Anda di halaman 1dari 21

TASYRIK PADA MASA KHULAFAUR RASYIDIN

(USMAN BIN AFFAN)

Oleh:

Anwarudin, MHI.

FAKULTASSYARIAH

INSTITUTAGAMAISLAMNEGERISURAKARTA

2021

1
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Periode ini dianggap sebagai periode pertama dalam pembentukan fiqh
islam. Periode ini berawal dari zaman wafatnya rasulullah dan menghadap allah
pada tahun 11 hijriyah sampai akhir zaman khulafah urasyidin pada tahun 40 H
dengan gaya dan corak tersendiri. Setelah hukum – hukum ayari’at sempurna
pada masa kerasulan lalu pindah ke zaman para sahabat mereka harus memikul
tanggung jawab mencari sumber – sumber syari’at yang ada agar dapat
menjawab segala perkembangan dan kejadian yang terus berlangsung dan tidak
ada nashnya dalam al – quran atau sunnah.
Islam merupakan agama yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad Saw,
sehingga membawa bangsa Arab dari masa keterbelakangan, bodoh dan lainnya
menjadi bangsa yang maju dan terkenal sampai sekarang ini. Pada masa
perkembangannya, Islam mengalami beberapa kali pergantian khalifah untuk
meneruskan perjuangan menegakkan agama Allah, meskipun ada beberapa
tahapan-tahapan pemerintahan yang ada.
Islam mengalami kemajuan dan juga mengalami kemunduran. Akan
tetapi hal ini tidak menyurutkan Islam berkembang dan dianut oleh banyak
manusia di muka bumi ini. Setelah Nabi wafat maka dakwah Islamiyah
diteruskan oleh Khulafaurrasyidin, yaitu sahabat-sahabat Nabi yang di pandang
bijaksana, dapat mempimpin jalannya pemerintahan dan mampu memberikan
pengarahan terhadap dakwah Islam. Yang pada kenyataannya inilah nanti, akan
meneruskan dakwah Rasulullah untuk menyebarkan agama fitrah ini dan
selanjutnya yang memegang amanah dakwah Islamiyah.
Menghadapi kenyataan ini, para sahabat dengan kelebihan intelektualitas,
ke dalam tingkat pemahaman dan keluasan analisis terhadap sasaran dan maqsid
syari’at dalam menghadapi setiap masalah, mereka adalah orang yang sangat
mampu untuk menjalankan mandat fiqh ini apalagi mereka memiliki kedudukan
yang mulia dalam jiwa kaum muslimin yang belum tentu dimiliki oleh orang –

2
orang selain mereka seperti para tabi’in walaupun mereka juga memiliki
kemampuan untuk meyelam seperti para sahabat.
Terbunuhnya khalifah kedua, Umar Bin Khatab menandakan permukaan
zaman baru. Pada waktu itu kaum muslimin memang tidak bergeser dari janji-
janji dan prinsip mereka, tetapi mereka didesak oleh adanya hubungan-hubungan
baru dan adat istiadat yang melanda mereka juga oleh kesulitan sehingga mereka
meninggalkan hasrat dan kehendaknya dalam percaturan dunia.
Untuk menghadapi dan mengatasi semua itu, takdir Allah telah
memanggil Utsman bin Affan untuk memikul beban tanggung jawab yang
mengerikan yaitu tanggung jawab untuk  memelihara dan mempertahankan jiwa
dan kehidupan periode kenabian, juga bertangung jawab dalam menanggulangi
pengaruh zaman kerajaan. Serta bertanggung jawab untuk memperluas wilayah
kekuasaan islam.
Usman adalah saudagar kaya raya dan penulis wahyu yang sangat
terkenal. Ustman adalah sosok pendiam yang memiliki budi pekerti luhur
dandermawan. Usman bin affan pernah membeli sumur Raumah untuk dijadikan
sumur umum. Usman bin affan diangkat menjadi khalifah berdasarkan
musyawarah dan keputusan sidang panitia enam, keenam anggota panitia itu
adalah Ali bin abi thalib, Ustman bin affan, Abdurrahman bin auf, Sa'ad bin abi
Waqqash, Zubair bin Awwam, dan Thalhah bin ubaidillah.
Ustman bin affan menikah dengan putri nabi SAW bernama Ruqaiyah.
Setelah Ruqaiyah meninggal dunia, Ustman bin affan dinikahkan dengan putri
nabi lainya yang bernama Ummu kultsum. Ustman bin affan pun digelari "Dzun
Nurain" (Yang mempunyai dua cahaya).
Utsman bin Affan merupakan khalifah ketiga dari urutan
khulafa’urrasyidin beliau termasuk salah seorang tokoh yang sangat dihormati
dan disegani oleh masyarakat.  Selain berkedudukan tinggi, dia juga sangat kaya
raya, pemalu, dan ucapannya enak didengar. Sehingga, masyarakat sangat
mencintainya. Utsman ibnu ‘Affan ibnu Abil Ash ibnu Umaiyah dilahirkan  di

3
waktu Rasulullah berusia lima tahun dan masuk Islam atas seruan Abu Bakar
Ash Shiddiq. Beliau terhitung saudagar besar dan kaya, dan sangat pemurah
menafkahkan kekayaannya untuk kepentingan agama Islam.
Pada masa khalifahnya banyak kebijakan-kebijakan yang dilakukan yang
juga mengandung pro dan kontra. Peran Khalifah Ustman bin affan selama
pemerintahannya, di antaranya :
1. Mengganti gubernur-gubernur negara yang sudah diislamkan
2. Memperbanyak Naskah al quran yang sudah dibukukan menjadi tujuh
eksemplar dan dikirimkan ke Syam, Bahrain, Basrah, dan Kufan.
3. Memperluas Masjid Madinah dengan membeli tanah di sekitarnya.
4. Menyumbangkan 1.000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1.000 dirham
sumbangan pribadi untuk perang tabuk.
5. Pemberian gandum yang diangkut dengan 1.000 unta untuk membantu kaum
miskin yang menderita di musim kering.
Usman juga sangat berjasa dalam mengumpulkan Al-qur’an pada masa
Khalifahnya. Hingga pada akhirnya Beliau dibunuh yang sampai saat ini belum
diketahui siapa pembunuhnya.

