Anda di halaman 1dari 6

TUGAS SKI

SEJARAH DAULAH UMAYYAH DI DAMASKUS

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 6 :
 AYUNI FEBRIYANTI OHORELLA
 SALWA NAZILA LESTALUHU
 RIZKI LESTALUHU

KELAS: X IPA-3

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 MALUKUH TENGAH


SEJARAH MUNCULNYA DAULAH UMAYYAH DI DAMASKUS

Setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW. Kekhalifahan islam dipegang oleh Abu
Bakar as-Sidiq dan Bani Umayyah merasa bahwa kelas mereka di bawah kelas
kaum Anshar dan Muhajirin. Mereka harus menunjukkan perjuangan mereka dalam
membela islam ,untuk memiliki kelas yang setingkat. Ketika Umar bin Khattab
menjadi khalifah, mereka dikirim ke Suriah untuk berperang melawan Bizantium.
Atas jasanya, Yazid bin Abu Sufyan diangkat menjadi gubernur disana.

Pada masa pemerintahan Usman bin Affan, Muawiyah bin Abu Sufyan diangkat
menjadi gubernur di Suriah menggantikan saudaranya. Selain itu, Bani Umayyah
menjadi penguasa disana.

Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib merupakan awal dari kehancuran umat
islam. Hal ini dikarenakan Muawiyah bin Abu Sufyan merasa tidak puas dengan
kebijaksanaan Khalifah Ali bin Abi Thalib ketika menangani kasus pembunuhan
Usman bin Affan. Pereselisihan antara pihak Ali bin Abi Thalib dengan pihak
Muawiyah tidak berakhir sampai disitu, akan tetapi perselisihan ini memuncak
menjadi Perang Shiffin. Dalam perang itu terjadi peristiwa Tahkim atau Arbitrase,
akan tetapi peristiwa ini memunculkan satu golongan yang disebut dengan golongan
Khawarij. Golongan ini adalah orang-orang yang kecewa dengan peristiwa Tahkim
tersebut dari pihak Ali bin Abi Thalib.

Ali bin Abi Thalib pun dibunuh oleh salah seorang dari kelompok Khawarij tersebut
pada tahun 661 M. Meninggalnya Ali bin Abi Thalib membuat Muawiyah
mengumumkan dirinya sebagai khalifah yang baru dengan berpusat di Damaskus,
Suriah. Akan tetapi, Hasan bin Ali, putra Ali bin Abi Thalib, tidak mau mengakuinya.
Hal ini mulai menyulut pertentangan dikalangan umat islam. Akhirnya Hasan bin Ali
membuat perjanjian damai dengan Muawiyah bin Abu Sufyan. Peristiwa ini dikenal
dengan Yaumul Jama’ah dan terjadi pada tahun 41 atau 661 M.

Perjanjian itu dapat mempersatukan kembali umat Islam dalam suatu kepemimpinan
politik, dibawah Muawiyah bin Abu Sufyan. Di sisi lain perjanjian itu menyebabkan
Muawiyah menjadi penguasa absolute dalam islam. Dinasti / Daulah Umayyah
berkuasa hampir satu abad, yaitu selama 90 tahun, dengan 14 ( empat belas )
khalifah.
KHALIFAH-KHALIFAH BERPRESTASI DURAH UMAYYAH DI DAMASKUS

1. Muawiyah bin Abi Sufyan

Khalifah Muawiyah bin Abi Sufyan terkenal dalam sejarah perkembangan Bani
Umayyah I karena keberaniannya memproklamirkan pemerintahan. Meskipun cara
yang diambil tidak sesuai dengan nilai-nilai agama, tetapi beliau mampu
menetapkan beberapa kebijakan yang sangat mendukung perkembangan Bani
Umayyah I.

Muawiyah turut membantu Bani Umayyah I di awal pemerintahannya, dengan


menerapkan kebijakan penting. Mengutip buku Sejarah Kebudayaan Islam MA
Kelas XI, kebijakan tersebut di antaranya:

 Membentuk departemen dan duta yang bertugas menyiapkan beberapa


sahabat utama untuk diutus ke berbagai wilayah di dunia. Tujuannya untuk
memperkenalkan Islam ke penjuru dunia. Utusan yang dipilih di antaranya
Uqba bin Nafi dan Musa bin Nusair di Afrika Utara, Abdullah bin Abi Sara di
India, dan Saad bin Abi Waqas di Cina, Indonesia dan wilayah Asia Tenggara
lainnya.
 Membeli beberapa profesional administrasi keuangan dan tata usaha dari
daerah Byzantium, kemudian dipekerjakan dalam pemerintahan Bani
Umayyah.
 Memperluas kekuasaan dan mengembangkan wilayah di tiga daerah yang
sangat subur dan strategis yaitu Afrika Utara, India dan Byzantium.

2. Marwah bin Hakam

Khalifah Marwah bin Hakam adalah seorang yang bijaksana. Beliau dikenal sebagai
pribadi yang berpikiran tajam, fasih berbicara, dan sangat berani.

