Anda di halaman 1dari 22

Kisi-kisi SKI

1) Disajikan narasi tentang kebudayaan Bangsa Arab Sebelum Islam, peserta didik mampu
mengidentifikasi bagaimana orang-orang Qurais menggunakan Syair dalam kehidupan
sehari-hari
Bersyair
Pasar Ukaz tidak hanya menyediakan barang dagangan berupa perniagaan dan
kebutuhan sehari-hari saja, tetapi juga pagelaran kesenian seperti qashidah-qashidah
gubahan sastrawan Arab. Syair menjadi salah satu budaya tingkat tinggi yang berkembang
pada masa Arab pra Islam. syair juga dapat menjadikan seseorang atau kabilah tertentu
menjadi kabilah terbelakang atau kabilah yang terhormat. Syair menjadi masalah mafakhir
(kebanggaan) mereka dalam kehidupan sosialnya. Selain bersyair, mereka juga terbiasa
menuliskan kata-kata hikmah dalam setiap bangunan agung yang mereka dirikan untuk
dijadikan peringatan dan diambil hikmahnya bagi generasi selanjutnya. Orang Arab saat
itu berloba-lomba dan membanggakan sikap dermawan. Separuh syair-syair mereka diisi
dengan pujian dan sanjungan terhadap kedermawanan.

2) Disajikan narasi tentang perjalanan dakwah Rosul di Makkah selama 13 tahun baik
sembunyi-sembunyi maupun terangterangan, peserta didik mampu memahami substansi
dakwah Nabi Saw. Periode Mekah
Rasulullah Saw memulai dakwahnya secara sembunyi-sembunyi, menyeru manusia
untuk beriman kepada Allah Swt, menganut agama Tauhid dan mengenalkan bahwa
Tuhan itu satu, yaitu Allah Swt. Dakwah secara sembunyi-sembunyi ini dilakukan untuk
menghindari munculnya gejolak yang sangat mungkin terjadi di kalangan masyarakat.
Beliau memulai dakwah kepada keluarga dan karib kerabatnya. Beliau mengetahui bahwa
orang Quraisy sangat terikat, fanatik, dan kuat mempertahankan kepercayaan jahiliyyah.
Dakwah secara sembunyi-sembunyi berlangsung selama 3-4 tahun.
Tiga tahun lamanya Rasulullah Saw berdakwah secara sembunyi-sembunyi di rumah
sahabat Arqam bin Abi Al Arqam. Penduduk Makkah banyak yang sudah mengetahui dan
mulai membicarakan agama baru yang beliau bawa. Mereka menganggap agama itu sangat
bertentangan dengan agama nenek moyang mereka. Pada waktu itu turunlah wahyu yang
memerintahkan kepada beliau untuk melakukan dakwah secara terbuka dengan terang-
terangan kepada seluruh masyarakat. Allah Swt berfirman dalam QS. Al-Hijr (15) : 94.
Dengan turunnya ayat tersebut, Rasulullah Saw. mulai berdakwah secara terang-terangan.
Dakwah ini membuat seorang tokoh Bani Giffar yang tinggal di Barat Laut Merah
menyatakan diri masuk Islam. Ia adalah Abu Zar Al-Giffari. Atas perintah Rasulullah Saw
kemudian Abu Zar Al-Giffari pulang untuk berdakwah di kampungnya. Sejak itulah
banyak orang yang masuk Islam berkat Abu Zar Al-Giffari. Melalui cara itu pula, Bani
Daus juga masuk Islam. Orang pertama Bani Daus yang masuk Islam adalah Tufail bin
Amr ad Dausi, seorang penyair terpandang di kabilahnya. Dengan demikian, Islam mulai
tersebar di luar Makkah.
3) Disajikan narasi tentang keadaan dan kondisi Muslim di Makkah, peserta didik mampu
menganalisis Faktor-Faktor Penyebab Hijrah Rasulullah menuju Habasyah
Alasan yang membuat Rasulullah SAW memilih hijrah ke habasyah adalah karena
Raja Habsyah terkenal bijaksana, adil, sangat jujur, dan selain itu dia tidak suka berbuat
zalim sehingga tidak ada seorang pun di negeri itu yang merasa teraniaya. Serta supaya
umat islam terbebas dari siksaan kaum kafir Quraisyi makkah.

4) Disajikan narasi tentang Dakwah Rosul di Yastrib/Madinah, peserta didik mampu


menganalisis substansi dakwah Rasulullah Saw. Periode Madinah.
Berikut langka-langkah yang dilakukan oleh Rasulullah Saw di Madinah :
a. Membangun Masjid Nabawi
b. Mempersatukan Suku Aus dan Khazraj
c. Mempersaudarakan kaum Muhajirin dan kaum Anshar
d. Penanaman Nilai-nilai Moral
e. Membentuk tatanan masyarakat

5) Disajikan narasi tentang perjuangan muslim dalam membebaskan kota Makkah, peserta
didik mampu menganalisisi keberhasilan Fathu Makkah
Faktor-faktor keberhasilan Nabi Muhammad saw. pada peristiwa Fathu Makkah tidak
terlepas dari perasaan seiman seagama (Islam) yang sudah terlebih dahulu dibina oleh
beliau. Di samping itu, persaudaraan Muhajirin dan Anshar yang sudah semakin mapan
karena telah dibina oleh Nabi Muhammad saw. Abu Sufyan juga turut andil membuat
penduduk kafir Quraisy Mekah merasa ketakutan karena harus menghadapi bala tentara
yang sangat banyak dan belum pernah ada sebelumnya. Nabi Muhammad saw. juga
melakukan cara persuasif, dengan mengampuni setiap penduduk Mekah yang ingin
selamat dan aman maka harus masuk ke rumah Abu Sufyan.

6) Disajikan narasi tentang proses pemilihan Khulafaurrasyidin peserta didik mampu


memahami hikmah dari proses pemilihan Khulafaurrasyidin Umar bin Khattab
Proses pengangkatan umar bin khattab sebagai khalifah berlangsung dengan jalan
penunjukan langsung oleh abu bakar ash-siddiq sebelum ia wafat.

7) Disajikan narasi tentang pola birokarasi pemerintahan kepemimpinan Khulafaurrasyidin,


peserta didik mampu Menganalisis system pemerintahan dan kebijakan-kebijakan Usman
bin Affan dalam memimpin kaum Muslimin.
Substansi dan strategi Usman bin Affan Selama kurang lebih 12 tahun masa
pemerintahannya banyak terjadi gejolak internal terutama paroh terakhir masa
pemerintahannya. Beberapa hal yang terjadi dan menjadi strategi kepemimpinan Usman
bin Affan:
a. Perluasan wilayah Daerah-daerah strategis yang sudah dikuasai Islam seperti Mesir
dan Irak terus dikembangkan dengan melakukan serangkaian ekspedisi militer yang
terencana secara cermat. Beberapa wilayah berhasil dikuasai meliputi Armenia,
Tunisia, Cyprus, Rhoders dan bagian yang tersisa dari Persia.
b. Pembukuan al-Qur‟an Pada masa Usman terjadi perselisihan mengenai cara baca al-
Qur‟an, Usman memutuskan untuk melakukan penyeragaman cara baca al-Qur‟an.
Cara baca inilah yang secara resmi dipakai oleh kaum muslimin. Untuk itu setelah
pembukuan al-Qur‟an selesai, dibuatlah beberapa salinannya untuk dikirim ke Mesir,
Syam, Yaman, Kuffah, Basrah dan Makkah. Satu mushaf disimpan di Madinah.
Mushaf-mushaf inilah yang kemudian dikenal dengan nama Mushaf Usmani. saat itu
Usman mengharuskan umat Islam untuk menggunakan al-Qur‟an hasil salinan yang
telah disebarkan tersebut. Sementara mushaf al-Qur‟an dengan cara baca yang lainnya
dibakar, dengan demikian perselisihan berhasil dihindari.

8) Disajikan narasi tentang kesulitan yang dialami Khulafaurrasyidin, peserta didik mampu
mengindentifikasi faktor-faktor kesulitan administrasi negara karena timbul kekacauan
luar biasa di kalangan kaum muslim ketika sahabat Ali menjabat sebagai Amirul
mukminin ke-4
Masa pemerintahan Ali bin Abi thalib yang singkat dihabiskan untuk meredam
beberapa pemberontakan yang terjadi. Ada dua pemberontakan yang terjadi pada masa Ali
bin Abi Thalib yang dikenal dengan perang Jamal (antara Ali dan Aisyah) dan perang
Siffin (antara Ali dan Muawiyah). Beberapa strategi dan ketetapan Ali bin Abi Thalib :
a. Memecat kepala-kepala daerah yang diangkat Usman, kemudian mengirim kepala
daerah baru yang akan menggantikan mereka.
b. Mengambil kembali tanah-tanah yang dibagikan Usman kepada kerabatnya tanpa jalan
yang sah. Demikian juga hibah atau pemberian Utsman kepada siapapun yang tidak
beralasan diambil kembali untuk dikuasai Negara.