B. Kemajuan-Kemajuan Yang Dicapai Khalifah Usman Bin Affan


Perluasan Islam di masa Usman dalam kedua bidang ini :
1. Menumpas pendurhakaan dan pemberontakan
Setelah Umar berpulang kerahmatullah ada daerah-daerah yang
mendurhaka pada pemerintah Islam. Pendurhakaan itu ditimbulkan
pendukung-pendukung pemerintahan yang lama atau dengan perkataan lain
ada sementara pamong praja dari pemerintahan lama (pemerintahan sebelum
daerah itu masuk kekuasaan Islam) ingin hendak mengembalikan
kekuasaanya.
Daerah-daerah yang mendurhaka itu terutama ialah Khurasan dan
Iskandariah. Pemberontakan di Khurasan dicetuskan oleh pendukung-

4
pendukung pemerintahan yang lama. Adapun kota Iskandariah, telah diserang
kembali oleh bangsa Romawi. Dikirimnya kesana tentara yang besar, dibwah
pimpinan seorang panglima Armenia, bernama Manuel.
Pemebrontakan-pemberontakan ini dpat ditumpas oleh Usman. Usman
mengirimkan ke Khurasan dan ke Iskandariah tentara yang besar jummlahnya
dengan perlengkapan yang cukup. Balatentara ini dapat meghancurkan kaum
pemberontak, serta dapat mengembalikan kemanan dan ketentraman dalam
daerah tersebut.
2. Perluasan Islam.
Perluasan Islam boleh dapat dikatakan meliputi semua daerah yang
telah dicapai balatentara Islam di masa Umar. Perluasan ini di masa Usman
telah bertambah dengan perluasan ke laut. Kaum Muslimin telah mempunyai
angaktan laut.
Di masa Usman, negeri-negeri : Barqah, Tripoli Barat dan bahagian
selatan negeri Nubah, telah masuk dalam wilayah Negara Islam. Kemudian
negeri-negeri Armenia dan beberapa bahagian Thabaristan, bahkan kemajuan
tentara Islam tekah melampaui sungai Jihun (Amu Daria) jadi daerah
“Mawaraan Nahri” (negeri-negeri seberang sungai Jihun) telah masuk
wilayah negara Islam. Negeri-negeri Baikh (Baktria) Harah, Kabul dan
Ghaznah di Turkastan telah diduduki kaum muslimin.
Dengan mempergunakan angkatan laut yang dipimpin oleh
Mu’awwiyah ibnu Abi Safyan tahun 28 H, pulau Cyprus dapat pula
dimasukkan kedalam wilayah Islam.
Salah satu pertempuran yang terpenting di laut ialah pertempuran
“Dzatis Sawar” (Pertempuran Tiang kapal). Pertempuran ini terjadi pada
tahun 31 H di Laut Tengah dekat kota Iskandariah, antara tentara Romawi di
bawah pimpinan Constantine dengan bala tentara Islam di bawah pimpinan
Abdullah ibnu Abi Sarah, yang jadi gubernur di Mesir. Pertempuran ini
dinamakan “Dzatis Sawar” (pertempura Tiang kapal) karena banyaknya

5
kapal-kapal perang yang ikut dalam peperangan ini. Konon kabarnya kapal-
kapal perang yang bertempur dalam peperangan ini adalah 1000,200 buah
kepunyaan kaum muslimin dan selebihnya kepunyaan bangsa Romawi. Dalam
peperangan ini kaum muslimin telah berhasil mengalahkan tentara Romawi.1

C. Kondisi hukum islam pada masa Khulafaur Rasyidin khususnya periode


Usman bin affan
Setelah wafatnya Nabi, umat islammenghadapi banyak masalah. Hal
inidikarenakan semakin meluasnyapemerintahan islam hinggamelampaui
semenanjung Arabiyah,itu juga tentunya membawa dampakyang begitu besar
bagiperkembangan pemikiran umat islampada masa itu. Berbagai
macampermasalahan yang timbuldikarenakan vakumnyapemerintahan dan
karena perluasanwilayah islam semakin memaksapara sahabat untuk benar –
benarberijtihad dalam menyelesaikanpermasalahan tersebut. Secaraumum
permasalahan –permasalahan itu dapatdiklasifikasikan menjadi beberapaaspek,
yaitu:
1. Aspek politik
Dia bernama Utsman bin Affan bin Abi ’Ash bin Umayyah bin Abdu
Syams, berasal dari bani Umayyah. Setelah kematian Umar, para sahabat
enam yang ditunjuknya ternyata sama – sama tidak berhasrat untuk menjadi
khalifah, satu persatu di antara mereka mengundurkan diri hingga akhirnya
hanya tinggal Utsman dan Ali, kemudian mereka pun mengadakan voting
(pengambilan suara) di mana mereka bertanya pada penduduk muslim
setempat, manakah yang mereka pilih sebagai khalifah, Utsman atau Ali.
Setelah dilakukan pengambilan suara oleh keempat sahabat yang
mengundurkan diri tersebut yang ternyata langsung mengajukan diri mereka
menjadi dewan pemilihan umum, akhirnya mayoritas umat islam
1
Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam 1. (Jakarta:PT. Pustaka Al Husna Baru,
2003). hlm. 231-232

