JABARIYYAH
KHOIRUL ANAM
RISKI SAHRUL
MUHAMMAD DONI
KHAMDAH SUKRON
DANDI FERDIANSYAH
Daftar Isi
Daftar Isi ..................................................................................... i
BAB 1........................................................................................... 1
1. PENDAHULUAN ............................................................... 1
2. PEMBAHASAN ................................................................. 1
Pengertian Jabariyah ......................................................... 1
Sejarah Kemunculan Aliran Jabariyah ............................... 2
Ciri-Ciri Ajaran Jabariyah ................................................ 3
BAB 2 ......................................................................................... 4
TOKOH-TOKOH JABARIYAH ............................................... 4
A. Jad bin Dirham.......................................................... 4
B. Jahm Bin Sofwan ......................................................... 4
C. An-Najjar .................................................................... 4
D. Adh-Dhirar ................................................................. 4
PENUTUP DAN KESIMPULAN ............................................. 5
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................... 5
BAB 1
1. PENDAHULUAN
Persoalan iman (aqidah) agaknya merupakan aspek utama dalam ajaran Islam
yang didakwahkan oleh Nabi Muhammad. Pentingnnya masalah aqidah ini dalam
ajaran Islam tampak jelas pada misi pertama dakwah Nabi ketika berada di Mekkah.
Pada periode Mekkah ini, persoalan aqidah memperoleh perhatian yang cukup kuat
dibanding persoalan syariat, sehingga tema sentral dari ayat-ayat al-Quran yang turun
selama periode ini adalah ayat-ayat yang menyerukan kepada masalah keimanan.
Berbicara masalah aliran pemikiran dalam Islam berarti berbicara tentang Ilmu
Kalam. Kalam secara harfiah berarti kata-kata. Kaum teolog Islam berdebat dengan
kata-kata dalam mempertahankan pendapat dan pemikirannya sehingga teolog disebut
sebagai mutakallim yaitu ahli debat yang pintar mengolah kata. Ilmu kalam juga
diartikan sebagai teologi Islam atau ushuluddin, ilmu yang membahas ajaran-ajaran
dasar dari agama. Mempelajari teologi akan memberi seseorang keyakinan yang
mendasar dan tidak mudah digoyahkan. Munculnya perbedaan antara umat Islam.
Perbedaan yang pertama muncul dalam Islam bukanlah masalah teologi melainkan di
bidang politik. Akan tetapi perselisihan politik ini, seiring dengan perjalanan waktu,
meningkat menjadi persoalan teologi.
Perbedaan teologis di kalangan umat Islam sejak awal memang dapat
mengemuka dalam bentuk praktis maupun teoritis. Secara teoritis, perbedaan itu
demikian tampak melalui perdebatan aliran-aliran kalam yang muncul tentang berbagai
persoalan. Tetapi patut dicatat bahwa perbedaan yang ada umumnya masih sebatas
pada aspek filosofis diluar persoalan keesaan Allah, keimanan kepada para rasul, para
malaikat, hari akhir dan berbagai ajaran nabi yang tidak mungkin lagi ada peluang
untuk memperdebatkannya. Misalnya tentang kekuasaan Allah dan kehendak manusia,
kedudukan wahyu dan akal, keadilan Tuhan. Perbedaan itu kemudian memunculkan
berbagai macam aliran, yaitu Mu'tazilah, Syiah, Khawarij, Jabariyah dan Qadariyah
serta aliran-aliran lainnya.
2. PEMBAHASAN
Pengertian Jabariyah
Sebelum kita memahami dan mengenal lebih dalam mengenai sejarah
kemunculan aliran Jabariyah ini, perlu saya paparkan pengertian dari kata Jabariyah itu
sendiri, baik secara etimologi maupun sacara terminologi. Kata Jabariyah berasal dari
kata Jabara dalam bahasa Arab yang mengandung arti memaksa dan mengharuskan
melakukan sesuatu. (Abdul Razak, 2009 : 63).
Pengertian arti kata secara etimologi diatas telah dipahami bahwa kata jabara
merupakan suatu paksaan di dalam melakukan setiap sesuatu. Atau dengan kata lain
1
ada unsur keterpaksaan. Kata Jabara setelah berubah menjadi Jabariyah (dengan
menambah Yaa nisbah) mengandung pengertian bahwa suatu kelompok atau suatu
aliran (isme). Ditegaskan kembali dalam berbagai referensi yang dikemukakan oleh
Asy-Syahratsan bahwa paham Al-Jabar berarti menghilangkan perbuatan manusia
dalam arti sesungguhnya dan menyandarkannya kepada Allah, dengan kata lain,
manusia mengerjakan perbuatannya dalam keadaan terpaksa. Dalam referensi Bahasa
Inggris, Jabariyah disebut Fatalism atau Predestination. Yaitu paham yang
menyebutkan bahwa perbuatan manusia telah ditentukan dari semula oleh qadha dan
qadar Allah. (Harun Nasution, 1986 : 31)
Dapat Kita simpulkan bahwa aliran Jabariyah adalah aliran sekelompok orang
yang memahami bahwa segala perbuatan yang mereka lakukan merupakan sebuah
unsur keterpaksaan atas kehendak Tuhan dikarenakan telah ditentukan oleh qadha dan
qadar Tuhan. Jabariah adalah pendapat yang tumbuh dalam masyarakat Islam yang
melepaskan diri dari seluruh tanggungjawab. Maka Manusia itu disamakan dengan
makluk lain yang sepi dan bebas dari tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan.