9) Disajikan narasi tentang sejarah berdirinya Daulah Umayyah peserta didik mampu
mengidentifikasi beberapa factor berdirinya Daulah Umayyah di Damaskus.
Latar belakang berdirinya dinasti ummayah karena sebelumnya ada peristiwa Am‟ al-
Jamaah (rekonsiliasi umat Islam) di Maskin, dekat Madain, Kufah, pada tahun 41 H/661
M. Peristiwa ini merupakan salah satu peristiwa penting dalam perjalanan sejarah umat
Islam. Peristiwa ini ditandai dengan prosesi penyerahan kekuasaan (khalifah) dari tangan
Hasan bin bin Ali kepada Muawiyah bin Abu Sufyan yang telah berkuasa lebih kurang 6
bulan. Hasan bin Ali melakukan sumpah setia dan mengakui Muawiyah bin Abi Sufyan
sebagai pemimpin umat Islam. Pengakuan itu kemudian diikuti oleh para pendukungnya di
kota Kufah, Irak.
Sebagian kaum Muslimin tidak menyetujui kepemimpinan Ali bin Abu Thalib.
Terutama Muawiyah yang sangat tidak menyetujui kepemimpinan Ali bin Abu Thalib.
Muawiyah memanfaatkan semua mantan pejabat pada masa Usman bin Affan dan
masyarakat untuk tidak menyetujui Ali bin Abu Thalib. Muawiyah dan Bani Umayyah
yang berusaha keras untuk mencari tahu dalang terbunuhnya Usman bin Affan. Akhirnya
terjadi peperangan antara kamu Muslim itu sendiri antara Muawiyah dengan Khalifah Ali
bin Abu Thalib beserta pengikutnya. Perang tersebut berakhir dengan perdamaian
bersyarat. Tidak lama kemudian Khalifah Ali bin Abu Thalib wafat karena dibunuh oleh
Abdurrahman Ibnu bin Muljam pada saat sholat subuh. Kepemimpinanpun diganti oleh
Hasan anak dari Khalifah sendiri. Namun kepemimpinan tersebut tidak lama, karena selalu
ditekan oleh Muawiyah. Akhirnya Hasan memberikan kepemimpinan tersebut ke
Muawiyah. Akhirnya dengan jiwa besar Hasan bin Ali menyerahkan tahta kepada
pemerintahan Muawiyah dengan tiga syarat yaitu Muawiyah harus menjamin keselamatan
seluruh keluarganya, Muawiyah harus menjaga nama baik Khalifah Ali bin Abu Thalib,
dan setelah Muawiyah meninggalkan jabatan kepemimpinan harus diserahkan kepada
kaum muslimin secara bermusyawarah. Setelah terjadi kesepakatan, Muawiyah datang ke
Kuffah untuk bersumpah dan ditetapkan sebagai Khalifah yaitu pada bulan Rabiul Akhir
tahun 41 H. Muawiyah pun kembali ke kota Damaskus yang dijadikan tempat
pemerintahan Daulah Bani Umyyah.
Poin penting :
 Terbunuhnya Khalifah Usman bin Affan.
 Sebagian kaum muslim tidak setuju atas diangkatnya Ali bin Abu Thalib sebagai
Khalifah, terutama Muawiyah bin Abu Sufyan.

10) Disajikan narasi tentang perkembangan Islam dan ilmu pengetahuan di masa daulah
Umayyah, peserta didik mampu memahami khalifah-khalifah yang berprestasi di masa
Daulah Umayyah di Damaskus.
1. Muawiyah bin Abi Sufyan
Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan terkenal dalam sejarah perkembangan Bani
Umayyah I karena keberaniannya memproklamirkan pemerintahan Bani Umayyah I
tahun 40 H pada saat Ali bin Abi Thalib masih memerintah. Meskipun cara yang
diambil tidak sesuai dengan nilai-nilai agama, tetapi beliau mampu menetapkan
beberapa kebijakan yang sangat mendukung perkembangan Bani Umayyah I mencapai
masa perkembangan yang sangat pesat. Muawiyah turut membantu Bani Umayyah I di
awal pemerintahannya, dengan menerapkan kebijakan penting di antaranya:
- Membentuk departemen dan duta yang bertugas menyiapkan beberapa sahabat utama
untuk diutus ke berbagai wilayah di dunia. Tujuannya untuk memperkenalkan Islam
ke penjuru dunia. Utusan yang dipilih di antaranya Uqba bin Nafi dan Musa bin
Nusair di Afrika Utara, Abdullah bin Abi Sara di India, dan Saad bin Abi Waqas di
Cina, Indonesia dan wilayah Asia Tenggara lainnya.
- Membeli beberapa profesional administrasi keuangan dan tata usaha dari daerah
Byzantium, kemudian dipekerjakan dalam pemerintahan Bani Umayyah.
- Memperluas kekuasaan dan mengembangkan wilayah di tiga daerah yang sangat
subur dan strategis yaitu Afrika Utara, India, dan Byzantium.
2. Marwah bin Hakam
Khalifah Marwah bin Hakam adalah seorang yang bijaksana. Beliau dikenal sebagai
pribadi yang berpikiran tajam, fasih berbicara, dan sangat berani. Ia ahli dalam
pembacaan Al-Quran dan banyak meriwayatkan hadis dari para sahabat Rasullah yang
terkenal, terutama dari Umar bin khatab dan Utsman bin Affan. Beliau berjasa dalam
menertibkan alat-alat takaran dan timbangan, serta berhasil menciptakan mata uang
sebagai alat jual beli.
Marwah adalah khalifah yang berani memberantas para pemberontak dengan cara
yang keras dan tegas. Karena kebijakan tersebut, pemerintahan pada masa khalifah
Marwah menjadi kondusif dan programnya dapat berjalan dengan lancar.
3. Walid bin Abdul Malik
Khalifah ke-6 Bani Umayyah Walid bin Abdul Malik memerintah bersamaan dengan
permintaan bantuan dari pemerintahan Gothiyah Barat kepada Islam, oleh Khalifah al-
Walid permintaan itu dipenuhi dengan mengirim 12.000 pasukan Islam yang dipimpin
oleh Thariq bin Ziad. Misi Islam tersebut berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik
dan pasukan Islam dipimpin oleh Thariq bin Ziad tersebut berhasil memukul mundur
pasukan Viagoth aristokrasi Jerman.
Karena pasukan Islam berhasil melaksanakan tugasnya dengan mengusir pasukan
Jerman, maka oleh penguasa Gotiyah Barat sepeninggalan Raja Witizah
mempersilahkan Thariq dan pemuka Islam lainnya boleh berdakwah di wilayah
Andalusia dengan bebas dan aman. Masa pemerintahan Walid bin Abdul Malik khalifah
ke-6 Bani Umayyah disebutkan dalam sejarah sebagai masa kejayaan Bani Umayyah I.
Pada saat itu masyarakat patuh dan cinta kepada khalifah Al-Walid.Pemerintahan Bani
Umayyah mencapai puncak kejayaannya pada akhir pemerintahan Walid bin Abdul
Malik. Wilayah kekuasaannya sangat luas yang membentang dari wilayah Timur hingga
Barat.
Walid bin Abdul Malik menerapkan kebijakan yang berbasis memperkuat armada laut
Islam dan mencanangkan kerjasama yang intensif antara pasukan darat dengan pasukan
laut. Ia juga mempersiapkan pasukan secara maksimal untuk memulai aktivitas perang
melawan kekaisaran Byzantium. Pemerintahan Bani Umayyah mencapai kejayaannya.
Keadaan ini membuka kesempatan bagi khalifah Al-Walid untuk melakukan perluasan
wilayah ke daerah-daerah di Afrika dan Eropa Barat.
4. Khalifah Umar bin Abdul Aziz
Khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah khalifah ke-8 dari pemerintahan Bani
Umayyah I, memerintah hanya 3 tahun kurang lebih tahun 99-101 H akan tetapi
masyarakat Islam yang dipimpin mengalami peningkatan kualitas secara drastis
terutama dalam hal status ekonomi. Taraf pendapatan dan kehidupan sosial masyarakat
begitu tinggi, sampai mencari warga masyarakat untuk menyalurkan Zakat Fitrah begitu
sulit.
Zakat kaum aghniya akhirnya diserahkan ke baitul maal selanjutnya difungsikan
untuk pembangunan fisik dalam masyarakat seperti masjid, sekolah dan
perpustakaan.Umar dipilih oleh suara mayoritas masyarakat secara murni karena
keberhasilan beliau menjadi gubernur di Syiria dan masyarakat Islam telah bosan dan
jenuh terhadap kepemimpinan para khalifah Bani Umayyah yang korup dan rusak
akhlaknya. Ada beberapa keistimewaan dari khalifah Umar bin Abdul Aziz
dibandingkan dengan khalifah-khalifah lainnya:
– Jabatan khalifah yang akan dipangkunya ditawarkan lebih dahulu kepada rakyat, akan
tetapi mayoritas masyarakat lebih memilih Umar bin Abdul Aziz.
– Beliau lebih mementingkan agama dari pada politik
– Mementingkan persatuan umat Islam dari pada golongan
– Penyiaran Islam dilakukan atau disiarkan dengan cara damai
– Adil terhadap semua pihak
– Sopan dan santun dalam bertutur
– Mementingkan kebutuhan umum dari pada kebutuhan pribadi
– Membuka forum untuk masyarakat luas, bertanya tentang hal agama, hukum dan
persoalan sosial lainnya
– Masa pemerintahannya yang singkat 3 tahun, akan tetapi mampu meng- angkat status
sosial dan derajat masyarakat menjadi makmur sehingga sulit mencari orang miskin
untuk mengeluarkan zakat pada saat itu
– Memberi instruksi kepada gubernur Madinah agar mengumumkan kepada masyarakat
Islam Madinah supaya segera mengumpulkan dan menyeleksi hadis.