6
menginginkan Utsman bin Affan sebagai Khalifah karena usianya yang lebih
tua dibandingkan dari Ali, tentunya akan lebih menjadi pemimpin yang
bijaksana. Dia dibai’at sebagai khalifah saat berusia 70 tahun.2
Pada masa awal pemerintahanya, Utsman melanjutkan sukses para
pendahulunya, terutama dalam perluasan wilayah kekuasaan Islam.
Kekuasaan Islam telah mencapai asia dan afrika, seperti daerah Herat, Kabul,
Ghazni, dan Asia Tengah, juga Armenia, Tunisia, Cyprus, Rhodes, dan bagian
tersisa dari Persia, dan berhasil menumpas pemberontakan yang dilakukan
orang Persia.
Daerah-daerah strategis yang sudah dikuasai oleh Islam seperti Mesir
dan Irak terus dilindungi dan dikembangkan dengan melakukan serangkaian
ekspedisi militeryang terancang secara cermat. Di Mesir pasukan muslim
diinstruksikan untuk memasuki Afrika Utara. Salah satu peristiwa penting
disini ialah “Zatis Sawari” (perang tiang kapal). Perang itu terjadi di Laut
Tengah dekat dengan Iskandariyah, tentara Romawi dibawah pimpinan Kaisar
Constantin dan laskar kaum muslimin dipimpin Abdullah bin Abi Sarah.
kenapa dinamakan perang kapal karena banyak kapal-kapal perangyang
digunakan dalam perang tersebut. Terdapat 1.000 buah kapal, dan 200 buah
kapal milik kaum muslimin sedangkan sisanya milik bangsa Romawi.
Pasukan islam berhasil mengusir pasukan lawan. Pasukan Islam bergerak dari
kota Basrah untuk menaklukkan sisa wilayah kerajaan Sasan di Irak, dan dari
kota Kufah.3
Pada masa pemerintahannya jumlah kekayaan kaum muslimin sangat
banyak sekali dan dia melihat bahwa banyak gubernur – gubernur yang

2
Hasiba Abdillah, Sejarah Hukum Islam Masa Khulafaur,
http://hasibabdillah92.blogspot.co.id/2014/01/sejarah-hukum-islam-masa-
khulafaur.html, diakses pada tanggal 24 April 2017
3
Ahmad Amhari, Khalifah utsman bin affan dan khalifah ali bin abi thalib,
http://amdayhary.blogspot.co.id/2013/05/khalifah-utsman-bin-affan-dan-
khalifah.html

7
kurang cakap memerintah dijadikan gubernur, sehingga yang terjadi adalah
korupsi dan penggelapan uang Negara, hingga akhirnya dia memutuskan
untuk mengganti gubernur – gubernur yang tidak kompetitif tersebut dengan
gubernur – gubernur baru, yang tentu saja berasal dari keturunan bani
Umayyah. Permainan politik ini tentu saja diprotes oleh mantan gubernur –
gubernur di berbagai daerah tersebut, hal ini dimanfaatkan oleh seorang
yahudi, Abdullah bin Saba’ untuk menyebarkan fitnah di kalangan umat islam
Mesir, Kufah dan Bashrah, yang pada prinsipnya bahwa Utsman telah
merebut hak Ali bin Abi Thalib sebagai seorang khalifah, maka pasukan
pemberontak dari Mesir, Kuffah dan Bashrah secara bersamaan datang
bersama – sama menyerbu Madinah untuk mendebat Khalifah, namun Ali
yang mengetahui hal ini segera menenagkan mereka dan menjelaskan duduk
persoalannya, sehingga mereka sadar dan kemudian kembali ke masing –
masing daerah. Namun lagi-lagi Abdullah bin Saba’ membuat surat fitnah atas
nama khalifah, Ali dan Aisyah yang di dalamnya berisi tulisan bahwa khalifah
akan mengundurkan diri dan Ali akan jadi Khalifah, barangsiapa yang tidak
setuju, maka dia akan dibunuh. Maka mereka pun kembali ke Madinah dan
mengepung kediaman khalifah, hal ini dimanfaatkan sangat baik oleh
Abdullah bin saba’ yang kemudian mengisukan kedatangan pasukan pembela
khalifah dari berbagai daerah, para pemberontak ini pun khawatir hingga
akhirnya mereka mendesak masuk ke rumah khalifah Utsman dan kemudian
membunuhnya pada saat dia sedang membaca al – Quran mushaf
Utsmaninya. 
Beberapa riwayat menyebutkan bahwa yang membunuh Utsman
adalah al – Ghafiqi. Khalifah Utsman wafat pada bulam Dzulhijjah tahun 35
H atau 656 M, usia kekuasaannya adalah 12 tahun. Salah satu kebijakan
Utsman selama memerintah adalah penyatuan bacaan al – Quran dalam satu
mushaf setelah khawatir terjadinya perbedaan cara baca dalam qiroah sab’ah,
kemudian menamainya dengan Rasm Utsmani dan membakar al – Quran yang

