DALAM MUHAMMADIYAH
Aly Aulia
Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
UniversitasMuhammadiyahYogyakarta
Pendahuluan
Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam amar makruf nahi mungkar
dan tajdid yang bersumber kepada Al-Quran dan Sunnah1 dan bersemboyan
kembali kepada Al-Quran dan Sunnah, dengan sendirinya perlu dan
dituntut untuk dapat memberikan pemahaman Al-Quran melalui tafsir2 dalam
mengungkap kandungan-kandungannya. Usaha penafsiran ini penting artinya bagi
Muhammadiyah, baik dalam rangka memberikan tuntunan keagamaan kepada
warganya maupun dalam rangka menjalankan misi dakwahnya secara keseluruhan
dan sebagai kontribusi dalam pengembangan peradaban Indonesia dan pembinaan
karakter bangsa.
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
2 Aly Aulia
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 3
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
4 Aly Aulia
Indonesia dalam tiga generasi. Generasi murid termuda K.H. Ahmad Dahlan
pertama, kira-kira dari permulaan abad yang sangat rajin mencatat apa saja yang
ke-20 sampai awal tahun 1960-an. Era ini diajarkan K.H. Ahmad Dahlan secara
ditandai dengan adanya penerjemahan tematik tentang Isytirkiyyah Islmiyyah
dan penafsiran yang masih didominasi (Sosialisme Islam) ialah tentang hidup
oleh model tafsir yang terpisah-pisah menurut Islam5, sebagaimana penulis
dan cenderung pada surat-surat tertentu kupas pada pembahasan sebelumnya.
sebagai objek tafsir. Generasi kedua, Namun demikian, dalam
mer upakan penyempurnaan atas perjalanannya tradisi penafsiran di
generasi pertama, yang muncul pada Muhammadiyah mulai bergerak dalam
pertengahan tahun 1960-an. Cirinya, model dan teknis penulisan meskipun
biasanya mempunyai beberapa catatan, masih sederhana. Dari segi material teks
catatan kaki, terjemahan perkata, dan Al-Quran yang menjadi objek tafsir,
kadang-kadang disertai indeks yang literatur tafsir pada periode pertama ini
sederhana. Tafsir generasi ketiga, sudah cukup beragam. Dari hasil kajian
mulai muncul pada tahun 1970-an yang dilakukan Howard Federspiel
merupakan penafsiran yang lengkap, dan Islah Gusmian setidaknya ada tiga
dengan komentar-komentar yang luas kategori: Pertama, literatur tafsir yang
terhadap teks yang disertai juga dengan berkonsentrasi pada surat-surat tertentu
terjemahannya.4 sebagai objek penafsiran; kedua karya
tafsir yang konsentrasi pada juz-juz
Periode Pertama: Awal Abad ke-20 hingga tertentu, yang pada bagian ini yang
Tahun 1960-an muncul hanya juz-30 (Juz Amma) yang
Dalam periode pertama ini, menjadi objek tafsir; ketiga, menafsirkan
penafsiran di Muhammadiyah dido Al-Quran utuh 30 juz.6
minasi oleh pemikiran K.H. Ahmad Pada periode ini setidaknya ada
Dahlan yang menekankan pada tiga tafsir yang penulis kategorikan
pegembangan metode pengkajian lekat dan memiliki pengaruh besar di
amaliy (etos kerja) terhadap ajaran Muhammadiyah. Pertama, karya tafsir
Al-Quran. K.H. Ahmad Dahlan selalu menurut juz tertentu. Pada bagian ini
mengaitkannya dengan sesuatu yang yang dapat penulis temukan hanya
kongkret-realistis sebagaimana hasil
5. K.R.H. Hadjid, Falsafah Ajaran dan
analisis dari Pelajaran K.H. Ahmad
K.R.H. Hadjid, Ajaran K.H. Ahmad Dahlan
Dahlan; 7 Falsafah ajaran dan 17 dengan 17 Kelompok Ayat-ayat Al-Quran (Yog-
Kelompok Ayat Al-Quran, karya ini yakarta, Lembaga Pustaka dan Informasi PP
merupakan dokumentasi K.R. H. Hadjid Muhammadiyah, 2005).
6.Lihat: Islah Gusmian, Khazanah Tafsir
4.Howard Federspiel, Kajian Al-Quran Indonesia: dari Hermeneutika hingga Ideologi, (Yog-
di Indonesia, terj. Tajul Arifin (Bandung: Mizan, yakarta: Teraju, 2003), hlm. 66-67. Bandingkan:
1996), hlm. 129. Howard Federspiel, Kajian Al-Quran di Indonesia.
