul Mal ini mengurusi semua masalah keuangan negara.
9. Militer Utsman bin Affan memilih tokoh-tokoh yang mampu memimpin kekuatan Islam seperti al-
Walid, Abu Musa al-Asy’ari, dan Said bin al-Ash. Tokoh militer tersebut sangat berjasa dalam
menumpas pemberontakan yang terjadi setelah pemerintahan Umar.
10. Pembangunan Masjid (a) Masjidil Haram (b) Masjid Nabawi (c) Masjid Quba.
11. Penyebaran Agama Islam Penyebaran agama Islam pada masa khalifah Utsman bin Affan salah
satunya dilakukan dengan cara ekspedisi-ekpedisi ke wilayah yang menjadi jajahan Islam. Ekspedisi
yang dilakukan bukan hanya untuk menaklukan daerah saja, tetapi juga untuk mnyebarkan agama
Islam.
Utsman terbunuh
Faktor utama adalah persoaalan ekonomi termasuk masalah pertanahan. Dalam kondisi yang serba
tidak kondusip akibat dikuasainya 59 tanah-tanah produktif di luar Arab oleh orang Arab, karena
diijinkan para amir. Oleh karena itu rakyat di sana kehilangan mata pencarian, berduyun-duyun
datang ke Madinah pada musim haji untuk protes seraya menuntut keadilan. Khalifah membujuk
mereka agar pulang ke daerahnya, dan akan diterima dan diperlakukan para gubernur mereka
dengan baik. Ternyata situasi ini dikacaukan oleh pengacau. Salah satunya adalah Ibn Saba, seorang
Yahudi yang semula memusuhi Nabi dan Islam. Kemudian masuk Islam yang selalu berusaha dan
ambil kesempatan untuk memancing ikan di air keruh. la muncul sebagai seorang pengikut Ali yang
sengat setia dan mengaguminya. Penemuan surat yang intinya "perintah Khalifah Usman kepada
para amir, setibanya mereka ke daerah masing-masing—terutama Basrah, Kufah, dan Mesir—
bunuhlah mereka",41 menurut penulis adalah salah penafsiran bahasa Arab, kemung-kinan besar
rekayasa Ibn Saba'. Yakni setelah Khalifah Usman membujuk para pembangkang, agar mereka
pulang ke daerah masing-masing. Saat mereka sedang pulang, mereka (orang-orang Mesir)
menemukan surat dari kurir pemerintah yang menyatakan: bunuhlah mereka (kata dasar :
) yang semestinya diartikan terimalah mereka (kata dasar ( ). Karena tulisan surat
Khalifah jelas berbahasa Arab gundul waktu itu, yang dengan tanpa titik dan koma, baru (titik-koma)
diterapkannya oleh Khalifah Umayyah, Abd al-Malik ibn Marwan (685-7O5M).42 Hanya ahli bahasa
yang dapat memahami dari gaya khath bahas Arab atau kaligrafi Arab itu. Mengenai tulisan yang
mana artinya "bunuhlah" dan mana yang artinya "terimalah", itu bagi kebanyakan dari
pembangkang yang buta huruf, disalahbacakan, artinyapun menjadi salah. Kemudian Ibn Saba
memancing emosi masa dan menfaatkan situasi bagaikan menyalakan api di atas bensin. Akhirnya
mereka—yang datang dari Kufah, Basrah, Mesir—dengan gusar datang kembali ke Madinah, 40 M.
mengepung rumah Khalifah, seraya minta pertanggungjaban atas SUiat itu. Khalifah berkata; saya
tidak tahu tentang surat itu yang menyatakan bunuh kalian,43 lapun menolak—untuk menyerahkan
SEKNEG, Marwan kepada mereka—tuntutan mereka, yang mengira ini pasti perbuatan Marwan.
Karena Khalifah tidak mau melumurkan darah di tangan atas pembunuhan seseorang—Marwan—
muslim. Mereka akhirnya menutut penyerahan jabatan Khalifah. Itupun ditolak, maka mereka
menyerang Khalifah dan dibunuhnya dalam keadaan sedang membaca al-Qur'an.

Anda mungkin juga menyukai