Anda di halaman 1dari 42

METODE PENAFSIRAN AL-QURAN

DALAM MUHAMMADIYAH

Aly Aulia
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
UniversitasMuhammadiyahYogyakarta

Pendahuluan
Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam amar makruf nahi mungkar
dan tajdid yang bersumber kepada Al-Quran dan Sunnah1 dan bersemboyan
kembali kepada Al-Quran dan Sunnah, dengan sendirinya perlu dan
dituntut untuk dapat memberikan pemahaman Al-Quran melalui tafsir2 dalam
mengungkap kandungan-kandungannya. Usaha penafsiran ini penting artinya bagi
Muhammadiyah, baik dalam rangka memberikan tuntunan keagamaan kepada
warganya maupun dalam rangka menjalankan misi dakwahnya secara keseluruhan
dan sebagai kontribusi dalam pengembangan peradaban Indonesia dan pembinaan
karakter bangsa.

1.Anggaran Dasar Muhammadiyah, Pasal. 4, Ayat 1.


2.Tafsir berasal dari bahasa Arab tafsr yang menurut bahasa berarti penjelasan, sedangkan
tafsr menurut istilah, sebagaimana yang dikutip oleh Muhammad Ali a-abuniy dari az-Zarkasyi,
dalam kitab al-Burhn, adalah ilmu yang dengannya dapat diketahui maksud Al-Quran, penjelasan
makna-maknanya, mengeluarkan hukum-hukum dan hikmah-hikmahnya. Lihat Muhammad Ali
a-abniy, al-Tibyn fi Ulm al-Qurn, cet. ke-1 (Beirut: lam al-Kutub, 1985), hlm. 65.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
2 Aly Aulia

Meneropong Muhammadiyah kemudian ilmu,3 Muhammadiyah sudah


tanpa meninjau dan mengkaji meninggalkan pemikiran mitologis
pembaharuan pemikiran keagamaannya sejak persyarikatan ini didirikan. Usaha
tidak akan memperoleh gambaran Muhammadiyah memurnikan agama
yang utuh. Salah satu ciri yang cukup dengan membersihkan Islam dari
menonjol adalah tradisi kritis beban kultural yang berbau syirik,
(critical thought) dalam pemaknaan bidah, dan khurafat membuktikan hal
dan penafsiran terhadap Al-Quran, itu. Bahkan perkembangan pemikiran
yang mampu dengan sendirinya Muhammadiyah tidak berproses secara
mempertanyakan ulang bagaimana berurutan dari ideologi ke ilmu, tetapi
sesungguhnya pertautan antara teks keduanya berjalan bersamaan, atau
dan realitas atau antara normativitas bahkan boleh dikatakan kesadaran ilmu
Al-Quran-Sunnah dan historisitas mendahului berkembangnya pemikiran
pemahaman umat Islam pada kurun ideologis. Pembaharuan pemahaman
tertentu terhadap teks tersebut. Oleh dan sikap kritis terhadap ayat-ayat Al-
sebab itu semakin banyak penulis Quran yang mendorong berdirinya
tafsir tentu semakin banyak dan luas organisasi merupakan bukti kesadaran
pandangan yang terwakili dalam tafsir ilmu sudah ada bersamaan dengan
tersebut. berdirinya Muhammadiyah.
Di tengah fenomena umum Kedua, di akhir abad ke-20
maraknya tradisi penafsiran Al-Quran jaringan intelektual Islam Indonesia
yang terjadi di kalangan Muhammadiyah, khususnya Muhammadiyah semakin
metodologi tafsir ternyata masih meluas, tidak hanya berporos di Timur
menjadi hal langka kaitannya dengan Tengah tetapi juga negara-negara
kajian yang dilakukan Muhammadiyah Barat. Perkembangan pemikiran
terhadap Al-Quran. Ini terlihat
setidaknya dari kenyataan di mana 3.Menurut Kuntowijoyo ada tiga tahap
perkembangan pemikiran keagamaan, yaitu
kebanyakan ulama Islam lebih tertarik tahap mitis, ideologi, dan ide/ilmu. Tahap mitis;
pada usaha-usaha penulisan tafsir manusia masih berfikir dalam kerangka mitis,
ketimbang membangun metodologinya. tahap ideologi; pemikiran keagamaan banyak
Studi metodologis inilah dalam konteks terlibat dengan persoalan ideologis dan kurang
Muhammadiyah tentu menjadi menarik berfikir konseptual, tahap ide; memasuki pe-
mikiran konseptual di mana konsep-konsep
dari beberapa hal. Pertama, secara normatif dapat dirumuskan menjadi teori dan
historis tradisi keilmuan Islam di ilmu. Periksa Kuntowijoyo, Paradigma Islam,
Muhammadiyah sudah terbangun hlm. 187. Periksa pula Kuntowijoyo, Priodisasi
cukup lama. Hal ini dapat dilihat dengan Sejarah Kesadaran Keagamaan Umat Islam
meng gunakan teori Kuntowijoyo Indonesia; Mitos, Ideologi, dan Ilmu, Pidato
pengukuhan Guru Besar Ilmu Sejarah pada
tentang tahapan pemikiran keagamaan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gajah Mada
dan sosial dari mitologis, ideologis, Yogyakarta, 21 Juli 2001) hlm. 1.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 3

keagamaan Muhammadiyah tidak mengungkap fenomena tersebut.


lagi hanya terfokus pada masalah Setidaknya tulisan ini membahas tentang
ideologi, tetapi bersifat transformatif Bagaimana peta metodologi literatur
dengan munculnya kritik internal dan tafsir Al-Quran di Muhammadiyah
wacana mengenai dinamika pemikiran dari aspek teknis penulisan tafsir
Muhammadiyah yang orientasi dan her meneutiknya, di mana
pemikiran tidak lagi berfokus pada Muhammadiyah baik secara organisasi
pemurnian dan puritanisme, tetapi maupun melalui para tokohnya telah
pada problem modernitas yang lebih melahirkan beberapa literatur tafsir
luas. Apalagi ditambah semakin meluas Al-Quran.
dan mudahnya buku-buku keislaman Untuk kefokusan analisis, tulisan
diakses, sehingga proses intelektualisasi ini mengarahkan pada: (1) literatur tafsir
menjadi demikian marak di lingkungan Al-Quran tertulis di Muhammadiyah,
Muhammadiyah. (2) ditulis oleh orang Muhammadiyah
Dari proses intelektualisasi di secara kolektif lajnah yang dibentuk
atas, setidaknya perjalanan panjang resmi oleh Muhammadiyah- maupun
Muhammadiyah memiliki geliat yang personal Muhammadiyah, dan (3)
cukup menarik dalam tradisi penafsiran memiliki pengaruh dan kontribusi
Al-Quran. Geliat itu tidak saja terjadi besar terhadap Muhammadiyah.
dalam konteks kuantitas literatur tafsir Sementara variabel yang digunakan
Al-Quran yang ditulis Muhammadiyah untuk mengkatagorikan sebuah karya
dan para tokohnya saja, tetapi juga dianggap sebagai karya tafsir Al-Quran
dalam konteks kualitas, yaitu munculnya dalam kajian ini adalah: (1) literatur
beragam tujuan, bentuk, dan prinsip yang ditulis dalam kerangka dasar
metodologi tafsir yang digunakan memahami teks Al-Quran, bukan
d e n g a n m e mu n c u l k a n a n a l i s i s menjadikannya sebatas alat legitimasi.
antropologis, sosiologis, psikologis (2) literatur itu disusun bisa mengikuti
dan geografis dalam memahami teks susunan tekstual Al-Quran, sesuai
Al-Quran. standar mushaf Utsmani, sesuai nuzul
Uraian diatas menunjukkan (waktu turunnya), maupun disusun
eratnya pergumulan di Muhammadiyah secara tematik, berdasarkan konsep-
dengan Al- Quran yang melahirkan konsep pokok yang hendak dikaji dalam
berag am literatur tafsir deng an perspektif Al-Quran.
keunikan dan kekhasannya masing-
masing. Keunikan dan kekhasan ini Periodesasi Literatur Tafsir Al-
telah membentuk wacana tersendiri Quran di Muhammadiyah
di dalam tradisi penafsiran Al-Quran Dari segi generasi, HowardM.
di Muhammadiyah. Dalam konteks Federspiel pernah melakukan pembagian
itu, kajian ini diarahkan pada upaya kemunculan dan perkembangan tafsir di

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
4 Aly Aulia

Indonesia dalam tiga generasi. Generasi murid termuda K.H. Ahmad Dahlan
pertama, kira-kira dari permulaan abad yang sangat rajin mencatat apa saja yang
ke-20 sampai awal tahun 1960-an. Era ini diajarkan K.H. Ahmad Dahlan secara
ditandai dengan adanya penerjemahan tematik tentang Isytirkiyyah Islmiyyah
dan penafsiran yang masih didominasi (Sosialisme Islam) ialah tentang hidup
oleh model tafsir yang terpisah-pisah menurut Islam5, sebagaimana penulis
dan cenderung pada surat-surat tertentu kupas pada pembahasan sebelumnya.
sebagai objek tafsir. Generasi kedua, Namun demikian, dalam
mer upakan penyempurnaan atas perjalanannya tradisi penafsiran di
generasi pertama, yang muncul pada Muhammadiyah mulai bergerak dalam
pertengahan tahun 1960-an. Cirinya, model dan teknis penulisan meskipun
biasanya mempunyai beberapa catatan, masih sederhana. Dari segi material teks
catatan kaki, terjemahan perkata, dan Al-Quran yang menjadi objek tafsir,
kadang-kadang disertai indeks yang literatur tafsir pada periode pertama ini
sederhana. Tafsir generasi ketiga, sudah cukup beragam. Dari hasil kajian
mulai muncul pada tahun 1970-an yang dilakukan Howard Federspiel
merupakan penafsiran yang lengkap, dan Islah Gusmian setidaknya ada tiga
dengan komentar-komentar yang luas kategori: Pertama, literatur tafsir yang
terhadap teks yang disertai juga dengan berkonsentrasi pada surat-surat tertentu
terjemahannya.4 sebagai objek penafsiran; kedua karya
tafsir yang konsentrasi pada juz-juz
Periode Pertama: Awal Abad ke-20 hingga tertentu, yang pada bagian ini yang
Tahun 1960-an muncul hanya juz-30 (Juz Amma) yang
Dalam periode pertama ini, menjadi objek tafsir; ketiga, menafsirkan
penafsiran di Muhammadiyah dido Al-Quran utuh 30 juz.6
minasi oleh pemikiran K.H. Ahmad Pada periode ini setidaknya ada
Dahlan yang menekankan pada tiga tafsir yang penulis kategorikan
pegembangan metode pengkajian lekat dan memiliki pengaruh besar di
amaliy (etos kerja) terhadap ajaran Muhammadiyah. Pertama, karya tafsir
Al-Quran. K.H. Ahmad Dahlan selalu menurut juz tertentu. Pada bagian ini
mengaitkannya dengan sesuatu yang yang dapat penulis temukan hanya
kongkret-realistis sebagaimana hasil
5. K.R.H. Hadjid, Falsafah Ajaran dan
analisis dari Pelajaran K.H. Ahmad
K.R.H. Hadjid, Ajaran K.H. Ahmad Dahlan
Dahlan; 7 Falsafah ajaran dan 17 dengan 17 Kelompok Ayat-ayat Al-Quran (Yog-
Kelompok Ayat Al-Quran, karya ini yakarta, Lembaga Pustaka dan Informasi PP
merupakan dokumentasi K.R. H. Hadjid Muhammadiyah, 2005).
6.Lihat: Islah Gusmian, Khazanah Tafsir
4.Howard Federspiel, Kajian Al-Quran Indonesia: dari Hermeneutika hingga Ideologi, (Yog-
di Indonesia, terj. Tajul Arifin (Bandung: Mizan, yakarta: Teraju, 2003), hlm. 66-67. Bandingkan:
1996), hlm. 129. Howard Federspiel, Kajian Al-Quran di Indonesia.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 5

juz ke-1 yang menjadi objek tafsir, periode awal ini telah menggunakan
yaitu: Tafsir Al-Quran; Djoez Ke Satoe upaya pengupasan tafsir sesuai dengan
yang disusun secara kolegial (kolektif) tema yang muncul dalam pasase ayat
oleh Lajnah yang terdiri dari beberapa yang sedang ditafsirkan. Namun urutan
ulama Muhammadiyah yaitu, K.R. ayat-ayat dikelompokkan (dipenggal)
H. Hadjid, K.H. M. Mansoer, K.H. menurut temanya. Misalnya surat
A. Badawi, K.H. Hadikoesoemo, al-Baqarah dikelompokkan menjadi
K.H. Farid, H. Aslam dan para ulama ayat 1-5 mengenai Al-Quransebagai
lainnya7, Kedua, Menafsirkan Al-Quran petunjuk bagi orang bertaqwa, ayat 6-7
utuh 30 Juz, yaitu Tafsir Al-Azhar mengenai sikap orang kafir, ayat 8-20
karya Prof. Dr. HAMKA8 yang pernah mengenai sikap orang munafik, dan
duduk sebagai anggota Pimpinan seterusnya.
Pusat Muhammadiyah sejak tahun
1953 sampai dengan 1971, dan Tafsir Periode Kedua: Tahun 1970-an hingga
al-Bayan karya Prof. Dr. T.M. Hasbi 1980-an
Ash-Shiddieqy yang pernah menjabat Pada periode kedua ini, karya
Consoel (Ketua PW) Moehammadijah tafsir yang mengemuka di kalangan
Aceh9. Muhammadiyah yang satu yaitu: Tafsir
Dari sini terlihat bahwa dari Sinar yang disusun menurut nuzu> l
segi objek tafsir, pada periode awal, (turunnya) surat dalam Al-Quran karya
Muhammadiyah tidak memfokuskan H. Abdul Malik Ahmad, seorang anggota
kajian penafsiran pada kategori surat Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun
ataupun juz tertentu sebagaimana 1970-an, walaupun baru terbit dua jilid
banyak dilakukan mufassir lain di (11 surah) yaitu: Juz I meliputi, Surah
masanya.10 Pengamatan sepintas penulis Al-Alaq, Surah Al-Qalam, Surah Al-
memperlihatkan bahwa tradisi tafsir Muzammil dan Surah Al-Muddatsir.
Al-Quran di Muhammadiyah pada Kemudian Juz II yang meliputi, Surah
7.Ladjnah Oelama Muhammadijah, Al-Fti, Surah Al-Hijr, Surah Asy-
Tafsr Al-Qurn, Djoez Satoe, (Yogyakarta: H.B Syuara, Surah Al-Masad, Surah At-
Moehammadijah Madjlis Taman Poestaka, tt.). Takwin, Surah Al-Ala dan Surah
8.Hamka, Tafsir Al Azhar (Jakarta: Al-Laili.11
Tintamas, 1962).
9.T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsr al- Menengok mufassir Indonesia
Bayn (Bandung, Al-Maarif, 1966). di masanya, penyajian H. Abdul
10.Sebagaimana disimpulkan Howord Malik Ahmad dalam tafsirnya dengan
Federspiel dan Islah Gusmian bahwa periode mengkonsentrasikan pengarahan
awal abad 20 hingga tahun 1960 bahwa ketegori objek tafsirnya disusun menurut nuzul
juz tertentu dengan juz Amma dan kategori
surat tertentu dengan surat Ysin ternyata men- (turunnya) surat (baca; bukan ayat) dinilai
jadi objek yang paling disukai dan dipilih oleh
para mufassir; Islah Gusmian, Khazanah Tafsir 11.Abdul Malik Ahmad, Tafsir Sinar
Indonesia, hlm. 67. (Yogyakarta: LPPA Muhammadiyah, 1986).

