Anda di halaman 1dari 11

Islam dan Budaya Lampung

Dosen Pengampu : Sulistiawati,M AG

Di Susun Oleh

Nama: Sindy Suci Oktavia

NPM: 200263013

Program Studi: Manajemen Pendidikan Islam (MPI) II

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

TULANG BAWANG – LAMPUNG

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


Islam dan Budaya Lampung

Dosen Pengampu : Sulistiawati,M AG

Di Susun Oleh

Nama: Richa Kasmara

NPM: 200263012

Program Studi: Manajemen Pendidikan Islam (MPI) II

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI)

TULANG BAWANG – LAMPUNG

TAHUN AKADEMIK 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah memberkahi penulisan makalah ini
dengan kekuatan serta kemudahan hingga dapat terselesaikan.

Karya tulis ini di susun berdasarkan hasil penelitian dan suntingan dari beberapa
karya tulis terdahulu, dalam rangka memenuhi hasrat pencinta budaya, khususnya adat
istiadat sebagai warisan dari nenek moyang yang patut di lestarikan karena di dalamnya
terkandung nilai-nilai luhur bagi kemanusiaan, ada juga nilai-nilai seni hingga lengkaplah
unsur-unsur dari apa yang di namakan budaya oleh para pakar budaya seperti
Koentjoroningrat, dan lain-lain, karna di dalam penulisan ini adalah dimensi Fisik, Sosial,
dan Ideal, walaupun kami yakin karya ini belumlah sempurna.

Untuk itu dengan rendah hati kami penulis berharap atas sumbangan pemikiran,
kritik, dan saran dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini pada masa yang akan
datang, guna kelangsungan hidup budaya pusaka ini, khususnya yang menjadi titik tekan
dalam makalah ini adalah bidang adat istiadat Megou Pa' Tulang Bawang.
C. Tujuan Penulisan

Tujuan dai penulisan karya ini ialah agar mengetahui adat istiadat budaya Megou Pa'
TulangBawang khususnya adat istiadat warisan nenek moyang yang patut di lestarikan karna
di dalamnya terkandung nilai-nilai luhur bagi kemanusiaan.
Indonesia merupakan bangsa yang memiliki beragam etnik dan budaya yang berbeda-beda.
Perbedaan tersebut tidak lepas dari kondisi geografis suku dan aturan yang berlaku di daerah
itu. Salah satu etniknya adalah Lampung yang memiliki ada istiadat yang terus dilestarikan
hingga saat ini.

Salah satu adat Lampung yang masih sangat kental dan sakral adalah prosesi pernikahan.
adat prosesi pernikahan adat Lampung yang unik dan sakral.

1.Begawi

Begawi atau yang kerap disebut dengan istilah lengkap Begawi Cakak Pepadun merupakan
upacara adat masyarakat Lampung untuk memberikan gelar adat kepada seseorang. Adapun
masyarakat etnis atau suku bangsa Lampung yang melaksanakan begawi adalah yang berasal
dari kelompok adat Lampung Pepadun. Istilah Pepadun sendiri berasal dari nama salah satu
perangkat yang digunakan dalam begawi, yaitu singgasana dari kayu yang menyimbolkan
suatu status sosial dalam keluarga. Di singgasana inilah gelar adat diberikan setelah orang
yang ingin mendapat kenaikan status dari gelar tersebut diharuskan memberikan uang dan
menyembelih kerbau dengan jumlah tertentu (biasanya 2 kerbau atau lebih dan maharnya
sekitaran 400 jutaan atau lebih, tergantung permintaan dari pihak perempuan. Namun rata-
rata adat lampung pepadun khususnya di wilayah Kota Bumi atau Blambangan Lampung
Utara, maharnya segitu). Sementara itu, begawi dapat diartikan sebagai "suatu pekerjaan"
atau "membuat gawi". Bagi masyarakat Lampung Pepadun, begawi cakak pepadun sifatnya
wajib dilakukan oleh seseorang sebelum menyandang hak untuk menduduki posisi
penyimbang yang dilakukan oleh lembaga perwatin adat.

