ABBASIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Disusun Oleh :
Afandi Kisworo
Andika Bayu Oktavian
Fendri Alimin
Wahyu Ariawan
Wijo Nur Pambudi
02
05
13
28
29
Dalam peradaban ummat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah satu bukti
sejarah peradaban ummat Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah merupakan masa
pemerintahan ummat Islam yang memperoleh masa kejayaan yang gemilang.
Pada masa ini banyak kesuksesan yang diperoleh Bani Abbasiyah, baik itu
dibidang Ekonomi, Politik, dan Ilmu pengetahuan. Hal inilah yang perlu untuk
kita ketahui sebagai acuan semangat bagi generasi ummat Islam bahwa peradaban
ummat Islam itu pernah memperoleh masa keemasan yang melampaui
kesuksesan negara-negara Eropa. Dengan kita mengetahui bahwa dahulu
peradaban ummat Islam itu diakui oleh seluruh dunia, maka akan memotifasi
sekaligus menjadi ilmu pengetahuan kita mengenai sejarah peradaban ummat
Islam sehingga kita akan mencoba untuk mengulangi masa keemasan itu kembali
nantinya oleh generasi ummat Islam saat ini.
masuknya Abu Muslim ke dalam gerakan rahasia Abbasiyah ini, maka dimulailah
gerakan dengan cara terang-terangan, kemudian cara pertempuran, dan akhirnya
dengan dalih ingin mengembalikan keturunan Ali ke atas singgasana
kekhalifahan, Abu Abbas pimpinan gerakan tersebut berhasil menarik dukungan
kaum Syiah dalam mengobarkan perlawanan terhadap kekhalifahan Umayah. Abu
Abbas kemudian memulai makar dengan melakukan pembunuhan sampai tuntas
semua keluarga Khalifah, yang waktu itu dipegang oleh Khalifah Marwan II bin
Muhammad. Begitu dahsyatnya pembunuhan itu sampai Abu Abbas menyebut
dirinya sang pengalir darah atau As-Saffah. Maka bertepatan pada bulan Zulhijjah
132 H (750 M) dengan terbunuhnya Khalifah Marwan II di Fusthath, Mesir dan
maka resmilah berdiri Daulah Abbasiyah.
Dalam peristiwa tersebut salah seorang pewaris takhta kekhalifahan Umayah,
yaitu Abdurrahman yang baru berumur 20 tahun, berhasil meloloskan diri ke
daratan Spanyol. Tokoh inilah yang kemudian berhasil menyusun kembali
kekuatan Bani Umayah di seberang lautan, yaitu di keamiran Cordova. Di sana
dia berhasil mengembalikan kejayaan kekhalifahan Umayah dengan nama
kekhalifahan Andalusia.
Pada awalnya kekhalifahan Daulah Abbasiyah menggunakan Kufah sebagai
pusat pemerintahan, dengan Abu Abbas As-Safah (750-754 M) sebagai Khalifah
pertama. Kemudian Khalifah penggantinya Abu Jakfar Al-Mansur (754-775 M)
memindahkan pusat pemerintahan ke Baghdad. Di kota Baghdad ini kemudian
akan lahir sebuah imperium besar yang akan menguasai dunia lebih dari lima abad
lamanya. Imperium ini dikenal dengan nama Daulah Abbasiyah.
Dalam beberapa hal Daulah Abbasiyah memiliki kesamaan dan perbedaan
dengan Daulah Umayah. Seperti yang terjadi pada masa Daulah Umayah,
misalnya, para bangsawan Daulah Abbasiyah cenderung hidup mewah dan
bergelimang harta. Mereka gemar memelihara budak belian serta istri peliharaan
(hareem). Kehidupan lebih cenderung pada kehidupan duniawi ketimbang
mengembangkan nilai-nilai agama Islam . Namun tidak dapat disangkal sebagian
khalifah memiliki selera seni yang tinggi serta taat beragama.
Ilmu Hadist
Dalam bidang hadis, pada zamannya hanya bersifat penyempurnaan,
pembukuan dari catatan dan hafalan para sahabat. Pada zaman ini juga mulai
diklasifikasikan secara sistematis dan kronologis. Pengklasifikasian itu secara
ketat dikualifikasikan sehingga kita kenal dengan klasifikasi hadis Shahih, Dhaif
dan Maudhu. Bahkan kemudian pula kritik sanad dan matan, sehingga terjadi
jarah dan tadil rawi hadis. Di antara para ahli hadist pada masa Dinasti Abbasiyah
adalah : Imam Bukhari (194-256 H), karyanya Shahih al-Bukhari. Imam Muslim
(w. 261 H), karyanya Shahih Muslim. Ibnu Majah, karyanya Sunan Ibnu Majah.