Dengan kata lain, manusia itu diibaratkan benda mati yang hanya bergerak dan
digerakkan oleh Allah Pencipta, sesuai dengan apa yang diinginkan-Nya. Dalam soal
ini manusia itu dianggap tidak lain melainkan bulu di udara dibawa angin menurut arah
yang diinginkan-Nya. Maka manusia itu sunyi dan luput dari ikhtiar untuk memilih apa
yang diinginkannya sendiri.
Jabariyah disebut sebagai kaum Jahmiyah, Namun pendapat lain mengatakan bahwa
orang yang pertama mempelopori paham jabariyah adalah Al-Ja'ad bin Dirham, dia
juga disebut sebagai orang yang pertama kali menyatakan bahwa Al-Quran itu makhluq
dan meniadakan sifat-sifat Allah. Disamping itu kaum Jahmiyah juga mengingkari
adanya ru'ya (melihat Allah dengan mata kepala di akhirat).
Meskipun kaum Qadariyah dan Jahmiyah sudah musnah namun ajarannya
masih tetap dilestarikan. Karena kaum Mu'tazilah menjadi pewaris kedua pemahaman
tersebut dan mengadopsi pokok-pokok ajaran kedua kaum tersebut. Selanjutnya
ditangan Mu'tazilah paham-paham tersebut segar kembali. Sehingga Imam As-Syafi'i
menyebutnya Wasil, Umar, Ghallan al-Dimasyq sebagai tiga serangkai yang seide
itulah sebabnya kaum Mu'tazilah dinamakan juga kaum Qadariyah dan Jahmiyah.
Disebut Qadariyah karena mereka mewarisi isi paham mereka tentang penolakan
terhadap adanya takdir, dan menyandarkan semua perbuatan manusia kepada diri
sendiri tanpa adanya intervensi Allah.
Disebut Jahmiyah karena mereka mewarisi dari paham penolakan mereka yang
meniadakan sifat-sifat Allah, Al-quran itu Makhluk, dan pengingkatan mereka
mengenai kemungkinan melihat Allah dengan mata kepala di hari kiamat. Berkaitan
dengan hal ini, Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa sebagai pengikut Mu'tazilah adalah
Jahmiyah tetapi tidak semua Jahmiyah adalah Mu'tazilah, karena kaum Mu'tazilah
berbeda pendapat dengan kaum Jahmiyah dalam masalah Jabr (hamba berbuat karena
terpaksa). Kalau kaum Mu'tazilah menafikanya maka kaum Jahmiyah meyakininya.
B. Faktor Geografi
Para ahli sejarah pemikiran mengkaji melalui pendekatan geokultural bangsa
Arab. Kehidupan bangsa Arab yang dikungkung oleh gurun pasir sahara memberikan
pengaruh besar ke dalam cara hidup mereka. Ketergantungan mereka kepada alam
sahara yang ganas telah memunculkan sikap penyerahan diri terhadap alam. Situasi
demikian, bangsa Arab tidak melihat jalan untuk mengubah keadaan sekeliling mereka
sesuai dengan keingianan mereka sendiri. Mereka merasa lemah dalam menghadapi
kesukaran-kesukaran hidup. Akhirnya, mereka banyak bergantung kepada sikap
Fatalisme. Tokoh yang terkenal dalam aliran jabarriyah adalah Ja'd Bin Dirham
danJahm bin Shafwan.
BAB 2
TOKOH-TOKOH JABARIYAH
Tokoh tokoh penyebar jabariyah
Menurut asy-syahratsani, tokoh-tokoh paham Jabariah sebagai berikut :
C. An-Najjar
Nama lengkapnya adalah Husain bin Muhammad An-Najjar (wafat 230H) para
pengikutnya diseburt An-Najariyah atau Al-Husainiyah. Dengan ajarannya tuhan
menciptakan perbuatan manusia.
D. Adh-Dhirar
Nama lengkapnya adalah Dhirar bin Amr pendapatnya tentang perbuatan
manusi sama dengan Husein an-Najjar.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, Rosihan, Ilmu Kalam, (Bandung: Puskata Setia, 2006), cet ke-2.
Asmuni, Yusran, Dirasah Islamiyah: Pengantar Studi Sejarah Kebudayaan Islam dan
Pemikiran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996).
Daudy, Ahmad, Kuliah Ilmu Kalam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997).
Hadariansyah, AB, Pemikiran-pemikiran Teologi dalam Sejarah Pemikiran Islam,
(Banjarmasin: Antasari Press, 2008).
Maghfur, Muhammad, Koreksi atas Pemikiran Kalam dan Filsafat Islam, (Bangil: alIzzah,
2002).
Nasution, Harun, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta:
UI-Press, 1986), cet ke-5.
an-Nasyar, Ali Syami, Nasy'at al-Fikr al-Falsafi fi al-Islam, (Cairo: Dar al-Ma'arif,
1977).
Nata, Abudin, Ilmu Kalam, Filsafat dan Tasawuf, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
1998).
al-Qaththan, Manna Khalil, Studi Ilmu-ilmu Alqur'an, diterjemahkan dari "Mabahits fi
Ulum al-Qur'an. (Jakarta: Litera AntarNusa, 2004).
asy-Syahrastani, Muhammad ibn Abd al-Karim, al-Milal wa an-Nihal, (BeirutLibanon: Dar al-Kurub al-'Ilmiyah, t.th).
Tim, Enseklopedi Islam, "Jabariyah" (Jakarta: Ikhtiar Baru Van Hoeve, 1997).
Manna Khalil al-Qaththan, Studi Ilmu-ilmu Alqur'an, diterjemahkan dari "Mabahits fi
Ulum al-Qur'an. (Jakarta: Litera AntarNusa, 2004), h. 86.
5