8
lainnya untuk memelihara persamaan bacaan di antara kaum muslimin yang
pada saat itu sudah sangat luas sekali kekuasaannya.4
2. Aspek Fiqih
Semakin luasnya wilayah islam,maka perkembangan ijtihad
parasahabat pun semakin besar, hal inidisebabkan munculnya masalah –
masalah baru terkait dengan budayabangsa era itu sendiri, sebagaimanayang
kita ketahui daerah Makkahmempunyai keberbedaan budayadengan daerah
Mesir. Namun justruhal inilah yang kemudian semakinmemperkaya Tsarwah
Fiqhiyyahumat islam pada zaman tersebut.Fiqih atau penggalihan hukum
islampada periode Khulafa’ur Rasyidin initerasa sangat hidup dan
semarak.Beberapa ikhtilaf mulai muncul,meskipun lebih kecil
dibandingperiode berikutnya, seiring denganperkembangan fiqih itu
sendiri.Selain periwayatan hadits yangsangat ketat, pada periode ini
ijtihadseringkali dilakukan secara jama’isehingga ruang ijtihad yang
begituluas itu jarang menimbulkan ikhtilaf.Pada periode ini fatwa – fatwa
danmasa’il fiqih belum ditulis sepertijuga sunnah. Kendati demikian,
kitamulai dapat mengklasifikasikankaidah – kaidah ushuliyah danmetode
ijtihad yang digunakan olehfuqaha’ sahabat dalam melakukanijtihad.Dalam
banyak hal, fatwa-fatwa dan masa’il fiqhiyah itumemang masih bercampur
dengandalil – dalil dan kaidah – kaidah Istidlal.
3. Aspek Akidah
Aspek akidah pada masa setelahwafatnya Rasul menjadi hal
yangsangat menggelisahkan umat islam.berawal dari berita wafatnya
NabiMuhammad yang tersebar dikalangan para sahabat, membuatmereka
merasa kehilangan yangsangat besar karena secara historisNabi Muhammad –
lah yang mampumengangkat mereka dariketerpurukan dan kesesatan

4
Hasiba Abdillah, Sejarah Hukum Islam Masa Khulafaur,
http://hasibabdillah92.blogspot.co.id/2014/01/sejarah-hukum-islam-masa-
khulafaur.html, diakses pada tanggal 24 April 2017

9
sertakekufuran menuju ketauhidan danagama islam yang rohmatan lilalamin
itu. Bagi mereka Nabi adalahsesosok agung yang senantiasamemberikan
cahaya petunjuk dankeadilan bagi seluruh lapisanmasyarakat islam zaman
itu.Sehingga ketika mendengar Nabiyang begitu mereka cintai itu, yangtelah
memimpin dan menjadipetunjuk bagi mereka selama 38tahun (25 – 63 tahun),
hati dan imanmereka mulai gelisah.Hal ini juga yang dialami sahabatUmar
ketika mendengar Nabi wafat,dia langsung berkata : ’’barangsiapa yang
berkata bahwa nabiMuhammad telah wafat maka akankutebas lehernya”.
Namun akhirnyahati Umar pun luluh manakalamendengar pidato abu
Bakar :“Barang siapa yang menyembahAllah, sesungguhnya Allah
Hidup,tetapi barangsiapa yang menyembahMuhammad
sesungguhnyaMuhammad telah wafat”. Tidakhanya sampai di sini,
persoalanakidah menjadi sangat beratmanakala ada beberapa oknumislam
yang memanfaatkankegelisahan iman dan akidah umatislam saat itu
denganmemanfaatkannya untukmenyampaikan danmengumandangkan
pendapat– pendapatnya, diantara mereka adabeberapa pimpinan rakyat
yangkemudian mengaku dirinya telahdiangkat menjadi Nabi
penerusMuhammad, seperti Musailamah alKadzab.
Selain itu ada juga beberapa orangyang menyerukan bahwa
kewajibanmenunaikan zakat itu telah berhentisetelah wafatnya nabi,
karenamenurut mereka zakat itu diberikanutuk kepentingan nabi. Hal – hal
inilah yang kemudian mamaksa AbuBakar untuk memerangi merekadengan
tujuan untuk melenyapkanpenyakit – penyakit kekufuran danpemberontakan
dari tubuh islam atauyang biasa kita sebut orang munafik,karena
dikhawatirkan hal ini akanmerambat dan mempengaruhi umatislam yang lain.

4. Aspek Hukum

10
Pentingnya masa Khalifan Ustman bin Affan dalam bidang hukum
terlihat dalam dua hal yang mendasar yaitu:
a. Menjaga teks-teks pada masa Nabi Muhammad dalam bidang hukum
terikat dengan apa yang ada didalam teks, mengikuti dan mentaati teks
yang ada
b. Meletakkan sisitem hukum baru untuk memperkuat fondasi islam yang
semakin luas dan menghadapi hal-hal yang baru yang tambah beraneka
ragam (syalabi 2013: 174-176)
Hakim –hakim pada masa Ustman antara lain:
1) Zaid bin Tsabit yang bertugas di madinah
2) Abu Ad-Darda bertugas di damaskus
3) Ka’ab bin Sur bertugas di Bashrah
4) Syuraih di Kufa
5) Ya’la bin Umayyah di Yaman
6) Tsumamah di sana’a
7) Ustman bin qais di mesir.5
Pada masa Usman bin affan istri yang di ceraikan saat suaminya sakit
keras kemudian meninggal. Istri tersebut mendapatkan warisan baik masih
dalam masa iddah maupun tidak.6
Pada masa Ustman bin Affan terbentuknya pembukuan Al quran yaitu
dengan pertama melakukan pengecekan ulang dan meneliti mushaf yang sudah
di simpan di rumah hafsah dan membandingkan dengan mushaf-mushaf yang
lain
Tugas tim adalah menyalin mushaf al quran yang di simpan di rumah
hafsah pada masa ustman lah terbentuknya mushaf ustmani yaitu mushaf yang
di gunakan untuk pembukuan Al quran yang di gunakan sampai sekarang dan