Abu Dawud, karyanya sunan Abu Dawud.Imam an-Nasai, karyanya Sunan anNasai.
Ilmu Kalam
Lahirnya ilmu kalam ada dua faktor : Faktor Pertama, untuk membela Islam
dengan bersenjatakan filsafat seperti halnya musuh yang memakai senjata itu.
Faktor Kedua, karena semua masalah termasuk masalah agama telah bergeser dari
pola rasa kepada pola akal dan ilmu. Kaum Mutazilah berjasa dalam menciptakan
ilmu kalam, karena mereka adalah pembela gigih tehadap Islam dari serangan,
Yahudi, Nasrani, Wasani.
Kajian para ahli ilmu kalam (teologi) adalah mengenai dosa pahala, surga
neraka, serta perdebatan mengenai ketuhanan atau tauhid, menghasilkan suatu
ilmu yaitu ilmu kalam atau teologi. Diantara tokoh ilmu kalam adalah Al-Jubai,
Wasil bin Atha, Abul Huzail al-Allaf (w.849 M), tokoh Mutazilah. Imam Abul
Hasan al-Asyari tokoh Asyariah. dan Imam Abu Mansur al-Maturidi.
Ilmu Tasawuf
Ilmu Tasawuf, adalah salah satu ilmu yang tumbuh dan matang pada zaman
Abbasiyah. Inti ajarannya tekun beribadah dengan menyerahkan diri sepenuhnya
kepada Allah, meninggalkan kesenangan dan perhiasan dunia, serta berbunyi diri
beribadah. Dalam sejarah sebelum timbul aliran tasawuf terlebih dahulu muncul
aliran zuhud. Aliran zuhud ni tumbul pada akhir abad I dan permulaan abad II H
sebagai reaksi terhadap hidup mewah dari khalifah dan keluarga serta pembesar
negara sebagai akibat dari kekayaan yang diperoleh setelah Islam meluas ke Syria,
Mesir, Mesopotamia, dan Persia.
Ilmu Bahasa
11
Diantara ilmu bahasa yang berkembang pada masa dinasti Abbasiyah adalah
ilmu nahwu, ilmu sharaf, ilmu bayan, ilmu badi, dan arudh. Bahasa arab
dijadikan sebagai bahasa ilmu pengetahuan, di samping sebagai alat komunikasi
antarbangsa. Di antara para ahli ilmu bahasa adalah a) Imam Sibawaih (w.183 H),
karyanya terdiri dari 2 jilid setebal 1.000 halaman. b) Al-Kiasi. c) Abu Zakaria alFarra (w.208 H). Kitab Nahwunya terdiri dari 6.000 halaman lebih.
Bidang Umum (Ilmu Aqli)
Dalam bidang umum antara lain berkembang berbagai kajian dalam bidang,
filsafat, logika, metafisika, matematika, ilmu alam, geometri, aljabar, arimetika,
mekanika, astronomi, musik, kedokteran, kimia, sejarah, dan sastra.
Filsafat, Kajian filsafat di kalangan umat Islam mencapai puncaknya pada
masa daulah Abbasiyah, di antaranya dengan penerjemahan filsafat Yunani ke
dalam bahasa Arab, yang diterjemah oleh Hunayn yang menguasai bahasa Yunani
dan Suryani. Dia mula-mula menerjemahkan naskah-naskah Yunani ke dalam
bahasa Suryani, kemudian dua orang pembantunya, anaknya sendiri (ishaq), dan
keponakannya (Hubaisy) menerjemahkannya ke dalam bahasa Arab. Ketika dia
(Hunayn) memimpin lembaga tersebut, telah banyak buku yang dia terjemahkan,
misalnya buku-buku Hepocrates, Galliens, buku-buku plato dan aristoteles dalam
bidang filsafat. Bagaimanapun ada orang yang memberikan komentar bahwa
ketika para penguasa dunia Islam dan para ilmuwannya sibuk menggeluti dunia
pemikiran, filsafat, dan ilmu-ilmu yunani, pada saat yang sama penguasa negaranegara Eropa dan para tokohnya sibuk belajar menuliskan nama mereka sendiri.