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 5
juz ke-1 yang menjadi objek tafsir, periode awal ini telah menggunakan
yaitu: Tafsir Al-Quran; Djoez Ke Satoe upaya pengupasan tafsir sesuai dengan
yang disusun secara kolegial (kolektif) tema yang muncul dalam pasase ayat
oleh Lajnah yang terdiri dari beberapa yang sedang ditafsirkan. Namun urutan
ulama Muhammadiyah yaitu, K.R. ayat-ayat dikelompokkan (dipenggal)
H. Hadjid, K.H. M. Mansoer, K.H. menurut temanya. Misalnya surat
A. Badawi, K.H. Hadikoesoemo, al-Baqarah dikelompokkan menjadi
K.H. Farid, H. Aslam dan para ulama ayat 1-5 mengenai Al-Quransebagai
lainnya7, Kedua, Menafsirkan Al-Quran petunjuk bagi orang bertaqwa, ayat 6-7
utuh 30 Juz, yaitu Tafsir Al-Azhar mengenai sikap orang kafir, ayat 8-20
karya Prof. Dr. HAMKA8 yang pernah mengenai sikap orang munafik, dan
duduk sebagai anggota Pimpinan seterusnya.
Pusat Muhammadiyah sejak tahun
1953 sampai dengan 1971, dan Tafsir Periode Kedua: Tahun 1970-an hingga
al-Bayan karya Prof. Dr. T.M. Hasbi 1980-an
Ash-Shiddieqy yang pernah menjabat Pada periode kedua ini, karya
Consoel (Ketua PW) Moehammadijah tafsir yang mengemuka di kalangan
Aceh9. Muhammadiyah yang satu yaitu: Tafsir
Dari sini terlihat bahwa dari Sinar yang disusun menurut nuzu> l
segi objek tafsir, pada periode awal, (turunnya) surat dalam Al-Quran karya
Muhammadiyah tidak memfokuskan H. Abdul Malik Ahmad, seorang anggota
kajian penafsiran pada kategori surat Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun
ataupun juz tertentu sebagaimana 1970-an, walaupun baru terbit dua jilid
banyak dilakukan mufassir lain di (11 surah) yaitu: Juz I meliputi, Surah
masanya.10 Pengamatan sepintas penulis Al-Alaq, Surah Al-Qalam, Surah Al-
memperlihatkan bahwa tradisi tafsir Muzammil dan Surah Al-Muddatsir.
Al-Quran di Muhammadiyah pada Kemudian Juz II yang meliputi, Surah
7.Ladjnah Oelama Muhammadijah, Al-Fti, Surah Al-Hijr, Surah Asy-
Tafsr Al-Qurn, Djoez Satoe, (Yogyakarta: H.B Syuara, Surah Al-Masad, Surah At-
Moehammadijah Madjlis Taman Poestaka, tt.). Takwin, Surah Al-Ala dan Surah
8.Hamka, Tafsir Al Azhar (Jakarta: Al-Laili.11
Tintamas, 1962).
9.T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsr al- Menengok mufassir Indonesia
Bayn (Bandung, Al-Maarif, 1966). di masanya, penyajian H. Abdul
10.Sebagaimana disimpulkan Howord Malik Ahmad dalam tafsirnya dengan
Federspiel dan Islah Gusmian bahwa periode mengkonsentrasikan pengarahan
awal abad 20 hingga tahun 1960 bahwa ketegori objek tafsirnya disusun menurut nuzul
juz tertentu dengan juz Amma dan kategori
surat tertentu dengan surat Ysin ternyata men- (turunnya) surat (baca; bukan ayat) dinilai
jadi objek yang paling disukai dan dipilih oleh
para mufassir; Islah Gusmian, Khazanah Tafsir 11.Abdul Malik Ahmad, Tafsir Sinar
Indonesia, hlm. 67. (Yogyakarta: LPPA Muhammadiyah, 1986).
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
6 Aly Aulia
baru terjadi, selain masih digunakannya formal dibentuk oleh Majelis Tarjih
mufassir lain di masanya beberapa dan Pengembangan Pemikiran Islam
model teknis penyajian dan objek tafsir Pimpinan Pusat Muhammadiyah yang
periode pertama. Memahami Al-Quran sekarang menjadi Majlis Tarjih dan
menurut tertib nuzu>l-nya surat itu bukan Tajdid- yang terbit menjelang Muktamar
dimaksudkan mengubah susunan Al- Muhammadiyah ke-44 di Jakarta 8-11
Quran yang telah ada, akan tetapi upaya Juli 200013. Tafsir ini tampak sekali
memudahkan memahami rentetan sebagai respons isu pluralitas budaya
usaha dan perjuangan Nabi. Kemajuan dan agama yang sedang marak di
dari kekuatan jiwa menghadapi usaha- penghujung abad ke-20.
