Anda di halaman 1dari 20

KELOMPOK 3

AL KINDI

BY :
SAFIRA ARUM ARYSANDI (28)
PUTRI SOVI DAMAYANTI (23)
MOH. MALIK AMRULLAH (18)
FIRA VERANTIKA PALUPI (13)
BETHARI CANDRA DEA P. (08)
ALDI YULIANTO (03)
AL KINDI

Abu Yūsuf Yaʻqūb ibn ʼIsḥāq aṣ-Ṣabbāḥ al-Kindī (Arab:


‫ أبو يوسف يعقوب بن إسحاق الصبّاح الكندي‬, Latin: Alkindus) (lahir:
801 - wafat: 873), dikenal sebagai filsuf pertama yang
lahir dari kalangan Islam. Semasa hidupnya, selain bisa
berbahasa Arab, ia mahir berbahasa Yunani. Ia adalah
filsuf berbangsa Arab dan dipandang sebagai filsuf
Muslim pertama. Secara etnis, al-Kindi lahir dari
keluarga berdarah Arab yang berasal dari suku Kindah,
salah satu suku besar daerah Jazirah Arab Selatan.
Pada saat dewasa ia mempelajari dan ahli dalam bidang
ilmu filsafat, seni musik, kedokteran, optik, dan lain
sebagainya. Al-kindi memadukan filsafat dengan agama
karena ilmu itu tidak bertentangan karena masing-
masing mempelajari kebenaran. Pemikiran filsafat
tentang ketuhanan tidak sama dengan apa yang di
kemukakan Aristoteles. Bagi al-Kindi tuhan adalah sang
Pencipta bukan Penggerak Pertama. Kemudian pokok 
pemikiran falsafat lainnya al-Kindi membagi jiwa dalam
tiga macam: daya bernafsu (perut); daya marah (dada);
daya pikir yan berada pada akal. Akal ada dua akal
potensil dan akal aktuil.
Filsafat al-kindi

• Kebanyakan definisi filsafat al-Kindi dikumpulkan dari karya-karya


Aristoteles dan kesukaannya kepada Aristoteles tidak bisa di
abaikan. Bahkan, ketika ia meringkas dari sumber-sumber lain yang
secara keliru, ia menisbahkan pula kepada Aristoteles. Subjek dan
susunanya sesuai benar dengan sumber Neopolitik. Pada definisi
pertama, Tuhan disebut ”Sebab pertama” mirip dengan ”Agen
Pertamanya” Plotinus, suatu ungkapan yang juga digunakan al-
Kindi atau dengan istilahnya ”Yang Esa adalah sebab dari segala
sebab”. Definisi-definisi berikutnya  dalam Risalah al-Kindi
dikemukakan susunanya yang membedakan antara alam atas dan
alam bawah. Yang pertama ditandai dengan definisi-definisi akal,
alam, dan jiwa, diikuti dengan definisi-definisi yang menandai alam
bawah, dimulai dengan definisi badan (jism), penciptaan (ibda’),
materi (hayula), bentuk (shurah).[12] Dari dasar pemikiran al-kindi
akhirnya timbullah pemikiran Filsafatnya antara lain:
Filsafat Ketuhanan
• Filsafat Ketuhanan al-Kindi merupakan awal lahirnya perbincangan
Ketuhanan, namun penafsiran al-Kindi mengenai Tuhan sangat berbeda
dengan pendapat Aristoteles, Plato dan Plotinius. Mengenai hakikat ke-
Tuhanan ia mengatakan bahwa Tuhan adalah wujud yang Esa, tidak ada
sesuatu benda apapun yang menyerupai akan Tuhan, dan Tuhan tidaklah
melahirkan ataupun dilahirkan, akan tetapi Tuhan akan selalu hidup dan
tidak akan pernah mati. Dalam al-Qur’an Surat al-Ikhlas ayat 1 s/d 4 
• al-Kindi membagi pengetahuan menjadi dua bahagian, yakni: pertama,
pengetahuan Ilahi‫( علمالهي‬divinescience). Pengetahun ini diambil langsung
dari yang tercantum dalam al-Qur-an yaitu pengetahuan yang langsung
diperoleh Nabi dari Tuhan. Sedangkan dasar dari pengetahuan ini adalah
keyakinan. Kedua, pengetahuan manusiawi‫( علمإنسانى‬human science) atau
falsafat. Dasarnya ialah pemikiran (ratio-reason).
• Tuhan dalam falsafatal-Kindi tidak mempunyai hakekat dalam arti ’aniah
atau mahiah
•  Tuhan bagi al-Kindi adalah Pencipta dan bukan penggerak Pertama
sebagai pendapat Aristoteles.[16]
Filsafat Alam
• Mengenai alam, al-Kindi berbeda pendapat juga dengan
para filosof seperti Aristoteles Plato, dan lainnya yang
sebelum dia dengan mengatakan ”alam ini kekal”,
sedangkan al-Kindi mengatakan ”alam ini tak kekal”.
• Al-Kindi juga mengatakan alam bukan kekal di zaman
lampau (qadim) tetapi mempunyai permulaan. 
• alam semesta ini pastilah terbatas, oleh sebab itu ia
menolak pandangan Aristoteles yang mengatakan bahwa
alam semesta tidak terbatas atau qadim. Mengenai
keteraturan alam dan perdaran alam ini sebagai bukti
adanya Tuhan, sedangkan alam adalah buatan Tuhan.
Filsafat Jiwa dan Akal