Para filsuf Islam antara lain :Abu Ishaq al-Kindi (809-873 M). Karyanya
lebih dari 231 judul.Abu Nasr al-Farabi (961 M). Karyanya lebih dari 12 buah
buku. Ia memperoleh gelar al-Mualimuts Tsani (the second teacher), yaitu guru
kedua, sedangkan guru pertama dalam bidang filsafat adalah Aristoteles.Ibnu
Sina, terkenal dengan Avicenna (980-1037 M). Ia seorang filsuf yang
menghidupkan kembali filsafat Yunani aliran Aristoteles dan Plato. Selain filsuf
avicenna juga seorang dokter istana kenamaan. Di antara bukunya yang terkenal
adalah asy-Syifa, dan al-Qanun fi ath-Thib (canon of medicine).Ibnu Bajah (w.581
H).Ibnu Tufail (w.581 H), penulis buku novel filsafat Hayy bin Yaqzan.Al-Ghazali
12
ilmu
kedokteran
serta
membahas
pengaruh
obat-obatan,
yang
13
Jabir al-Batani (w.319 H). Al-Batani adalah pencipta teropong bintang pertama.
Karyanya yang terkenal adalah kitab marifat Mathiil Buruj Baina Arbai alFalak.Raihan al-Biruni (w.440 H). Karyanya adalah at-Tafhim li Awal as-Sina atTanjim.
Geografi, dalam bidang geografi umat Islam sangat maju, karena sejak
semula bangsa Arab merupakan bangsa pedagang yang biasa menempuh jarak
jauh untuk berniaga. Di antara wilayah pengembaraan umat Islam adalah umat
Islam mengembara ke Cina dan Indonesia pada masa-masa awal kemunculan
Islam. Di antara tokoh ahli geografi yang terkenal adalah Abul Hasan al-Masudi
(w.345 H/956 M), seorang penjajah yang mengadakan perjalanan sampai Persia,
India, Srilanka, Cina dan penulis buku Muruj az-Zahab wa Maadin al-Jawahir.
H. Runtuhnya Daulah Abbasiyah
Tak ada gading ang tak retak. Mungkin pepatah inilah ang sangat pas untuk
dijadikan cermin atas kejayaan ang digapai bani Abbasiah. Meskipun Daulah
Abbasiyah begitu bercahaya dalam mendulang kesuksesan dalam hampir segala
bidang, namun akhirnya iapun mulai kaku dan akhirnya runtuh. Menurut beberapa
literatur, ada beberapa sebab keruntuhan daulah Abbasyiah, yaitu:
1. Faktor Internal
Mayoritas kholifah Abbasyiah periode akhir lebih mementingkan urusan
pribadi dan melalaikan tugas dan kewajiban mereka terhadap negara. Luasnya
wilayah kekuasaan kerajaan Abbasyiah, sementara komunikasi pusat dengan
daerah sulit dilakukuan - Semakin kuatnya pengaruh keturunan Turki,
mengakibatkan kelompok Arab dan Persia menaruh kecemburuan atas posisi
mereka. Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata ketergantungan khalifah
kepada mereka sangat tinggi. Permusuhan antar kelompok suku dan kelompok
agama. Merajalelanya korupsi dikalangan pejabat kerajaan.
2. Faktor Eksternal
Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang dan menelan banyak
korban. Penyerbuan Tentara Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan yang
menghancrkan Baghdad. Jatuhnya Baghdad oleh Hukagu Khan menanndai
berakhirnya kerajaan Abbasyiah dan muncul: Kerajaan Syafawiah di Iran,
Kerajaan Usmani di Turki, dan Kerajaan Mughal di India.
14
I.
Kesimpulan
Dinamakan khilafah bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya
adalah keturunan al Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan
oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas.
Berdirinya Dinasti ini tidak terlepas dari keamburadulan Dinasti sebelumny,
dinasti Umaiyah. Pada mulanya ibu kota negera adalah al-Hasyimiyah dekat
kufah. Namun untuk lebih memantapkan dan menjaga setabilitas Negara alMansyur memindahkan ibu kota Negara ke Bagdad. Dengan demikian pusat
pemerintahan dinasti Abasiyah berada di tengah-tengah bangsa Persia. AlMansyur
melakukan
konsolidasi
dan
penertiban
pemerintahannya.
Dia
15