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
6 Aly Aulia

baru terjadi, selain masih digunakannya formal dibentuk oleh Majelis Tarjih
mufassir lain di masanya beberapa dan Pengembangan Pemikiran Islam
model teknis penyajian dan objek tafsir Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang
periode pertama. Memahami Al-Quran sekarang menjadi Majlis Tarjih dan
menurut tertib nuzu>l-nya surat itu bukan Tajdid- yang terbit menjelang Muktamar
dimaksudkan mengubah susunan Al- Muhammadiyah ke-44 di Jakarta 8-11
Quran yang telah ada, akan tetapi upaya Juli 200013. Tafsir ini tampak sekali
memudahkan memahami rentetan sebagai respons isu pluralitas budaya
usaha dan perjuangan Nabi. Kemajuan dan agama yang sedang marak di
dari kekuatan jiwa menghadapi usaha- penghujung abad ke-20.
usaha besar dan mematahkan segala Buku ini merupakan wujud dari
tantangan dan menggali perkembangan kegelisahan dalam Majelis Tarjih dan
mutu rohani, mutu pengetahuan, mutu Pengembangan Pemikiran Islam PP
akhlaq, mutu organisasi, susunan Muhammadiyah ketika itu yang sedang
kenegaraan, cara pelaksanaan hukum- memperhatikan dua dimensi wilayah
hukum dan sistem masyarakat Islam keagamaan secara proposional sekaligus,
untuk mendekatkan rasa sesuai dengan yaitu wilayah religious practical guidance
apa yang diketahui oleh sahabat-sahabat (fatwa dan tuntunan keagamaan secara
terdahulu.12 praktis) dan juga wilayah pemikiran
keagamaan (religious though) yang lebih
Periode Ketiga: Dekade 1990-an terkait dengan visi, gagasan, diskursus,
Pasca tahun 1980-an, proses wacana, nilai-nilai fundamental, dan
kreatif penulisan tidak saja terus terjadi sekaligus analisis akademik. Sisi pertama
tetapi juga terus berkembang. Dalam bersifat mengikat (sebagaimana umat
periode 1990-an di tengah memuncaknya Islam terikat kepada aturan-aturan dan
kritik terhadap Muhammadiyah yang norma-norma ibadah mahdah). Sisi
dinilai kaku, konservatif dan terkesan kedua tidak mengikat, lebih bersifat
hanya menyukupkan diri dengan wacana yang tidak mesti harus didahului
ideologinya yang dianggap telah mapan oleh keputusan Majelis Tarjih.14
dalam merespon perubahan sosial yang Akan tetapi perlu dicatat bahwa
timbul, muncul produk pemikiran yang tafsir ini menimbulkan kontroversial
dibingkai dalam bentuk tafsir maudhui di kalangan Muhammadiyah. Misalnya
(tafsir tematik) yaitu: Tafsir Tematik al-
13.Tim Majelis Tarjih dan Pengemban-
Quran tentang Hubungan Sosial Antarumat gan Pemikiran Islam PP Muhamadiyah, Tafsir
Beragama buku ini ditulis secara kolektif Tematik Al-Quran tentang Hubungan Sosial Anta-
oleh tim khusus. Tim tersebut secara rumat Beragama (Yogyakarta: Pustaka SM, 2000).
14.Lihat, Kata Pengantar dalam Tim
12.H. Abdul Malik Ahmad, Tafsir Sinar Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran
(Yogyakarta: LPPA Muhammadiyah, 1986), Islam PP Muhamadiyah, Tafsir Tematik Al-
hlm. vi. Quran, hlm. ix.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 7

Ahmad Syafii Maarif menilainya analisis atas persoalan teknis penulisan


sebagai kemajuan, 15 tetapi Komisi tafsir dengan hermeneutika tafsir, juga
Munas V Tarjih XXV 5-7 Juli 2000 tidak tidak mampu menyingkap keragaman
setuju dengan isi buku Tafsir tersebut teknis penulisan dan hermeneutik tafsir
dan mendesak PP Muhammadiyah yang terus berkembang di Indonesia,
Majelis Tarjih membatasi peredarannya apalagi menyingkap ideologi-ideologi
dan merevisi secepatnya.16 yang terselip tema-tema serta wacana di
dalamnya yang dikembangkan penulis
Penafsiran Al-Quran di tafsir. Dengan alasan ini pulalah,
Muhammadiyah kerangka teori dalam penelitian ini
Dalam mengalisis lima karya dibangun mengikuti apa yang telah
tafsir di Muhammadiyah, kajian pada digunakan Islah Gusmian dalam
tulisan ini tidak mengikuti kerangka bukunya, 19 yang mengungkapkan
analisis ilmu tafsir konvensional yang setidaknya ada dua variabel penting
biasanya membedakan metode tafsir yang perlu dibedah dalam mengkaji
dalam tiga bentuk sederhana yaitu: metodologi tafsir. Pertama, variabel
metode riwayah, metode ray dan metode teknis penulisan tafsir. Variabel teknis
isyari. 17 Juga tidak mengikuti teori ini menyangkut sistematika dan bentuk
al-Farmawi yang banyak dijadikan tekstual literatur tafsir ditulis dan
rujukan oleh para peminat kajian tafsir disajikan, gaya bahasa yang digunakan,
di Indonesia- yang membagi empat sifat-sifat penafsir, serta buku-buku
metode tafsir Al-Quran, yaitu: tahlili rujukan yang digunakan.
(penafsiran runtut), ijmali (global), Untuk melihat variabel ini secara
muqaran (perbandingan), dan mawi detail, bisa dipetakan dalam beberapa
(tematik).18 bagian: (1) sistematika penyajian tafsir.
Tidak dipakainya teori al-Farmawi Dalam bagian ini, setidaknya ada dua
di atas, karena teori itu, disamping bentuk dasar yang bisa diurai, yaitu:
menyimpan kerancuan dalam arah (a) sistematika penyajian runtut sesuai
dengan susunan mushhaf Al-Quran,
15.Masalah Tarjih, Suara Muhammadi- dan (b) sistematika penyajian tematik
yah, No. 01 Th. Ke 86, 1-15 Januari 2001, hlm. 6. sesuai dengan tema-tema tertentu
16.Masalah Tarjih, Suara Muham-
madiyah No. 18 Th. Ke 85, 16-30 September yang telah dipilih penafsir; (2) bentuk
2000, hlm. 7. penyajian tafsir. Dalam bagian ini,
17.Lihat Muhammad Ali a-bni, al- setidaknya terdiri dari dua bagian:
Tibyn f Ulm al-Qurn (Bairt: Alam al-Kutub, (a) penyajian bentuk global, dan (b)
t.th.), hlm. 67; Mann al-Khall al-Qan, penyajian bentuk rinci; (3) gaya bahasa
Mabahi fi Ulm al-Qurn (Bairt: Mansyrah
al-Ar al-ad, t. th.), hlm. 33-76. yang dipakai dalam penulisan tafsir.
18.Abd al-Hayyi al-Farmawi, al-Bidayah 19.Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indo-
fi al-Tafsir al-Mawui, Dirasat Manhajiyyah nesia: dari Hermeneutika hingga Ideologi, (Jakarta:
mauuiyyah (t. tp.:t.p, 1976), hlm. 17. Penerbit Teraju, 2003).

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
8 Aly Aulia

Dalam bagian ini, setidaknya bisa dan (2) pendekatan kontekstual, yaitu
dipetakan dalam beberapa bentuk gaya arah gerak penafsiran yang lebih
bahasa, yaitu: (a) gaya bahasa ilmiah, (b) terpusat pada konteks sosio-historis
gaya bahasa populer, (c) gaya bahasa di mana penafsir hidup dan berada,
kolom, d) gaya bahasa reportase; (4) sifatnya cenderung ke atas: dari praksis
Kategori mufasir. Dalam bagian ini (konteks) ke refleksi (teks).
meliputi: (a) literatur tafsir yang ditulis Dengan variabel-variabel di atas,
oleh penafsir secara individual, dan hubungan antara penulis (pembicara),
(b) literatur tafsir yang ditulis secara pembaca (pendengar), dan teks, serta
kolektif dan atau yang secara khusus kondisi-kondisi mana seseorang
disusun oleh suatu lembaga tertentu memahami sebuah teks kitab suci,
ntuk menulis tafsir. dimungkinkan bisa dipotret secara
Kedua, menyangkut aspek dalam, lebih komprehensif. Dari bangunan
yaitu konstruksi hermeneutik karya metodologi ini, memungkinkan peneliti
tafsir. Aspek hermeneutik ini tidak memperoleh keunikan yang ada dalam
hanya sebatas pada variabel linguistik karya tafsir dan sekaligus menangkap
dan riwa>yah, tetapi juga mempertimbang- arah serta wacana yang digerakkan
kan unsur triadik (teks, penafsir, dan penafsir.
audiens sasaran teks) Di dalamnya, Dengan bangunan metodologi
suatu proses penafsiran tidak lagi di atas, lima karya tafsir Al-Quran di
berpusat pada teks tetapi juga penafsir Muhammadiyah akan dikaji. Variasi
di satu sisi dan audiens di sisi lain. dan keragaman yang muncul di setiap
Dalam aspek her meneutik bagian, akan diurai dengan merajutkan
ini, arah kajian bergerak pada tiga antarkarya tafsir dalam satu kategori.
wilayah: (1) metode penafsiran, yakni
tata kerja analisis yang digunakan Aspek Teknis Penulisan Tafsir Al-
dalam penafsiran, terdiri dari: metode Quran
riwayat, metode pemikiran, dan metode Pengertian aspek teknis penulisan
interteks; (2) nuansa penafsiran, yaitu tafsir adalah suatu kerangka teknis
analisis yang menjadi nuansa atau yang digunakan penulis tafsir dalam
mainstream yang terdapat dalam karya menampilkan sebuah karya tafsir.
tafsir. Misalnya, nuansa fiqh, sufi, Jadi, aspek teknis penulisan ini terkait
bahasa, dan seterusnya, 3) pendekatan lebih pada penulisan karya tafsir, yang
tafsir, yaitu arah gerak yang dipakai bersifat teknis, bukan pada proses
dalam Jiran. Dalam bagian ini, terdiri penafsiran, yang bersifat metodologis.
dari: (1) pendekatan tekstual mana Sebagaimana telah dipetakan
gerak dari proses penafsiran cenderung dalam metodologi kajian karya tafsir
berpusat pada teks. Sifatnya ke bawah: di atas, pada aspek teknis penulisan
dari refleksi (teks) ke praksis (konteks); tafsir meliputi delapan bagian penting.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 9

Uraian berikut merupakan penelusuran Tafsir al-Bayan, di setiap awal surah,


atas bagian-bagian dalam wilayah teknis diurai dengan ringkas masalah yang
penulisan tafsir tersebut dengan kajian berkaitan dengan surah yang dikaji.
rajutan pada setiap kategori. Misalnya tentang jumlah ayat, tema-
tema yang menjadi pokok kajian
Sistematika Penyajian Tafsir dalam surah, nama-nama lain dari
Bagian pertama dari aspek teknis surah tersebut, dan seter usnya.
penulisan tafsir adalah sistematika Dalam upaya mengeksplorasi, Hasbi
penyajian tafsir. Sistematika penyajian mengelompokkan ayat-ayat menjadi
tafsir yang dimaksud adalah rangkaian beberapa kelompok untuk setiap surah
yang dipakai dalam penyajian tafsir. dengan menentukan tema sentral yang
Sebuah karya tafsir, secara teknis bisa relevan untuk memudahkan dalam
disajikan dalam sistematika penyajian menampilkan maksud ayat yang dikaji
yang beragam. Literatur tafsir Al- secara rutut, sesuai urutan mushaf.
Quran di Muhammadiyah dalam Salah satu contoh pada kasus
sisi sistematika penyajian ini, dapat surah Al-Fti. Di sini Tafsir Al-Bayan
dikelompokkan menjadi dua bagian menguraikan secara sistematis nama-
pokok: (1) sistematika penyajian runtut, nama lain dari surah Al-Fti yang
dan (2) sistematika penyajian tematik. telah diperkenalkan Nabi Muhammad
Saw., seperti: Ummul Al-Kitab, Umm
1. Sistematika Penyajian Runtut Al-Quran, Al-Sab Al-Matsani, Asas,
Sistematika penyajian runtut dan Fatihul Kitab beserta uraian singkat
adalah model sistematika penyajian tentang dasar-dasar mengapa diberi
penulisan tafsir yang rangkaian nama-nama yang demikian itu.20
penyajiannya mengacu pada: (1) urutan Dijelaskan bahwa surah Al-
surah yang ada dalam model mushaf Fti adalah pokok kandungan Al-
standar, dan atau (2) mengacu pada Quran yang mencakup segala masalah
urutan turunnya wahyu. duniawiyah dan ukhrawiyah. Dengan
Literatur tafsir secara umum mengutip pendapat beberapa ahli tafsir,
menggunakan model yang pertama. seperti Jarjani, Hasbi menjelaskan
Dalam model ini, literatur tafsir disusun bahwa itu dilakukan karena menyangkut
utuh 30 juz. Ada dua karya tafsir yang kandungannya yang bersifat glob al
termasuk dalam model ini yaitu: Tafsir yang dirinci oleh ayat-ayat yang lain,
Al-Bayn oleh Prof. Dr. T.M. Hasbi sehingga ia bagaikan mukadimah atau
Ash-Shiddieqy dan Tafsir al-Azhar oleh pengantar bagi kandungan surah-surah
Prof. Dr. HAMKA. Al-Quran. Atau juga karena surah Al-
Dua karya tafsir yang termasuk Fti adalah induk Al-Quran, karena
dalam bagian ini mempunyai model
teknis penyajian yang beragam. 20.T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsr
al-Bayn (Bandung, tt.), hlm. 175.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
10 Aly Aulia

ayat Al-Quran seluruhnya terperinci Dalam menafsirkan ayat-ayat


melalui kesimpulan yang ditemukan al Quran, Hasbi banyak melakukan
pada surah Al-Fti itu. penafsiran ayat dengan ayat yaitu
Setelah memberi penjelasan dengan menerangkan ayat-ayat lain yang
tentang hal-hal yang terkait dengan semakna. Ayat-ayat yang sebanding
surah, Tafsir Al-Bayan ini memulai atau semakna ini biasanya dinyatakan
kajiannya dengan masuk pada ayat demi dengan menyebut nomor surah dan
ayat dalam setiap surah. Dalam tafsirnya nomor ayat. Sebagai contoh misalnya
Hasbi memulai menerjemahkan makna pada foot note 124 ketika menjelaskan
lafadh dan menerjemahkan kalimat- surah Al-Baqarah : 104, Hasbi kemudian
kalimat yang ditakdirkan secara utuh, membandingkan dengan surah An-
baik di awal ayat, di pertengahannya Nisa: 46 yaitu Bandingkan dengan
maupun di akhirnya. Kemudian ayat 46 S.4: An Nisa. Sedangkan
kalimat-kalimat yang mempunyai dua ayat-ayat yang ada hubungannya
terjemahan dengan lengkap, dengan dengan penafsiran tersebut dinyatakan
menyebut terjemahan kedua dalam (). menyebut nomor surat dan nomor ayat,
Dalam menerjemahkan lafadh-lafadh diawali dengan kata bacalah. Misalnya
yang ditaqdirkan, atau yang merupakan pada foot note 200 ia menyatakan baca
kalimat-kalimat pelancar, dalam dua : a. 6 S 35:Fathir; a. 50 S.18:Al Kahf .
streep - ... -. Dan ketika menerjemahkan Model sistematika penyajian
makna ayat yang dapat diterjemahkan runtut dalam Tafsir Al-Bayan ini tidak
lebih dari satu macam lantaran berlainan jauh berbeda dengan Tafsir Al-Azhar
irab atau yang lainnya maka terjemahan karya Prof. Dr. HAMKA. Dalam
kedua diletakkan dalam foot note, Tafsir Al-Azhar. Mirip dengan Tafsir
diawali oleh perkataan: ,, dapat juga Al-Bayan, tafsir ini di setiap surat
diterjemahkan... Menerangkan juga dimulai dengan mukadimah.
pendapat-pendapat ulama di dalam Dalam mukadimah ini, diuraikan
memaknakan suatu ayat, atau kalimat seluk beluk seputar surat yang akan
yang berbeda-beda, di tempat-tempat ditafsirkan. Bedanya, di Tafsir Al-
yang dipandang perlu dan penting Azhar penjelasannya lebih rinci. Dalam
diberi perhatian, karena kuat dalilnya, surah Al-Fti misalnya, diuraikan
hal ini juga disebutkan dalam foot note. secara panjang lebar mengenai seluk-
Sedangkan dalam penafsiran ayat-ayat beluk dan tema-tema yang menjadi
al Quran Hasbi lebih menafsirkannya pokok kajian surat, nama-nama lain
secara ringkas. Tafsiran ayat-ayat al surat, bahkan disertakan pula hal-hal
Quran biasanya dimulai dengan kata lain yang berkaitan dengan surah,
yani.21 seperti Al-Fti sebagai rukun
sembahyang, antara jahar dan sir, dan
21.Ibid., hlm. 9. lain sebagainya. Model teknis penulisan