• Mengenai jiwa dan akal, al-Kindi juga membantah pendapat


Aristoteles. Para filosof muslim menamakan jiwa (al-nafs) seperti
yang diistilahkan dalam al-Qur’an yaitu, al-ruh. 
• Al-Kindi menolak pendapat Aristoteles yang mengatakan bahwa
manusia sebagaimana benda-benda, tersusun dari dua unsur, materi
dan bentuk.
• Berbeda dengan aristoteles, al-Kindi yang membagi akal dalam empat
macam; pertama: akal yang selalu bertindak, kedua: akal yang secara
potensial berada di dalam roh, ketiga: akal yang telah berubah, di
dalam roh, dari daya menjadi aktual, keempat; akal yang kita sebut
akal kedua. Yang dimaksudkan dengan akal ”kedua” yaitu tingkat
kedua aktualitas; antara yang hanya memiliki pengetahuan dan yang
mempraktekkannya.
Karya-Karyanya

Sebagai seorang ilmuwan yang kaya dengan


pengetahuan, maka al-Kindi membuat sebuah
karya tulis ilmiah, dan membuat terjemahan
buku-buku Yunani dan sekaligus melakukan
koreksi serta perbaikan atas terjemahan orang
lain. Sebagai seorang pakar ilmuan di kala itu,
kita dapat melihat beberapa hasil tulisan yang
dibuat oleh Al Kindi, yakni sebagai berikut:
Bidang Filsafat
1) Fi al-falsafat al-‘Ula,
2) Kitab al-Hassi’ala Ta’allum al-Falsafat,
3) Risalat ila al-Ma’mun fi al-illat wa Ma’lul,
4) Risalat fi Ta’lif al-A’dad,
5) Kitab al-Falsafat al-Dakhilat wa al-Masa’il al-
Manthiqiyyat wa al-Mu’tashah wa ma Fauqa al-
Thabi’iyyat,
6) Kammiyat Kutub Aristoteles,
7) Fi al-Nafs [7]
Bidang Astronomi
1) Risalah fi Masa’il Su’ila anha min Ahwal al-Kawatib (jawaban dari pertanyaan
tentang planet),
2) Risalah fi Jawab Masa’il Thabi’iyah fi Kayfiyyat Nujumiah (pemecahan soal-soal
fisik tentang sifat-sifat perbintangan),
3) Risalah fi anna Ru’yat al Hilal la Tudhbathu bi al-Haqiqoh wa innama al-Qowl fiha
bi at-Taqrib (bahwa pengamatan astronomi bulan baru tidak dapat ditentukan
dengan ketetapan,
4) Risalah fi Mathrah asy-Syu’a (tentang projeksi sinar),
5) Risalah fi Fashlayn (tentang dua musim yakni; musim panas dan musim dingin),
6) Risalah fi Idhah ‘illat Ruju’ al-Kawakib (tentang penjelasan sebab gerak
kebelakang planet-planet),
7) Fi asy-Syu’at (tentang sinar bintang).
Bidang Meteorologi
• 1.  Risalah fi ’illat Kawnu adh-Dhabasb (tentang
sebab asal mula kabut),
• 2.  Risalah fi Atshar alladzi Yazhharu fi al-laww
