Anda di halaman 1dari 5

Abu Yūsuf Yaʻqūb ibn ʼIsḥāq aṣ-Ṣabbāḥ al-Kindī (Arab: ‫أبو يوسف يعقوب بن إسحاق الصبّاح‬

‫الكندي‬, Latin: Alkindus) (lahir: 801 - wafat: 873), dikenal sebagai filsuf pertama yang lahir
dari kalangan Islam. Semasa hidupnya, selain bisa berbahasa Arab, ia mahir berbahasa
Yunani. Ia adalah filsuf berbangsa Arab dan dipandang sebagai filsuf Muslim pertama.
Secara etnis, al-Kindi lahir dari keluarga berdarah Arab yang berasal dari suku Kindah, salah
satu suku besar daerah Jazirah Arab Selatan.

Ya’qub bin Ishaq Al-Kindi seorang filosof  islam  berasal dari suku Kindah yang lahir di
Kufah sekitar tahun 185 H. Pada saat dewasa ia mempelajari dan ahli dalam bidang ilmu
filsafat, seni musik, kedokteran, optik, dan lain sebagainya. Al-kindi memadukan filsafat
dengan agama karena ilmu itu tidak bertentangan karena masing-masing mempelajari
kebenaran. Pemikiran filsafat tentang ketuhanan tidak sama dengan apa yang di kemukakan
Aristoteles. Bagi al-Kindi tuhan adalah sang Pencipta bukan Penggerak Pertama. Kemudian
pokok  pemikiran falsafat lainnya al-Kindi membagi jiwa dalam tiga macam: daya bernafsu
(perut); daya marah (dada); daya pikir yan berada pada akal. Akal ada dua akal potensil dan
akal aktuil.

Filsafat al-kindi
Kebanyakan definisi filsafat al-Kindi dikumpulkan dari karya-karya Aristoteles dan
kesukaannya kepada Aristoteles tidak bisa di abaikan. Bahkan, ketika ia meringkas dari
sumber-sumber lain yang secara keliru, ia menisbahkan pula kepada Aristoteles. Subjek dan
susunanya sesuai benar dengan sumber Neopolitik. Pada definisi pertama, Tuhan disebut
”Sebab pertama” mirip dengan ”Agen Pertamanya” Plotinus, suatu ungkapan yang juga
digunakan al-Kindi atau dengan istilahnya ”Yang Esa adalah sebab dari segala sebab”.
Definisi-definisi berikutnya  dalam Risalah al-Kindi dikemukakan susunanya yang
membedakan antara alam atas dan alam bawah. Yang pertama ditandai dengan definisi-
definisi akal, alam, dan jiwa, diikuti dengan definisi-definisi yang menandai alam bawah,
dimulai dengan definisi badan (jism), penciptaan (ibda’), materi (hayula), bentuk (shurah).
[12] Dari dasar pemikiran al-kindi akhirnya timbullah pemikiran Filsafatnya antara lain:

a.    Filsafat Ketuhanan

Filsafat Ketuhanan al-Kindi merupakan awal lahirnya perbincangan Ketuhanan, namun


penafsiran al-Kindi mengenai Tuhan sangat berbeda dengan pendapat Aristoteles, Plato dan
Plotinius. Mengenai hakikat ke-Tuhanan ia mengatakan bahwa Tuhan adalah wujud yang
Esa, tidak ada sesuatu benda apapun yang menyerupai akan Tuhan, dan Tuhan tidaklah
melahirkan ataupun dilahirkan, akan tetapi Tuhan akan selalu hidup dan tidak akan pernah
mati. Dalam al-Qur’an Surat al-Ikhlas ayat 1 s/d 4 
al-Kindi membagi pengetahuan menjadi dua bahagian, yakni: pertama, pengetahuan Ilahi
‫( علمالهي‬divinescience). Pengetahun ini diambil langsung dari yang tercantum dalam al-Qur-
an yaitu pengetahuan yang langsung diperoleh Nabi dari Tuhan. Sedangkan dasar dari
pengetahuan ini adalah keyakinan. Kedua, pengetahuan manusiawi ‫( علمإنسانى‬human science)
atau falsafat. Dasarnya ialah pemikiran (ratio-reason).
Tuhan dalam falsafatal-Kindi tidak mempunyai hakekat dalam arti ’aniah atau mahiah

 Tuhan bagi al-Kindi adalah Pencipta dan bukan penggerak Pertama sebagai pendapat
Aristoteles.[16]

b.   Filsafat Alam

Mengenai alam, al-Kindi berbeda pendapat juga dengan para filosof seperti Aristoteles Plato,
dan lainnya yang sebelum dia dengan mengatakan ”alam ini kekal”, sedangkan al-Kindi
mengatakan ”alam ini tak kekal”.
Al-Kindi juga mengatakan alam bukan kekal di zaman lampau (qadim) tetapi mempunyai
permulaan. 

alam semesta ini pastilah terbatas, oleh sebab itu ia menolak pandangan Aristoteles yang
mengatakan bahwa alam semesta tidak terbatas atau qadim. Mengenai keteraturan alam dan
perdaran alam ini sebagai bukti adanya Tuhan, sedangkan alam adalah buatan Tuhan.

c.    Filsafat Jiwa dan Akal

Mengenai jiwa dan akal, al-Kindi juga membantah pendapat Aristoteles. Para filosof muslim
menamakan jiwa (al-nafs) seperti yang diistilahkan dalam al-Qur’an yaitu, al-ruh. 
Al-Kindi menolak pendapat Aristoteles yang mengatakan bahwa manusia sebagaimana
benda-benda, tersusun dari dua unsur, materi dan bentuk.