11) Disajikan narasi tentang melemahnya Daulah Umayyah, peserta didik mampu
menganalisis factor-faktor sebab keruntuhan Daulah Umayyah di Damaskus
Ada beberapa faktor yang menyebabkan Dinasti Bani Umayyah lemah dan
membawanya kepada kehancuran. Faktor-faktor itu antara lain:
1. Terjadinya persaingan dalam merebutkan kursi kekhalifahan. Ketidakjelasan sistem
pergantian khalifah, baik secara garis keturunan, senioritas maupun musyawarah
mufakat ini menyebabkan terjadinya persaingan yang tidak sehat di kalangan anggota
keluarga istana.
2. Latar belakang terbentuknya Dinasti Bani Umayyah tidak bisa dipisahkan dari konflik-
konflik politik yang terjadi di masa Ali. Sisa-sisa Syi‟ah (pengikut Ali) dan Khawarij
terus menjadi gerakan oposisi, baik secara terbuka seperti di masa awal dan akhir
maupun secara tersembunyi seperti di masa pertengahan kekuasan Bani Umayyah.
Penumpasan terhadap gerakan-gerakan ini banyak menyedot kekuatan pemerintah.
3. Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, pertentangan etnis antara suku Arabia utara
(Bani Qays) dan Arabia Selatan (Bani Kalb) yang sudah ada sejak zaman sebelum
Islam, makin meruncing. Perselisihan ini mengakibatkan para penguasa Bani Umayyah
mendapat kesulitan untuk menggalang persatuan dan kesatuan. Di samping itu,
sebagian besar golongan Mawali (non-Arab), terutama di Irak dan bagian Timur
lainnya, merasa tidak puas karena status Mawali itu menggambarkan suatu inferioritas,
ditambah dengan keampuhan bangsa Arab yang diperlihatkan pada masa Bani
Umayyah.
4. Lemahnya pemerintahan Daulah Bani Umayyah juga disebabkan oleh sikap hidup
mewah di lingkungan istana sehingga anak-anak khalifah tidak sanggup memikul
beban berat kenegaraan tatkala mereka mewarisi kekuasaan. Di samping itu, golongan
agama banyak yang kecewa karena perhatian penguasa terhadap perkembangan agama
sangat kurang.
5. Penyebab langsung tergulingnya Dinasti Bani Umayyah adalah munculnya kekuasaan
baru yang dipelopori oleh keturunan al-Abbas ibn Abd al Muthalik. Gerakan ini
mendapat dukungan penuh dari Bani Hasyim dan golongan Syi‟ah, dan kaum Mawali
yang merasa dikelasduakan oleh pemerintahan Bani Umayyah. Dinasti Bani Umayyah
diruntuhkan oleh kekuatan politik Dinasti Bani Abbasiyah pada masa Khalifah
Marwan bin Muhammad pada 127 H (744 M). Selain itu, kesombongan para pembesar
Daulah Umayyah di akhir pemerintahannya menjadi salah satu alasan yang membuat
hilangnya kecintaan rakyat pada akhir pemerintahan Daulah Umayyah.
12) Disajikan narasi tentang sejarah berdirinya Daulah Abbasyiah peserta didik mampu
mengidentifikasi beberapa factor berdirinya Daulah Abbasyiah di Bagdad
Faktor-Faktor yang mendorong berdirinya Pemerintahan Daulah Abbasiyah :
1. Meningkatnya kekecewaan kelompok khawarij dan syi'ah terhadap Dinasti Umayyah.
2. Terjadi perbedaan paham dan peperangan antarsuku antara suku arab Mudhariyah dan
suku arab Himyariyah.
3. Dinasti Umayyah bertindak nepotisme dan kecurangan dalam menjalankan
pemerintahan.
4. Perlawanan dari kelompok Syi'ah, Khawarij dan Mawali di kota Khurasan yang
sebelumnya selalu ditindas oleh Dinasti Umayyah.
5. Timbulnya kekecewaan kelompok agama terhadap Dinasti Umayyah.
6. Wafatnya khalifah Dinasti Umayyah yang terakhir.
7. Dinasti Umayyah selalu menindas para pengikut Ali dan Bani Hasyim. Dinasti ini juga
mengingkari salah satu isi dari perjanjian ”Ammul Jamaah” yaitu setalah jabatan
khalifah Muawiyah berakhir kekuasaan akan diserahkan pada musyawarah kaum
muslimin tetapi Muawiyah dan penerusnya justru mengangkat putra mahkota.
8. Banyak diantara pemimpin Dinasti Umayyah melakukan pelanggaran terhadap ajaran
Islam, yaitu bergaya hidup mewah dan berfoya-foya meniru gaya hidup penguasa
Romawi, sehingga para penguasa Dinasti ini memiliki figur yang lemah.
9. Dalam revolusinya, Daulah Abbasiyah berbekal janji akan mendirikan sistem yang
lebih ideal bagi umat Islam, daripada Dinasti Umayyah yang dinilai sebagai penindas
dan tidak memiliki legitimasi keagamaan. Gerakan yang dilakukan Bani Abbasiyah
pun didukung oleh sebagian besar orang Arab yang dirugikan Umayyah, dengan
tambahan faksi Yaman, Mawali, Khawarij, dan Syiah. Kelompok inilah yang
mendukung Abdul Abbas As-Saffah, keturunan paman Nabi Muhammad, untuk
melakukan revolusi guna menggulingkan kekuasaan Bani Umayyah. Selain, Abdul
Abbas As-Saffah, salah satu tokoh yang berperan dalam proses berdirinya Daulah
Abbasiyah adalah Abu Muslim Al Khurasani. Abdul Abbas As-Saffah merekrut Abu
Muslim Al Khurasani sebagai agen propaganda sekaligus panglima perang.

13) Disajikan narasi tentang perkembangan Islam dan ilmu pengetahuan di masa daulah
Abbasyiah, peserta didik mampu memahami khalifah-khalifah yang berprestasi di masa
Daulah Abbasyiah di Bagdad
1. Abul Abbas As-Saffah (Khalifah pertama dan pendiri dinasti)
Abul Abbas As-Saffah (722-754 M) adalah pemimpin dan khalifah pertama dari
Bani Abassiyah. Dia lahir dari keluarga Banu Hisham, dan merupakan keturunan dari
Abbas ibn Abdul Munthalib, paman dari Nabi Muhammad. Hubungan darah dengan
Nabi Muhammad ini membuatnya menjadi figur pusat dari perlawanan melawan Bani
Umayyah. Nama “As-Saffah” adalah julukan yang berarti “Sang Penumpah Darah”.
Julukan ini diberikan karena dia sering membantai lawan politiknya. As-Safah
memulai pemberontakannya dari Khurasan, wilayah yang sekarang merupakan bagian
timur Iran dan barat Afghanistan. Dari wilayah ini, As-Safah memimpin pasukan
Abbasiyyah hingga mencapai kemenangan atas Bani Umayyah pada pertempuran di
Sungai Zab, Iraq pada tahun 750. Dalam masa pemerintahan As-Safah juga didirikan
pabrik kertas pertama di Samarkand. Abu al-Abbas adalah seorang revolusioner yang
bisa menaungi kaum nonMuslim dan non-Arab. Sangat berbeda dengan Daulah
Umayyah yang menolak pasukan dari 2 golongan itu. Pada masa pemerintahannya,
saat pasukan Abbasiyah menguasai Khurasan dan Irak, dia keluar dari
persembunyiannya dan dibaiat sebagai Khalifah pada tahun 132 H/ 749 M. Setelah itu
dia mengalahkan Marwan bin Muhammad dan mengakhiri pemerintahan Daulah
Umayyah pada tahun yang sama. Abul Abbas As Saffah wafat pada tahun 136 H/753
M dalam usia yang masih sangat muda.
2. Abu Jafar Al-Mansur (Khalifah kedua dan pendiri kota Baghdad)
Abu Ja‟far Al-Manshur menjadi Khalifah kedua Daulah Abbasiyah meneruskan
khalifah sebelumnya Abul Abbas As-Saffah. Abu Ja‟far Al Manshur merupakan putra
Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib, masih saudara
kandung Ibrahim Al- Imam dan Abul Abbas As-Saffah. Ketiganya merupakan pendiri
Daulah Abbasiyah. Abu Ja‟far sedang menunaikan ibadah haji bersama Abu Muslim
Al-Khurasani ketika Khalifah Abul Abbas As Saffah meninggal.
Adapun yang pertama kali dilakukan Khalifah Abu Ja‟far Al-Manshur setelah
dibaiat menjadi Khalifah pada 136 H/ 754 M adalah mengatur politik dan siasat
pemerintahan Daulah Abbasiyah. Jalur-jalur pemerintahan ditata rapi dan cermat,
sehingga pada masa pemerintahannya terjalin kerjasama erat antara pemerintah pusat
dan daerah. Begitu juga antara lembaga-lembaga lain yang ada pada waktu itu.Al-
Mansur dianggap sebagai tokoh penting berdirinya Bani Abassiyah, sebagai pendiri
ibu kota baru Bani Abbasiyyah, Madinat As-Salam, atau yang lebih sebagai Baghdad.
Selama masa kepemimpinannya, kehidupan masyarakat berjalan tenteram, aman
dan makmur. Stabilitas politik dalam negeri cenderung aman dan terkendali, tidak ada
gejolak politik dan cenderng stabil. Khalifah Abu Ja‟far Al-Manshur sangat hati-hati
dalam melangkah dan mengambil sikap terhadap pihak-pihak yang berseberangan
dengan kebijakan khalifah. Khalifah Abu Ja‟far Al Manshur berangkat ke Makkah
untuk menunaikan ibadah haji di penghujung tahun 158 H. Namun dalam perjalanan ia
sakit lalu meninggal dunia. Ia wafat dalam usia 63 tahun dan menjadi Khalifah selama
22 tahun. Jenazahnya kemudian dibawa dan dikebumikan di Baghdad.
3. Muhammad Al-Mahdi
Muhammad Al-Mahdi bin al-Mansur dibaiat menjadi Khalifah sesuai dengan
wasiat ayahnya pada tahun 158 H/774 M. Muhammad Al-Mahdi dikenal sebagai
seorang yang sangat dermawan dan pemurah. Pada masa pemerintahannya, kondisi
dalam negeri saat itu sangat stabil, dan tidak ada satu gerakan penting dan signifikan di
masanya.
Muhammad Al-Mahdi berhasil mencapai kemenangan-kemenangan atas orang-
orang Romawi. Dibantu anaknya, Harun Ar-Rasyid adalah panglima Penakluk
Romawi. Dia sampai ke pantai Marmarah dan berhasil melakukan perjanjian damai
dengan Kaisar Agustine yang bersedia untuk membayar jizyah pada tahun 166 H/ 782
M. Muhammad Al-Mahdi meninggal pada tahun 169 H/785 M. Muhammad Al-Mahdi
tercatat memerintah selama 10 tahun beberapa bulan.
4. Harun Al-Rashid (Khalifah kelima dan paling terkenal)
Harun al-Rashid (766 -809) adalah khalifah kelima, yang naik tahta pada tahun
786 M. Harun Ar Rasyid bin al-Mahdi adalah mutiara sejarah Daulah Abbasiyah.
Harun Ar-Rasyid dikenal sebagai sosok yang sangat pemberani. Meski berasal dari
Daulah Abbasiyah, Harun Ar-Rasyid dikenal dekat dengan keluarga Barmak dari
Persia (Iran). Pada masa ke-Khalifahan Harun Ar-Rasyid, dikenal sebagai masa
keemasan Islam (The Golden Age of Islam), di mana saat itu Baghdad menjadi salah
satu pusat ilmu pengetahuan dunia. Perhatian Khalifah Harun Ar-Rasyid yang begitu
besar terhadap kesejahteraan rakyat serta kesuksesannya mendorong perkembangan
ilmu pengetahuan, tekonologi, ekonomi, perdagangan, politik, wilayah kekuasaan,
serta peradaban Islam.
Harun Ar-Rasyid memimpin selama 23 tahun (786 M - 809 M). Dalam
kepemimpinanannya Harun Al-Rasyid mampu membawa dinasti yang dipimpinnya ke
puncak kejayaan. Ada banyak hal yang patut ditiru para pemimpin Islam di abad ke-21
ini dari sosok khalifah besar ini. Sebagai pemimpin, dia menjalin hubungan yang
harmonis dengan para ulama, ahli hukum, penulis, qari, dan seniman. Secara militer,
Bani Abbasiyyah mampu mengalahkan Kekaisaran Romawi Timur dan memaksanya
membayar upeti. Khalifah ini dikenal sebagai pemimpin terbesar pada masa Bani
Abbasiyyah dan namanya disebut dalam cerita Seribu Satu Malam. Harun Ar-Rasyid
menjadi Khalifah saat berusia cukup muda, yaitu 22 tahun, dan wafat dalam usia yang
juga masih muda, yaitu 45 tahun. Saat dia wafat pada tahun 193 H/808 M negara
dalam keadaan makmur dengan memiliki kekayaan 900 juta dirham.
5. Al-Ma‟mun (Khalifah ketujuh dan pendiri Baitul Hikmah)
Abu al-Abbas al-Maʾmūn ibn Hārūn al-Rashīd (786 – 833) adalah anak dari
Harun al-Rasyid, yang menjadi khalifah setelah mengalahkan saudaranya, Al-Amin,
dalam perang saudara. Dalam bidang ilmu pengetahuan, Al-Ma‟mun mendirikan
Baitul Hikmah, lembaga penterjemah yang menterjemahkan kitab dari Yunani Kuno
dan India, yang menjadikan Baghdad sebagai pusat ilmu pengetahuan di Abad
Pertengahan.