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 11

yang diawali mukaddiman ini juga Surat Al-Muddatsir, Surat Al-Fti,


dilakukan konsisten Tafsir Al-Azhar. Surah Al-Hijr, Surat Asy-Syuara, Surah
Setelah memaparkan mukaddimah, Al-Masad, Surah At-Takwin, Surah Al-
dilanjutkan dengan uraian ayat di setiap Ala dan Surah Al-Laili22.
surah. Model teknis penulisan runtut
Seperti Tafsir Al-Bayan, dalam ini dimulai dengan menampilkan
Tafsir Al-Azhar ini jug a dibuat keseluruhan ayat dari satu surah yang
pengelompokan ayat dalam surah dikaji serta terjemahnya. Lalu, dengan
yang ditafsirkan dengan menampikan mengutip pelbagai sumber riwayat
tema pokok tertentu di dalamnya. matsur, dijelaskan mengenai turunnya
Namun, sandaran yang digunakan surah atau ayat yang dikaji, kaitannya
alam pengelompokkan berbeda: Tafsir deng an surah-surah yang tur un
Al-Azhar cenderung lebih panjang sebelumnya, serta pelbagai komentar
(lebih banyaknya ayat yang diuraikan), ulama tentang surah tersebut.
sedangkan Tafsir al-Bayan cenderung Model sistematika penyajian
pendek-pendek. Secara teknis, dalam tafsir runtut seperti ini mempunyai
uraian tafsirnya Tafsir al-Azhar berbeda beberapa kelebihan: (1) pembaca dapat
dengan Tafsir Al-Bayan. Dalam Tafsir melihat bagaimana runtutan petunjuk
al-Azhar, setiap ayat kadang dipenggal Tuhan yang diberikan kepada Nabi dan
dengan langsung ditulis terjemahannya umat-nya, (2) untuk mendekatkan rasa,
dalam bahasa Indonesia. Dibawah teks sesuai dengan apa yang telah dilalui oleh
terjemahan, diberikan eksplorasi secara sahabat-sahabat terdahulu.23
luas atas ayat-ayat yang dikaji tersebut. Model ini sebenarnya bukanlah
Satu hal lagi, dalam memberikan hal baru dalam tradisi penulisan tafsir, di
penjelasan mengenai persesuaian Indonesia ditemukan di dalam Tafsir Al-
antarsurah sesuai urutan mushaf, baik Quran Al-Karim karya Quraish Shihab.
Tafsir Al-Bayan maupun Tafsir al-Azhar Kemudian jika dirujuk lebih jauh, Bint
keduanya tidak memaparkan dengan Al-Syathi dalam Al-Tafsir Al-Bayani li
tegas di setiap awal dari surah yang Al-Quran Al-Karim dan Syawqi Dhaif
akan dikaji. dalam Surah Al-Rahman wa Sumar Qishar
Bentuk kedua model sistematika misalnya, telah menggunakan model
penyajian runtut adalah runtut sesuai penyajian tafsir macam ini.
dengan turunnya wahyu. Dalam model Dalam sistem penterjemahan
ini hanya dipakai oleh satu karya tafsir, ayat-ayat Al-Quran Abdul Malik Ahmad
yaitu Tafsir Sinar karya oleh H. Abdul memakai tanda -. .-. Di antara dua
Malik Ahmad yang disusun menurut tanda tersebut dicantumkan kalimat
nuzul (turunnya) surat al-Quran. Ada 11 yang menjelaskan maksud ayat agar
surah yang dikaji, yaitu: Surah Al-Alaq, 22.Abdul Malik Ahmad, Tafsir Sinar
Surah Al-Qalam, Surah Al-Muzzammil, (Yogyakarta: LPPA Muhammadiyah, 1986).
23.Ibid., hlm. vi.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
12 Aly Aulia

mudah dipahami. Sekalipun demikian, Al-Bayan karya Prof. Dr. T.M. Hasbi
kalau terjemahan itu dibaca langsung Ash-Shiddieqy dan Tafsir al-Azhar oleh
tanpa membaca kalimat di antara tanda, Prof. Dr. HAMKA. Sedangkan yang
penterjemahan itu tepat menjadi makna mengacu pada urutan turunnya wahyu
harfiyah, seperti : adalah Tafsir Sinar karya H. Abdul Malik
Sesungguhnya Allah telah memilih Ahmad.
-di antara penduduk bumi- Nabi
Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan 2. Sistematika Penyajian Tematik
keluarga Imran, masing-masingnya Bagian kedua dari sistematika
ada tali turunan dari yang lain, penyajian karya tafsir adalah sistematika
dan Allah Maha Mendengar dan penyajian tematik. Sistematika penyajian
Mengetahui tematik yang dimaksud di sini adalah
Untuk meringkas penerjemahan suatu bentuk rangkaian penulisan
di tafsir ini, perkataan sesungguhnya karya tafsir yang struktur paparannya
sebagai terjemahan inna pada awal diacukan pada tema tertentu atau pada
kalimat juga ditiadakann dan diganti ayat, surah, dan juz tertentu. Tema
dengan +. Sesungguhnya orang atau ayat, surah dan juz tertentu ini,
yang kafir. -sebagai terjemahan ditentukan sendiri oleh penulis tafsir.
dari innal ladzina kafaru- dicukupkan Dari tema-tema ini, mufasir menggali
dengan + orang kafir visi Al-Quran tentang tema yang
Dalam konteks pemaparan Tafsir ditentukan itu.
Sinar, setelah memaparkan teks ayat Dalam model penyajian tematik
secara utuh disertai dengan terjemahnya, ini, mufassir biasanya mengumpulkan
buku ini memulai proses penafsiran. seluruh kata kunci yang ada dalam
Dalam tahapan ini, ditampilkan Al-Quran yang dipandang terkait
peng galan-peng galan ayat dalam dengan suatu tema kajian yang dipilih.
surah tertentu yang dikaji itu disertai Dari segi ayat yang dikaji, cakupannya
terjemahnya. Lalu, secara linguistik bersifat spesifik dan mengerucut. Itu
dijelaskan kata atau terma pokok yang sebabnya, model penyajian tematik
dipakai dalam ayat, dikaitkan pula yang sebenarnya lebih bersifat teknis
dengan ayat-ayat pada surah lain yang ini, mempunyai pengaruh pada proses
tema pembahasannya berkaitan. Begitu penafsiran yang bersifat metodologis.
seterusnya hingga akhir surah. Bila dibandingkan dengan model
Dari uraian di atas dapat penyajian runtut, sistematika penyajian
disimpulkan bahwa literatur tafsir di tematik ini mempunyai kelebihan.
Muhammadiyah yang menggunakan Salah satunya adalah membentuk
model penyajian runtut sesuai dengan arah penafsiran menjadi fokus dan
urutan surah dalam mushhaf standar memungkinkan adanya tafsir silang
ada dua karya tafsir, yaitu Tafsir antarayat secara komprehensif dan

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 13

holistik. tafsir dalam ranah model penyajian


Dalam tradisi penulisan tafsir, tematik dengan kedua bagian tersebut.24
penyajian tematik ini lebih dikenal Pe r t a m a , m o d e l t e m a t i k
dengan istilah mawdlui dengan modern. Dari lima karya tafsir di
merujuk pada kerangka-bangun Al- Muhammadiyah yang dikaji, ada satu
Farma>wi. Namun, secara konseptual di antaranya termasuk dalam bagian
istilah tematik ditempatkan dalam tematik modern. Dan apabila dirinci
pemaknaan yang berbeda. Jika selama tafsir tersebut masuk pada kategori
ini, istilah tematik cenderung dimaknai tematik plural. Tematik modern plural
sebagai metode tafsir, di sini lebih adalah model penyajian tematik di
dimaknai sebagai teknis penulisan tafsir. mana di dalam satu karya tafsir terdapat
Sebab, meskipun penyajian tematik ini banyak tema penting yang menjadi
mempunyai pengaruh signifikan pada objek kajian. Bukan Tematik modern
metodologi tafsir, tetapi pada dasarnya singular yang mana model penyajian
ia tak lebih sebagai teknik penulisan tematik dalam satu karya tafsir tersebut
tafsir. hanya ada satu tema pokok. Tafsir itu
Literatur tafsir yang menggu adalah Tafsir Tematik Al-Quran Tentang
nakan model penyajian tematik, dapat Hubungan Sosial Antar-umat Beragama
dikelompokkan menjadi dua bagian karya Majelis Tarjih dan Pengembangan
pokok: (1) penyajian tematik klasik, Pemikiran Islam PP. Muhammadiyah,
dan (2) penyajian tematik modern. yang sekarang menjadi Majelis Tarjih
Tematik klasik adalah model sistematika dan Tajdid.
penyajian tafsir yang mengambil Buku Tafsir Tematik Al-Quran
satu surah tertentu dengan topik Tentang Hubungan Sosial Antar-umat
sebagaimana tercantum dalam surah Beragama ini terdiri dari empat bab.
yang dikaji itu. Model macam ini bisa juga Bab pertama, mengurai tentang prinsip
berkonsentrasi pada ayat tertentu dan hubungan antarumat beragama, terdiri
juz tertentu. Istilah klasik digunakan dari beberapa topik, yaitu: pengakuan
di sini, karena penyajian tematik adanya pluralitas dan berlomba dalam
semacam ini, umum dipakai dalam kebaikan; koeksistensi damai dalam
karya tafsir klasik. Sedangkan tematik hubung an antar umat berag ama;
mode rn adalah model sistematika keadilan dan persamaan.25
penyajian karya tafsir yang mengacu
pada tema tertentu yang ditentukan
sendiri oleh penafsir. Istilah modern 24.Islah Gusmian, Khazanah Tafsir
dipakai untuk menunjukkan bahwa Indonesia, hlm. 129.
25.Majelis Tarjih dan Pengembangan
model penyajian tematik semacam Pemikiran Islam PP Muhammadiyah, Tafsir
ini muncul terkemudian secara lebih Tematik al-Quran tentang Hubungan Sosial An-
populer. Berikut akan diuraikan karya tarumat Beragama (Yogyakarta: Suara Muham-
madiyah, 2000).

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
14 Aly Aulia

Bab kedua, menguraikan tentang Seperti telah diuraikan di muka,


keharusan menjaga hubungan baik dan di samping tematik modern dengan
kerjasama antarumat beragama, terdiri dua jenisnya tersebut, ada satu bagian
dari beberapa topik: menjaga hubungan dari penyajian tematik, yaitu tematik
baik antarsesama umat beragama; klasik. Tematik klasik ini adalah model
kerjasama antarsesama umat beragama.26 penyajian di mana proses tafsir dilakukan
Bab ketiga, menguraikan bagaimana dengan mengacu pada surah tertentu,
Al-Quran mendeskripsikan tentang juz tertentu maupun ayat-ayat tertentu.
ahl al-kitab, terdiri dari beberapa topik Ada satu karya tafsir Muhammadiyah
persoalan: pandangan positif terhadap yang termasuk dalam model ini. Tafsir
ahl al-kitab, ungkapan lain tentang ahl al- yang mengacu pada juz tertentu (juz
kitab, memahami ahl al-kitab di zaman ke-satu), yaitu Tafsir Al-Quran; Djoez
modern.27 Bab keempat, menguraikan Ke Satoe yang disusun secara kolegial
tentang masalah perkawinan beda (kolektif) oleh Lajnah yang terdiri
agama dalam Al-Quran, terdiri dari dari beberapa ulama Muhammadiyah
beberapa topik: perkawinan dengan yang diketuai oleh K.R. H. Hadjid di
wanita musyrik; perkawinan dengan antaranya: K.H. M. Mansoer, K.H. A.
wanita ahl al-kitab; syarat wanita ahl al- Badawi, K.H. Hadikoesoemo, K.H.
kitab yang boleh dinikahi; perkawinan Farid, H. Aslam dan para ulama lainnya.
dengan pria non-Muslim; dan alasan Sesuai masa kemunculannya,
larangan perkawinan beda agama.28 tafsir ini ditandai dengan penerjemahan
Secara struktural, mekanisme dan penafsiran yang didominasi
penyajian buku tafsir di atas merujuk oleh model tafsir terpisah-pisah dan
pada beberapa teks ayat Al-Quran cenderung pada juz, surat atau ayat
tertentu, ditulis teks ayat dalam aksara tertentu sebagai obyek tafsir dengan
Arab dan diterjemahkan, lalu disusul adanya penambahan penafsiran berupa
penafsirannya. Model inilah yang foot note (catatan kaki), terjemahan
dipakai Tafsir Tematik Al-Quran tentang kata per-kata dan kadang disertai
Hubungan Antarumat Beragama. dengan indeks sederhana.
Dalam Tafsir Tematik Al-Quran Sebelum mengungkapkan ayat
tentang Hubungan Antarumat Beragama, di yang akan ditafsirkan, Tafsir Al-Quran;
setiap topik bahasan, beberapa ayat yang Djoez Ke Satoe juga mengurai secara
terkait dengan pokok bahasan dianalisis ringkas masalah yang berkaitan dengan
dengan serius, dicari keterkaitannya surah yang dikaji. Misalnya tentang
serta satu ayat dengan ayat yang lain jumlah ayat, tema-tema yang menjadi
digunakan untuk saling menjelaskan. pokok kajian dalam surah, nama-nama
lain dari surah tersebut, dan seterusnya.
26.Ibid., hlm. 59.
27.Ibid., hlm. 99.
Dalam upaya mengeksplorasi, di
28.Ibid., hlm. 157. tafsir ini juga telah mengelompokkan

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 15

ayat-ayat menjadi beberapa kelompok keunikan-keunikan yang terjadi di


untuk setiap surah dengan menentukan dalam masing-masing bentuk penyajian
tema sentral yang relevan untuk yang dipilih.
memudahkan dalam menampilkan
maksud ayat yang dikaji secara rutut, 1. Bentuk Penyajian Global
sesuai urutan mushaf. Penjelasan Bagian pertama dari bentuk
tersebut juga berupa foot note (catatan penyajiaan tafsir adalah bentuk global.
kaki), bukan penjelasan yang terpisah. Yang dimaksud deng an bentuk
Salah satu contoh pada kasus penyajian global adalah suatu bentuk
surah Al-Fti. Di sini Tafsir Al- uraian dalam penyajian karya tafsir di
Quran; Djoez Ke Satoe menguraikan secara mana penjelasan yang dilakukan cukup
sistematis nama-nama lain dari surah singkat dan global. Biasanya, bentuk
Al-Fti yang telah diperkenalkan ini lebih menitikberatkan pada inti dan
Nabi Muhammad Saw., seperti: alasan maksud dari ayat-ayat Al-Quran yang
dinamakanya Ummul Al-Kitab karena di dikaji. Bentuk penyajian global ini bisa
surah ini mengandung segala apa yang diidentifikasi melalui model analisis
ada dalam Al-Quran, misalnya tauhid, tafsir yang digunakan, yang hanya
ibadah, jalan yang lurus (aturan-aturan), menampilkan bagian terjemah, sesekali
ibadah, janji dan ancaman.29 asbab al-nuzul, dan perumusan pokok-
pokok kandungan dari ayat-ayat yang
Bentuk Penyajian Tafsir dikaji. Langkah-langkah epistemologis
Bentuk penyajian tafsir yang dan analisis atas terma-terma penting
dimaksud di sini adalah suatu bentuk yang menjadi kata kunci di suatu
uraian dalam penyajian tafsir yang konteks ayat, juga perdebatan dan
ditempuh mufasir dalam menafsirkan pemaknaan atas kata kunci yang pernah
Al-Quran. Dalam bentuk penyajian ini, dielaborasi para ulama sebelumnya, pun
ada dua bagian: (1) bentuk penyajian upaya kontekstualisasi, tidak dilakukan.30
global, dan (2) bentuk penyajian rinci, Bentuk penyajian global ini, dalam
yang masing-masingnya mempunyai batas tertentu bermanfaat bagi pembaca
ciri-ciri tersendiri. Detail-detail dari dua Muslim yang tidak punya kesempatan
bagian ini, kaitannya dengan pemetaan waktu banyak untuk belajar Al-Quran
dalam konteks tafsir di Indonesia, akan secara detail, rinci, dan mendalam dari
dipaparkan di bawah nanti. aspek tata bahasa, balaghah, perubahan
Seperti pada bagian sebelumnya, makna semantik dari pelbagai kata
pada bagian ini akan dila-kukan kunci yang ada dalam Al-Quran, serta
penyisiran pada seluruh karya tafsir pelbagai disiplin keilmuan yang terkait
yang dikaji, dengan memaparkan dengan kajian Al-Quran. Sebab, dengan
29.Ladjnah Oelama Muhammadijah,
Tafsr Al-Qurn, Djoez Satoe, (Yogyakarta: H.B 30.Islah Gusmian, Khazanah Tafsir
Moehammadijah Madjlis Taman Poestaka, tt.). Indonesia, hlm. 148.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
16 Aly Aulia