usaha besar dan mematahkan segala Buku ini merupakan wujud dari
tantangan dan menggali perkembangan kegelisahan dalam Majelis Tarjih dan
mutu rohani, mutu pengetahuan, mutu Pengembangan Pemikiran Islam PP
akhlaq, mutu organisasi, susunan Muhammadiyah ketika itu yang sedang
kenegaraan, cara pelaksanaan hukum- memperhatikan dua dimensi wilayah
hukum dan sistem masyarakat Islam keagamaan secara proposional sekaligus,
untuk mendekatkan rasa sesuai dengan yaitu wilayah religious practical guidance
apa yang diketahui oleh sahabat-sahabat (fatwa dan tuntunan keagamaan secara
terdahulu.12 praktis) dan juga wilayah pemikiran
keagamaan (religious though) yang lebih
Periode Ketiga: Dekade 1990-an terkait dengan visi, gagasan, diskursus,
Pasca tahun 1980-an, proses wacana, nilai-nilai fundamental, dan
kreatif penulisan tidak saja terus terjadi sekaligus analisis akademik. Sisi pertama
tetapi juga terus berkembang. Dalam bersifat mengikat (sebagaimana umat
periode 1990-an di tengah memuncaknya Islam terikat kepada aturan-aturan dan
kritik terhadap Muhammadiyah yang norma-norma ibadah mahdah). Sisi
dinilai kaku, konservatif dan terkesan kedua tidak mengikat, lebih bersifat
hanya menyukupkan diri dengan wacana yang tidak mesti harus didahului
ideologinya yang dianggap telah mapan oleh keputusan Majelis Tarjih.14
dalam merespon perubahan sosial yang Akan tetapi perlu dicatat bahwa
timbul, muncul produk pemikiran yang tafsir ini menimbulkan kontroversial
dibingkai dalam bentuk tafsir maudhui di kalangan Muhammadiyah. Misalnya
(tafsir tematik) yaitu: Tafsir Tematik al-
13.Tim Majelis Tarjih dan Pengemban-
Quran tentang Hubungan Sosial Antarumat gan Pemikiran Islam PP Muhamadiyah, Tafsir
Beragama buku ini ditulis secara kolektif Tematik Al-Quran tentang Hubungan Sosial Anta-
oleh tim khusus. Tim tersebut secara rumat Beragama (Yogyakarta: Pustaka SM, 2000).
14.Lihat, Kata Pengantar dalam Tim
12.H. Abdul Malik Ahmad, Tafsir Sinar Majelis Tarjih dan Pengembangan Pemikiran
(Yogyakarta: LPPA Muhammadiyah, 1986), Islam PP Muhamadiyah, Tafsir Tematik Al-
hlm. vi. Quran, hlm. ix.
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 7
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
8 Aly Aulia
Dalam bagian ini, setidaknya bisa dan (2) pendekatan kontekstual, yaitu
dipetakan dalam beberapa bentuk gaya arah gerak penafsiran yang lebih
bahasa, yaitu: (a) gaya bahasa ilmiah, (b) terpusat pada konteks sosio-historis
gaya bahasa populer, (c) gaya bahasa di mana penafsir hidup dan berada,
kolom, d) gaya bahasa reportase; (4) sifatnya cenderung ke atas: dari praksis
Kategori mufasir. Dalam bagian ini (konteks) ke refleksi (teks).
meliputi: (a) literatur tafsir yang ditulis Dengan variabel-variabel di atas,
oleh penafsir secara individual, dan hubungan antara penulis (pembicara),
(b) literatur tafsir yang ditulis secara pembaca (pendengar), dan teks, serta
kolektif dan atau yang secara khusus kondisi-kondisi mana seseorang
disusun oleh suatu lembaga tertentu memahami sebuah teks kitab suci,
ntuk menulis tafsir. dimungkinkan bisa dipotret secara
Kedua, menyangkut aspek dalam, lebih komprehensif. Dari bangunan
yaitu konstruksi hermeneutik karya metodologi ini, memungkinkan peneliti
tafsir. Aspek hermeneutik ini tidak memperoleh keunikan yang ada dalam
hanya sebatas pada variabel linguistik karya tafsir dan sekaligus menangkap
dan riwa>yah, tetapi juga mempertimbang- arah serta wacana yang digerakkan
kan unsur triadik (teks, penafsir, dan penafsir.
audiens sasaran teks) Di dalamnya, Dengan bangunan metodologi
suatu proses penafsiran tidak lagi di atas, lima karya tafsir Al-Quran di
berpusat pada teks tetapi juga penafsir Muhammadiyah akan dikaji. Variasi
di satu sisi dan audiens di sisi lain. dan keragaman yang muncul di setiap
Dalam aspek her meneutik bagian, akan diurai dengan merajutkan
ini, arah kajian bergerak pada tiga antarkarya tafsir dalam satu kategori.