14) Disajikan narasi tentang melemahnya Daulah Abbasyiah, peserta didik mampu
menganalisis factor-faktor sebab keruntuhan Daulah Abbasyiah di Bagdad.
Faktor internal :
- Gaya hidup mewah di kalangan penguasa.
Pencapaian luar biasa dalam bidang peradaban dan kebudayaan yang dicapai
Dinasti Abbasiyah pada periode pertama telah mendorong para penguasa untuk hidup
mewah, bahkan cenderung glamour, membuat para pengasa banyak yang terlena dan
cenderung kurang memperhatikan urusanurusan negara. Hal ini menjadi awal mula
melemahnya kepemimpinan dalam pemerintahan Daulah Abbasiyah.
- Persaingan Antar Bangsa.
Orang-orang Persia masih merasa tidak puas atas posisi yang didapatkan dalam
pemerintahan Daulah Abbasiyah. Mereka menginginkan sebuah dinasti dengan khalifah
dan pegawai dari Persia pula. Bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di
tubuh mereka adalah darah istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-Arab
di dunia Islam.
Setelah Al-Mutawakkil naik tahta, dominasi tentara turki tak terbendung lagi.
Sejak itu kekuasaan Daulah Abbasiyah sebenarnya telah berakhir. Kekuasaan berada di
tangan orang-orang Turki. Posisi ini kemudian direbut oleh Daulah Buwaih, bangsa
Persia pada periode ketiga dan selanjutnya beralih kepada Daulah Seljuk pada periode
keempat.
- Kemerosotan Ekonomi.
Daulah Abbasiyah mengalami kemunduran di bidang ekonomi bersamaan dengan
kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama, pemerintahan Daulah Abbasiyah
merupakan pemerintahan yang kaya. Pendapatan yang masuk lebih besar dari yang
pengeluaran, sehingga Baitul Mal penuh dengan harta. Setelah Daulah Abbasiyah
memasuki periode kemunduran, pendapatan menurun, sementara pengeluaran semakin
meningkat lebih besar.
Menurunnya pendapatan tersebut disebabkan oleh semakin menyempitnya
wilayah kekuasaan, banyaknya kerusuhan dalam negeri mengganggu perekonomian
rakyat, diperingannya pajak dan banyaknya dinastidinasti kecil yang memerdekakan
diri dan tidak lagi membayar upeti.
- Konflik Keagamaan.
Persoalan fundamental dalam kegiatan keagamaan juga ikut berperan dalam
menambah beban persoalan pemerintah. Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan
persoalan kebangsaan. Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik
antara Muslim dan zindik atau Ahlussunnah dengan syi`ah saja, tetapi juga antar aliran
dalam Islam. Munculnya perbedaan pendapat yang tidak terselesaikan memicu konflik
yang berkepanjangan.

Faktor eksternal :
- Perang salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak
korban.
Perang salib adalah perang yang dilancarkan oleh tentara-tentara Kristen dari
berbagai kerajaan di Eropa barat terhadap umat islam di asia barat dan mesir. Dikatakan
perang salib karena tentara Kristen membawa simbol salib dalam memerangi umat
islam di berbagai wilayah.
- Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam.
Pada sekitar tahun 1257, Hulagu Khan mengirimkan ultimatum kepada Khalifah
agar menyerah dan mendesak agar tembok kota sebelah luar diruntuhkan. Tetapi
Khalifah tetap enggan memberikan jawaban. Maka pada tahun 1258, Hulagu Khan
menghancurkan tembok ibu kota. Sementara itu Khalifah al-Mu‟tashim langsung
menyerah dan berangkat ke tempat pasukan Mongolia. Setelah itu para pemimpin dan
fuqaha juga keluar, sepuluh hari kemudian mereka semua dieksekusi. Dan Hulagu
beserta pasukannya menghancurkan kota Baghdad dan membakarnya. Terbunuhnya
Khalifah alMu‟tashim telah menandai babak akhir dari kepemimpinan Daulah
Abbasiyah di Baghdad.
15) Disajikan narasi tentang perkembangan Islam di masa Dinasti Ustmani peserta didik
mampu memahami tentang kemajuan peradaban di masa khalifah Muhammad II (Al
Fatih) tentang pembebasan kota Konstatinopel
Konstantinopel merupakan salah satu kota terpenting di dunia. Kota ini dibangun pada
kisaran tahun 330 M oleh Kaisar Byzantium yaitu Constantine 1. Memiliki letak yang
sangat strategis, sehingga dikatakan “andaikata dunia ini sebagai kerajaan, maka
Konstantinopel akan cocok untuk menjadi ibu kota kerajaan itu”. Di usia yang belia
Muhammad al-Fatih berhasil menaklukkan Kota Konstantinopel, sekaligus menjadi
penanda bahwa abad pertengahan telah berakhir. Al-Fatih menyiapkan 4 Juta tentara
untuk mengepung wilayah barat dan laut. Pengepungan ini terjadi selama 50 hari.
Pasukan Al-Fatih berhasil menyeberangkan 70 kapal laut melewati hutan yang ditumbuhi
pohon pohon besar. Tentu saja setelah sebelumnya selama satu malam pasukan
menebangi pohon yang merintangi perjalanan. Selama penaklukan, Al-Fatih memiliki
para penasihat dan ahli perang yang bisa diandalkan. Syeh Aaq Syamsudin, Halil Pasha,
dan Zaghanos Pasha adalah tiga orang tepercaya Al-Fatih dalam melakukan penaklukan
Konstantinopel.
Muhammad II Al-Fatih berhasil menguasai Konstantinopel dengan perencanaan dan
persiapan yang matang dan juga strategi yang baik. Kota Konstantinopel jatuh ke
pangkuan umat Islam pada 20 Jumadil Ula 857 H atau 29 Mei 1453 M. Setelah memasuki
Konstantinopel di sana terdapat sebuah gereja Hagia Sofia (Aya Sofia) Al-Fatih
memasuki gereja tersebut yang digunakan sebagai tempat perlindungan terakhir para
pendeta, Rahib dan masyarakat. Al-Fatih dengan kebaikan akhlaknya memberikan sikap
bijaksananya dan perlindungan kepada seluruh penduduk Konstantinopel. Setelah salib-
salib, berhala dan gambar-gambar diturunkan, Aya Sofia dibersihkan dan kemudian
dijadikan masjid bagi umat Islam. Akhirnya kota Konstantinopel dijadikan sebagai ibu
kota kerajaan Turki Usmani dan namanya diganti menjadi Islambul atau kota Islam yang
kemudian dikenal dengan nama Istambul. Daulah Usmani telah menunjukkan diri sebagai
salah satu pilar penyangga kekuatan Islam. Penaklukan Konstantinopel yang menjadi
simbol kekuatan Eropa berhasil diambil alih oleh Sultan Muhammad Al Fatih sehingga
kemudian menjadi simbol kebesaran dan kekuatan Daulah Usmani.