bentuk penyajian global hanya disajikan (2) pengertian al-ramn dan al-ram,
kesimpulan dan pokok pikiran yang sebagai bagian al-asm al-usna Allah,
dirumuskan dari Al-Quran. Bentuk (3) bismillah sebagai permulaan segala
penyajian global macam ini dapat hal, merupakan pengertian tauhid serta
ditemukan dalam karya tafsir yang disiplin terhadap Allah yang dalam
menjadi objek kajian ini. Islam diklaim sebagai prinsip pertama
Karya Muhammadiyah yang dan utama. Untuk menguraikan tiga
termasuk dalam bentuk penyajian masalah ini, penulis tafsir ini hanya
global ini ada dua tafsir. Pertama, Tafsir membutuhkan dua paragraf yang
Al-Quran; Djoez Ke Satoe. Buku ini kurang dari satu halaman.
menggunakan bentuk penyajian global Semoea soerat jang ada di dalam
dalam kerangka sistematika tematik Qoern (Selain soerat Barah)
klasik, yang terpusat pada juz tertentu itoe dimoelai dengan perkataan
(juz ke-1). Setelah menerjemahkan Bismillah, oentoek menoenjoekkan
setiap ayat, Tafsir Al-Quran; Djoez bahwa semoea soerat-soerat itoe
Ke Satoe ini menjelaskan tentang inti datang atas nama Allah. Boekanlah
atas nama Moehammad. Adapoen
kandungan surah yang dikaji tanpa
Bismillah itoe artinja, bahwa adanja
harus memberikan penjelasan/detail
semoea makhloek serta bergeraknja
tentang problem kebahasaan dan itoe boekan dari kekoetannja sendiri,
sosio-historis meskipun di buku ini tetapi kesemoenja atas namanja Allah,
dipaparkan aspek asbab al-nuzul sebagai dari kehendak dan koesanja Allah,
arah- sebagai arah epistemologis. Di ialah Toehan jang Maha Moerah,
banyak kasus, karya tafsir ini bahkan jang telah memberikan sesoeatoe,
tampak berusaha menghindari dari boekan karena diminta, dan tidak
pelbagai perdebatan yang bersifat poela lantaran mengharapkan
teologis. sesoeatoe, bahkan Dia itoe bersifat
Dari arah pemaparan, model belas kasihan.
Sifat (Ar-Rahman) itoe soeatoe
yang ditempuh Tafsir Al-Quran; Djoez
sifat jang dapat menarik kepada
Ke Satoe ini tampak sangat sederhana.
sesoeatoe orang dan dapat poela
Tetapi, secara pragmatis cukup menimboelkan rasa tjinta kepada
bermanfaat bagi orang yang ingin cepat Allah. Sesoenggoehnja semoea apa
menangkap maksud suatu ayat, tanpa jang ada dialam ini menoendjoekkan
harus dikacaukan dengan pelbagai sifat kemoerahannja Allah. 31
analisis yang rumit. Salah satu contoh,
ketika menguraikan ayat pertama Bentuk ini sang at kontras
dari surah Al-Fti, menguraikan jika dibandingkan dengan tafsr al-
tentang: (1) kedudukan basmallah bagi Azhr. Dalam kasus ayat yang sama,
surah-surah Al-Quran yang lain dengan 31. Ladjnah Oelama Muham-
mengutip pendapat beberapa ulama, madijah,Tafsr Al-Qurn, hlm 15.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 17

surah Al-Ftihah, tafsir yang ditulis dengan basmallah dengan mendalam.


HAMKA ini sangat komprehensif Misalnya, bagaimana kedudukan
dalam uraiannya. Bahkan kar ya basmalah dalam surah Al-Ftihah,
tafsir ini membutuhkan tujuh keutamaan-keutamaan basmallah, dan
halaman untuk menguraikan kata seterusnya. Problem linguistik dalam
bismillhirramnirrahm, dengan detail basmallah juga tidak diuraikan. Contoh
analisis kebahasaannya.32 lain dapat ditemukan ketika buku
Tafsir al-Bayan, adalah buku kedua ini menguraikan ayat terakhir dalam
yang menggunakan bentuk penyajian surah Al-Ftihah, ia tidak memberikan
global. Buku tafsir ini ditulis utuh 30 penjelasan mendalam, baik dari segi
juz. Di setiap ayat yang diurai, diberi kebahasaan maupun riwayat mar,
terjemah perkata, sehingga pembaca tentang arti ir, al-magb, dan al-
akan mengetahui arti perkata yang ada lln, juga tidak mengutip karya tafsir
di dalam ayat. Dalam menafsirkan, terdahulu.33
ia hanya mengungkap makna kata
pada ayat yang ditandai dengan 2. Bentuk Penyajian Rinci
aturan catatan kaki, Namun, ia tidak Bagian kedua dari bentuk
menganalisis makna kata tersebut penyajian tafsir adalah penyajian
dalam konteks teks dan konteks sosio- rinci. Bentuk penyajian rinci ini
kultural masyarakat, sebagai pengguna menitikberatkan pada uraian-urain
bahasa saat itu. Yang ditanggkap dari penafsiran secara detail, mendalam, dan
buku tafsir ini sebagaimana kejamakan komprehensif. Terma-terma kunci di
dalam model global adalah orientasi setiap ayat dianalisis untuk menemukan
untuk memudahkan pembaca dalam makna yang tepat dan sesuai dalam
menangkap makna suatu ayat. Ketika suatu konteks ayat. Setelah itu, penafsir
menguraikan bismillhirramnirram menarik kesimpulan dari ayat yang
misalnya, Hasbi hanya mengungkap ditafsirkan, yang sebelumnya ditelisik
makna (asma) saja: aspek asbb al-nuzl dengan kerangka
Asma (nama) adalah lafazh yang analisis yang beragam, seperti analisis
menunjukkan kepada dzat atau mana. sosiologis, antropologis, dan yang lain.
Kalimat ismi di sini, dimanakan: Literatur tafsir Muhammadiyah
menyebut nama. Maka makna yang masuk dalam kategori bentuk
Bismillah, ialah: dengam menyebut penyajian rinci ada tiga tafsir, yaitu
nama Allah. Tafsir Al-Azhar, Tafsir Sinar, dan Tafsir
Dari contoh di atas terlihat Tematik al-Quran tentang Hubungan
bahwa Tafsir Al-Bayn ini tidak Sosial Antarumat Beragama. Ini terjadi,
berbincang persoalan yang terkait karena metodologi penulisannya telah

32.Hamka, Tafsir Al Azhar (Jakarta: PT 33.Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsir al-Baya>n


Pustaka Panjimas, 1992), hlm. 80-88. (Bandung: Al-Maarif, 1966), hlm. 181.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
18 Aly Aulia

dipersiapkan dengan baik. Analisis yang menjadi audiens Al-Quran dan


linguistik dan sosio-historis sangat serta asbb al-nuzl dimanfaatkan sebagai
kental dalam tafsir bentuk ini. Tafsir perumusan selanjutnya. Misalnya,
al-Azhar mer upakan tafsir yang ketika menelisik terma dalam surah Ali
sebelumnya pernah dipublikasikan, Imrn:28 dan surah an-Nis:139, kata
sedangkan Tafsir Sinar, dan Tafsir kunci yang dipandang menggambarkan
Tematik al-Quran tentang Hubungan Sosial tema pokok ayat adalah al-wilyah
Antarumat Beragama ditulis khusus (kolaborasi dan persekutuan). Di
bukan untuk kepentingan publikasi samping mengutip pelbagai pendapat
media massa atau ceramah. para mufasir, buku tafsir ini menegaskan
Ketiga buku tafsir ini mempunyai pengertian ayat tersebut dalam konteks
kekuatan dalam memberikan kerincan sosio-historisnya, yaitu dinamika
tentang terma penting dalam Al-Quran hubungan Nabi dan umat Islam awal
yang menjadi objek kajian, baik dari di satu pihak dengan umat non-Muslim
frekuensinya maupun keragaman di pihak lain. Ayat ini menurut buku ini
maknanya, serta kontek-konteksnya. merupakan respons yang diberikan Al-
Tafsir Tematik al-Quran tentang Hubungan Quran terhadap sikap yang ditunjukkan
Sosial Antarumat Beragama, misalnya, golongan non-Muslim waktu itu
cukup kuat dalam merinci frekuensi terhadap Rasulullah.35
terma pokok yang dipakai Al-Quran, Kedetailan dalam menelisik
letak-letaknya di dalam suatu surah, frekuensi, konteks, dan keragaman
serta kontekstualisasinya dalam sejarah makna suatu kata kunci yang dipakai
umat manusia.34 Al-Quran, juga muncul dalam Tafsir
Paparan sejarah dengan aspek al-Azhar. Selain diungkapkan unsur
sosiologisnya yang dimungkinkan periwayatan yang terkait dengan
mempunyai kaitan dengan tema-tema pembahasan, analisis yang bersifat
yang dikaji, dalam karya ini secara kebahasaan dalam tafsir cukup dominan.
umum ditampilkan di bagian awal dari Salah satu contoh bisa dilihat ketika
tema terkait. Dalam tafsir ini tampak karya ini menguraikan pengertian kata
konsisten dalam membangun gerak ir dengan al-irsyd, at-taufq, al-ilhm,
penafsiran. Terma-terma yang dianggap dan a-allah.36
sebagai kata kunci dalam suatu konteks Karya ketiga adalah Tafsir Sinar.
ayat, diurai dengan memanfaatkan Selain menggunakan bentuk penyajian
analisis para ulama tafsir terdahulu. runtut yang disusun menurut turunnya
Lalu, konteks sosiologis masyarakat surah Al-Quran, buku ini cukup kuat
dalam mengupas problem sosio-historis
34.Majelis Tarjih dan Pengembangan
Pemikiran Islam PP Muhammadiyah, Tafsir 35.Ibid.
Tematik al-Quran tentang Hubungan Sosial Antaru- 36.Hamka, Tafsir Al Azhar (Jakarta: PT
mat Beragama, (Yogyakarta: Pustaka SM, 2000). Pustaka Panjimas, 1992), hlm. 105-106.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 19

melalui asbb al-nuzl dengan kalimat yang pendek, lugas, dan tegas.
mempertimbangkan domain sejarah Dalam bentuk ini, biasanya diksi-diksi
masyarakat tempat ayat itu turun. yang dipakai dipilih melalui proses
Perujukan pada karya tafsir terdahulu serius dan akurat. Diksi-diksi yang
juga cukup kuat dalambuku ini. Selain dipilih itu menyimpan kekuatan yang
itu, buku ini juga menampilkan analisis mampu menghentakkan imajinasi dan
kebahasaan yang mendalam. Paparan batin pembaca.38
sejarah dengan aspek sosilogisnya yang Gaya bahasa penulisan tafsir
memungkinkan mempunyai kaitan semacam ini, dapat ditemukan dalam
dengan ayat yang dikaji dan ditampil Tafsir al-Bayan. Simak contoh berikut:
kan di bagian awal dari surah terkait. Ar-Rahman dan Ar-Rahim, dua sifat
Misalnya ketika menelisik surah Al- yang diambil dari rahmat. Rahmat
Fti, karya tafsir ini mengupas Allah, adalah: Ihsan, atau suatu
tuntas tentang nuzul ayat, hubungannya sifat yang ada pada dzat Allah yang
dengan ayat yang turun sebelumnya, kita tidak mengetahui hakikatnya.
serta beberapa masalah di sekitar surat Dalam pada itu Rahman dan Rahim
masing-masing mempunyai arti
Al-Fti.37
sendiri-sendiri.
Rahman ber mana: Azimur
Gaya Bahasa Penulisan Tafsir
Rahmah= yang sangat banyak
Analisis tentang bentuk gaya
dan besar rahmat-Nya, tetapi
bahasa penulisan di sini diorientasikan
tidak selalu harus ada. Rahim,
untuk melihat bentuk-bentuk bahasa
bermana: Daimur Rahmah = yang
yang dipakai dalam karya tafsir.
senantiasa kekal mencurahkan
Kategorisasi yang dipakai dalam
rahmatNya. Lantaran inilah
konteks ini mirip yang ada dalam
kami menerjemahkan Rahman
dunia jurnalistik. Secara umum, upaya
dengan: Yang banyak (besar)
menelisik gaya bahasa yang dipakai
rahmatNya. Sedang Rahim,
dalam sebuah karya tulis, setidaknya ada
kami terjemahkan dengan: yang
empat gaya bahasa penulisan yang dapat
senantiasa kekal mencurahkan
dibedakan dari keseluruhan literatur
rahmatNya.39
tafsir tersebut: gaya bahasa tulisan
kolom, reportase, ilmiah, dan populer. Rangkaian kalimat yang dikutip
di atas, strukturnya sangat padat,
1. Gaya Bahasa Penulisan Kolom ringkas, dan jelas. Dari contoh di atas
Yang dimaksud dengan gaya pula, ada dua kata yang dipakai, yang
bahasa tulisan kolom adalah gaya selama ini sering dianggap sama, untuk
penulisan tafsir dengan memakai 38.Islah Gusmian, Khazanah Tafsir
Indonesia, hlm. 165.
37.Abdul Malik Ahmad, Tafsir Sinar 39.Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsr al-Bayn,
(Yogyakarta: LPPA, 1986). hlm.180.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
20 Aly Aulia

mengungkapkan hal yang berbeda, yaitu: Biasanya, model ini memikat emosi
ramn dan ram. Dalam karya ini, kata pembaca dan sekaligus mengajaknya
ramn itu dipakai untuk menandakan masuk dalam tema yang ditulis. Pelibatan
kebesarannya sedangkan untuk ram pembaca ini, misalnya, bisa dilakukan
mengacu pada kekekalannya. dengan memakai kata: kita. Dengan
Gaya bahasa kolom, dengan menyentuh emosi, pembaca diajak
pilihan diksi yang tepat seperti ditun bertamasya ke dalam persoalan yang
jukkan Tafsir Al-Bayan ini, tidak saja dikaji, sehingga pembaca menikmati
mengajarkan tentang mekanisme uraian yang disampaikan.
komunikasi efektif dalam sebuah Gaya ini dapat ditemukan dalam
tulisan, tapi juga memberikan kekuatan Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Sinar. Dalam
khas yang bisa dirasakan pembaca, dan Tafsir al-Azhar, setiap tema selalu
sekaligus memberikan makna yang dimulai dengan reportase dari suatu
tegas, sesuai diksi-diksi yang dipilih. peristiwa yang diambil dari riwayat-
Paragraf terakhir dari kutipan riwayat mar terkait dengan tema-
di atas memperlihatkan ketegasan tema dalam ayat yang dikutip dari kitab
Hasbi dengan bahasa yang khas: rujukan yang beragam. Riwayat-riwayat
Lantaran inilah kami menerjemahkan itu ditata dalam struktur reportase yang
Rahman dengan: Yang banyak (besar) memikat. Dari hasil reportase itu, di
rahmatNya. Sedang Rahim, kami beberapa bagian, diberi kata simpul
terjemahkan dengan: yang senantiasa sebagai pengungkapan pesan moral
kekal mencurahkan rahmatNya. Gaya Al-Quran. Misalnya, ketika HAMKA
bahasa penulisan kolom yang diracik menguraikan surah An-Ns:
Hasbi ini, telah melahirkan kesan tegas Yang membisik-bisikkan di dalam
dan menghentak bagi pembaca. dada manusia. (ayat 5). Dia berbisik-
bisik, bukan berterang-terang. Dia
2. Gaya Bahasa Penulisan Reportase masuk ke dalam dada manusia secara
Gaya bahasa penulisan reportase halus sekali. Dia menumpang dalam
ditandai dengan menggunakan kalimat aliran darah, dan darah berpusat ke
yang sederhana, elegan, komunikatif, jantung, dan jantung terletak dalam
dada. Maka dengan tidak disadari
dan lebih menekankan pada hal yang
bisikan yang dimasukkan melalui
bersifat pelaporan dan bersifat human jantung yang dibalik benteng dada itu,
interest. Gaya bahasa semacam ini seperti dengan tidak disadari terpengaruhlah
reportase yang sering digunakan dalam oleh bisik itu. Sedianya kita akan
majalah atau koran yang menyajikan maju; namun karena mendengar
laporan dari belbagai peristiwa penting.40 bisikan dalam dada itu, kita pun
mundur.
40.Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indo-
nesia, hlm. 167. Tentang pengertian reportase Jurnalisik Praktis Sarana Penggerak Lapangan Kerja
dalam media massa, lihat Djudjung Juyono, Raksasa (Yogyakarta: Nur Cahaya, 1985).