wilayah: (1) metode penafsiran, yakni
tata kerja analisis yang digunakan Aspek Teknis Penulisan Tafsir Al-
dalam penafsiran, terdiri dari: metode Quran
riwayat, metode pemikiran, dan metode Pengertian aspek teknis penulisan
interteks; (2) nuansa penafsiran, yaitu tafsir adalah suatu kerangka teknis
analisis yang menjadi nuansa atau yang digunakan penulis tafsir dalam
mainstream yang terdapat dalam karya menampilkan sebuah karya tafsir.
tafsir. Misalnya, nuansa fiqh, sufi, Jadi, aspek teknis penulisan ini terkait
bahasa, dan seterusnya, 3) pendekatan lebih pada penulisan karya tafsir, yang
tafsir, yaitu arah gerak yang dipakai bersifat teknis, bukan pada proses
dalam Jiran. Dalam bagian ini, terdiri penafsiran, yang bersifat metodologis.
dari: (1) pendekatan tekstual mana Sebagaimana telah dipetakan
gerak dari proses penafsiran cenderung dalam metodologi kajian karya tafsir
berpusat pada teks. Sifatnya ke bawah: di atas, pada aspek teknis penulisan
dari refleksi (teks) ke praksis (konteks); tafsir meliputi delapan bagian penting.
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 9
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
10 Aly Aulia
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 11
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
12 Aly Aulia
mudah dipahami. Sekalipun demikian, Al-Bayan karya Prof. Dr. T.M. Hasbi
kalau terjemahan itu dibaca langsung Ash-Shiddieqy dan Tafsir al-Azhar oleh
tanpa membaca kalimat di antara tanda, Prof. Dr. HAMKA. Sedangkan yang
penterjemahan itu tepat menjadi makna mengacu pada urutan turunnya wahyu
harfiyah, seperti : adalah Tafsir Sinar karya H. Abdul Malik
Sesungguhnya Allah telah memilih Ahmad.
-di antara penduduk bumi- Nabi
Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan 2. Sistematika Penyajian Tematik
keluarga Imran, masing-masingnya Bagian kedua dari sistematika
ada tali turunan dari yang lain, penyajian karya tafsir adalah sistematika
dan Allah Maha Mendengar dan penyajian tematik. Sistematika penyajian
Mengetahui tematik yang dimaksud di sini adalah
Untuk meringkas penerjemahan suatu bentuk rangkaian penulisan
di tafsir ini, perkataan sesungguhnya karya tafsir yang struktur paparannya
sebagai terjemahan inna pada awal diacukan pada tema tertentu atau pada
kalimat juga ditiadakann dan diganti ayat, surah, dan juz tertentu. Tema
dengan +. Sesungguhnya orang atau ayat, surah dan juz tertentu ini,
yang kafir. -sebagai terjemahan ditentukan sendiri oleh penulis tafsir.
dari innal ladzina kafaru- dicukupkan Dari tema-tema ini, mufasir menggali
dengan + orang kafir visi Al-Quran tentang tema yang
Dalam konteks pemaparan Tafsir ditentukan itu.
Sinar, setelah memaparkan teks ayat Dalam model penyajian tematik
secara utuh disertai dengan terjemahnya, ini, mufassir biasanya mengumpulkan
buku ini memulai proses penafsiran. seluruh kata kunci yang ada dalam
Dalam tahapan ini, ditampilkan Al-Quran yang dipandang terkait
peng galan-peng galan ayat dalam dengan suatu tema kajian yang dipilih.
surah tertentu yang dikaji itu disertai Dari segi ayat yang dikaji, cakupannya
terjemahnya. Lalu, secara linguistik bersifat spesifik dan mengerucut. Itu
dijelaskan kata atau terma pokok yang sebabnya, model penyajian tematik
dipakai dalam ayat, dikaitkan pula yang sebenarnya lebih bersifat teknis
dengan ayat-ayat pada surah lain yang ini, mempunyai pengaruh pada proses
tema pembahasannya berkaitan. Begitu penafsiran yang bersifat metodologis.
seterusnya hingga akhir surah. Bila dibandingkan dengan model
Dari uraian di atas dapat penyajian runtut, sistematika penyajian
disimpulkan bahwa literatur tafsir di tematik ini mempunyai kelebihan.
Muhammadiyah yang menggunakan Salah satunya adalah membentuk
model penyajian runtut sesuai dengan arah penafsiran menjadi fokus dan
urutan surah dalam mushhaf standar memungkinkan adanya tafsir silang
ada dua karya tafsir, yaitu Tafsir antarayat secara komprehensif dan
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 13
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
14 Aly Aulia
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 15
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
16 Aly Aulia
bentuk penyajian global hanya disajikan (2) pengertian al-ramn dan al-ram,
kesimpulan dan pokok pikiran yang sebagai bagian al-asm al-usna Allah,
dirumuskan dari Al-Quran. Bentuk (3) bismillah sebagai permulaan segala
penyajian global macam ini dapat hal, merupakan pengertian tauhid serta
ditemukan dalam karya tafsir yang disiplin terhadap Allah yang dalam
menjadi objek kajian ini. Islam diklaim sebagai prinsip pertama
Karya Muhammadiyah yang dan utama. Untuk menguraikan tiga
termasuk dalam bentuk penyajian masalah ini, penulis tafsir ini hanya
global ini ada dua tafsir. Pertama, Tafsir membutuhkan dua paragraf yang
Al-Quran; Djoez Ke Satoe. Buku ini kurang dari satu halaman.