5
Supriyadi 2008 91-93
6
Yayan sopyan tarikh tasyri’ sejarah pembentukan hukum islam ( depok: gramata
publishing,2010 hal.94)

11
mushaf ustmani lah yang telah berhasil mengeluarkan masyarakat umat islam
dari kemelut, yang di akibatkan oleh perbedaab bacaan Al quran dan dari
ijhtihat lah pemerintahan Ustman membentuk pembukuan Al quran.
5. Aspek Ekonomi
Pada masa Ustman bin Affan dalam ekonomi menggunakan prisip-
prisip:
a. Menetapkan politik secara islam yang ada di Al quran dan Assunnah
b. Tidak berbuat zalim terhadap rakyat dalam menetapkan cukai atau pajak
c. Memberikan hak-hak kaum muslimin
d. Mengawasi penyimpangan-penyimpangan harta
e. Khalifah Ustman bin Affan adalah salah satu orang yang mengerti hukum
hukum haji maka dari itu beliau melarang umatnya jika tidak sesuai dengan
hukum-hukum haji.

D. Sumber-sumber tasyrik pada masa sahabat


1. Al – Quran
Al – Quran adalah sumber primerdalam penggalian atau
pembentukanhukum islam, apakah itu pada masaNabi, Sahabat, Tabi’in
hinggasekarang peran al – Quran sebagaiSumber Hukum Islam Pertama
atauprimer yang wajib didahulukandaripada sumber hukum lainnya. Al–
Quran adalah kalam Allah yangdiimplementasikan dalam bentukkalam insan
yang diberikan kepadaNabi Muhammad SAW bertahap –tahap sesuai dengan
permasalahanyang terjadi di sekitar Nabi padamasa itu, atau permasalahan
yangditanyakan kepada Nabi, atau hal –hal lainnya yang belum
diketahuimanusia. Pengimplementasian al –Quran dalam bentuk kalam insan
initerjadi karena Sang Pemilik Kalam(Allah swt) menghendaki agarkalamNya
dapat dipahami untukdijadikan sebuah pedoman,disebarkan, diajarkan
kepadaseluruh umat manusia. Sehingga jikahal ini yang dinginkan maka

12
tentusaja didalam kalam Insan tersebutharus memuat unsur – unsureesensial
yang dapat diterima danditerapkan di berbagai tempat di seluruh dunia.
Oleh karena itu, walaupun kalaminsan ini diturunkan di sosio –kultural
suatu daerah yang terkenaldengan padang pasirnya yang panas,namun unsur –
unsur esensial ataufilosofi dalam kalam insan ini pastiberlaku umum bagi
seluruh lapisanmanusia di berbagai daerah danwaktu. Hanya saja yang
dibutuhkanadalah pemahaman nilai – nilaiajarannya dengan
menggunakanpemahaman atau tafsir yang sesuaidengan jiwa hukumnya. Hal
inisemakin dipermudah terutamasetelah dibukukannya ataudikumpulkannya
ayat – ayat al –Quran dalam satu mushaf pada masaAbu Bakar, sehingga
prosespenggalian hukum pada masa inisemakin memperoleh kemudahan.
2. Al – Hadits
Bila ada suatu masalah hukum yangtidak terdapat pada al – Quran,
makaselanjutnya para sahabat selalumengembalikan permasalahanhukum
tersebut kepada al – Haditsselaku sumber hukum kedua(Sekunder). Hal ini
juga berlakuumum untuk seluruh masaperkembangan hukum islam. Padamasa
Khulafa’ur Rasyidin, prosesTakhrijul Hadits Listinbatil Hukmibenar – benar
diawasi dengansangat ketat, agar tidak ada satupunhadits yang diriwayatkan
olehperowi dalam keadaan maudhu’ ataudibuat – buat. Bahkan sahabat
Abubakar dan Umar pun mensyaratkanpara perowi untuk menyebutkan
pararijalul haditsnya ketikameriwayatkan suatu hadits tertentu.Kelemahan dari
penggunaan dalilhukum islam ini belum dibukukannyahadits, sehingga tiap –
tiap sahabatmemiliki kuantitas hafalan danpengetahuan yang berbeda –
bedaantara satu dengan yang lain,sehingga hasil ijtihad yang diambilpun
kadang – kadang bertentangandengan pendapat sahabat yang lain.Namun,
untuk mengatasi masalahini, para sahabat seringmenggunakan metode ijma’
ataudiskusi serta tanya jawab dengansahabat yang lainnya. Sehinggaakan
tercipta khazanah keilmuanyang mumpuni pada diri masing –masing sahabat
dengan adanyadiskusi atau periwayatan hadits.