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 21

Tadinya hati kita telah bulat hendak 3. Gaya Bahasa Penulisan llmiah
berjihad fi Sabilillah, namun karena Gaya bahasa penulisan ilmiah
bisikan yang menembus hati itu, kita ialah suatu gaya bahasa penulisan yang
tidak jadi berjihad. Kita menjadi ragu dalam proses komunikasinya terasa
akan maju ke muka. Bisikan dalam
formal dan kering. Biasanya, dalam
hati yang menghasilkan ragu-ragu
model ini, kalimat yang cenderung
itu sangatlah menurunkan mutu kita
sebagai manusia. Dan perasaan yang menunjuk pada sistem komunikasi
dibisikkan oleh sesuatu di dalam oral dihindari, seperti pemakaian
dada itu telah diberi nama dalam kata: anda, kita, saya, dan seterusnya.
ayat-ayat ini, yaitu waswas! Dan dia Karena karakternya yang semacam itu,
pun telah menjadi bahasa Indonesia maka gaya bahasa ilmiah ini cenderung
kita; waswas. melibatkan otak ketimbang emosi
Siapa yang memasukkan waswas ini pembaca. Dengan demikian, pembaca
ke dalam dada kita? Ditegaskan oleh kurang dilibatkan dalam wacana
ayat terakhir. Dia terdiri; Daripada peristiwa yang dipaparkan.
jin dan manusia. (ayat 6). Karya tafsir yang menggunakan
Si pengintai-peluang (ayat 4) gaya bahasa semacam ini kebanyakan
disebut si KHANNAS! muncul dari tug as akademik.
Ada yang halus atau secara halus; Mungkin tuntutan ilmiah menjadikan
itulah yang dari jin.Ada yang karya akademik ini tampil dengan
kasar secara kasar, itulah yang dari kekhasannya. Namun buku Tafsir
manusia. Keduanya membujuk, Tematik Al-Quran tentang Hubungan
merayu, setelah memperhatikan Sosial Antarumat Beragama dan Tafsir
bahwa kita lengah. Al-Quran; Djoez Ke Satoe meskipun tidak
muncul dari tugas dan kepentingan
Dalam uraiannya, HAMKA
akademik, uraian dan gaya bahasa
mengajak pembaca untuk menyelami
penulisannya sangat ilmiah. Dalam
tema-tema yang dipaparkan dengan
uraiannya tampak jelas pada kedua
penuh nikmat. Model uraiannya,
buku itu menghindari pemakaian kata:
dialogis. Beberapa uraian yang
kita yang merupakan salah satu
menyangkut aspek sejarah, disusun
mekanisme pelibatan pembaca pada
dalam bahasa kisah yang memikat.
ruang komunikasi. 41 Bahkan dalam
Kadang di beberapa tempat lain, ia
beberapa kasus, di buku ini sama
sengaja tidak memberikan kata simpul.
sekali tidak menampakkan pandangan
Dengan dipersilakannya pembaca
penulisnya dengan narasi yang tegas
untuk menarik kearifan sendiri dari
dalam suatu persoalan.
uraian-uraian itu.

41.Islah Gusmian, Khazanah Tafsir


Indonesia, hlm. 169.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
22 Aly Aulia

4. Gaya Bahasa Penulisan Populer Aspek Hermeneutik Karya Tafsir


Gaya bahasa penulisan popular Dalam sejarah, hermeneutika
adalah model gaya bahasa penulisan tafsir Al-Quran setidaknya terbagi
karya tafsir yang menempatkan bahasa menjadi dua: (1) hermeneutika Al-
sebagai medium komunikasi dengan Quran tradisional, dan (2) hermeneutika
karakter kebersahajaan. Kata maupun Al-Quran kontemporer. Dalam herme-
kalimat yang digunakan dipilih yang neutik Al-Quran tradisional, perangkat
sederhana dan mudah. Bedanya dengan metodologi yang digunakan sebatas
gaya reportase, gaya bahasa populer pada linguistik dan riwyah. Jadi,
ini kurang kuat dalam proses pelibatan belum ada rajutan sistemik antara teks,
pembaca. penafsir, dan audiens sasaran teks,
Membaca karya tafsir yang ditulis meskipun unsur triadik ini telah hidup
dengan gaya bahasa populer memang di dalamnya. Sedangkan hermeneutik
terasa enak, ringan, dan kalimatnya Al-Quran kontemporer telah melaku
mudah dipahami. Istilah yang rumit kan perumusan sistematis unsur triadik
dan sulit dipahami pembaca (awam), tersebut. Di dalamnya, suatu proses
dicarikan padanannya yang lebih penafsiran tidak lagi berpusat pada teks,
mudah, sehingga makna sosial maupun tetapi penafsir di satu sisi dan audiens
moral yang terkandung dalam Al-Quran di sisi yang lain, secara metodologis
mudah ditangkap, dan yang paling merupakan bagian yang mandiri.
penting, tidak disalahpahami pembaca. Dalam konteks peng galian
Buku tafsir yang menggunakan gaya dimensi dalam karya tafsir di Indonesia,
bahasa populer ini adalah Tafsir Sinar yang bersifat paradigmatik, di sini
karya Abdul Malik Ahmad yang dalam diacukan pada tiga variabel pokok:
pemaparannya sangat sistematis dan (1) metode penafsiran, (2) nuansa
mudah dipahami pembaca. penafsiran, (3) pendekatan tafsir.
Secara keseluruhan, gaya penulis Dari tiga variabel ini, analisis berikut
an yang dipakai oleh lima karya tafsir dilakukan.
Muhammadiyah di atas bisa dipetakan:
satu karya tafsir menggunakan gaya Metode Tafsir
bahasa penulisan kolom, satu karya Metode tafsir yang dimaksud di
tafsir meng gunakan gaya bahasa sini adalah suatu perangkat dan tata
penulisan reportase, dua karya tafsir kerja yang digunakan dalam proses
menggunakan gaya bahasa ilmiah, dan penafsiran Al-Quran. Perangkat
satu karya tafsir menggunakan gaya kerja ini, secara teoretik menyangkut
bahasa penulisan populer. dua aspek penting. Pertama, aspek
teks dengan problem semiotik dan
semantiknya. Kedua, aspek konteks
di dalam teks yang merepresentasikan

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 23

r uang-r uang sosial-budaya yang sebagai variabel penting dalam proses


beragam saat teks itu muncul. Selain penafsiran Al-Quran. Model metode
dua aspek ini, seperti yang terjadi dalam tafsir ini adalah menjelaskan suatu ayat
hermeneutik Al-Quran tradisional, sebagaimana dijelaskan oleh Nabi dan
riwa>yah juga merupakan satu variabel atau para sahabat. Ini dapat ditemukan
yang digunakan untuk menjelaskan dalam beberapa literatur tafsir klasik,
makna teks. misalnya Tafsir a-abari dan Tafsir Al-
Metode tafsir yang digunakan Qurn al-Am karya Ibn Kar.
literatur tafsir di Muhammadiyah, Tidak ada kesepahaman tentang
seperti yang akan ditunjukkan nanti, batasan metode tafsir riwayat ini. Az-
sangatlah beragam. Dengan demikian, Zarqni, misalnya, mendefinisikannya
analisis berikut diorientasikan pada sebagai tafsir yang diberikan oleh
kecenderungan umum yang terjadi ayat Al-Quran, Sunnah Nabi, dan
dalam karya tafsir. Dari kecenderungan para sahabat.42 Dalam batasan ini ia
umum itu, beragam cara analisis dalam jelas tidak memasukkan tafsir yang
menafsirkan Al-Quran dijabarkan dilakukan oleh para tabiin. Ulama lain,
sesuai dengan wilayahnya masing- seperti a-ahabi, memasukkan tafsir
masing. Ada dua arah penting yang tabiin dalam kerangka tafsir riwayat,
secara metodologis bisa dipetakan meskipun mereka tidak menerima tafsir
dalam melihat kerangka metodologi secara langsung dari Nabi Muhammad
yang dipakai, yaitu tafsir riwayat Saw, tetapi nyatanya kitab-kitab tafsir
dan tafsir pemikiran. Dari dua arah yang selama ini diklaim sebagai tafsir
metodologi ini, lalu akan dilihat proses yang menggunakan metode riwayat
perkembangan selanjutnya, terutama memuat penafsiran mereka, seperti
pada bagian metode tafsir pemikiran. Tafsir a-abari.43
A-bn memberikan pe
1. Metode Tafsir Riwayat ngertian lain tentang tafsir riwayat.
Dalam tradisi studi Al-Quran Menurutnya tafsir riwayat adalah
klasik, riwayat merupakan sumber model tafsir yang bersumber dari Al-
penting di dalam pemahaman teks Qura, Sunnah, dan atau perkataan
Al-Quran. Sebab, Nabi Muhammad sahabat. 44 Definisi a-bn ini
Saw. diyakini sebagai penafsir pertama tampak lebih terfokus pada material
terhadap Al-Quran. Dalam konteks ini, tasir bukan metodenya. Lain lagi
muncul istilah metode tafsir riwayat.
Pengertian metode riwayat, dalam 42.Muhammad Abd Al-Am Az-
sejarah hermeneutik Al-Quran klasik, Zarqn, Manhil Al-Irfn, II, hlm. 12.
43. A-ahab, Al-Tafsr wa Al-
merupakan suatu proses penafsiran Mufassirn (Kairo, Dr Al-Kutub al-adiah,
Al-Quran yang menggunakan data 1961), I, hlm, 67.
riwayat dari Nabi saw dan atau sahabat, 44.Muhammad Ali A-abn, At-
Tibyn, hlm. 67.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
24 Aly Aulia

dengan kebanyakan ulama Syiah yang kepada kebaikan, menyuruh berbuat


berpandangan bahwa tafsir riwayat makruf dan melarang perbuatan
adalah tafsir yang dinukil dari Nabi mungkar, Dan mereka itu ialah orang-
dan para imam ahl al-bayt. Hal-hal yang orang yang beroleh kemenangan.
dikuip dari sahabat dan tbin, menurut HAMKA mendatangkan
mereka, tidak diangap sebagai ujjah. beberapa buah hadis untuk menjelaskan
Lepas dari keragaman definisi tentang kepentingan perintah amar
yang selama ini diberikan para ulama makruf-nahi mungkar setelah penerang
ilmu tafsir tentang tafsir riwayat di atas, an panjang lebar tentang maksud istilah-
metode riwayat di sini bisa didefinisikan istilah tersebut. Terdapat tiga buah
sebagai metode penafsiran yang data hadis yang diketengahkan yaitu hadis
materialnya mengacu pada hasil uaifah yang diriwayatkan oleh al-
penafsiran Nabi Muhammad saw yang Tirm, hadis Abu Sad al-Khudr yang
ditarik dari riwayat pernyataan Nabi dan diriwayatkan oleh Abu Daud dan al-
atau dalam bentuk asbb al-nuzl sebagai Tirm dan hadis Abdullah bin Masd
satu-satunya sumber data otoritatif . yang diriwayatkan oleh Muslim.45 Beliau
Sebagai salah satu metode, model kemudiannya membuat ulasan terhadap
metode riwayat dalam pengetian yang ketiga hadis dan keterkaitannya dengan
terakhir ini tentu statis, karena hanya dakwah.
tergantung pada data riwayat penafsiran Sekali lagi, perujukan terhadap
Nabi. Dan juga haus diketahui bahwa data riwayat semacam itu, secara
tidak setiap ayat mempunyai asbb umum dipakai oleh para penulis
al-nuzl. tafsir di Muhammadiyah. Namun,
Literatur tafsir di Muhammadiyah penggunaannya lebih diorientasikan
dalam kajian ini tidak ada yang secara sebagai salah satu variabel dalam
an sich menggunakan metode riwayat rangka membangun pengertian secara
dalam pengertian yang terakhir. Dari konseptual dan komprehensif dari
lima karya tafsir, yang paling menonjol sebuah terma yang dikaji.
menggunakan metode riwayat ini
adalah Tafsir Al-Azhar karya HAMKA. 2. Metode Tafsir Pemikiran: Intelektualitas
Dari metode yang digunakan, secara sebagai Dasar Tafsir
umum karya ini menggunakan data Al-Qan 46 mencatat, bahwa
riwayat sebagai variabel penting dalam sejak berakhirnya masa salaf, sekitar
menguraikan maksud ayat, namun abad ke-3 H., peradaban Islam semakin
tidak menjadi variabel utama, apalagi berkembang dibarengi oleh lahirnya
satu-satunya. Sebagai contoh ketika
menguraikan surah Ali Imran ayat 104: 45. Hamka, Tafsir Al Azhar, hlm. 68.
46.Manna al-Khalil al-Qan, Mabhi
Maksudnya: Hendaklah ada antara fi Ulum al-Qurn (Bairt: Mansyrah al-Ar
kamu satu golongan yang mengajak al-ad, t. th.).

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 25

pelbagai mazhab di kalangan umat Al-Quran tidak bisa lepas dari persoalan
Islam. Masing-masing mazhab itu budaya, wilayah geografis, dan psikologi
berusaha meyakinkan pengikutnya masyarakat ketika Al-Quran diturunkan
dengan memberikan penjelasan dari dan berdialog dengannya.
ayat-ayat Al-Quran. Teks Al-Quran Pada metode tafsir pemikiran
kemudian ditafsirkan dalam kerangka ini, ada dua variable pokok yang akan
corak kepentingan dan ideologi. Dalam dijadikan titik tolak, pertama, variabel
konteks ini, sejarah tafsir mencatat sosio-kultural di mana teks Al-Quran
adanya perkembangan pelbagai corak muncul dan diarahkan pertama kali.
tafsir, misalnya muncul Tafsr ar- Dalam bagian ini, meliputi persoalan
Rzi dengan corak filsafatnya yang geografis, psikologis, budaya, dan
ditulis oleh Fakhr al-Rzi, al-Kasysyf tradisi masyarakat yang menjadi audiens
dengan corak teologi Muktazilahnya pertama dari teks Al-Quran. Kedua,
yang ditulis az-Zamakhsyr. Tafsr al- stuktur lingusitik teks, yang meliputi
Manar dengan corak sosiologinya yang analisis semantik dan semiotik.
ditulis Muhammad Rasyd Ridl, dan a. Analisis Sosio-Kultural: Melihat
seterusnya. Al-Quran dari Medan Sosial
Namun, dalam konteks Budaya
pengertian metode tafsir pemikiran Di antara tafsir Al-Quran di
yang dimaksud di sini bukan yang Muhammadiyah, Buku Tafsir Tematik
diuraikan oleh Al-Qan di atas. Al-Quran tentang Hubungan Sosial
Yang dibangun dalam metode tafsir Antarumat Beragama termasuk yang
pemikiran ini adalah aspek teoritis memperlihatkan urgensitas analisis
penafsiran bahwa memahami teks sosip-historis ini. Salah satu contoh
Al-Quran sejatinya tidak lepas dari bisa dilihat ketika buku tafsir ini
kesadaran pengetahuan ilmiah untuk menguraikan surat Ali Imran [3]: 28,
meletakkannya pada strukturnya sebagai an-Nisa [4]:139, tentang larangan
bahasa yang mempunyai struktur bagi orang yang beriman mengambil
historis dengan wacana-wacana yang orang kafir menjadi wali dengan
dipakai dan budaya masyarakat yang meninggalkan orang-orang mukmin. Di
menjadi audiensinya. Teks Al-Quran, samping mengutip pelbagai pendapat
dalam konteks bahasa, merupakan para mufasir terdahulu, buku tafsir ini
bentuk representasi dan keterwakilan menegaskan pengertian ayat tersebut
budaya masyarakat tempat teks dalam konteks sosio-historisnya, yaitu
diproduksi. Proses pergeseran makna dinamika hubungan Nabi dan umat
dari satu terma dalam bahasa (Arab) Islam awal di satu pihak dengan umat
juga dipahami dalam konteks budaya non-Muslim di pihak lain.47
masyarakat saat sebuah terma dipakai.
Dengan demikian, memahami teks 47.Majelis Tarjih, Tafsir Tematik al-
Quran, hlm. 208.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
26 Aly Aulia