menggunakan bentuk penyajian global Semoea soerat jang ada di dalam
dalam kerangka sistematika tematik Qoern (Selain soerat Barah)
klasik, yang terpusat pada juz tertentu itoe dimoelai dengan perkataan
(juz ke-1). Setelah menerjemahkan Bismillah, oentoek menoenjoekkan
setiap ayat, Tafsir Al-Quran; Djoez bahwa semoea soerat-soerat itoe
Ke Satoe ini menjelaskan tentang inti datang atas nama Allah. Boekanlah
atas nama Moehammad. Adapoen
kandungan surah yang dikaji tanpa
Bismillah itoe artinja, bahwa adanja
harus memberikan penjelasan/detail
semoea makhloek serta bergeraknja
tentang problem kebahasaan dan itoe boekan dari kekoetannja sendiri,
sosio-historis meskipun di buku ini tetapi kesemoenja atas namanja Allah,
dipaparkan aspek asbab al-nuzul sebagai dari kehendak dan koesanja Allah,
arah- sebagai arah epistemologis. Di ialah Toehan jang Maha Moerah,
banyak kasus, karya tafsir ini bahkan jang telah memberikan sesoeatoe,
tampak berusaha menghindari dari boekan karena diminta, dan tidak
pelbagai perdebatan yang bersifat poela lantaran mengharapkan
teologis. sesoeatoe, bahkan Dia itoe bersifat
Dari arah pemaparan, model belas kasihan.
Sifat (Ar-Rahman) itoe soeatoe
yang ditempuh Tafsir Al-Quran; Djoez
sifat jang dapat menarik kepada
Ke Satoe ini tampak sangat sederhana.
sesoeatoe orang dan dapat poela
Tetapi, secara pragmatis cukup menimboelkan rasa tjinta kepada
bermanfaat bagi orang yang ingin cepat Allah. Sesoenggoehnja semoea apa
menangkap maksud suatu ayat, tanpa jang ada dialam ini menoendjoekkan
harus dikacaukan dengan pelbagai sifat kemoerahannja Allah. 31
analisis yang rumit. Salah satu contoh,
ketika menguraikan ayat pertama Bentuk ini sang at kontras
dari surah Al-Fti, menguraikan jika dibandingkan dengan tafsr al-
tentang: (1) kedudukan basmallah bagi Azhr. Dalam kasus ayat yang sama,
surah-surah Al-Quran yang lain dengan 31. Ladjnah Oelama Muham-
mengutip pendapat beberapa ulama, madijah,Tafsr Al-Qurn, hlm 15.
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 17
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
18 Aly Aulia
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 19
melalui asbb al-nuzl dengan kalimat yang pendek, lugas, dan tegas.
mempertimbangkan domain sejarah Dalam bentuk ini, biasanya diksi-diksi
masyarakat tempat ayat itu turun. yang dipakai dipilih melalui proses
Perujukan pada karya tafsir terdahulu serius dan akurat. Diksi-diksi yang
juga cukup kuat dalambuku ini. Selain dipilih itu menyimpan kekuatan yang
itu, buku ini juga menampilkan analisis mampu menghentakkan imajinasi dan
kebahasaan yang mendalam. Paparan batin pembaca.38
sejarah dengan aspek sosilogisnya yang Gaya bahasa penulisan tafsir
memungkinkan mempunyai kaitan semacam ini, dapat ditemukan dalam
dengan ayat yang dikaji dan ditampil Tafsir al-Bayan. Simak contoh berikut:
kan di bagian awal dari surah terkait. Ar-Rahman dan Ar-Rahim, dua sifat
Misalnya ketika menelisik surah Al- yang diambil dari rahmat. Rahmat
Fti, karya tafsir ini mengupas Allah, adalah: Ihsan, atau suatu
tuntas tentang nuzul ayat, hubungannya sifat yang ada pada dzat Allah yang
dengan ayat yang turun sebelumnya, kita tidak mengetahui hakikatnya.
serta beberapa masalah di sekitar surat Dalam pada itu Rahman dan Rahim
masing-masing mempunyai arti
Al-Fti.37
sendiri-sendiri.