13
3. Ijtihad Sahabat
Jika dalam suatu permasalahanyang muncul itu tidak
ditemukanhukumnya dalam al – Quran maupunHadits, maka para sahabat
punberijtihad dengan menggunakanRo’yu atau buah pemikiran mereka.Ijtihad
adalah mencurahkan segenapkesungguhan dalam penggalianhukum syar’i
yang bersumber dari al– Quran dan Hadits yang telahditetapkan sebagai dalil
hukum.Ijtihad yang dilakukan para sahabatdalam periode ini
biasanyamenggunakan metode ijma’ atauqiyas, baru kemudian
maslahah.Ijma’ terjadi secara jama’i terhadapsuatu permasalahan, namun
padamasa ini ijma’ tidak harus dalamsuatu acara yang formal namun
bisaberbentuk diskusi atau tanya jawabantara dua orang sahabat atau
lebih,yang walaupun biasanya masing –masing punya metode sendiri –sendiri
sehingga jarang sekaliterjadi penyatuan pendapat, namunperbedaan ini tidak
sampaimenimbulkan konflik di kalanganumat islam itu sendiri, hal ini
malahmampu menambah tsarwahfiqhiyyah mereka.
Dalam metode qiyas para sahabatmengambil hukum dari nash –
nashyang bisa dikaji ulang, denganasumsi bahwa setiap nash itu punyaillat
(sebab hukum) yangmenjelaskan sebab hukumnya,punya illat yang bisa
dijadikan dasarpenggalian hukumnya, punya illatyang bisa memungkinkan
masuknyakategori permasalah baru yang didalamnya dijumpai adanya
illattersebut, sedangkan nash itu tidakmenghukumi perkara baru tersebut.Bila
kedua hal itu tidak bisadilakukan maka biasanya paraKaba’irus Shohabah
mencari jiwahukumnya atau subtansi hukumnyayang menurut mereka pasti
akanmempunyai satu arah tujuan yaitukemaslahatan dan keadilan
hukum.Metode maslahah ini banyakdigunakan sahabat ketika melihatbahwa
dalam masyarakatnya yangbaru dan majemuk, serta perbedaansosio-kultural
di antara masyarakatsatu dengan yang lainnya,membutuhkan dinamisasi
hukum,karena permasalahan-permasalahansosial yang bersifat dinamis itu
tidakmungkin dihukumi dengan nash-nash syar’i yang statis, yang

14
hanyadiberlakukan pada suatu daerahhukum dan masyarakat di Makkahdan
Madinah saja.
Para sahabat pada masa ini tidakberijtihad atau mengeluarkanpendapat
terhadap suatu perkarasehingga perkara itu muncul/adayang menanyakannya,
jika hal ituterjadi maka mereka berijtihad untukmenggali hukumnya, jika tidak
makamereka tidak pernah membuat suatuinstitusi hukum semisal MUI,
untukmembuat masalah sekaligusmenghukuminya. Hal inilah
yangmenyebabkan fatwa-fatwa hukumyang dinukil dari para sahabat
diperiode tersebut sangat sedikitsekali.Dasar penggunaan ketiga
sumberhukum ini adalah hadits yangmenceritakan tentang pengutusanMu’adz
bin Jabal ke Syam oleh NabiHuhammad SAW, sebelummengutusnya Nabi
menanyainya :“bila engkau menemukan masalah disana apa yang akan kau
lakukan?”,maka Mu’adz pun menjawab : “akuakan menghukuminya dengan
KitabAllah, dan jika aku tidak menemukanhukumnya, maka aku akan
kembalipada sunnah RasulNya, dan jika akutidak berhasil, maka aku
akanberijtihad (untuk menghukuminya)dengan pikiranku”. Kemudian
rasulmenepuk bahunya sebagai tandapersetujuan beliau terhadap Mu’adzbin
Jabal.

E. Faktor-Faktor Berkembangnya Tasyri’


Para sahabat dalam menjalankan tugas Tasyri’ waktu itu mulai
menghadapi masalah-masalah besar yang berakibat adanya
perkembangan/perubahan keadaan.
Pada masa itu terjadi perluasan daerah-daerah / wilayah Islam, yang
membentang sampei keluar jazirah Arab. Misalnya : Daerah Syiria telah masuk
dalam wilayah/kekuasaan Islam tahun 20-H, daerah syam dan Irak tahun 17-H,
Mesir tahun 20-H, Persi tahun 21 H, Samarkand/Bukhara tahun 56-H.
Daerah-daerah tersebut merupakan daerah-daerah subur, memiliki kekayaan
besar, peradaban maupun kebudayaan yang cukup maju dan tinggi tingkatanya.