16) Disajikan narasi tentang faktor-faktor berdirinya dinasti Mughal, peserta didik mampu
menganalisis strategi dalam membentuk negara Islam di wilayah non-muslim dimasa
khalifah Jalaludin Akbar.
Maharaja Akbar membawa Kesultanan Mughal ke puncak masa emas. Wilayah-
wilayah taklukan Mughal yang tercerai-berai sepeninggal Sultan Babur, dan situasi yang
sempat mengalami serentetan konflik di masa pemerintahan Sultan Humayun, dapat
dipersatukan lagi dan diperbaiki oleh Sultan Akbar. Setelah Dewasa, Akbar mengambil
alih wewenang pemerintahan dari Bairam Khan yang sudah memiliki pengaruh kuat di
Mughal. Wilayah kekuasaan Mughal sangat luas, meliputi Chundar, Ghond, Chitor,
Ranthabar, Kalinjar, Gujarat, Surat, Bihar, Bengal, Kashmir, Orissa, Deccan, Gawilgarh,
Narhala, Ahmadnagar, dan Asirgah. Semua wilayah dapat dikendalikan dalam suatu
pemerintahan militeristik.
Salah satu kebijakan yang diterapkan Maharaja Akbar dalam mengelola negara
adalah Sulh-i Kull atau Shalakul yang berarti toleransi universal. Dengan kebijakan ini,
semua rakyat dipandang sama, tidak dikotak-kotakkan hanya karena perbedaan etnis
maupun agama. Sulh-i Kull yang diterapkan Akbar adalah sebuah aturan politik yang
mengekspresikan cita-cita sufi, yaitu perdamaian universal yang secara positif mencari
kesejahteraan materi dan rohaniah dari semua umat manusia. Maharaja Akbar memang
sangat menghargai keberagaman beragama dalam kehidupan di Kesultanan Mughal. Ia
selalu mengingat sang kakek, Sultan Babur, agar jangan sekali-kali mempersulit hidup
rakyat, termasuk mereka yang bukan pemeluk Islam. Salah satu istri Maharaja Akbar
adalah seorang perempuan Hindu. Ia memperbolehkan istri dan kaum wanita Hindu
lainnya melaksanakan ajaran agama mereka di istana dengan sebebas-bebasnya.
Maharaja Akbar mempersatukan berbagai etnis dan agama ke dalam suatu kelas
penguasa di dalam pemerintahannya, yakni meliputi orang India, Turki, Afghanistan,
hingga Persia. Tak hanya itu, Maharaja Akbar juga kerap mengundang para pemuka
agama lain untuk berdiskusi dengan para ahli fikih istana. Sang raja menilai, untuk
menjamin kedamaian rakyat Mughal di India, Islam harus menerima unsur-unsur dari
agama lain. Beberapa kebijakan Akbar lainnya adalah penghapusan praktik perbudakan
tawanan perang dan memaksakan agama Islam kepada mereka, penghapusan pajak masuk
di candi-candi atau tempat peribadatan umat Hindu, sera penghapusan jizyah (pajak)
untuk warga non-muslim. Pada 1575 Maharaja Akbar mendirikan suatu tempat khusus
untuk para ulama berdiskusi dan bertukar pikiran. Namun, perdebatan yang sering terjadi
justru saling memojokkan. Mereka masing-masing merasa paling benar.
Pada 1582 Maharaja Akbar menciptakan Din-i-Ilahi, yang artinya “Agama Tuhan”.
Din-i-Ilahi menggabungkan unsur-unsur terbaik dari ajaran Islam dan Hindu, ditambah
dari unsur agama atau kepercayaan lainnya seperti Kristen, Jainisme, Zoroastrianisme,
dan seterusnya (sinkretisme). Akbar memang tidak lantas mendeklarasikan Din-i-Ilahi
sebagai agama baru. Din-i-Ilahi adalah alat utama birokrasi Akbar dalam usaha mencari
legitimasi untuk menciptakan kepemimpinan langsung di bawah komandonya.

17) Disajikan narasi tentang perjuangan saifiudin dalam mendirikan dinasti Safawi, peserta
didik mampu menganalisis strategi Dinasti Safawi dalam membentuk idiologi Syiah di
persia.
Daulah Syafawi merupakan peletak dasar berdirinya negara Iran. Salah satu negara
yang memiliki percepatan tekhnologi di dunia. Berbeda dengan Daulah Usmani, Daulah
Syafawi adalah menganut madzhab tertentu dalam kegiatan keagamaannya. Sebelum
Daulah Syafawi berdiri, cikal bakal lahirnya daulah tersebut dimulai dari sebuah gerakan
tharekat Syafawiyah yang berdiri di daerah Ardabil kota Azerbaijan. Nama tharekat ini
sesuai dengan nama pendirinya yaitu Safi al-Din, salah satu keturunan Musa al-Kazim.
Awal mulanya tharekat ini bertujuan meluruskan orang-orang yang ingkar dan pada
akhirnya memerangi orang-orang yang keluar dari rambu-rambu syari`ah. Tharekat ini
menjadi semakin penting setelah ia berubah bentuk dari pengajian tasawuf murni yang
bersifat local menjadi gerakan keagamaan yang besar pengaruhnya di Persia, Syiria dan
Anatolia.
Dalam perkembangan berikutnya penganut tharekat Syafawiyah sangat fanatik
terhadap ajaran-ajarannya. Hal tersebut ditandai dengan adanya i`tikad yang kuat dari
kalangan mereka untuk mendirikan sebuah kekuasaan tersendiri. Dengan dukungan yang
kuat dari pengikutnya, lama-kelamaan para pengikut tharekat Syafawiyah membentuk
suatu kekuatan yang mandiri, fanatik, penuh percaya diri.
Pada mulanya gerakan tarekat Shafawiyah bertujuan untuk memerangi orang-orang
yang ingkar pada agama, kemudian selanjutnya beralih pula kepada memerangi golongan
yang disebut ahli bid‟ah. Dari sinilah Shafi Al-Din mulai mengubah bentuk tarekat yang
dipimpinnya, dari pengajian tasawuf murni yang bersifat lokal menjadi gerakan politik
yang besar pengaruhnya di Persia, Syria, dan Anatolia. Mayoritas pengikut-pengikutnya
adalah suku-suku Turki yang masih seminomad yang dikenal dengan sebutan Turkman
yaitu diantaranya suku Ustajlu, Rumlu, Shamlu, Dulgadir, Takkalu, Ashfar dan Qajar.
Ketika pemimpin tarekat dipegang oleh Junaid (1447-1460). Aliran keagamaan ini
memperluas gerakannya ke wilayah politik, hingga muncul hingga muncul keinginan
untuk mendirikan pemerintahan sendiri. Setengah abad kemudian ternyata keinginan
Junaid tersebut dapat terwujud dengan berdirinya kerajaan Shafawi yang dibawah
proklamatornya Syah Ismail. Sejak itu pula paham Syiah (Syiah dua belas) ditetapkan
sebagai agama resmi pemerintah. Jika dalam seluruh sejarah peradaban Islam munculnya
kerajaan Shafawi sebagai salah satu tonggak kebangkitan Islam kedua, maka dalam
persepsi kaum Syi‟i kelahiran dinasti ini merupakan kebangkitan kedua bagi paham
Syiah.

18) Disajikan narasi tentang sebab-sebab kemunduran peradaban dan ilmu pengetahuan,
peserta didik mampu menganalisis faktor kemunduran runtuhnya dinasti Umayyah di
Andalusia yang merupakan mercusuar Dunia kala itu.
Spanyol dikuasai peradaban Islam pada era kekuasaan Kekhalifahan Umayyah.
Ketika itu, Bani Umayyah yang berbasis di Damaskus, Suriah dipimpin Khalifah Al-
Walid (705-715 M). Awalnya, kekuasaan Islam di Andalusia berada di bawah kendali
Dinasti Umayyah. Setelah digulingkan Dinasti Abbasiyah, kendali berada di Baghdad.
Sejak 912 M, di era kepemimpinan Amir Abdurrahman III, kekuasaan Islam di
Andalusia memerdekakan diri Abbasiyah. Sejak itu, berdirilah Kekhalifahan Umayyah di
Spanyol. Penguasanya mulai menggunakan gelar khalifah. Peradaban Islam di Spanyol
sempat mencapai masa keemasannya dalam berbagai bidang.
Kekhalifahan Umayyah di Andalusia mulai meredup ketika Hisyam naik tahta pada
usia 11 tahun. Akibatnya, kekuasaan dikendalikan para pejabat. Memasuki era 1013-
1086 M, Spanyol terpecah menjadi lebih dari 30 negara kecil di bawah pemerintahan raja-
raja glongan, yang berpusat di satu kota, seperti Toledo, Sevilla, Cordoba, dan lain
sebagainya.
Menurut sejarawan Islam, Prof Badri Yatim, Kekhalifahan Umayyah di Andalusia
hancur karena berbagai faktor.
- Pertama, konflik Islam dengan Kristen. „‟Para penguasa Muslim tak melakukan
Islamisasi secara sempurna,‟‟ tutur Prof Badri. Penguasa Muslim hanya puas dengan
menagih upeti kepada kerajaan-kerajaan Kristen. Padahal, kehadiran Arab islam di
Spanyol telah memperkuat kebangsaan orang-orang Kristen. Pertentangan pun tak
terelakan. Pada abad ke-11 M umat Kristen mengalami kemajuan yang pesat.
„‟Sedangkan, umat Islam mengalami kemunduran,‟‟ ujar Prof Badri. Umat Islam pun
terusir dari Spanyol pada 1492 M.
- Kedua, tak adanya ideologi pemersatu. Salah satu kelemahan Umayyah Spanyol
adalah tak menempatkan para mualaf tak diperlakukan sejajar dengan orang-orang
Arab. Menurut Prof Badri Yatim, sebagaimana politik Dinasti Umayyah di damskus,
orang-orang Arab tak pernah menerima orang-orang pribumi. Akibat merasa
direndahkan, kelompok etnis non-Arab akhirnya menggerogoti kekuasaan.
- Ketiga, kesulitan ekonomi. Pada paruh kedua islam di Spanyol, para penguasa lalai
memperkuat sector ekonomi. Mereka lebih serius membangun kota dan
mengembangkan ilmu pengetahuan. Akibatnya, keuangan negara menjadi lemah dan
berimbas pada kekuatan politik dan militer.
- Keempat, tak jelasnya sistem peralihan kekuasaan. Akibatnya, terjadi perebutan
kekuasaan di antara ahli waris. Inilah yang membuat Bani Umayyah di Spanyol
runtuh dan berubah dikuasai oleh-oleh raja-raja dari berbagai glongan atau Muluk al-
Thawaif.
- Kelima, menurut Prof Badri Yatim, peradaban Islam di Spayol sulit untuk meminta
bantuan dari kekuatan Islam di tempat lain, kecuali Afrika Utara. Sehingga, basis
kekuasaan Islam di Spanyol habis setelah diusir Kerajaan Kristen.