Yusamma Kawkaban (tentang tanda yang tampak
di langit dan disebut sebuah planet),
• 3.  Risalah fi ’illat Ikhtilaf Anwa’us Sanah (tentang
sebab perbedaan dalam tahun-tahun),
• 4.  Risalah fi al-Bard al-Musamma ”Bard al-Ajuz”
(tentang dingin),
Ramalan
1.  Risalah fi Taqdimat al-Khabar (tentang
Prediksi),
2.  Risalah fi Taqdimat al-Ma’rifat fi al-Ahdats
(tentang ramalan dengan mengamati gejala
meteorolgi).
Ilmu Pengobatan
1.  Risalah fi’illat Naftcad-Damm (tentang
hemoptesis yakni; batuk darah dari saluran
pernapasan),
2.  Risalah fi Adhat al-Kalb al-Kalib (tentang
rabies).
Ilmu Hitung
1.  Risalah fi al-Kammiyat al-Mudhafah (tentang
jumlah relatif),
2.  Risalah fi at-Tajhid min Jihat al-’Adad (tentang
keesaan dari segi angka-angka).
Logika
1.  Risalatun fi Madhkal al-Mantiq bi Istifa al-
Qawl fihi (tentang sebuah pengantar lengkap
logika),
2.  Ikhtisar Kitab Isaghuji li Farfuris (sebuah
ikhtisar Eisagoge Porphyry).
Karya-karya yang disebutkan di atas
merupakan sebagian terkecil dari sekian
banyak karya Al-Kindi. Karya Al-Kindi di susun
oleh Ibnu An-Nadim yang menyebutkan tidak
kurang dari 242 buah karya Al-Kindi,
sedangkan sumber lain menyebutkan 265
buah, dan membaginya menurut pokok
persoalannya menjadi filsafat, logika, ilmu
hitung, sferika, ilmu kedokteran, astrologi,
polemik, psikologi, politik, meteorologi, dan
ramalan
Kesimpulan
• al-Kindi adalah seorang filosof Islam yang pertama
dari bangsa Arab yang berusaha memadukan antara
ajaran filsafat Yunani dengan ajaran Islam. Atas
perpaduan antara ajaran filsafat yunani dengan
Ajaran Islam, maka ini terbukti bahwa mempelajari
filsafat tidaklah memusnahkan keyakinan agama
yang dimiliki umat Islam selama umat Islam
tersebut sudah kokoh berpegang pada dasar-dasar
Islam.
• Meski Al-Kindi terpengaruh pemikiran-
pemikiran Plato dan Aristoteles dan
memperlihatkan corak pitagorasme, namun
dalam beberapa hal Al-Kindi tidak sependapat
dengan para filosof Yunani mengenai hal-hal
yang dirasakakn bertentangan dengan ajaran
islam yang diyakininya.
• Sebagai filosof islam pertama yang
menyelaraskan agama dengan filsafat, ia telah
melicinkan jalan bagi filosof sesudahnya,
seperti Al-Farabi, Ibn Sina, dan Ibn Rusyd.
THANK YOUU

Anda mungkin juga menyukai