begawi bertujuan untuk memberikan gelar adat kepada seseorang. Melalui begawi, orang
akan mendapatkan kenaikan status dalam adat melalui gelar suttan yang menandakan status
paling tinggi. Selain Suttan gelar lain adalah dari yang tertinggi yaitu Suttan, Pengiran, Rajo,
Ratu, Batin. Pada intinya, begawi merupakan acara penetapan seseorang menjadi
penyimbang. Dalam adat Lampung Pepadun, penyimbang merupakan kedudukan adat paling
tinggi yang dipegang oleh anak laki-laki tertua dari keturunan tertua. Orang yang memegang
gelar penyimbang memiliki wewenang untuk menjadi penentu dalam pengambilan
keputusan. Pembagian kewenangan ini adalah cerminan dari sistem kekerabatan masyarakat
Lampung Pepadun yang bersifat patrilineal, yaitu mengikuti garis keturunan dari bapak.
Karena itulah yang menjadi penyimbang adalah anak laki-laki tertua yang mewarisi
kepemimpinan dari bapak dalam keluarga.

Untuk menyelenggarakan Begawi. tidak bisa sembarangan karena diperlukan keputusan dari
majelis penyimbang untuk mengatur perihal pemberian gelar. Penyimbang sendiri adalah
orang yang memiliki gelar suttan selaku gelar tertinggi.

Prosesi Sunting

Dalam penyelenggaraan begawi cakak pepadun terdapat sejumlah prosesi yang harus dijalani
sebelum ke acara inti. Seperti pernikahan pada umumnya, awalnya dilakukan acara lamaran
yang dalam hal ini disebut dengan ngakuk muli. Setelahnya, sidang marga atau pepung marga
akan d igelar untuk mendiskusikan pelaksanaan begawi agar berjalan dengan baik pada hari
yang ditentukan. Selanjutnya, pihak perempuan dijemput di rumah adat menuju rumah laki-
laki dengan menggunakan kereta kencana (khatow) Sementara mempelai perempuan duduk
di kereta kencana, mempelai laki-laki berjalan di depannya dengan diiringi lantunan dzikir
dari kitab barzanji. Ada pula acara lain seperti acara tari-tarian (cangget), juga ritual mencuci
kaki yang disebut turun diway.

Dalam rangkaian prosesi, dilakukan juga musyawarah adat yang disebut upacara Merwatin
dan dilanjutkan dengan penyerahan uang sidang yang ditaruh di sigeh (tempat sirih). Selain
musyawarah adat, dalam tahap ini juga diadakan penyembelihan kerbau yang dagingnya
dimasak untuk jamuan kepada penyimbang.

Acara turun diway diumumkan dan ditandai dengan pemukulan canang (alat musik gamelan
khas lampung) oleh penglaku. Sampai tahap ini, pengantin baik itu mempelai pria (mengian)
dan perempuan (majuw) akan menyandang gelar dipatcah haji. Sambil diiringi oleh lebuw
kelamou, menulung, para penyimbang, kedua mempelai yang mengenakan pakaian kebesaran
raja dan ratu berjalan beriring-iringan dengan membawa tombak yang digantungi kibuk ulow
wou (kendi khas Lampung). Kedua mempelai selanjutnya duduk didampingi oleh tuwalau
anau (orang tua kedua mempelai), lebou kelamou (paman mempelai), menulung (kakak
mempelai), dan sai tuha tuha (tetua keluarga). Sambil duduk, jempol kaki kedua mempelai
dipertemukan oleh lebou kelamu, menulung, dan batang pangkal.