Ia ahli dalam pembacaan Al-Quran dan banyak meriwayatkan hadis dari para
sahabat Rasullah yang terkenal, terutama dari Umar bin khatab dan Utsman bin
Affan. Beliau berjasa dalam menertibkan alat-alat takaran dan timbangan, serta
berhasil menciptakan mata uang sebagai alat jual beli.
Marwah adalah khalifah yang berani memberantas para pemberontak dengan cara
yang keras dan tegas. Karena kebijakan tersebut, pemerintahan pada masa khalifah
Marwah menjadi kondusif dan programnya dapat berjalan dengan lancar.

3. Walid bin Abdul Malik

Pemerintahan Bani Umayyah mencapai puncak kejayaannya pada akhir


pemerintahan Walid bin Abdul Malik. Wilayah kekuasaannya sangat luas yang
membentang dari wilayah Timur hingga Barat.

Mengutip buku Pahlawan Islam Penguasa Lautan karya Syarif Abdul Aziz, Walid bin
Abdul Malik menerapkan kebijakan yang berbasis memperkuat armada laut Islam
dan mencanangkan kerjasama yang intensif antara pasukan darat dengan pasukan
laut. Ia juga mempersiapkan pasukan secara maksimal untuk memulai aktivitas
perang melawan kekaisaran Byzantium.

Pemerintahan Bani Umayyah mencapai kejayaannya. Keadaan ini membuka


kesempatan bagi khalifah Al-Walid untuk melakukan perluasan wilayah ke daerah-
daerah di Afrika dan Eropa Barat.

PERKEMBANGAN PERADABAN DAN ILMU PENGETAHUAN DAULAH


UMAYYAH DI DAMASKUS

Kemajuan ilmu pengetahuan di masa Dinasti Bani Umayyah meliputi berbagai


bidang ilmu, seperti: ilmu-ilmu agama, bahasa, sejarah, geografi, filsafat, astronomi,
matematika, dan fisika atau ilmu pengetahuan alam. Para ilmuwan dalam berbagai
disiplin ilmu yang hidup di masa Dinasti Bani Umayyah sebagian adalah orang-orang
Yahudi dan Nasrani yang kemudian masuk Islam dan sebagian lagi adalah orang
Arab. Mereka semua menulis karya-karyanya dalam bahasa Arab. Berikut akan
diulas secara ringkas tentang perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan
bidang agama Islam di masa Dinasti Bani Umayyah.

Ilmu-ilmu agama merupakan cabang disiplin ilmu yang pertama kali dikaji oleh
orang-orang Arab Muslim. Sebagaimana diketahui bahwa para sahabat Nabi
Muhammad banyak yang mengembara ke berbagai kota untuk tujuan berdakwah
Islamiyah. Sahabat adalah orang yang hidup semasa Rasulullah Saw. masih hidup
dan beriman kepada Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.
Sebagian dari mereka ada yang berpartisipasi dalam berbagai peperangan yang
dilakukan oleh umat Muslim. Dengan banyaknya para sahabat yang pergi
mengembara atau berperang maka bermunculanlah pusat-puaat kajian Islam seperti
madrasah-madrasah di berbagai pelosok negeri.

Kajian-kajian Islam itu pada prinsipnya bersumber pada Al-Qur'an dan al-Hadits.
Berkembangnya ilmu-ilmu agama Islam seperti ilmu hadis, tafsir, fiqh, dan tasawuf
sangat erat kaitannya dengan perkembangan sosial keagamaan bahkan politik
masyarakat Islam yang semakin kompleks dibandingkan dengan zaman Nabi Saw.
Komunitas Muslim pada masa Dinasti Bani Umayyah bukan saja terdiri atas
masyarakat Arab, tetapi meliputi orang Parsi, Turki, Barbar, dan lain-lain seiring
dengan semakin luasnya wilayah yang dikuasai mulai Andalus sampai Indus. Pusat-
pusat kajian Islam pun bermunculan di seluruh negeri, tetapi yang paling utama
adalah terdapat di kota-kota besar seperti Makkah al-Mukarramah, Madinah al-
Munawwarah, Kufah, Bashrah, Fustat, dan Damaskus.

Para ilmuwan dan ulama pada masa Dinasti Bani Umayyah adalah para tabi'in,
generasi setelah sahabat. Tabi'in adalah ulama generasi sesudah sahabat atau
murid-murid para sahabat Rasulullah Saw., karena mereka tidak semasa
dengannya. Ulama-ulama pada masa tabi'in adalah murid para sahabat Nabi Saw.
seperti Umar ibn Khattab, Ali ibn Abi Thalib, Abdullah ibn Umar, Abdullah ibn Abbas,
Abdullah ibn Amr ibn Ash, dan Yazid ibn Abu Habib. Di antara nama-nama ulama
pada masa tabi'in adalah:

1) Laits ibn Sa'ad dan Abdullah ibn Lahi‘ah, ahli dalam bidang hadis dan fiqh.
2) Ikrimah (w. 723 M), Atha' ibn Abi Rabah (w. 732 M) dan Mujahid (w. 721 M),
keduanya ahli tafsir, murid Abdullah ibn Abbas.
3) Atha' ibn Abi Rabah (w. 732 M), ahli fiqh, murid Abdullah ibn Abbas.
4) Muhamnnad ibn Shihab az-Zuhri (w. 742 M), ahli hadis, dan perintis penulisan
sejarah Islam.
5) Hasan al-Bashri (w. 726 M), ulama berpengaruh di Basrah, dan sangat
intensif menafsirkan Al-Qur'an.

Anda mungkin juga menyukai