Berbeda dengan aristoteles, al-Kindi yang membagi akal dalam empat macam; pertama: akal
yang selalu bertindak, kedua: akal yang secara potensial berada di dalam roh, ketiga: akal
yang telah berubah, di dalam roh, dari daya menjadi aktual, keempat; akal yang kita sebut
akal kedua. Yang dimaksudkan dengan akal ”kedua” yaitu tingkat kedua aktualitas; antara
yang hanya memiliki pengetahuan dan yang mempraktekkannya.

Karya-Karyanya
Sebagai seorang ilmuwan yang kaya dengan pengetahuan, maka al-Kindi membuat sebuah karya
tulis ilmiah, dan membuat terjemahan buku-buku Yunani dan sekaligus melakukan koreksi serta
perbaikan atas terjemahan orang lain. Sebagai seorang pakar ilmuan di kala itu, kita dapat melihat
beberapa hasil tulisan yang dibuat oleh Al Kindi, yakni sebagai berikut:

a.     Bidang Filsafat

1. Fi al-falsafat al-‘Ula,
2. Kitab al-Hassi’ala Ta’allum al-Falsafat,
3. Risalat ila al-Ma’mun fi al-illat wa Ma’lul,
4. Risalat fi Ta’lif al-A’dad,
5. Kitab al-Falsafat al-Dakhilat wa al-Masa’il al-Manthiqiyyat wa al-Mu’tashah wa ma Fauqa al-
Thabi’iyyat,
6. Kammiyat Kutub Aristoteles,
7. Fi al-Nafs [7]

b.     Bidang Astronomi

1. Risalah fi Masa’il Su’ila anha min Ahwal al-Kawatib (jawaban dari pertanyaan tentang
planet),
2. Risalah fi Jawab Masa’il Thabi’iyah fi Kayfiyyat Nujumiah (pemecahan soal-soal fisik tentang
sifat-sifat perbintangan),
3. Risalah fi anna Ru’yat al Hilal la Tudhbathu bi al-Haqiqoh wa innama al-Qowl fiha bi at-Taqrib
(bahwa pengamatan astronomi bulan baru tidak dapat ditentukan dengan ketetapan,
4. Risalah fi Mathrah asy-Syu’a (tentang projeksi sinar),
5. Risalah fi Fashlayn (tentang dua musim yakni; musim panas dan musim dingin),
6. Risalah fi Idhah ‘illat Ruju’ al-Kawakib (tentang penjelasan sebab gerak kebelakang planet-
planet),
7. Fi asy-Syu’at (tentang sinar bintang).

c.     Meteorologi
1.  Risalah fi ’illat Kawnu adh-Dhabasb (tentang sebab asal mula kabut),

2.  Risalah fi Atshar alladzi Yazhharu fi al-laww Yusamma Kawkaban (tentang tanda yang tampak di
langit dan disebut sebuah planet),

3.  Risalah fi ’illat Ikhtilaf Anwa’us Sanah (tentang sebab perbedaan dalam tahun-tahun),

4.  Risalah fi al-Bard al-Musamma ”Bard al-Ajuz” (tentang dingin),

d.     Ramalan

1.  Risalah fi Taqdimat al-Khabar (tentang Prediksi),

2.  Risalah fi Taqdimat al-Ma’rifat fi al-Ahdats (tentang ramalan dengan mengamati gejala
meteorolgi).

e.     Ilmu Pengobatan

1.  Risalah fi’illat Naftcad-Damm (tentang hemoptesis yakni; batuk darah dari saluran pernapasan),

2.  Risalah fi Adhat al-Kalb al-Kalib (tentang rabies).

f.     Ilmu Hitung


1.  Risalah fi al-Kammiyat al-Mudhafah (tentang jumlah relatif),

2.  Risalah fi at-Tajhid min Jihat al-’Adad (tentang keesaan dari segi angka-angka).

g.     Logika

1.  Risalatun fi Madhkal al-Mantiq bi Istifa al-Qawl fihi (tentang sebuah pengantar lengkap logika),

2.  Ikhtisar Kitab Isaghuji li Farfuris (sebuah ikhtisar Eisagoge Porphyry).

Karya-karya yang disebutkan di atas merupakan sebagian terkecil dari sekian banyak karya Al-Kindi.
Karya Al-Kindi di susun oleh Ibnu An-Nadim yang menyebutkan tidak kurang dari 242 buah karya Al-
Kindi, sedangkan sumber lain menyebutkan 265 buah, dan membaginya menurut pokok
persoalannya menjadi filsafat, logika, ilmu hitung, sferika, ilmu kedokteran, astrologi, polemik,
psikologi, politik, meteorologi, dan ramalan

.  Kesimpulann
al-Kindi adalah seorang filosof Islam yang pertama dari bangsa Arab yang berusaha
memadukan antara ajaran filsafat Yunani dengan ajaran Islam. Atas perpaduan antara ajaran
filsafat yunani dengan Ajaran Islam, maka ini terbukti bahwa mempelajari filsafat tidaklah
memusnahkan keyakinan agama yang dimiliki umat Islam selama umat Islam tersebut sudah
kokoh berpegang pada dasar-dasar Islam.
Meski Al-Kindi terpengaruh pemikiran-pemikiran Plato dan Aristoteles dan memperlihatkan corak
pitagorasme, namun dalam beberapa hal Al-Kindi tidak sependapat dengan para filosof Yunani
mengenai hal-hal yang dirasakakn bertentangan dengan ajaran islam yang diyakininya.

Sebagai filosof islam pertama yang menyelaraskan agama dengan filsafat, ia telah melicinkan jalan
bagi filosof sesudahnya, seperti Al-Farabi, Ibn Sina, dan Ibn Rusyd.

Anda mungkin juga menyukai