Berikutnya, jempol kaki dan ibu jari kedua mempelai dipertemukan di atas kepala kerbau
oleh lebou kelamou, menulung, dan batang pangkal selaku perwakilan pihak keluarga.
Setelah upacara pertemuan jari kedua mempelai, acara dilanjutkan dengan musek, yaitu
disuapinya kedua mempelai dengan makanan oleh batang pangkal, lebou kelamo, dan
benulung, selanjutnya diteruskan oleh tuwalau anau. Pembagian uang kepada peyimbang
kemudian dilakukan sebagai tahapan berikutnya hingga canang ditabuh lagi yang
menandakan inai adek (pemberian gelar dimulai).

Pemberian gelar kepada mempelai oleh lebaw kelamo, benulung, batang pangkal, dan para
penyimbang sekaligus menjadi akhir dari acara turun diway. Sebagai penutup acara, para
penyimbang dan penglakuw tuho (orang tua yang dipercaya untuk mengatur acara) pun
menyampaikan pesan kepada kedua mempelai dalam bentuk nasihan dan pantun.[3] Dalam
begawi, acara bisa menghabiskan waktu hingga tujuh hari dan tujuh malam serta kerbau
antara dua hingga tujuh ekor. Kerbau inilah yang disembelih dan dagingnya dikonsumsi bagi
masyarakat kampung yang hadir. Rangkaian acara begawi dilakukan di balai adat yang
disebut sesat.

Namun Keberadaan Begawi di tengah kehidupan masyarakat Lampung tidak terlepas dari
pengaruh yang muncul seiring perkembangan zaman. Dari kajian-kajian ilmiah yang pernah
dilakukan, terdapat tren penurunan pelaksanaan begawi.

Alasannya karena Pertama, waktu yang dibutuhkan sejak awal hingga akhir acara terlalu
lama. Kedua, solidaritas masyarakat semakin terkikis. Ketiga, besarnya biaya yang
dibutuhkan. Kemudian keempat, adanya penurunan sejak tahun 1990 terhadap pernikahan
dengan Begawi. acara pernikahan yang menggunakan begawi semakin sedikit yang digelar
setiap tahunnya sejak 2008 hingga 2012. Tercatat pada 2012, pernikahan dengan begawi
hanya sebanyak 25 persen dari yang ada pada tahun 2008.

2. Mosok PernikahanProsesi mosok adat Lampung Pepadun, memberikan suapan


kepada kedua mempelai

Prosesi mosok menjadi acara yang wajib dilaksanakan sebelum ijab kabul. Karena dalam
prosesi tersebut kedua mempelai diberi nasihat untuk menjalani kehidupan rumah tangga dan
hidup rukun dengan keluarga dan masyarakat. Nasihat-nasihat tersebut disampaikan melalui
simbol-simbol berupa makanan, cara duduk kedua mempelai serta orang-orang yang
memberikan mosok. Setiap simbol yang digunakan memiliki makna dan fungsinya masing-
masing.

Menurut Abdul Syani, akademisi dan peneliti budaya Lampung, mosok merupakan acara
suapan yang dilakukan dalam rangka penyampaian hajat atau keinginan. Mosok bisa
dilakukan dua kali atau hanya sekali saja bergantung pada kemampuan ekonomi keluarga
laki-laki.

“Pada zaman dahulu mosok hanya dilakukan jika kedua mempelai menggunakan adat
sebambangan (kawin lari), kini mosok tetap dilaksanakan meski pun kedua mempelai tidak
menggunakan adat sebambangan,”terangnya.

Lebih lanjut Abdul menjelaskan, biasanya jika kedua mempelai menggunakan adat
sebambangan maka akan dilakukan mosok nyambut terlebih dahulu, sebagai tanda bahwa
wanita tersebut sudah tidak bisa diambil kembali oleh keluarganya, kemudian mosok
dilakukan kembali ketika kedua mempelai sudah sah menjadi sepasang suami istri.

Prosesi mosok memberikan pemahaman bagi kedua mempelai tentang pembagian peran
dalam rumah tangga. Seperti, tugas seorang suami adalah mencari nafkah, menjadi pemimpin
dalam rumah tangga dan bertanggung jawab penuh terhadap kebahagian lahir batin seorang
istri. Sedangkan tugas seorang istri adalah mengerjakan pekerjaan rumah, mengurus anak,
menghormati suami.