19) Disajikan narasi tentang Kebangkitan bangsa Barat bemula dari semangat keilmuan yang
begitu tinggi, peserta didik mampu Menganalisis tujuan utama bangsa barat ekspansi ke
dunia Islam.
Kekalahan besar Kerajaan Usmani dalam menghadapi serangan bangsa Eropa di Wina
tahun 1683 M membangkitkan kesadaran bangsa Barat bahwa Turki Usmani telah
melakukan perubahan-perubahan. Ekspedisi Inggris, Portugis, Belanda, dan Spanyol dari
abad ke 15 sampai 19 M di kawasan perdagangan internasional Malaka, Gujarat, dan
lainnya, telah membuka mata mereka terhadap bangsa-bangsa Islam.
Misi politik untuk menguasai negara-negara Islam digalakkan dengan devide et
impera (politik pecah belah), yaitu penjajah dengan segala cara menciptakan pemisah
antara kaum bangsawan dan rakyat kecil. Demikian halnya antara satu penguasa dan
penguasa negara Islam yang lain. Setelah bangsa Barat menguasai ekonomi dan politik
negara-negara Islam, terdapat pula negara Barat yang menjajah dunia Islam dengan
melakukan penyebaran agama Kristen melalui missionaris atau zending.
Bangsa Barat yang memiliki ketiga motivasi ini adalah Spanyol dan Portugis. Hal
terebut tercermin pada semboyan mereka, yaitu Gold (semangat untuk mencari
keuntungan), Glory (Semangat untuk mencapai kejayaan dalam bidang kekuasaan), dan
Gospel (semangat untuk menyebarkan agama Kristen di negara Islam yang dijajah).

20) Disajikan narasi tentang faktor-faktor kebangkitan Tokoh-tokoh Islam, peserta didik
mampu menganalisis dan mengetahui gerakan tokoh-tokoh yang mengembangkan sains
dan tehnologi periode Muhammad Ali Pasya di Mesir.
Muhammad Ali Pasha menaruh perhatian besar pada perkembangan ilmu
pengetahuan. Hal ini terbukti dengan dibentuknya kementerian pendidikan. Setelah itu
didirikan Sekolah Militer tahun 1815 M, Sekolah Teknik tahun 1816 M, Sekolah
Kedokteran tahun 1827 M, Sekolah Pertanian dan Apoteker tahun 1829 M, Sekolah
Pertambangan tahun 1834 M dan Sekolah Penerjemah tahun 1839 M. Selain itu, ia juga
banyak mengirim pelajar ke Perancis untuk belajar pengetahuan berupa sains dan
teknologi Barat di Perancis. Menurut catatan sejarah ia mengirim 311 pelajar Mesir ke
Italia, Perancis, Inggris dan Austria dengan mengambil disiplin keilmuan yang beragam
seperti kemiliteran, ilmu administrasi, arsitek, kedokteran dan obat-obatan.
Selain mendirikan beberapa sekolah dan mengirim pelajar ke luar Muhammad Ali
Pasha juga melakukan penerjemahan buku-buku terbitan Eropa dalam skala yang besar.
Dalam program penerjemahan tersebut Muhammad Ali Pasha menunjuk Rifa`ah At-
Tahtawi. Dalam masa kepemimpinan Rifa‟ah, sekolah penterjemah berkembang lebih
baik dengan menggencarkan penterjemahan buku-buku Barat, seperti buku filsafat, ilmu
militer, ilmu fisika, ilmu bumi, logika, antropologi, ilmu politik dan lain sebagainya.
Muhammad Ali Pasha menerbitkan majalah al-Waqa'i al-Mishriyah (Berita Mesir)
berbahasa Arab pertama kalinya pada tahun 1828 M. Majalah ini merupakan majalah
resmi yang diterbitkan oleh pemerintah.

21) Disajikan narasi tentang faktor-faktor kebangkitan Tokoh-tokoh Islam, peserta didik
mampu menganalisis dan mengetahui gerakan tokoh-tokoh yang mengajak umat Muslim
untuk kembali pada al-Qur‟an dan Sunnah periode Muhammad Abduh
Muhammad Abduh banyak menonjolkan pemikiran Ibn Taimiyyah tentang Ibadah
dan Muamalah. Bahwa ajaran-ajaran yang terdapat dalam Qur‟an dan hadis bersifat tegas,
jelas dan terperinci. Sebaliknya, ajaran-ajaran mengenai hidup kemasyarakatan umat
hanya merupakan dasar-dasar dan prinsip umum tidak terperinci, serta sedikit jumlahnya.
Oleh karena sifatnya yang umum tanpa perincian, maka ajaran tersebut dapat disesuaikan
dengan zaman.
Dalam melakukan reformasi pemikiran, Muhammad Abduh berusaha
menyeimbangkan antara kelompok yang berpegang teguh pada kejumudan taqlid dan
mereka yang berlebihan dalam mengikuti Barat baik itu pada budaya dan disiplin ilmu
yang mereka miliki. Sebagaimana yang diungkapan oleh Muhammad Abduh dalam
metode pembaharuannya: sesungguhnya aku menyeru kepada kebebasan berfikir dari
ikatan belenggu taqlid dan memahami agama sebagaimana salaful ummat terdahulu. Yang
dimaksud dengan salaful umat di sini adalah kembali kepada sumber-sumber yang asli
yaitu Al-Qur'an dan Al-Hadits sebagaimana yang dipraktikkan oleh para salafus shaleh
terdahulu.

22) Disajikan narasi tentang Modernisasi Islam di Indonesia, peserta didik mampu
memahami kebangkitan di Indonesia yang muncul dari interaksi Islam Indonesia dengan
masyarakat Islam di Timur Tengah.
Gerakan pembaruan Islam di Indonesia mulai bergeliar di awal abad ke-20 M.
Pengaruh gerakan Islam yang sudah berangsung di timur tengah secara perlahan
memberikan pengaruhnya di Indonesia. Kemajuan umat Islam di Dunia merambah
sampai Indonesia berkat interaksi antara pelajar Islam Indonesia dengan masyarakat di
Timur Tengah. Gagasan Pan-Islamisme yang dicetuskan oleh Sayyid Jamaluddin Al-
Afghani dipahami baik oleh tokoh-tokoh gerakan pembaruan di Indonesia. Islam
merupakan agama yang pertama menyeru pada perubahan, atas apa dan bagaimana
perlunya perubahan secara hanif untuk menuju pada kebenaran yang hakiki, dengan
mengakui adanya perubahan menuju modernisasi.

23) Disajikan narasi tentang jalur masuk nya ide-ide pembaruan dari luar ke Indonesia,
peserta didik mampu memahami corak corak, gerakan dan ide yang digagas oleh tokoh-
tokoh muslim Nusantara .
Berkembangnya gerakan pembaruan Islam di Indonesia di tengah-tengah masyarakat,
secara umum pada awal abad XX tersebut, corak gerakan keagamaan Islam di Indonesia
dapat dibagi dengan beberapa kelompok sebagai berikut:
1. Tradisionalis-konservatis, yakni mereka yang menolak kecenderungan westernisasi
(pembaratan) dengan mengatasnamakan Islam yang secara pemahaman dan
pengamalan melestarikan tradisi-tradisi yang bercorak lokal. Pendukung kelompok ini
rata-rata dari kalangan ulama, tarekat dan penduduk pedesaan;
2. Reformis-modernis, yakni mereka menegaskan relevansi Islam untuk semua lapangan
kehidupan baik privat maupun publik. Islam dipandang memiliki karakter fleksibilitas
dalam berinteraksi dengan perkembangan zaman;
3. Radikal-puritan, seraya sepakat dengan klaim fleksibilitas Islam di tengah arus zaman,
mereka enggan memakai kecenderungan kaum modernis dalam memanfaatkan ide-ide
Barat. Mereka lebih percaya pada penafsiran yang disebutnya sebagai murni Islami.
Kelompok ini juga mengkritik pemikiran dan cara-cara implementatif kaum
tradisionalis. Sebagai pengayaan, menarik jika tipologi ini dikomparasikan dengan
kasus gerakan Islam yang berkembang di Turki.