Rahman ber mana: Azimur
Gaya Bahasa Penulisan Tafsir
Rahmah= yang sangat banyak
Analisis tentang bentuk gaya
dan besar rahmat-Nya, tetapi
bahasa penulisan di sini diorientasikan
tidak selalu harus ada. Rahim,
untuk melihat bentuk-bentuk bahasa
bermana: Daimur Rahmah = yang
yang dipakai dalam karya tafsir.
senantiasa kekal mencurahkan
Kategorisasi yang dipakai dalam
rahmatNya. Lantaran inilah
konteks ini mirip yang ada dalam
kami menerjemahkan Rahman
dunia jurnalistik. Secara umum, upaya
dengan: Yang banyak (besar)
menelisik gaya bahasa yang dipakai
rahmatNya. Sedang Rahim,
dalam sebuah karya tulis, setidaknya ada
kami terjemahkan dengan: yang
empat gaya bahasa penulisan yang dapat
senantiasa kekal mencurahkan
dibedakan dari keseluruhan literatur
rahmatNya.39
tafsir tersebut: gaya bahasa tulisan
kolom, reportase, ilmiah, dan populer. Rangkaian kalimat yang dikutip
di atas, strukturnya sangat padat,
1. Gaya Bahasa Penulisan Kolom ringkas, dan jelas. Dari contoh di atas
Yang dimaksud dengan gaya pula, ada dua kata yang dipakai, yang
bahasa tulisan kolom adalah gaya selama ini sering dianggap sama, untuk
penulisan tafsir dengan memakai 38.Islah Gusmian, Khazanah Tafsir
Indonesia, hlm. 165.
37.Abdul Malik Ahmad, Tafsir Sinar 39.Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsr al-Bayn,
(Yogyakarta: LPPA, 1986). hlm.180.
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
20 Aly Aulia
mengungkapkan hal yang berbeda, yaitu: Biasanya, model ini memikat emosi
ramn dan ram. Dalam karya ini, kata pembaca dan sekaligus mengajaknya
ramn itu dipakai untuk menandakan masuk dalam tema yang ditulis. Pelibatan
kebesarannya sedangkan untuk ram pembaca ini, misalnya, bisa dilakukan
mengacu pada kekekalannya. dengan memakai kata: kita. Dengan
Gaya bahasa kolom, dengan menyentuh emosi, pembaca diajak
pilihan diksi yang tepat seperti ditun bertamasya ke dalam persoalan yang
jukkan Tafsir Al-Bayan ini, tidak saja dikaji, sehingga pembaca menikmati
mengajarkan tentang mekanisme uraian yang disampaikan.
komunikasi efektif dalam sebuah Gaya ini dapat ditemukan dalam
tulisan, tapi juga memberikan kekuatan Tafsir Al-Azhar dan Tafsir Sinar. Dalam
khas yang bisa dirasakan pembaca, dan Tafsir al-Azhar, setiap tema selalu
sekaligus memberikan makna yang dimulai dengan reportase dari suatu
tegas, sesuai diksi-diksi yang dipilih. peristiwa yang diambil dari riwayat-
Paragraf terakhir dari kutipan riwayat mar terkait dengan tema-
di atas memperlihatkan ketegasan tema dalam ayat yang dikutip dari kitab
Hasbi dengan bahasa yang khas: rujukan yang beragam. Riwayat-riwayat
Lantaran inilah kami menerjemahkan itu ditata dalam struktur reportase yang
Rahman dengan: Yang banyak (besar) memikat. Dari hasil reportase itu, di
rahmatNya. Sedang Rahim, kami beberapa bagian, diberi kata simpul
terjemahkan dengan: yang senantiasa sebagai pengungkapan pesan moral
kekal mencurahkan rahmatNya. Gaya Al-Quran. Misalnya, ketika HAMKA
bahasa penulisan kolom yang diracik menguraikan surah An-Ns:
Hasbi ini, telah melahirkan kesan tegas Yang membisik-bisikkan di dalam
dan menghentak bagi pembaca. dada manusia. (ayat 5). Dia berbisik-
bisik, bukan berterang-terang. Dia
2. Gaya Bahasa Penulisan Reportase masuk ke dalam dada manusia secara
Gaya bahasa penulisan reportase halus sekali. Dia menumpang dalam
ditandai dengan menggunakan kalimat aliran darah, dan darah berpusat ke
yang sederhana, elegan, komunikatif, jantung, dan jantung terletak dalam
dada. Maka dengan tidak disadari
dan lebih menekankan pada hal yang
bisikan yang dimasukkan melalui
bersifat pelaporan dan bersifat human jantung yang dibalik benteng dada itu,
interest. Gaya bahasa semacam ini seperti dengan tidak disadari terpengaruhlah
reportase yang sering digunakan dalam oleh bisik itu. Sedianya kita akan
majalah atau koran yang menyajikan maju; namun karena mendengar
laporan dari belbagai peristiwa penting.40 bisikan dalam dada itu, kita pun
mundur.
40.Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indo-
nesia, hlm. 167. Tentang pengertian reportase Jurnalisik Praktis Sarana Penggerak Lapangan Kerja
dalam media massa, lihat Djudjung Juyono, Raksasa (Yogyakarta: Nur Cahaya, 1985).