15
Dengan demikian para sahabat telah dihadapkan kepada masalah baru yang
terdapat di daerah-daerah baru. Perkembangan-perkembangan ini mendorong para
sahabat mencari hukumnya masalah-masalah yang muncul itu ke dalamQur’an
dan Sunnah.
Ternyata banyak masalah-masalah baru yang tidak tidak disebutkan
hukumnya secara langsung / jelas dalam nash-nash Qur’an ataupun Sunnah.
Pengalaman ini mendorong para sahabat untuk berIjtihad dalam menerapkan
kaidah-kaidah umum yang di akui sahnya oleh Qur’an dan Sunnah terhadap
kejadian-kejadian dan masalah-masalah yang timbul itu.
Dalam berIjtihad untuk mendapatkan hukum terhadap berbagai masalah
pada masa itu masih terbatas pada masalah-masalah yang betul-betul ada / terjadi
saja. Mereka tidak mau membahas masalah-masalah yang mungkin akan muncul
atau mengandai-andaikan masalah-masalah yang belum ada.
1. Kebanyakan umat Islam adalah orang awam yang belum mampu memahami
nas-nas Al quran dan hadist kecuali dengan bantuan orang-orang yang
mengajarkan kepadanya.
2. Materi undang-undang tersebut belum tersebar luas dikalangan umat Islam
sehingga setiap individu belum dapat mempelajarinya, sebab teks Al-Qur'an
pada awal periode ini baru dihimpun dalam lembaran-lembaran khusus yang
disimpan di rumah kediaman Rasulullah saw dan di rumah sebagian sahabat-
sahabatnya, dan sunnah pun belum dikodifikasikan sama sekali.
3. Materi undang-undang hanya mensyariatkan hukum-hukum tentang berbagai
peristiwa dan urusan-urusan peradilan yang terjadi itu dan belum
mensyariatkan hukum-hukum tentang peristiwa yang belum dan yang
mungkin akan terjadi. Sementara umat Islam terus menerus akan dihadapkan
oleh sejumlah kebutuhan hukum tentang kejadian baru serta urusan peradilan
yang belum pernah terjadi pada masa Nabi saw, dan ketetapan hukumnya pun
belum ada dirumuskan dalam nas-nas.

16
F. Contoh-contoh Ijtihad pada periode Usman bin affan
1. Mushaf Utsmani
Pembukuan atau penulisan al-Qurandengan satu macam versi qiroah
danmembuang mushaf versi lainmerupakan salah satu bentuk ijtihadUsman
dalam menghadapikeanekaragaman bacaan al-Quranyang mengarah kepada
keragamanpemahaman terhadap islam,selanjutnya, pertentangan dikalangan
umat islam. Dan ijtihad itupun disetujui oleh para sahabatnya.Seperti
diketahui bahwa al-Quranditurunkan atas 7 macam huruf(qiroah), artinya
dengan dialek danredaksi yang bermacam-macam,sehingga terbuka
peluangberbedanya hafalan seorang sahabatdengan sahabat yang
lain.Misalnya, dalam surah al-Jumu’ah ada sahabatlain yang membacanya
berbeda. Perbedaan redaksi di sini tidakmengubah makna, namun
demikeutuhan, keseragaman al-Qurandilaksanakan oleh Khalifah Utsmanbin
Affan.
2. Tentang Unta Yang Berkeliaran
Masalah unta yang berkeliaran dantidak diketahui pemiliknya, apakah
boleh “diamankan” seperti barangtemuan lainnya atau tidak. Ikhtilaf terjadi
karena ada hadits Nabi yang menyebutkan bahwa unta – unta itu harus
dibiarkan hingga ditemukan oleh pemiliknya sendiri. Ketika kondisi
pemerintahan mulaimengalami goncangan keamanan,Utsman berpendapat
bahwa unta-unta itu sebaiknya diamankan.”Rasulullah melarang untuk
mengamankannya, karena tidak mungkin ada yang mencurinya. Namaun
Sekarang, dalam suasana melemahnya ghirah keagamaan iniunta-unta harus
diamankan untuk kemaslahatan. Kalau tidak ia akan dicuri orang.”Sikap
Utsman ini bertentangan dengan kebijaksanaan Umar yang mengamalkan
hadits Nabi tadi. Disini Utsman tampaknya menerapkan illat. Umar
melaksanakan nash dari hadits Nabi karena adanya illat,yaitu “suasana aman”,
ketika illat itutidak ada, maka nash tidak cukup syaratnya untuk diterapkan.

17
Jika tetap diamalkan maka pengamalan nash itu tidak akan mewujudkan
kemaslahatan yang merupakan tujuan utama nash tadi.
3. Adzan Jum’at
Ustman adalah orang pertama yang menambahkan adzan menjadi dua
kali pada shalat jum’at dan yang memberi tunjangan kepada muadzin. Utsman
bin Affan radhiallahu ‘anhu membuat adzan dua kali, disebabkan semakin
banyaknya umat Islam dan berjauhan rumah mereka dari masjid. Utsman bin
Affan membuat adzan yang pertama, dimaksudkan untuk memberi tahukan
kepada orang-orang supaya segera bersiap-siap untuk shalat jum’at. Adzan
yang pertama tersebut dikumandangkan di sbuah pasar yang bernama Zaura
(sebuah pasar di Madinah).
Dari riwayat tersebut bisa kita ketahui, bahwa Utsman bin Affan
membuat adzan dua adalah karena ada sebab. Kalau tidak ada sebab, tentu
Utsman bin Affan radhiallahu ‘anhu tidak akan membuat adzan dua kali,
tetapi mengamalkan atas sunnah yang ada, sebagaimana yang Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam lakukan.
3. Khalifah Ustman tidak menjalankan hukum Qisas ke atas Ubaidullah bin
Umar al-Khattab
Khalifah Ustman tidak menjalankan hukum Qisas ke atas Ubaidullah
bin Umar al-Khattab kerana membunuh Hurmuzan dan Jufainah. Sebaliknya
membawanya ke Kufah dan membenarkannya menetap di sana. Kaum
Muslimin menentang Sunnahnya. Oleh itu pembekuan khalifah Ustman
terhadap hukum bunuh Ubaidullah bin Umar yang telah membunuh
Hurmuzan dan Jufainah adalah satu perbuatan yang menyalahi nash.
4. Khalifah Ustman telah memberikan khums Afrika Utara kepada Marwan bin
Hakam
Kemudian Marwan membelanjakannya untuk membina istana. Justru
itu perbuatannya adalah bertentangan dengan nash. Sebagaimana juga ia telah
dinyatakan oleh Ibn Abd Rabbih:”Di antara kebencian orang ramai terhadap

18
Ustman ialah memberi fadak kepada Marwan, dan apabila dia membuka
Afrika Utara ia mengambil khums dan memberikannya kepada Marwan. Oleh
itu terbukti bahwa ijtihad Ustman memberi fadak dan khums Afrika kepada
Marwan adalah bertentangan dengan nash.