24) Disajikan narasi tentang munculnya organisasi-organisi Islam di Indonesia, peserta didik
mampu menganalisis tentang munculnya organisasi NU dan Muhammadiyah dan
pendirinya.
Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan di Kampung Kauman
Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H atau 18 November 1912 Kelahiran dan
keberadaan Muhammadiyah pada awal berdirinya tidak lepas dan merupakan menifestasi
dari gagasan pemikiran dan amal perjuangan Kyai Haji Ahmad Dahlan (Muhammad
Darwis) yang menjadi pendirinya.
Nahdlatul Ulama (NU), merupakan sebuah organisasi Islam terbesar di Indonesia
dan dunia. Organisasi ini didirikan oleh KH. Hasyim Asy'ari pada 16 Rajab 1344 H/31
Januari 1926 dan bergerak di bidang keagamaan, pendidikan, sosial, dan ekonomi.
Kehadiran NU merupakan salah satu upaya melembagakan wawasan tradisi keagamaan
yang dianut jauh sebelumnya, yakni paham Ahlussunnah wal Jamaah. NU sebagaimana
organisasi-organisasi pribumi lain baik yang bersifat sosial, budaya atau keagamaan yang
lahir di masa penjajah, pada dasarnya merupakan perlawanan terhadap penjajah. Hal ini
didasarkan, berdirinya NU dipengaruhi kondisi politik dalam dan luar negeri, sekaligus
merupakan kebangkitan kesadaran politik yang ditampakkan dalam wujud gerakan
organisasi dalam menjawab kepentingan nasional dan dunia Islam umumnya.
25) Disajikan sebuah narasi tentang jalur dan proses awal masuknya Islam di Indonesia,
peserta didik dapat menjelaskan salah satu teori jalur masuknya Islam di Indonesia, yang
dibawa Arab, Gujarat, Iran dan Cina.
Teori masuknya agama Islam ke Indonesia :
a. Teori India (Gujarat)
Teori India atau teori Gujarat menyebutkan agama islam masuk ke Indonesia
melalui para pedagang dari india muslim (Gujarat) yang berdagang di nusantara pada
abad ke-13. Saudagar dari Gujarat yang datang dari Malaka kemudian menjalin relasi
dengan orang-orang di wilayah barat di Indonesia, setelah itu terbentuklah sebuah
kerajaan Islam yang bernama kerajaan Samudra Pasai. Selain itu, teori ini juga
diperkuat dengan penemuan makam Sultan Samudera Pasai Malik As-Saleh pada
tahun 1297 yang bercorak Gujarat. Teori ini dikemukakan oleh S. Hurgronje dan J.
Pijnapel.
Teori ini dicetuskan oleh GWJ. Drewes dan dikembangkan oleh Snouck
Hurgronje dan kawan-kawan. Teori india atau teori Gujarat ini juga diyakini oleh
sejarawan Indonesia Sucipto Wirjosuprato soal awal mula masuknya islam di
Indonesia adalah melalu india (Gujarat).
b. Teori Arab (Mekah)
Selanjutnya ada teori Arab (Mekah) yang menyebutkan Islam masuk ke Indonesia
langsung dari Arab (Mekah) pada masa kekhalifahan. Teori ini didukung oleh J.C. van
Leur hingga Buya Hamka atau Abdul Malik Karim Amrullah.
Menurut Buya Hamka, Islam sudah menyebar di Nusantara sejak abad 7 M.
Hamka dalam bukunya berjudul Sejarah Umat Islam (1997) menjelaskan salah satu
bukti yang menunjukkan Islam masuk ke Nusantara dari orang-orang Arab.
Teori dan bukti yang dipaparkan Hamka tersebut didukung oleh T.W. Arnold
yang menyatakan kaum saudagar dari Arab cukup dominan dalam aktivitas
perdagangan ke wilayah Nusantara.
c. Teori Persia (Iran)
Teori yang menyatakan asal mula Islam masuk ke Indonesia dari Negara Persia
(yang sekarang bernama Negara Iran) didukung oleh Husen Djadjadiningrat dan Umar
Amir Husen.
Abdurrahman Misno dalam Reception Through Selection-Modification:
Antropologi Hukum Islam di Indonesia (2016) menuliskan, Djajadiningrat berpendapat
tradisi dan kebudayaan Islam di Indonesia memiliki persamaan dengan Persia. Salah
satu contohnya adalah seni kaligrafi yang terpahat pada batu-batu nisan bercorak Islam
di Nusantara. Adapula budaya Tabot di Bengkulu dan Tabuik di Sumatra Barat yang
serupa dengan ritual di Persia setiap tanggal 10 Muharam.
Akan tetapi, seperti yang kita ketahui, aliran Islam di Persia merupakan aliran
Islam Syiah sedangkan aliran Islam yang berkembang di Indonesia adalah aliran
Sunni. Sehingga teori Persia ini dianggap kurang relevan dengan fakta yang ada.
d. Teori Tiongkok
Ajaran Islam berkembang di Tiongkok pada masa Dinasti Tang (618-905 M)
dibawa oleh panglima muslim dari kekhalifahan di Madinah semasa era Khalifah
Ustman bin Affan, yakni Saad bin Abi Waqqash.
Kanton pernah menjadi pusatnya para pendakwah muslim dari Tiongkok. Jean A.
Berlie (2004) dalam buku Islam in China menyebut relasi pertama antara orang-orang
Islam dari Arab dengan bangsa Tiongkok terjadi pada 713 M. Diyakini, Islam
memasuki Nusantara bersamaan migrasi orang-orang Tiongkok ke Asia Tenggara.
Mereka memasuki wilayah Sumatra bagian selatan, Palembang, pada 879 atau abad
ke-9 M.
Bukti lain adalah banyak pendakwah Islam keturunan Tiongkok yang punya
pengaruh besar di Kesultanan Demak, kerajaan Islam pertama di Jawa, seiring dengan
keruntuhan Kemaharajaan Majapahit pada perjalanan abad ke-13 M. Sebagian dari
mereka disebut Wali Songo.

26) Disajikan sebuah cerita tentang jalur masuknya Islam di Indonesia, peserta didik dapat
menyimpulkan beberapa teori-teori masuknya Islam di Indonesia dengan tepat yang
dibawa Wali 9 oleh Sunan Ampel
Teori India (Gujarat)
Teori India atau teori Gujarat menyebutkan agama islam masuk ke Indonesia
melalui para pedagang dari india muslim (Gujarat) yang berdagang di nusantara pada
abad ke-13. Saudagar dari Gujarat yang datang dari Malaka kemudian menjalin relasi
dengan orang-orang di wilayah barat di Indonesia, setelah itu terbentuklah sebuah
kerajaan Islam yang bernama kerajaan Samudra Pasai. Selain itu, teori ini juga diperkuat
dengan penemuan makam Sultan Samudera Pasai Malik As-Saleh pada tahun 1297 yang
bercorak Gujarat. Teori ini dikemukakan oleh S. Hurgronje dan J. Pijnapel.
Teori ini dicetuskan oleh GWJ. Drewes dan dikembangkan oleh Snouck Hurgronje
dan kawan-kawan. Teori india atau teori Gujarat ini juga diyakini oleh sejarawan
Indonesia Sucipto Wirjosuprato soal awal mula masuknya islam di Indonesia adalah
melalu india (Gujarat).

27) Disajikan narasi tentang perjuangan Wali 9 dalam menyebarkan Agama Islam di
Indoensia, peserta didik mampu mengamalkan dakwah wali 9 dalam kehidupan sehari-
hari, khususnya dalam periode Sunan Giri.
Pengamalan cara dakwah wali 9 :
a. Semangat yang sangat tinggi dalam mengembangkan ajaran Islam di Indonesia.
b. Sikap keikhlasan para wali yang mewarnai perjuangannya tanpa pamrih, bahkan berani
berkorban demi umat.
c. Sikap keberanian para wali dalam melindungi dan mempertahankan wilayah Islam dari
penjajahan asing.
d. Semangat spiritual para wali tidak pernah putus, hubungan dekat dengan Allah Swt.
sangat menentukan keberhasilan dakwahnya.
e. Kemampuan para wali dalam melihat situasi umat, dan cepat menemukan solusi tepat
untuk kemajuan dakwah Islam. Pemilihan metode dakwah yang tepat, kreatif, dan
persuasif, yang membuahkan hasil maksimal.
f. Cara dakwah Sunan Muria dengan mencari daerah-daerah pedalaman dan desa-desa
terpencil sangat penting ditiru agar tidak didahului dakwah umat lain.
g. Sikap solidaritas dan kepedulian sosial para wali yang tinggi terhadap nasib rakyat
untuk membantu dan menyantuninya.
h. Sikap para wali menjalin hubungan dengan penguasa dan para raja sangat membantu
keberhasilan dakwah.
i. Adanya jadwal pembagian wilayah dakwah agar Islam tersebar merata ke seluruh
wilayah Indonesia.

28) Disajikan narasi tentang strategi dakwah Walisanga, peserta didik dapat mengambil
ibrah dari strategi dakwah yang dilakukan Walisanga dalam pergaulan sehari-hari di
madrasah dengan tepat, khususnya periode Sunan Kalijaga.
Hikmah strategi dakwah wali 9 :
a. Dalam berdakwah membutuhkan kesabaran dan keikhlasan.
b. Memurnikan niat dalam berdakwah.
c. Selalu berperilaku sesuai ajaran Islam karena sebagai uswah umat.

29) Disajikan narasi tentang strategi dakwah Walisanga, peserta didik dapat mengambil ibrah
dari strategi dakwah yang dilakukan Walisanga khususnya periode Sunan Kudus.
Hikmah strategi dakwah wali 9 :
a. Dalam berdakwah membutuhkan kesabaran dan keikhlasan.
b. Memurnikan niat dalam berdakwah.
c. Selalu berperilaku sesuai ajaran Islam karena sebagai uswah umat.

30) Disajikan sebuah cerita tentang peranan Kerajaan Islam di Indonesia, peserta didik dapat
mengidentifikasi peranan kerajaan Islam pertama di Jawa, yakni kerajan Demak Bintoro
Kerajaan Demak merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa sekaligus salah satu
kerajaan Islam terbesar di Indonesia. Sebagai salah satu kerajaan tertua dan terbesar di
Indonesia, Kerajaan Demak memiliki peran penting dalam proses Islamisasi di Indonesia.
Peran Kerajaan Demak dalam proses Islamisasi terlihat dari pengiriman utusan ulama ke
berbagai daerah bawahannya, pengenalan Islam melalui tradisi dan kebudayaan yang
diakulturasikan dengan kebudayaan sebelumnya, hingga melalui jalur perdagangan serta
perkawinan.

31) Disajikan narasi tentang peranan kerajaan Islam, peserta didik dapat menentukan peranan
Kerajaan Islam awal di Indonesia dengan tepat, periode Samudra Pasai
Kerajaan samudra pasai selaku kerajaan Islam pertama di Indonesia membawa
pengaruh yang sangat besar bagi kemajuan perkembangan Islam di Indonesia da juga
menjadi pusat perdagangan dan penyebaran agama Islam. Oleh karena itu, kerajaan
Samudera Pasai mulai berkembang. Dan kemuadian muncul lah kerajaan Islam lain di
Indonesia.

32) Disajikan sebuah narasi tentang peran umat Islam pada masa penjajahan, peserta didik
dapat Menjelaskan Peranan Ulama Pasca Wali songo periode Prof. DR. H. Abdul Malik
Karim Amrullah.
Beliau adalah seorang ulama dan sastrawan Indonesia. Ia berkiprah sebagai wartawan,
penulis, dan pengajar. Ia terjun dalam politik melalui Masyumi sampai partai tersebut
dibubarkan, menjabat Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) pertama, dan aktif dalam
Muhammadiyah hingga akhir hayatnya. Selama revolusi fisik, Hamka bergerilya bersama
Barisan Pengawal Nagari dan Kota (BPNK) menyusuri hutan pengunungan di Sumatra
Barat untuk menggalang persatuan menentang kembalinya Belanda. Ketika pemerintah
menjajaki pembentukan Majelis Ulama Indonesia pada 1975, peserta musyawarah
memilih dirinya secara aklamasi sebagai ketua.