Atas dasar itu, buku tafsir memperolok agama (al-Midah[5]: 57),


ini lalu menyimpulkan bahwa ayat (2) orang-orang kafir yang mengingkari
yang melarang melakukan hubungan kebenaran (misalnya: al-Nisa[4]: 89),
persabahatan dengan non-Muslim itu dan (3) orang-orang yang melakukan
tidak menggambarkan hubungan penindasan dengan cara memerangi
permanen. Prinsip hubungan dengan dan mengusir kaum Muslim. Selama
non-Muslim adalah peng akuan alasan itu tidak ada, menurut buku tafsir
eksistensi umat beragama lain, perda ini, tidak dilarang untuk berhubungan
maian yang abadi, dan bersikap adil. baik dengan orang lain agama (al-
Ini secara historis telah dibuktikan oleh Mumtaanah [60]: 9). Bahkan Al-Quran
Nabi sendiri ketika pertama datang sendiri melarang orang-orang beriman
di Madinah, yang ia lakukan pertama untuk melakukan pelanggaran dan
adalah membentuk persaudaraan bertindak melampaui batas, karena
(antara kaum Muhajirin dan Ansar) kebencian mereka terhadap golongan
dan membentuk persatuan dengan yang pernah mengganggu kebebasan
golongan non-Muslim yang ada di beragama mereka (al-Midah [5]:2).
Madinah, terutama orang Yahudi yang Sebaliknya, mereka diperintahkan
banyak tinggal di kota tersebut.48 untuk melakukan kerjasama dalam
Memperkuat analisisnya, buku kebaikan dan takwa serta dilarang
tafsir ini mengutip pasal 25 dari Piagam melakukan kerja sama dalam berbuat
Madinah: Bahwa orang-orang Yahudi dosa dan kejahatan.50
Bani Awf adalah satu umat bersama Selain buku tafsir di atas, model
orang-orang Mukmin; bagi orang-orang analisis sosio-historis juga dipakai
Yahudi itu agama mereka dan bagi dalam Tafsir Al-Azhar. Salah satu
orang-orang Mukmin agama mereka. contoh bisa dilihat ketika karya tafsir
(Ketentuan ini berlaku bagi) klien- ini menguraikan surat an-Nisa [4]:
klien dan diri mereka sendiri, kecuali 3. Dalam konteks ayat ini HAMKA
bagi orang yang berlaku zalim dan mengungkap tradisi pernikahan di Arab
bertindak salah, maka ia tidak lain hanya pra-Islam untuk mendudukkan tentang
membawa keburukan atas dirinya dan ayat yang sering dipandang banyak
keluarganya.49 orang sebagai anjuran poligami dalam
Secara singkat buku tafsir ini Islam bila memang mampu berlaku
lalu menyimpulkan, bahwa dengan adil.51
mengamati pelbagai ayat Al-Quran, Buku Tafsir Sinar juga memosi
hubungan persahabatan (wilyah) sikan analisis sosio-historis sebagai satu
dilarang dilakukan terhadap: (1) aspek penting. Tanpa harus terpaku
orang-orang yang menghina dan pada asbb al-nuzl, sebagai satu-satunya
48.Ibid. 50.Ibid.
49.Ibid. 51.Hamka, Tafsir Al Azhar.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 27

medan rujukan, karya tafsir ini mengajak otoritas tafsir pada sisi yang lain.52
pembaca memasuki pelbagai kondisi Tafsir di Muhammadiyah secara
masyarakat saat suatu teks terproduksi. umum menempatkan analisis semiotik,
Hal ini dilakukan dalam rangka sebagai kerangka dasar yang cukup
menemukan makna ayat yang sesuai, penting dalam merumuskan gagasan
berbeda dengan Tafsir Tematik Al- yang ingin disampakan oleh Al-Quran.
Quran tentang Hubungan Sosial Antarumat Di antara ke lima tafsir dalam kajian ini,
Beragama dan Tafsir Al-Azhar, yang Buku Tafsir Al-Azhar, termasuk yang
dengan tegas mengarahkan pelacakan cukup baik dalam konteks semiotik ini.
sejarah dan budaya masyarakat untuk Beberapa contoh bisa diperlihat
meletakkan sebuah makna yang sesuai kan di sini. Ketika menguraikan tentang
suatu ayat. arti kata ad-dn dalam surah al-Fti
Secara umum, tafsir di [1]:4, HAMKA memperlihatkan relasi
Muhammadiyah yang ditulis dengan sintagmatis menjadi begitu penting
penyajian tematik, menempatkan dalam proses pembentukan makna.
aspek kesejarahan menjadi salah satu Di sini dapatlah kita memahamkan
aspek penting dalam proses tafsir. betapa arti ad-din. Kita hanya bisa
Sedangkan karya tafsir yang ditulis memberi arti ad-din dengan agama.
dengan penyajian runtut yang cukup Padahal diapun berarti pembalasan.
kuat mengeksplorasi aspek kesejarahan Memang menurut Islam segala gerak-
terlihat pada Tafsir Al-Azhar. gerik hidup kita yang kita laksanakan
tidak lepas dari lingkungan agama,
dan tidak lepas dari salah satu hukum
b. Analisis Semiotik: Lewat Bahasa
yang lima: wajib, sunnat, haram,
Menangkap Makna makruh dan jaiz. Dan semuanya
Menurut Abu Zayd, bahasa kelak akan diperhitungkan dihadapan
mengandung aturan-aturan konven hadirat Tuhan di akhirat; baik akan
sional kolektif yang bersandar pada memberi pembalasan yang baik,
kerangka kultural. Teks sebagai sebuah buruk akan diberi pembalasan yang
pesan ditujukan kepada masyarakat buruk. Dan yang memberikan itu
yang memp unyai kebudayaannya adalah Tuhan sendiri, dengan jalan
sendiri, konsepsi-konsepsi mental yang seadil-adilnya.53
dan kepercayaan kulturalnya sendiri.
Konteks percakapan (siyq al-takhub)
yang diekspresikan dalam struktur c. Metode Sains llmiah: Relevansi
bahasa (bunyah lugawiyyah) berkaitan Al-Quran dengan Perkembangan
dengan hubungan antara pembicara Teknologi Sains llmiah
dan lawan bicara, yang mendefinisikan
karakteristik teks pada satu sisi, dan 52.Abu Zid, an-Na, as-Sulah, al-
aqqah, hlm. 96-98.
53.Hamka, Tafsir Al Azhar, hlm. 99.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
28 Aly Aulia

Yang dimaksud metode tafsir bumi pada waktu kiamat dengan


ilmiah adalah pemahaman atas teks mengutip hasil observasi ilmiah:
Al-Quran dengan menggunakan data Menurut penyelidikan ilmiah, dalam
hasil observasi ilmiah sebagai variabel perut bumi ada kepundan-kepundan
penjelas. Dalam tradisi tafsir, model ini api yang menduduk, yang disebut
bukanlah hal baru. anawi Jawhari, gunung api dalam tanah hal di mana
misalnya, adalah di antara penafsir dibuktikan dengan adanya gempa-
yang dikenal kuat dalam menggunakan gempa bumi yang membelah bumi
dan gunung-gunung di beberapa
metode tafsir ilmiah ini. Dalam tafsirnya,
tempat di dunia, seperti yang pernah
ia menggunakan pelbagai data ilmiah
terjadi di Messina (Italia) tahun 1909
sebagai variabel dalam menjelaskan ayat M, di Jepang dan lain-lain.54
Al-Quran.
Usaha menjelaskan ayat Al- Begitu pula ketika A. Malik
Quran dengan metode ilmiah ini Ahmad memaparkan surat al-Al: 2-3
bisa dipahami, mengingat dalam Al- tentang kesempurnaan Allah dalam
Quran sendiri terdapat banyak isyarat ciptaanya, dia memaparkan:
ilmiah. Yang menjadi persoalan adalah Dia menjadikan jenis-jenis zat
manakah yang lebih dulu: pemahaman yang ada pada tumbuh-tumbuhan
ilmiah baru dicarikan justifikasi pada ber macam-macam ukurannya,
Al-Quran ataukah pemahaman Al- sehingga dapat dipegunakan oleh
manusia untuk berbagai keperluan,
Quran yang kemudian mendorong
misalnya: zat calori yang ada dalam
riset keilmuan. Tampaknya, yang jenis gandum 0,3 %. Zat calori yang
pertama yang banyak terjadi selama ada dalam jenis kacang 1,4%. Zat
ini. Dalam konteks ini muncul problem calori yang ada dalam jenis kapas
krusial: bagaimana bila teori ilmiah yang 6,3%. Zat calori yang ada dalam jenis
dijadikan penjelas, tadinya diyakini final kentang 2,2%. Zat calori yang ada
dan berkesesuaian dengan Al-Quran, dalam jenis tebu 8,10%. Zat calori
temyata mengalami anomali dan tidak yang ada dalam jenis rumput birsim
sahih lagi, sebab penemuan ilmiah 13, 5 %.
tidak saja terus berkembang, tetapi juga Cobalah perhatikan! Kalau bukan
berubah. karena perbedaan ukuran calori
Lepas dari problem di atas, di yang ada pada setiap tumbuh-
antara penulis tafsir di Muhammadiyah tumbuhan itu, tentu tidak akan
memandang perlu menjelaskan ayat Al- nyata perbedaan faedah tiap-tiap
Quran dengan data-data sains ilmiah. tumbuh-tumbuhan itu satu sama
Fenomena ini bisa dilihat misalnya lainnya.55
dalam Tafsir Sinar karya Abdul Malik
54. Abdul Malik Ahmad, Tafsir Sinar,
Ahmad, misalnya, ketika menguraikan II, hlm. 163.
surah at-Takwir: 6 tentang kegoncangan 55.Ibid., hlm. 219.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 29

Metode tafsir yang menggunakan memberikan suatu pembacaan baru,


data ilmiah, seperti ditempuh Tafsir yang menurutnya lebih sesuai dengan
Sinar ini, menempatkan data penemuan dasar dan prinsip epistemologis yang
sains ilmiah sebagai variabel utama bisa dipertanggungjawabkan.
untuk menjelaskan pengertian dari Model yang terakhir ini bisa
suatu ayat. Model tafsir semacam ini dilihat misalnya pada Tafsir Al-Azhar
setidaknya memuat dua hal. Pertama, karya HAMKA. Sebagai contoh,
menjadikan teks Al-Quran sebagai alat penafsiran beliau terhadap ayat 82 dari
justifikasi bahwa Al-Quran nyata telah surah an-Naml. Dalam ayat tersebut
memberikan isyarat mengenai ilmu diterangkan bahawa apabila telah
alam, sains, teknologi, dan seterusnya. datang masanya kelak, akan berlaku
Kedua, penemuan sains ilmiah dijadikan suatu perkara di kala manusia sudah
variabel penguat bahwa Al-Quran lupa dan lalai terhadap agamanya, di
memanglah ilmiah. Sebagaiman juga mana akan keluar dari dalam bumi
dilakukan di dua tafsir lainnya, yakni semacam binatang yang disebut sebagai
Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Tamatik Al- dbbah yang ber maksud binatang
Quran tentang Hubungan Sosial Antarumat melata yang merangkak.56 HAMKA
Beragama. membawakan tafsiran al-Razi tentang
pelbagai penafsiran dbbah, yaitu lima
3. Metode Interteks keadaan berdasarkan pelbagai riwayat.
Dalam sebuah teks selalu ada Beliau juga turut membawa tafsiran Ibn
teks-teks lain. Oleh karena itu, setiap Kar mengenai perkara yang sama.57
teks secara niscaya merupakan sebuah Buku tafsir lain yang juga cukup
interteks. Dalam literatur tafsir di kentara metode interteks ini adalah
Muhammadiyah pun mengalami hal Tafsir Sinar ketika mencoba mencari
demikian. Literatur tafsir berinterteks sebagian rahasia dengan penggunaan
pada tafsir-tafsir lain yang muncul huruf di awal surat yang merujuk
sebelumnya. Dalam proses penafsiran, penafsiran an-Nasafi dalam Madrik
pelbagai karyan tafsir hampir tidak at-Tanzl, Syyid Qutb dalam F ill al-
bisa melepaskan kaitan dengan karya Qurn, al-Qsim, bahkan Ibnu Abbas.58
tafsir lain yang lebih dulu. Proses Begitu juga Tafsir Tematik Al-
interteks ini bisa tampil dalam dua Quran tentang Hubungan Sosial Antarumat
bentuk. Pertama, teks-teks lain yang Beragama, ketika mengulas kata
ada di dalam teks tersebut diposisikan kull (masing-masing) dalam surah
sebagai anutan dalam proses tafsir, al-Baqarah: 148 yang mempunyai
sehingga fungsinya sebagai penguat. pengertian masing-masing umat
Kedua, teks-teks di dalam teks tersebut beragama atau masing-masing
diposisikan sebagai teks pembanding 56.Hamka, Tafsir Al Azhar.
atau bahkan sebagai objek kritik untuk 57.Abdul Malik Ahmad, Tafsir Sinar.
58.Ibid., hlm. 115-116.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
30 Aly Aulia

komunitas agama merujuk penafsiran 1. Nuansa Kebahasaan


a-abar, al-Mwardi, az-Zamakhsyr, Sebagaimana telah diuraikan di
dan Al-Qurb; tentang arti kata as- muka, ketika teks Al-Quran diwahyukan
silm dalam surah Al-Baqarah: 208, satu dan dibaca oleh Nabi, ia sesungguhnya
akar dengan kata Islam, yang berarti telah tertransformasi dari sebuah teks
perdamaian, merujuk al-Qurb, dan ilahi (na ilh) menjadi sebuah konsep
seterusnya. (mafhm) atau teks manusiawi (na
Dari uraian di atas terlihat bahwa insn). Sebab, secara langsung berubah
metode interteks merupakan fenomena dari wahyu (tanzl) menjadi interpretasi
umum dalam tafsir di Muhammadiyah (tawl).59 Dari sini makna-makna yang
sejak awal. Sejauh sebagai langkah dikonsepsikan harus dilihat dari konteks
per umusan konse psi yang bisa bahasa di mana bahasa tersebut dipakai,
dipertanggungjawabkan, dan tidak yaitu Arab. Dalam konteks ini, analisis
sebatas sebagai langkah pengkopian bahasa menjadi signifikan.
gagasan, metode interteks ini akan Secara umum, sebagaimana telah
memberikan warna tersendiri di dalam dijelaskan pada bagian metode tafsir,
karya tafsir. tradisi karya tafsir di Muhammadiyah
senantiasa meng gunakan analisis
Nuansa Tafsir kebahasaan sebagai salah satu variabel
Yang dimaksud dengan nuansa penting dalam interpretasi. Walaupun
tafsir di sini adalah ruang dominan masih sangat sederhana, Tafsir Al-
sebagai sudut pandang dari suatu karya Quran; Djoez Ke Satoe dan Tafsir Al-
tafsir, misalnya nuansa kebahasaan, Bayan pada masanya telah menyajikan
teologi, sosial-kemasyarakatan, psiko analisis kebahasaan yang mumpuni. Itu
logis, dan seterusnya. Uraian berikut terwujud dengan adanya terjemahan di
akan memetakan bagaimana sebuah setiap kata yang dikaji dan dimunculkan
karya tafsir di Indonesia dibangun penafsiran atas kata yang diterjemahkan
dalam nuansanya yang beragam. Upaya tersebut. Cirinya, biasanya dengan
ini tidak saja untuk memperlihatkan penggunaan tambahan catatan kaki
keragaman nuansa tafsir yang muncul, yang kadang-kadang disertai indeks.
tetapi juga untuk memperlihatkan Di balik arus umum kedua tafsir
kecenderungan umum yang dipilih di atas, pada priode selanjutnya, Tafsir
penulis tafsir. Proses analisis dengan Al-Azhar dan Tafsir Tematik Al-Quran
pemetaan nuansa tafsir ini lebih tentang Hubungan Sosial Antarumat
didasarkan pada variabel dominan di Beragama. merupakan dua karya yang
dalam karya tafsir. cukup kuat menampilkan nuansa
kebahasaan, walaupun tidak dominan.
59.Ab Zayd, Naqd Al-Khitb al-Dn,
hlm. 126.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 31