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 21
Tadinya hati kita telah bulat hendak 3. Gaya Bahasa Penulisan llmiah
berjihad fi Sabilillah, namun karena Gaya bahasa penulisan ilmiah
bisikan yang menembus hati itu, kita ialah suatu gaya bahasa penulisan yang
tidak jadi berjihad. Kita menjadi ragu dalam proses komunikasinya terasa
akan maju ke muka. Bisikan dalam
formal dan kering. Biasanya, dalam
hati yang menghasilkan ragu-ragu
model ini, kalimat yang cenderung
itu sangatlah menurunkan mutu kita
sebagai manusia. Dan perasaan yang menunjuk pada sistem komunikasi
dibisikkan oleh sesuatu di dalam oral dihindari, seperti pemakaian
dada itu telah diberi nama dalam kata: anda, kita, saya, dan seterusnya.
ayat-ayat ini, yaitu waswas! Dan dia Karena karakternya yang semacam itu,
pun telah menjadi bahasa Indonesia maka gaya bahasa ilmiah ini cenderung
kita; waswas. melibatkan otak ketimbang emosi
Siapa yang memasukkan waswas ini pembaca. Dengan demikian, pembaca
ke dalam dada kita? Ditegaskan oleh kurang dilibatkan dalam wacana
ayat terakhir. Dia terdiri; Daripada peristiwa yang dipaparkan.
jin dan manusia. (ayat 6). Karya tafsir yang menggunakan
Si pengintai-peluang (ayat 4) gaya bahasa semacam ini kebanyakan
disebut si KHANNAS! muncul dari tug as akademik.
Ada yang halus atau secara halus; Mungkin tuntutan ilmiah menjadikan
itulah yang dari jin.Ada yang karya akademik ini tampil dengan
kasar secara kasar, itulah yang dari kekhasannya. Namun buku Tafsir
manusia. Keduanya membujuk, Tematik Al-Quran tentang Hubungan
merayu, setelah memperhatikan Sosial Antarumat Beragama dan Tafsir
bahwa kita lengah. Al-Quran; Djoez Ke Satoe meskipun tidak
muncul dari tugas dan kepentingan
Dalam uraiannya, HAMKA
akademik, uraian dan gaya bahasa
mengajak pembaca untuk menyelami
penulisannya sangat ilmiah. Dalam
tema-tema yang dipaparkan dengan
uraiannya tampak jelas pada kedua
penuh nikmat. Model uraiannya,
buku itu menghindari pemakaian kata:
dialogis. Beberapa uraian yang
kita yang merupakan salah satu
menyangkut aspek sejarah, disusun
mekanisme pelibatan pembaca pada
dalam bahasa kisah yang memikat.
ruang komunikasi. 41 Bahkan dalam
Kadang di beberapa tempat lain, ia
beberapa kasus, di buku ini sama
sengaja tidak memberikan kata simpul.
sekali tidak menampakkan pandangan
Dengan dipersilakannya pembaca
penulisnya dengan narasi yang tegas
untuk menarik kearifan sendiri dari
dalam suatu persoalan.
uraian-uraian itu.
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
22 Aly Aulia
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 23
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
24 Aly Aulia
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 25
pelbagai mazhab di kalangan umat Al-Quran tidak bisa lepas dari persoalan
Islam. Masing-masing mazhab itu budaya, wilayah geografis, dan psikologi
berusaha meyakinkan pengikutnya masyarakat ketika Al-Quran diturunkan
dengan memberikan penjelasan dari dan berdialog dengannya.
ayat-ayat Al-Quran. Teks Al-Quran Pada metode tafsir pemikiran
kemudian ditafsirkan dalam kerangka ini, ada dua variable pokok yang akan
corak kepentingan dan ideologi. Dalam dijadikan titik tolak, pertama, variabel
konteks ini, sejarah tafsir mencatat sosio-kultural di mana teks Al-Quran
adanya perkembangan pelbagai corak muncul dan diarahkan pertama kali.
tafsir, misalnya muncul Tafsr ar- Dalam bagian ini, meliputi persoalan
Rzi dengan corak filsafatnya yang geografis, psikologis, budaya, dan
ditulis oleh Fakhr al-Rzi, al-Kasysyf tradisi masyarakat yang menjadi audiens
dengan corak teologi Muktazilahnya pertama dari teks Al-Quran. Kedua,
yang ditulis az-Zamakhsyr. Tafsr al- stuktur lingusitik teks, yang meliputi
Manar dengan corak sosiologinya yang analisis semantik dan semiotik.