33) Disajikan sebuah narasi tentang peran umat Islam pada masa penjajahan, peserta didik
dapat menjelaskan peran Menjelaskan Peranan Ulama Pasca Wali songo khususnya tokoh
pergerakan HOS Cokroaminoto.
Peran HOS Tjokroaminoto
a. Sebagai salah satu pelopor pergerakan nasional.
b. Sebagai pimpinan Sarikat Islam.
c. Salah satu pahlawan pergerakan nasional yang berbasiskan perdagangan, agama, dan
politik nasionalis.
d. Salah satu tokoh yang berhasil membuktikan besarnya kekuatan politik dan
perdagangan Indonesia.

34) Disajikan sebuah narasi tentang perkembangan Islam di Asia Tenggara, peserta didik
dapat memahami bagaimana proses masuknya Islam di Asia tenggara, di Negara Brunei
Darussalam.
Agama Islam di Brunei Darussalam diperkirakan mulai diperkenalkan sekitar tahun
977 melalui jalur timur Asia Tenggara oleh para pedagang dari negeri Tiongkok. Sekitar
500 tahun kemudian, agama Islam barulah menjadi agama resmi negara di Brunei
Darussalam semenjak pemerintahannya dipimpin oleh Raja Awang Alak Betatar.

35) Disajikan sebuah narasi tentang perkembangan Islam di Asia Tenggara, peserta didik
dapat menganalisis munculnya perkembangan peradaban Islam di Asia tenggara.
Perkembangan Islam di Asia Tenggara :
a. Islam sangatlah berkembang dengan pesat di Negara Malaysia dan skitar 53%
penduduk Malasysia beragam Islam
b. Penyebaran Islam di Malaysia menggunakan cara bottom-up dan Top Down
c. Islam di Brunai Darussalam Islam mulai berkembang dengan pesat di Kesultanan
Brunai sejak Syarif Ali diangkat menjadi Sultan ke-3 Brunai pada tahun 1425
d. Brunai Darusslam menjadikan Islam sebagai Agama resmi Negara
e. Muslim Rohingnya di Myanmar mendapatkan tekanan dan penolakan keras dari para
pengikut Agama Budha.

36) Disajikan sebuah narasi tentang perkembangan Islam di Benua Afrika, peserta didik
dapat menganalisis perkembangan peradaban Islam di benua Afrika di Negara Nigeria.
Di Benua Afrika banyak negara yang penduduknya mayoritas Islam, seperti: Mesir,
Libya, Tunisia, Aljazair, Maroko, Sahara Barat, Mauritania, Mali, Nigeria, Senegal,
Gambia, Guinea, Somalia, dan Sudan. Sedangkan negara-negara di Benua Afrika yang
minoritas Islam adalah: Zambia, Uganda, Mozambique, Kenya, Kongo, dan Afrika
Selatan.

37) Disajikan sebuah narasi tentang perkembangan Islam di benua Amerika, peserta didik
dapat memahami bagaimana proses masuknya Islam di benua Amerika dan menyebutkan
organisasi yang ada di Amerika.
Sejarah Islam di Amerika Serikat bermula sejak sekitar abad ke 16, di mana
Estevánico dari Azamor adalah Muslim pertama yang tercatat dalam sejarah Amerika
Utara. Walau begitu, kebanyakan para peneliti dalam mempelajari kedatangan Muslim di
AS lebih memfokuskan pada kedatangan para imigran yang datang dari Timur Tengah
pada akhir abad ke 19.
Ada banyak organisasi Islam di AS, yaitu sebagai berikut:
a. Kelompok yang paling besar adalah American Society of Muslims (ASM atau
Masyarakat Muslim Amerika), pengganti Nation of Islam, yang lebih dikenal sebagai
Black Muslim.
b. Kelompok terbesar kedua adalah Islamic Society of North America (ISNA atau
Masyarakat Islam Amerika Utara). ISNA adalah suatu asosiasi organisasi-organisasi
Muslim dan perorangan untuk mempresentasikan Islam.
c. Kelompok terbesar ketiga adalah Islamic Circle of North America (ICNA atau
Lingkaran Islam Amerika Utara). Islamic Supreme Council of America (ISCA atau
Dewan Tertinggi Muslim Amerika) mewakili banyak Muslim AS.

38) Disajikan sebuah narasi tentang perkembangan Islam di benua Australia, peserta didik
dapat memahami bagaimana proses masuknya Islam di benua Australia dan menyebutkan
nama organisasi Islam di Australia.
Islam pertama kali dibawa oleh para pelaut dari Makassar ke Australia. Para pelaut
dari Makassar itu datang untuk mencari teripang di pantai utara Australia, salah satunya
di daerah Arnhemland. Mereka datang pada bulan Desember dan menetap beberapa lama
di Australia untuk membeli teripang dari penduduk asli. Interaksi antara pelaut Makassar
dan para warga abrigin pun tak bisa dihindarkan.
Setelah itu, pengaruh Islam juga datang ke Australia dengan dibawa oleh para
penunggang unta yang datang dari Pakistan dan Afghanistan sekitar tahun 1870-1920.
Para penunggang unta yang berjumlah lebih dari 2.000 orang itu datang untuk bekerja di
proyek pembangunan jalur kereta yang tengah dikerjakan pemerintah Inggris. Kala itu
unta dianggap sebagai hewan yang sangat berguna untuk dijadikan alat angkut material.
Para penunggang onta yang dalam sejarah Australia disebut dengan kata 'Camellers'
berada cukup lama di daratan Australia. Sehingga, sedikit banyak mereka juga membawa
pengaruh spiritual. Bahkan, masjid pertama di Australia didirikan pada masa itu.
Setelah itu, masuk ke tahun 1900an, Australia mulai didatangi buruh migran dari
berbagai negara di timur tengah dan Afrika. Para imigran itu kebanyakan berasal dari
Turki, Albania, Bosnia, Libanon dan beberapa negara lain di Afrika.
39) Disajikan sebuah narasi tentang perkembangan Islam di benua Austaralia, peserta didik
dapat memahami bagaimana proses masuknya Islam di benua Eropa, dan Tokoh peletak
Islam di Eropa.
Berdasarkan data sejarah, Islam memasuki benua Eropa melalui empat periode, yaitu:
Periode kekhalifahan Islam di Spanyol (Andalusia) selama ± 8 abad dan pemerintahan
umat Islam di beberapa pulau, di antaranya: Perancis Selatan, Sicilia, dan Italia Selatan.
Kekhalifahan Islam di Spanyol berakhir pada tahun 1492.
Adanya penyebaran tentara Mongol pada abad ke-13. Di antara penguasa Mongol
yakni Dinasti Khan yang beragama Islam. Kekuasaannya berpusat di Sungai Volga
sebelah utara Laut Kaspia dan Laut Tengah. Ia meninggalkan penduduk muslim di sekitar
sungai Volga hingga Kaukasus dan Krimea, yang terdiri dari orang Tartar, kemudian
mereka menyebar ke berbagai wilayah kekaisaran Rusia. Mereka menjadi penduduk
Finlandia, wilayah Polandia, dan Ukraina.
Periode ekspansi kekhalifahan Turki Usmani sekitar abad ke-14 dan ke-15 ke
wilayah Balkan dan Eropa Tengah. Bahkan di Albania umat Islam merupakan penduduk
mayoritas. Periode kaum imigran Muslim memasuki benua Eropa setelah perang dunia
ke-2, terutama ke negara-negara industri, seperti: Perancis, Jerman, Inggris, Belanda, dan
Belgia.

40) Disajikan materi tentang perkembangan Islam di Abad 21, peserta didik mampu
memamahi peradaban Islam sudah berkembang baik di Eropa, Asia, Amerika, Afrika dan
Australia, khususnya di Negara Jerman samapi era sekarang
Komunitas Muslim Indonesia memiliki andil dalam perkembangan Islam pada masa-
masa sekarang, mereka mendirikan Masjid Al-Falah di pusat kota Berlin, yang lokasinya
tak jauh dari Kedutaan Besar Republik Indonesia. Ada 2500 mahasiswa Indonesia yang
melanjutkan studinya di Jerman, dan dari angkatan lama ke angkatan baru mereka secara
bergantian mengurus Rumah Allah tersebut. Setiap tanggal 3 Oktober, seluruh masjid dan
Islamic Center di Jerman mengadakan open house bagi warga non muslim yang ingin
mengenal lebih jauh tentang Islam. Hasil dari kegiatan rutin tahunan ini sangat
memuaskan, tidak hanya pengetahuan dan perhatian masyarakat Jerman saja yang
bertambah, tetapi juga jumlah mualaf yang meningkat. Awal tahun di kota Hannover
diadakan pameran tentang Islam. Sejumlah perwakilan negara muslim, organisasi dan
lembaga Islam lokal turut berpartisipasi. Menariknya, pameran tersebut dikoordinasi oleh
pihak Gereja Protestan Lutheran setempat. Tujuan penyelenggaraan pameran adalah agar
masyarakat Jerman lebih mengetahui agama Islam. Dengan begitu, umat muslim dan
masyarakat lokal menjadi makin menyatu.
Selain Hannover, pameran serupa diselenggarakan di sepuluh kota lainnya.
Fokusnya adalah tentang kehidupan sehari-hari para muslimah Jerman. Kenapa
muslimah, karena legalitas jilbab masih diperdebatkan di negeri itu. Oleh karenanya,
panitia pun telah merancang acara tanya jawab dengan sejumlah muslimah. Warga bebas
mengajukan pertanyaan seputar jilbab serta proses adaptasi mereka terhadap gaya hidup
Barat, upaya-upaya tersebut membuahkan hasil.

Anda mungkin juga menyukai