Analisis bahasa itu hanya dijadikan menjadikan Al-Quran terlepas dari akar
sebagai dasar dalam membangun suatu sejarah kehidupan manusia, baik secara
konsepsi yang ditarik dari ayat yang individu ataupun sebagai kelompok,
dikaji. Akibatnya tujuan al-Quran sebagai
petunjuk dalam kehidupan manusia
2. Nuansa Sosial-Kemasyarakatan terlantar.
Muhammad Abduh pernah Sesuai dengan ide dasarnya,
mengatakan bahwa pada hari akhir hampir semua literatur tafsir di
nanti Allah tidak menanyai manusia Muhammadiyah bernuansa sosial-
mengenai pendapat para mufasir, dan kemasyarakatan yang menyebar
tentang bagaimana mereka memahami dalam pelbagai metode tafsirnya.
Al-Quran. Tetapi, Ia akan menanyakan Dalam Tafsir Al-Azhar yang ditulis
tentang kitab-Nya yang Ia wahyukan dengan metode riwayat, nuansa sosial
untuk membimbing dan mengatur kemasyarakatan ditampilkan sangat
manusia.60 Dapat disimpulkan, Abduh ekspresif dan memikat. Buku ini
ingin penjelasan Al-Quran bisa sampai melakukan sosialisasi pesan-pesan yang
kepada masyarakat luas deng an dibawa Al-Quran dengan gaya bahasa
maknanya yang praktis, bukan hanya yang memikat. Tanpa terjebak pada
untuk ulama profesional. Dari sini kerumitan pembaca, di setiap entri yang
analisis nuansa sosial kemasyarakatan dipaparkan selalu mengusung pesan-
diperlukan. pesan moral Al-Quran.
Nuansa sosial kemasyarakatan Sebagai contoh bisa dikemukakan
yang dimaksud di sini adalah tafsir yang ketika HAMKA menceritakan peristiwa
menitikberatkan penjelasan ayat Al- sejarah, kadang-kadang dikaitkannya
Quran dari: (1) segi ketelitian redaksinya, pula dengan kondisi yang sedang
(2) kemudian menyusun kandungan dihadapi oleh masyarakat Indonesia.
ayat-ayat tersebut dalam suatu redaksi Bahkan HAMKA sendiri menyebutkan
dengan tujuan utama memaparkan di dalam mukadimah tafsirnya bahwa
tujuan-tujuan Al-Quran, aksentuasi keberadaan tafsir ini adalah sebagai
yang menonjol pada tujuan utama yang alat penolong untuk menyampaikan
diuraikan Al-Quran, dan (3) penafsiran dakwah kepada masyarakat. Karena
ayat dikaitkan dengan sunnatullah yang para pendakwah berhadapan langsung
berlaku dalam masyarakat. dengan masyarakat yang cukup cerdas.61
Seperti upaya yang dilakukan Meskipun demikian, kajiannya
Abduh, nuansa tafsir sosial-kemasyara tetap saja relevan dengan pernyataan
katan ingin menghindari adanya kesan ayat yang sedang ditafsirkannya.
cara penafsiran yang seolah-olah Kepribadian ini tercermin ketika
HAMKA menafsirkan surah al-Araf:
60.Muhammad Abduh, Tafsir Al-
Manar, I, hlm: 26. 61.Hamka, Tafsir Al-Azhar, hlm. 134.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
32 Aly Aulia

201. Ketika menafsirkan ayat ini, memberikan suatu penegasan penting


HAMKA menyebut pengalaman mengenai hubungan umat Islam dengan
pribadinya pada saat difitnah meng non-Muslim.
khianati tanah air. Pada saat itu Dari empat tema besar yang
Hamka ingin bunuh diri karena tidak dianalisis Tafsir Tematik Al-Quran tentang
tahan menghadapi penderitaan yang Hubungan Sosial Antarumat Beragama,
dialaminya. Upaya ini diurungkan ditunjukkan bahwa koeksistensi damai
oleh HAMKA karena teringat amal dalam hubungan antar umat beragama
usahanya selama ini sebagai khidmat menjadi garis pokok yang ditarik
kepada kaum Muslimin dan ibadah dengan tegas dalam buku ini. Bahkan
kepada Allah. Kemudian teringat pula dalam memahami konsep Ahl al-
bahwa kehilangan seseorang yang Kitb dalam Al-Quran dalam konteks
bunuh diri adalah perbuatan konyol. zaman kekinian, buku ini menegaskan
Setelah itu, HAMKA ingat kepada bahwa terma Ahl al-Kitb dalam Al-
Allah, kebenaran sejati dan sekaligus Quran, sebagaimana dipahami oleh
teringat dengan penderitaan ulama- para pemikir Muslim, tidak saja Yahudi
ulama besar terdahulu. dan Nasrani, tapi juga pemeluk agama-
Hal serupa ditempuh tafsir agama lain.63
yang meng gunakan sistematika
penyajian tematik klasik, yaitu Tafsir 3. Nuansa Teologis
Al-Quran; Djoez Ke Satoe. Nuansa sosial Nuansa tafsir teologis yang
kemasyarakatan dapat ditemukan, dimaksud di sini pengertiannya berbeda
misalnya, melalui perinsip dasar yang dengan apa yang terjadi sebagaimana
dirumuskan dari tema pokok keimanan.62 dalam sejarah teologi klasik di mana
Literatur lainnya adalah Tafsir tafsir diletakkan pada kehendak
Tematik al-Quran tentang Hubungan pembelaan terhadap paham-paham
Sosial Antarumat Beragama dengan tertentu yang berkembang waktu itu.
memakai sistematika tematik. Buku Pengikut Mutazilah, misalnya, tampil
itu juga sangat kental nuansa sosial- dengan mentakwilkan ayat Al-Quran
kemasyarakatan dengan memfokuskan sesuai dengan teologi Mutazilah. Begitu
pembicaraannya pada masalah pola juga dengan paham-paham yang lain,
relasai antarumat beragama. Dalam paham teologi menjadi variabel penting
buku itu dibahas empat tema besar. dalam menafsirkan Al-Quran. Misalnya
Setelah mengeksplorasi teks Al-Quran al-Kasysyf karya az-Zamakhsyr yang
dengan analisis kebahasaan serta pengaruhnya sampai sekarang masih
medan semantik dari terma-terma terasa. Sedangkan dalam Asyariah,
yang menjadi pokok analisis, buku ini
63.Lihat Majelis Tarjih, Tafsir Tematik
memberikan penyimpulan tegas dan al-Quran tentang Hubungan Sosial Antarumat Be-
62.Ibid. ragama, hlm. 151.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 33

muncul tafsir Mafti al-Gayb karya al- 68, misalnya, Hasbi hanya meminta
Fakhr ar-Rz. pada kepada pembaca untuk merujuk
Dalam konteks ini, konsep ke Muqaddimah Zd al-Mad ketika
teologi yang secara harfiah berarti studi mau memperdalam dan mempejari
tentang Tuhan, dimaksudkan sebagai tafsir ini.65 Begitu juga HAMKA dalam
nuansa atau corak yang menempatkan Tafsir Al-Azhar, tanpa terjebak dengan
sistem keyakinan ketuhanan di dalam klaim-klaim mazhab tertentu, HAMKA
Islam sebagai variabel tema penting hanya menitikberatkan pada ujung ayat,
dalam bangunan tafsir. Pengertian yang menjelaskan bahwa inilah Tauhid
teologi di sini jauh lebih sekedar Uluhiyyah sejati. Segala sesuatu sejak dari
keyakinan ketuhanan, tetapi lebih yang sangat kecil sampai yang sangat
dipandang sebagai suatu disiplin kajian besar ada di bawah kekuasaan mutlak
yang membicarakan tentang persoalan Allah, tidak pantas Dia dipersekutukan
hubungan manusia dengan Tuhannya, dengan yang lain. Karena yang lain
bukan dalam rangka pemihakan itu tidak ada. Yang lain, selain Allah
terhadap kelompok tertentu, yang makhluq Allah semata.66
sudah terbangun mapan dalam sejarah,
tetapi lebih pada upaya menggali secara 4. Nuansa Sufistik
serius bagaimana Al-Quran berbicara Dalam tradisi ilmu tafsir Al-
dalam soal-soal teologis itu dengan Quran klasik, tafsir yang bernuansa
melacak terma-terma pokok, serta sufistik sering didefinisikan sebagai
konteks-konteks di mana terma itu suatu tafsir yang berusaha menjelaskan
dipakai Al-Quran.64 makna ayat-ayat Al-Quran dari sudut
Sejauh penelusuran penulis, esoterik atau berdasarkan isyarat-isyarat
tidak ada karya tafsir Muhammadiyah tersirat yang tampak oleh seorang
yang menelaah secara khusus sufi dalam suluk-nya. Tafsir yang
tentang tema terkait dengan wilayah menggunakan corak pembacaan jenis
teologi. Mengingat selain sejak awal ini ada dua macam: (1) yang didasarkan
Muhammadiyah tidak mengaitkan diri pada tasawuf naari (teoretis) yang
dengan mazhab tertentu, baik itu Sunni, cenderung menafsirkan Al-Quran
Mutazilah, maupun Syiah. Pemikirannya berdasarkan teori atau paham tasawuf
lebih tertuju pada masalah-masalah yang umumnya bertentangan dengan
fungsi agama (Al-Quran) dalam konteks makna lahir ayat dan menyimpang
sosio-kultural dan berdampak langsung dari pengertian bahasa, (2) didasarkan
bagi pemberdayaan umat. pada tasawuf amali (praktis), yaitu
Dalam ayat yang sering dikaitkan menakwilkan ayat-ayat Al-Quran
dengan ayat teologi, surah al-Qaa ayat berdasarkan isyarat-isyarat tersirat yang
65.T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsr
64.Islah Gusmian, Khazanah Tafsir al-Bayn.
Indonesia, hlm. 242. 66.Hamka, Tafsir Al Azhar, hlm. 119.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
34 Aly Aulia

tampak oleh sufi dalam suluk-nya.67 segala kelobaan dan kerakusan,


Dalam konteks kajian ini, nuansa memerangi syahwat yang berlebihan
tafsir sufi memiliki peranan penting dari keperluan untuk kesentosaan diri.
bagi K.H. Ahmad Dahlan. Dapat dilihat Jadi, yang dimaksud tasawuf tidak lain
dari upaya yang dilakukan K.H. Ahmad ialah memelihara akhlak al-karimah dan
Dahlan yang terekam dalam Falsafah bukan sikap menjauhi dan membenci
Pelajaran K.H. Ahmad Dahlan Pelajaran dunia.70
Kelima dalam menafsirkan surat ar-Rm Bahkan Farid Maruf menyebut
ayat 30, bahwa manusia itu asal mulanya adanya orientasi tasawuf dalam
suci. Karena kemasukan adat kebiasaan kehidupan Muhammadiyah. Pandangan
kotor, maka hatinya mengandung Tasawuf Ki Bagus Hadikusumo,
penyakit kemudian menolak ajaran- misalnya, dig olongkan tasawuf
ajaran baik, suci, dan benar. Itulah yang sejalan dengan tasawuf Imam
sebabnya manusia harus berusaha al-Ghazali.71
membersihkan diri dari kotoran hati.
Setelah hatinya jernih, baru dapat Pendekatan Tafsir
menerima ajaran-ajaran para Rasul, Pengertian pendekatan tafsir
kemudian baru dapat naik ke alam di sini dimaknai sebagai titik pijak
kesucian.68 Dalam mengajarkan murid- keberangkatan dari proses tafsir. Itu
muridnya ntuk meninggalkan hawa sebabnya, dengan pendekatan tafsir
nafsu diingatkan bahwa umat Islam yang sama bisa saja melahirkan corak
tidak akan memperoleh kebahagiaan tafsir yang berbeda-beda. Ada dua
hidup di dunia dan akhirat apabila pendekatan: (1) berorientasi pada
tidak dapat melawan hawa nafsunya teks dalam dirinya yang kemudian
dan mau kembali kepada Al-Quran dan disebut pendekatan tekstual, dan (2)
Sunnah serta memperpanjang dzikir berorientasi pada konteks pembaca
agar manusia tawadlu di hadapan Allah.69 (penafsir), yang kemudian disebut
Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan kontekstual.72
pembahasan tentang tasawuf (sufi) dari
tokoh Muhammadiyah adalah Tasawuf
Modern yang ditulis oleh HAMKA.
Baginya yang dimaksud tasawuf ialah
membersihkan jiwa, mendidik, dan 70. Hamka, Tasawuf Modern (Jakarta:
mempertinggi derajat budi, menekan Pustaka Panjimas, 2000), hlm. 17.
71. Farid Maruf, Analisis Akhlak dalam
67.Al-Farmawi, Al-Bidayah, hlm. 29. Perkembangan Muhammadiyah ( Yogyakarta:
68.K.R.H. Hadjid, Ajaran K.H. Ahmad PDM. Majlis Tabligh Kotamadya Yogyakarta,
dahlan dengan 17 Kelompok Ayat-Ayat Al-Quran, 1990), him. 30.
(Semarang: PWM Jateng, 1996), hlm 14-16. 72. Islah Gusmian, Khazanah Tafsir
69.Ibid., hlm. 11. Indonesia, hlm. 248-249.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 35

1. Pendekatan Tekstual: Teks Al-Quran dalam arah epistemologis yang dihadapi


sebagai Pusat Muhammadiyah dan umat Islam di
Dalam pendekatan tekstual, Indonesia pada saat tafsir itu ditulis.
praktik tafsir lebih berorientasi pada
teks dalam dirinya. Kontekstualitas 2. Pendekatan Kontekstual: Realitas
suatu teks lebih dilihat sebagai posisi Kehidupan sebagai Medan
suatu wacana dalam konteks internalnya Keberangkatan Penafsiran
atau intra-teks. Pandangan yang lebih Pe n d e k a t a n ke d u a a d a l a h
maju dalam konteks ini, adalah bahwa pendekatan yang berorientasi pada
dalam memahami suatu wacana/teks, konteks pembaca (penafsir) teks Al-
seseorang harus melacak konteks Quran. Model pendekatan ini disebut
penggunaannya pada masa di mana teks pendekatan kontekstual. Dalam
itu muncul.73 pendekatan ini, kontekstualitas dalam
Jadi, pengertian kontekstualitas pendekatan tekstual, yaitu latar belakang
dalam pendekatan tekstual cenderung sosial historis di mana teks muncul dan
bersifat kearaban, karena teks Al- diproduksi menjadi variabel penting.
Quran turun pada masyarakat Arab. Ini Namun semuanya itu, dan ini yang
artinya, masyarakat Arab adalah sebagai lebih penting, harus ditarik ke dalam
audiensnya. Dengan demikian, suatu konteks pembaca (penafsir) di mana ia
tafsir yang menggunakan pendekatan hidup dan berada, dengan pengalaman
tekstual ini, biasanya analisisnya budaya, sejarah dan sosialnya sendiri.
cenderung bergerak dari refleksi Oleh karena itu, sifat gerakannya
(teks) ke praksis (konteks). Itupun, adalah dari bawah ke atas: dari praksis
praksis yang menjadi muaranya adalah (konteks) menuju refleksi (teks).75
lebih bersifat kearaban tadi, sehingga Dalam tradisi hermeneutik Al-
pengalaman lokal (sejarah dan budaya) Quran kontemporer, Farid Esack
di mana seorang penafsir dengan adalah salah satu contoh yang baik
audiensnya berada tidak menempati dalam pendekatan ini. Hermeneutik
posisi yang signifikan atau bahkan sama Al-Quran, oleh Esack ditempatkan
sekali tidak punya peran.74 dalam ruang sosial di mana ia berada,
Literatur tafsir di Muhammadiyah sehingga sifatnya bukan lagi kearaban
yang menjadi objek kajian ini, secara yang bersifat umum. la adalah di antara
umum meng gunakan perspektif Muslim Afrika yang merumuskan
tekstual-reflektif ini: gerakannya hermeneutik Al-Quran yang berporos
berangkat dari refleksi ke praksis. Tafsir pada pembebasan dan persamaan
Al-Quran; Djoez Ke Satoe dan Tafsir al-Bayan dengan mempertimbangkan aspek
belum menampilkan problem-problem kontekstual (sosial sejarah) di mana ia
hidup dan berada.
73. Ibid.
74. Ibid., hlm. 284. 75.Ibid., hlm. 249.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
36 Aly Aulia

Karya tafsir di Muhammadiyah merupakan bagian bentuk kegelisahan


yang menjadi objek kajian ini, yaitu sekaligus sumbangan pemikiran bagi
Tafsir al-Azhar karya HAMKA yang bangsa Indonesia yang dalam masalah
dalam batasan tertentu bisa digolongkan hubungan antar umat agama mengalami
dalam model pendekatan kontekstual. carut marut. Banyak nyawa berjatuhan,
Kita tahu, awal penulisan Tafsir al-Azhar kehormatan, dan harta benda melayang
terjadi sekitar ahir tahun 1960-an keatas mengatasnamakan agama.77
sampai Akhir tahun 1980-an, di mana Secara epistemologis, buku tafsir
Muhammadiyah mengalami tidak saja ini menyadari sepenuhnya bahwa
perubahan politik tetapi juga dinamika Indonesia adalah sebuah bangsa yang
pemahama n keag amaan deng an majemuk. Perbedaan dan keragaman
berkembangnya ideologi keagamaan agama adalah suatu kenyataan dan
Muhammadiyah. Misalnya, maraknya keniscayaan yang tak perlu disesali.
kajian tentang konsep negara Islam Yang perlu dibangun sekarang, menurut
sebagai negara ideal. Dalam penyajian buku ini, adalah kesadaran dari setiap
tafsir surah Al-Maidah: 44-47, HAMKA pemeluk masing-masing agama untuk
mengungkapkan sikapnya tentang merefleksikan dan memahami kembali
Negara Islam, dan mengomentarinya ajaran-ajaran moral kitab suctnya.
bahwa negara Republik Indonesia Buku ini merupakan salah satu refleksi
didirikan atas pesetujuan golongan- atas kenyataan yang saat ini dihadapi
golongan yang terbesar pada bulan oleh bangsa Indonesia. Suatu upaya
Juli 1945. Dan menurut pangkal surah bagaimana ajaran kitab suci mampu
Al-Maidah ini, perjanjian ini wajiblah menaburkan cinta dan kedamaian
dipelihara dan disempurnakan, karena di bumi, bukan justru dimanfaatkan
dia bukanlah yang menghalalkan yang sebagai alat legitimasi untuk mensahkan
haram dan mengharamkan yang halal. tindak kekerasan dan anarki.
Bahkan pada adatnya kata HAMKA, Dari uraian di atas terlihat,
kalau tidak adanya Charter ini, tidaklah bahwa metode, nuansa dan pen
akan tercapai kemerdekaan yang telah dekatan tafsir yang digunakan literatur
ada ini.76 tafsir di Muhammadiyah yang diwakili
Begitu juga Tafsir Tematik Al- dengan lima tafsirnya sangat beragam.
Quran Tentang Hubungan Antarumat Keseluruhannya menggunakan metode
Beragama dalam batas tertentu juga bisa interteks, satu buku tafsir menggunakan
digolongkan dalam model pendekatan metode riwayat. Dalam metode
kontekstual. Seperti dijelaskan oleh pemikiran ini, analisis yang digunakan
Syafii Maarif, atas nama Pimpinan sangat beragam.
Pusat Muhammadiyah, buku tafsir ini
77.Majelis Tarjih, Tafsir Tematik Al-
76.Hamka, Tafsir Al Azhar, VI, hlm. Quran Tentang Hubungan Antar Umat Beragama,
246. hlm. vi.