5. Khalifah Ustman mengharamkan Haji Tamattu’, sedangkan ia adalah halal.


Ali menentang ijtihadnya itu kerana ia menyalahi nash.
6. Khalifah Ustman memerintahkan supaya dirajam seorang perempuan
bersuami yang mengandung 6 bulan. Apabila Ali mengetahuinya, beliau
menentang hukum tersebut karena ia bertentangan dengan Surah al-Ahqaf
(46): 15 dan Surah al-Baqarah (2): 233. Kedua-dua ayat tersebut berarti masa
penyusuan ialah 24 bulan dan masa mengandung yang paling kurang ialah 6
bulan.Sepatutnya khalifah Ustman menangguhkan hukuman tersebut dan
menyelamatkan kandungan yang tidak berdosa itu.
7. Khalifah Ustman melakukan sholat 4 rakaat di Mina, sedangkan Rasulullah
SAW melakukan sholat di Mina 2 rakaat. Daripada Abdullah bin Umar
berkata: ”Rasulullah SAW melakukan sholat dengan kami di Mina 2 rakaat
begitu juga Abu Bakar, Umar dan Ustman di masa awal pemerintahannya.
Kemudian Ustman sembahyang 4 rakaat.”Abdullah bin Umar apabila
melakukan sholat bersama khalifah Ustman di Mina beliau melakukan sholat
4 rakaat, tetapi apabila melakukan sholat seorang diri, dia melakukan 2rakaat.
Sepatutnya khalifah Ustman mengikut Sunnah Nabi SAW yang melakukan 2
rakaat Qasar Zuhur, Asar dan Isyah di Mina.
8. Khalifah Ustman tidak melaksanakan hukum hudud ke atas al-Walid bin
Uqbah karena meminum arak. Dia mengerjakan sholat Subuh empat rakaat di
dalam keadaan mabuk dan bertanya:”Adakah aku perlu menambah lagi
rakaatnya?”Mereka menjawab:”Tidak, kami telah mengerjakan sholat
kami.”Mereka memberitahu khalifah Ustman mengenainya, lantas khalifah
Ustman memarahi mereka, lalu memukul saksi-saksi tersebut.Kemudian

19
mereka memberitahu Aisyah mengenainya. Aisyah berkata:”Ustman telah
membatalkan hudud dan memukul saksi-saksi.”
9. Khalifah Ustman berpendapat bahawa tidak wajib mandi janabah bagi seorang
yang menyetubuhi isterinya tanpa keluar mani. Ijtihadnya itu adalah
bertentangan dengan Sunnah Nabi SAW,"Apabila bertemu dua khatan, maka
wajiblah mandi janabah."
10. Khalifah Ustman mewajibkan zakat kuda sedangkan Rasulullah SAW tidak
mewajibkannya.Rasulullah SAW bersabda, “Aku memaafkan kalian zakat
kuda dan hamba.”
11. Khalifah Ustman tidak melantik orang Muhajirin dan Ansar di dalam
mengendalikan urusan pemerintahannya, dan tidak bermesyuarat dengan
mereka pula.Malah melantik kerabat-kerabatnya dari Bani
Umaiyyah.sedangkan mereka terdiri daripada orang-orang yang layak untuk
memegang jabatan penting seperti gabenor-gabenor dan lain-lain. Tetapi
Ustman melantik keluarganya al-Walid bin Uqbah sebagai gabenor di Basrah
yang terkenal dengan pemabuk.

20
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Amhari, Khalifah utsman bin affan dan khalifah ali bin abi thalib,
http://amdayhary.blogspot.co.id/2013/05/khalifah-utsman-bin-affan-dan-
khalifah.html

Hasiba Abdillah, Sejarah Hukum Islam Masa Khulafaur,


http://hasibabdillah92.blogspot.co.id/2014/01/sejarah-hukum-islam-masa-
khulafaur.html, diakses pada tanggal 24 April 2017

Ham,Musahadi.2000.EvolusiKonsepSunnah:ImplikasinyapadaPerkembanganhukumi
slam.Semarang:CV.AnekaIlmu.

Khallaf, Abdul Wahab. 1985. IkhtisarSejarah Hukum Islam. Yogyakarta:


CV.BayuGrafika Offset.

Supriyadi,Dedi.2007.SejarahHukumIslam.Bandung:CV.PustakaSetia.

Syalabi. Sejarah dan Kebudayaan Islam 1. (Jakarta:PT. Pustaka Al Husna Baru,


2003).

Yayan sopyan tarikh tasyri’ sejarah pembentukan hukum islam ( depok: gramata
publishing,2010 hal.94)

Zuhri, Muhammad. 1996. Hukum islamdalam lintasan sejarah.Jakarta:


PT.RajaGrafindo Persada.

21

Anda mungkin juga menyukai