3. Sebambangan

Sebambangan merupakan acara adat di mana pihak laki-laki melarikan gadis yang akan
dinikahi ke tempat keluarga laki-laki. Dalam hal ini dapat terjadi dengan adanya kesepakatan
antara pihak laki-laki dan perempuan namun pihak keluarga perempuan tidak mengetahuinya.

Biasanya sebelum melakukan larian, gadis sudah membuat surat terlebih dahulu sebagai
pemberitahuan dan uang peninggalan atau disebut duit tengepik yang ditinggalkan di dalam
kamar gadis. Biasanya tengepik ini senilai Rp1.200 ribu hingga Rp9.200 atau bisa lebih.

Adat sebambangan ini dilakukan sebagai upaya menghindari dari pelaksanaan lamaran atau
sanak keluarga yang tidak setuju. Sehingga jika pihak keluarga mempelai perempuan tidak
menyetuji maka sebambangan yang dilakukan diselesaikan secara musyawarah bersama
tokoh adat setempat.

4. Sesan

Sesan merupakan pemberian dari pihak keluarga perempuan sebagai tanda sayang pihak
keluarga perempuan terhadap pengantin perempuan. Biasanya berbentuk barang-barang
rumah tangga atau perlengkapan rumah tangga dan dibawa ketempat pihak laki-laki pada
waktu prosesi pernikahan.

Sesan tersebut merupakan hasil pemberian dari kerabat pihak perempuan kepada pengantin
yang menikah dan dibawa ke rumah pihak laki-laki. Menurut Alfanny Fauzi salah satu
mahasiswa Universitas Lampung yang bersuku Lampung, menganggap pemberian sesan
tersebut tidak merugikan pihak laki-laki maupun perempuan. Mengingat masih banyak yang
menganggap bahwa untuk menikahi gadis Lampung membutuhkan biaya yang cukup besar.

“Sebenernya itu kesepakatan antara kedua belah pihak. Misal pihak laki-laki ngasih uang
tengepik ke pihak perempuan nanti pihak perempuan juga ngasih sesan itu yang senilai
dengan apa yang di kasih laki-laki. Malah biasanya lebih besar karena kalau dikit malu,
Lampung kan ada piil keluarga,”jelasnya.

5. Nyubuk Maju PernikahanAcara nyubuk majeu adat Lampung

Acara adat Nyubuk Maju ini biasanya dilakukan oleh Masyarakat Lampung pepadun di Way
Kanan. Nyubuk Maju merupakan kegiatan yang dilakukan oleh saudara perempuan mempelai
wanita sebagai acara terakhir kalinya bertemu saat mempelai wanita berstatus lajang.

Peserta yang mengikuti acara ini menggunakan sarung laki-laki sebagai topeng supaya
identitas mereka tidak dikenali. Tujuan penggunaan sarung itu sendiri agar seluruh pakaian
yang digunakan selaras dengan lainnya sehingga tidak menimbulkan kecemburuan sosial.
Sedangkan mempelai wanita yang akan menikah sudah dihias seperti tuan putri.

Acara Nyubuk Maju ini sekaligus melihat bagaimana persiapan dekorasi akad di rumah
mempelai laki-laki. Kemudian diakhir acara para peserta nyubuk maju akan meninggalkan
saran atau masukan kepada keluarga mempelai laki-laki tentang persiapan acara akad tersebut