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 37

Secara umum, karya tafsir ini yaitu Tafsir Tematik al-Quran tentang
menggunakan analisis sosio-kultural, Hubungan Sosial Antarumat Beragama,
semiotik, dan selebihnya ada satu tafsir perlu di perhatikan bahwa penyajian ke
yang menyertakan analisis dengan data empat tafsir lainnya, walaupun disajikan
sains ilmiah. Sedangkan dalam hal dengan sistematika runtut tetapi dalam
pendekatan tafsir, ada tiga buku tafsir pengupasan tafsir ditampilkan sesuai
yang secara mencolok menggunakan dengan tema yang muncul dalam
pendekatan kontekstual dan dua pasase ayat yang sedang ditafsirkan
menggunakan pendekatan tekstual. dan urutan ayat-ayat dikelompokkan
(dipenggal) menurut temanya. Artinya
Formulasi Baru Karya Tafsir Al- di sini, penyajian dengan sistematika
Quran Muhammadiyah runtut plus tematik. Dengan cara ini
Dari analisis sebelumnya tampak diharapkan tafsir yang dikemukakan
telah muncul pelbagai fenomena yang merupakan kesatuan yang bulat dan
sebelumnya tidak menjadi mainstream selaras dengan sisi lain dari tema yang
atau bahkan tidak pernah terjadi sama pada surat lain.
dalam sejarah penulisan tafsir di Semua itu dilakukan, tidak lepas
Muhammadiyah. Fenomena itu menjadi dari kepentingan pragmatis warga
formulasi baru. Setidaknya ada tiga Muhammadiyah secara khusus untuk
variabel yang menjadi titik-pijak untuk memudahkan dalam menangkap
menuju formulasi barru tersebut. pandangan dan nilia-nilai dasar dari
Bagian ini akan menelusuri kekhasan Al-Quran tentang suatu masalah. Hanya
itu. Pengidentifikasian kekhasan ini dengan sistematika penyajian runtut
dikrucutkan pada empat wilayah: (1) plus tematik yang dilengkapi dengan
wilayah teknis penyajian dan penulisan bangunan metodologi yang kukuh
tafsir, (2) metode penafsiran, (3) macam itu, tujuan pragmatis tersebut
pendekatan penafsiran. bisa dipenuhi secara baik.

Penyajian Tafsir Runtut plus Tematik Metode Tafsir Pemikiran: Upaya


Di antara trend dalam tradisi tafsir Membangun Progrevitas Tafsir
di Muhammadiyah adalah fenomena Ada suatu pandangan bahwa
sistematikanya dalam penyajian metode tafsir riwayat adalah metode
tematik yang ter us berlangsung yang paling valid dan absah di antara
di tiap periode, dan bahkan terus metode yang lain untuk menemukan
menemukan kekuatannya dengan suatu makna dari teks Al-Quran.
kerangka metodologi tafsir. Walaupun Pandangan macam ini membentuk
dari lima karya tafsir Muhammadiyah suatu kecenderungan tertentu pada
dalam kajian ini, hanya semua satu sebagian umat Islam, yaitu kesinisan
karya tafsir disajikan tematik plural-, terhadap karya tafsir yang tidak

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
38 Aly Aulia

sepenuhnya merujukpada data riwayat. Pendekatan Kontekstual: Menuju Tafsir


Bila kita konsisten dengan pandangan yang Responsif
ini, diam-diam kita sebetulnya sedang Sebagaimana dipetakan
membunuh Al-Quran sendiri. Sebab sebelumnya, bahwa kaitannya dengan
kita tahu, jumlah riwayat sangatlah tradisi penafsiran, ada dua konteks:
terbatas. Bila tafsir hanya tergantung (1) konteks teks, yaitu konteks yang
dan mengandalkan persediaan data berkaitan dengan pembentukan teks
material dari riwayat, berarti kita telah Al-Quran, dalam hal ini adalah sosio-
menghentikan aktivitas tafsir pada data historis dan antropologis masyarakat
riwayat yang terbatas tersebut. (sebagai audiens) di mana Al-Quran
Dalam konteks ini, metode tafsir diturunkan, dan (2) konteks penafsir,
pemikiran dalam pengertian sebagai yaitu konteks yang ada dan melingkupi
metode yang memanfaatkan kekuatan pembaca saat ini. Pengertian pembaca
intelektualisasi sebagai alat untuk yang dimaksud di sini bukanlah sebagai
menggerakkan proses penafsiran, audiens pertama dari munculnya teks,
dalam karya tafsir di Muhammaddiyah tetapi pembaca yang melakukan proses
menemukan tempatnya yang strategis, interpretasi yang berada di luar dari
apalagi di tengah perkembangan medan audiens dan jauh dari masa
kajian-kajian ilmiah., sebagaimana juga munculnya teks. Dengan demikian,
dilakukan K.H. Ahmad Dahlan. ada perbedaan pengertian antara dua
Tidak hanya itu, melalui metode konteks tersebut, yang disebabkan oleh
tafsir pemikiran diharapkan bahwa rentang waktu, dan latar sosio-historis
uraiannya (tafsirnya) tidak hanya masyarakat yang berbeda.
sekedar menyajikan petunjuk-petunjuk Model hermeneutik Al-Quran
kehidupan secara normatif, meskipun yang diletakkan pada konteks pembaca
ini sangat penting dan tidak boleh ini, merupakan suatu yang baru di dalam
diabaikan, tetapi juga berisi gagasan- tradisi tafsir di Muhammadiyah. Selain
gagasan dan pikiran yang dapat menjadi dari apa yang telah digunakan K.H.
inspirasi bertindak kepada pembacanya Ahmad Dahlan masa awal, karya tafsir
dan sumber motivasi berbuat dalam yang dengan tegas mempertimbangkan
membangun kehidupan masyarakat aspek kontekstualitas di mana penafsir
yang lebih baik sehingga karena itu berada dan hidup, yaitu Tafsir Tematik
dimensi kedalaman ruhani, sensitivitas Al-Quran Tentang Hubungan Sosial
nurani dan kesadaran kalbu yang dijalin Antarumat Beragama.
dengan rasionalitas pemikiran menjadi Dalam batas tertentu Tafsir
titik sasar penting dalam kupasan tafsir. Tematik Al-Quran Tentang Hubungan Sosial
Antarumat Beragama juga melakukan
langkah serupa, karena karya tafsir ini
muncul dari problem relasi antarumat

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 39

beragama di Indonesia. Sebelumnya, yang beragam. Dengan kerangka


sulit ditemukan model tafsir yang teori yang diarahkan pada pembacaan
kental dengan variabel kontekstual tehadap karya tafsir dari dua wilayah:
keindonesiaan macam ini. Meskipun (1) aspek penulisan, dan (2) aspek
dalam konteks hermeneutik, keduanya her meneutiknya, kajian ini telah
tidak merumuskan secara paradigmatik menyingkap keunikan-keunikan yang
dasar-dasar pokok dari penafsirannya terjadi.
itu, betapapun harus diakui bahwa Pada aspek penulisan tafsir,
keduanya telah membuka jalan mengenai muncul pertama, sistematika penyajian
suatu tafsir yang spesifik keindonesiaan, tafsir runtut dan tematik. Namun
seperti yang secara paradigmatik telah tampak dari lima karya tafsir di
dirumuskan oleh Hasan Hanafi dalam Muhammadiyah, semua disajikan
konteks masyarakat Muslim Mesir, dengan pengelompokan ayat Al-Quran
Farid Esack dalam konteks masyarakat dalam surah dan menunjukkan tema
Muslim Afrika Selatan, dan Mahmud kelompok ayat-ayat Al-Quran tersebut
Mohammed Thaha dalam konteks untuk ditafsirkan. Hasilnya, pembaca
masyarakat Muslim Sudan. dapat memahami maksud tafsiran
Melaui pendekatan ini diharapkan ayat-ayat tersebut dengan jelas dan
mampu merespon situasi konkret berkesinambungan yang ada di antara
sehingga tafsir ini tidak hanya sekedar ayat-ayat tersebut. Kedua, Gaya bahasa
kumpulan dan kliping terhadap tafsir- penulisan tafsir. Pada bagian ini muncul
tafsir yang sudah ada, melainkan gaya bahasa kolom, reportase, ilmiah
diupayakan sebagai pencerminan dari dan popular. Selain gaya bahasa ilmiah,
dialog dan pergulatan dengan persoalan empat dari lima tafsir yang dikaji semua
konkret yang sedang berkembang. merupakan karya utuh, hanya Tafsir
Azhar karya HAMKA saja yang pada
Penutup awalnya dari ceramah dan tulisan yang
Ditinjau dari perkembangan dipublikasikan di media massa (koran
keagamaannya, Muhammadiyah sejak maupun majalah).
awal berdirinya sudah meninggalkan Adapun analisis dari aspek
pemikiran mitologis. Pembaharuan dalam, telah memunculkan tiga
pemahaman dan sikap kritis K.H. ranah penting: (1) metode tafsir, yang
Ahmad Dahlan terhadap ayat-ayat terdiri dari: metode riwayat, metode
Al-Quran yang mendorong berdirinya pemikiran, dan metode interteks; (2)
organisasi merupakan bukti kesadaran nuansa tafsir, yang terdiri dari nuansa
ilmu sudah ada bersamaan dengan kebahasaan dan sosial kemasyarakatan.
berdirinya Muhammadiyah. Tradisi Adapun nuansa teologis dan sufistik
penafsiran Al-Quran di Muhammadiyah tidak tampak disajikan dengan tegas
telah melahirkan pelbagai wacana di kelima karya tafsir Muhammadiyah

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
40 Aly Aulia

dalam kajian ini. (3) pendekatan tafsir, Ahmad, H. Abdul Malik, Tafsir Sinar
yang terdiri dari pendekatan tekstual (Yogyakarta: LPPA Muhammadiyah,
dan kontekstual. 1986).
Dari semua itu, yang ingin Albana, Jamal, Al-Islm Dn wa
ditunjukkan dalam kajian ini adalah Ummah, Laisa Dn wa Daulah, Terj.
bukan semata-mata proses tajdd dan Jumadi Sunardi dan Abd Mufid,
dinamis yang terjadi dalam tradisi (Yogyakarta; Pilar Media 2005).
penulisan tafsir di Muhammadiyah. Ali, A. Mukti, The Muhammadiyah
Lebih dari itu, kajian ini juga ingin Movement: A Bibliographical ntroduction
menegaskan bahwa sebuah karya, tak (McGill University, Montreal, 1975).
terkecuali karya tafsir, bukanlah karya
suci yang kebal kritik. Analisis wacana Arifin, MT, Muhammadiyah Potret
kritis yang dipakai dalam kajian ini yang Berubah (Surakarta: Institut
dengan tegas menunjukkan bahwa Gelanggang Pemikiran Filsafat,
karya tafsir, dengan pelbagai bentuknya, 1990).
telah mengusung pelbagai kepentingan. Al-Farmawi, Abd al-Hayyi, al-Bidyah
Proses representasi kepentingan ini f al-Tafsr al-Mawi: Dirsat
dilakukan dengan pelbagai cara. Dalam Manhjiyyah Mauiyyah (t. tp.:t.p,
konteks inilah pembaca tafsir dituntut 1976).
kritis dan mampu membongkar apa Federspiel, Howard, Kajian Al-Quran
yang ada di balik sebuah karya tafsir. di Indonesia, terj. Tajul Arifin,
Semua itu menuntut untuk selalu sadar (Bandung:Mizan, 1996).
menempatkan sebuah karya tafsir Gusmian, Islah, Khazanah Tafsir
secara kritis. Indonesia: dari Hermeneutika hingga
Ideologi, (Jakarta: Penerbit Teraju,
DAFTAR PUSTAKA 2003).
Al-Qan, Mann al-Khall, Mabhi f
Abduh, Muhammad, Mukaddimah Tafsir Ulm al-Qurn (Bairt: Mansyrah
al-Manar, Jild. 1. al-Ar al-ad, t. th.).
Abdullah, Abdurrahman Haji, A-bn, Muhammad Al, al-Tibyn
Pemikiran Umat Islam di Nusantara fi Ulm al-Qurn (Beirut: Alam al-
(Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Kutub, 1985).
dan Pustaka Kementerian P&K
Hadjid, K.H.H., Ajaran K.H. Ahmad
Malaysia, 1990).
Dahlan dengan 17 Kelompok Ayat-ayat
A b d u r a h m a n , A s mu n i , M a n h a j Al-Quran (Yogyakarta, Lembaga
Tafsir Muhammadiyah, Metodologi Pustaka dan Infor masi PP
dan Aplikasi, cet. 1, (Yogyakarta, Muhammadiyah, 2005).
Pustaka Pelajar, 2002).
Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta:

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 41

Tintamas, 1962). Ladjnah Oelama Muhammadijah,


Majelis Tarjih dan Pengembangan Tafsr Al-Qurn, (Yogyakarta: H.B
Pemikiran Islam PP Muhamadiyah, Moehammadijah Madjlis Taman
Tafsir Tematik Al-Quran tentang Poestaka, tt.).
Hubungan Sosial Antarumat Beragama Ash-Shiddieqy, T.M. Hasbi, Tafsr al-
(Yogyakarta: Pustaka SM, 2000). Bayn (Bandung, Al-Maarif, 1966).
Mulkan, Abdul Munir, Islam Murni Suara Muhammadiyah No. 01 Th. Ke
dalam Masyarakat Petani (Yogyakarta: 86, 1-15 Januari 2001.
Bintang Baru Islam, 2000). ---, No. 18 Th. Ke 85, 16-30 September
Mulkan, Abdul Munir dan Sukrianto 2000.
AR (eds.), Perkembangan Pemikiran A-ahab, Al-Tafsr wa Al-Mufassirn
Muhammadiyah dari Masa ke Masa, (Kairo, Dr al-Kutub al-adah,
(Yogyakarta: Bagian Penerbitan 1961).
Dua Dimensi, 1985). Az-Zarksy, Al-Itqn f Ulm al-Qurn
(Beirt: Muassasah al-Kutub al-
aqafiyyah, 1996).
Az-Zarqn, Muhammad Abd al-Am,
Manhil al-Irfn, II (t. tp.:t.p, tt).

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
42 Aly Aulia

Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M

Anda mungkin juga menyukai