6.Cuak mengan

Cuak mengan adalah kegiatan mengundang makan bersama di mana pada hari yang telah
ditentukan oleh kedua mempelai dan pihak keluarga bujang mengundang keluarga mempelai
perempuan, penyimbang atau perwatin, semua menyanak warei baik dari pihak keluarga
mempelai bujang maupun dari pihak keluarga mempelai perempuan, untuk makan bersama
sebagai pemberitahuan telah terjadinya pernikahan. Makanan yang disajikan pada acara cuak
mengan disajikan dengan sistem nanjar (makanan disajikan di atas tikar). Cuak mengan
tujuannya adalah untuk saling mempererat hubungan antar kedua belah pihak keluarga dan
untuk saling berkenalan antar kedua keluarga besar. Waktu pelaksanaan cuak mengan tidak
boleh terlalu lama, paling lambat 7 hari (1 minggu) dari acara akad nikah. Acara cuak
mengan atau makan adat biasanya dilangsungkan pada pagi menjelang siang hari atau sekitar
pukul 10.30 sampai dengan selesai setelah di langsungkannya akad nikah.

1. Tahapan Sebelum Cuak Mengan

Proses sebelum cuak mengandilakukan dengan cara terlebih dahulu memberitahu seluruh
keluarga, baik yang jauh ataupun yang dekat, penyimbang atau perwatin dan memberitahu
pihak sabbai (besan) tentang pihak tuan rumah akan melaksanakan cuak mengan. Setelah dua
atau tiga hari pihak keluarga mempelai laki-laki mulai bekerja untuk persiapan akad nikah
atau ngemulai rasan. Pihak tuan rumah mengundang tetangga atau saudara untuk membantu
pekerjaan (betulung) dalam rangka resepsi pernikahan. Masing-masing orang yang membantu
telah memiliki tugasnya sendiri-sendiri yang telah dibagi oleh ketua panitia yang telah
ditunjuk oleh tuan rumah. Besapon(beres-beres) telah dikerjakan paling tidak satu atau dua
hari menjelang resepsi pernikahan.

2. Proses Pelaksanaan Cuak Mengan

Pada tahap ini, pihak perwatin dan sabbai (besan) serta pengantin memasuki ruangan yang
telah disiapkan yaitu tempat yang telah diberi alas berupa tikar atau karpet. Kemudian acara
cuak mengan atau makan adat dipandu oleh ketua adat atau perwatin dari pihak pengantin
laki-laki yang mewakili tuan rumah untuk menyampaikan sepatah duapatah kata. Kemudian
kepala adat menyerahkan uang adat yang mengandung angka 24 bisa dibayar dengan
kelipatan Rp 24.000, Rp 240.000 dan Rp 2.400.000 kepada penyimbang atau perwatin dari
mempelai wanita dan pihak yang mewakili menyampaikan beberapa patah kata. Usai
penerimaan uang tersebut pemandu acara menutup dengan salam serta mempersilahkan
semua yang hadir dalam ruangan tersebut untuk makan.

3. Tahapan Sesudah Cuak Mengan

Setelah makan adat selesai kedua belah pihak yang hadir dalam cuak mengankembali duduk
di luar atau di tenda yang telah disiapkan oleh tuan rumah untuk penyerahan sesan atau
barang bawaan yang dibawa oleh pihak keluarga sabbai dari pihak pengantin perempuan.
Kesimpulan

Dapat kita lihat diatas sudah dijelaskan bahwa perkembangan budaya adat atau tradisi
Lampung memang sudah dikenal atau dilestarikan sejak dulu hingga sekarang tetapi ada
beberapa yang tidak lagi berkembang atau sudah hampir dikatakan punah karena ada
beberapa faktor atau alasan.
DAFTAR PUSTAKA
Khalik, Abu Tholib. (2003). Begawi Cakak Pepadun Dalam Adat Istiadat Migou Pak Tulang
Bawang Lampung. Bandar Lampung: IAIN Raden Intan, Departemen Agama Republik
Indonesia

^ a b c Kaya, Indonesia. "Masyarakat Adat Lampung Pepadun - Situs Budaya Indonesia".


IndonesiaKaya (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2019-03-22.

NFN Roveneldo, (2017), Prosesi Perkawinan Adat Istiadat Lampung sebagai Bentuk
Pelestarian Bahasa Lampung, Ranah: Jurnal Kajian Bahasa Vol 6, No 2. Hal. 230-231.

Anda mungkin juga menyukai