ditulis Muhammad Rasyd Ridl, dan a. Analisis Sosio-Kultural: Melihat
seterusnya. Al-Quran dari Medan Sosial
Namun, dalam konteks Budaya
pengertian metode tafsir pemikiran Di antara tafsir Al-Quran di
yang dimaksud di sini bukan yang Muhammadiyah, Buku Tafsir Tematik
diuraikan oleh Al-Qan di atas. Al-Quran tentang Hubungan Sosial
Yang dibangun dalam metode tafsir Antarumat Beragama termasuk yang
pemikiran ini adalah aspek teoritis memperlihatkan urgensitas analisis
penafsiran bahwa memahami teks sosip-historis ini. Salah satu contoh
Al-Quran sejatinya tidak lepas dari bisa dilihat ketika buku tafsir ini
kesadaran pengetahuan ilmiah untuk menguraikan surat Ali Imran [3]: 28,
meletakkannya pada strukturnya sebagai an-Nisa [4]:139, tentang larangan
bahasa yang mempunyai struktur bagi orang yang beriman mengambil
historis dengan wacana-wacana yang orang kafir menjadi wali dengan
dipakai dan budaya masyarakat yang meninggalkan orang-orang mukmin. Di
menjadi audiensinya. Teks Al-Quran, samping mengutip pelbagai pendapat
dalam konteks bahasa, merupakan para mufasir terdahulu, buku tafsir ini
bentuk representasi dan keterwakilan menegaskan pengertian ayat tersebut
budaya masyarakat tempat teks dalam konteks sosio-historisnya, yaitu
diproduksi. Proses pergeseran makna dinamika hubungan Nabi dan umat
dari satu terma dalam bahasa (Arab) Islam awal di satu pihak dengan umat
juga dipahami dalam konteks budaya non-Muslim di pihak lain.47
masyarakat saat sebuah terma dipakai.
Dengan demikian, memahami teks 47.Majelis Tarjih, Tafsir Tematik al-
Quran, hlm. 208.
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
26 Aly Aulia
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 27
medan rujukan, karya tafsir ini mengajak otoritas tafsir pada sisi yang lain.52
pembaca memasuki pelbagai kondisi Tafsir di Muhammadiyah secara
masyarakat saat suatu teks terproduksi. umum menempatkan analisis semiotik,
Hal ini dilakukan dalam rangka sebagai kerangka dasar yang cukup
menemukan makna ayat yang sesuai, penting dalam merumuskan gagasan
berbeda dengan Tafsir Tematik Al- yang ingin disampakan oleh Al-Quran.
Quran tentang Hubungan Sosial Antarumat Di antara ke lima tafsir dalam kajian ini,
Beragama dan Tafsir Al-Azhar, yang Buku Tafsir Al-Azhar, termasuk yang
dengan tegas mengarahkan pelacakan cukup baik dalam konteks semiotik ini.
sejarah dan budaya masyarakat untuk Beberapa contoh bisa diperlihat
meletakkan sebuah makna yang sesuai kan di sini. Ketika menguraikan tentang
suatu ayat. arti kata ad-dn dalam surah al-Fti
Secara umum, tafsir di [1]:4, HAMKA memperlihatkan relasi
Muhammadiyah yang ditulis dengan sintagmatis menjadi begitu penting
penyajian tematik, menempatkan dalam proses pembentukan makna.
aspek kesejarahan menjadi salah satu Di sini dapatlah kita memahamkan
aspek penting dalam proses tafsir. betapa arti ad-din. Kita hanya bisa
Sedangkan karya tafsir yang ditulis memberi arti ad-din dengan agama.
dengan penyajian runtut yang cukup Padahal diapun berarti pembalasan.
kuat mengeksplorasi aspek kesejarahan Memang menurut Islam segala gerak-
terlihat pada Tafsir Al-Azhar. gerik hidup kita yang kita laksanakan
tidak lepas dari lingkungan agama,
dan tidak lepas dari salah satu hukum
b. Analisis Semiotik: Lewat Bahasa
yang lima: wajib, sunnat, haram,
Menangkap Makna makruh dan jaiz. Dan semuanya
Menurut Abu Zayd, bahasa kelak akan diperhitungkan dihadapan
mengandung aturan-aturan konven hadirat Tuhan di akhirat; baik akan
sional kolektif yang bersandar pada memberi pembalasan yang baik,
kerangka kultural. Teks sebagai sebuah buruk akan diberi pembalasan yang
pesan ditujukan kepada masyarakat buruk. Dan yang memberikan itu
yang memp unyai kebudayaannya adalah Tuhan sendiri, dengan jalan
sendiri, konsepsi-konsepsi mental yang seadil-adilnya.53
dan kepercayaan kulturalnya sendiri.
Konteks percakapan (siyq al-takhub)
yang diekspresikan dalam struktur c. Metode Sains llmiah: Relevansi
bahasa (bunyah lugawiyyah) berkaitan Al-Quran dengan Perkembangan
dengan hubungan antara pembicara Teknologi Sains llmiah
dan lawan bicara, yang mendefinisikan
karakteristik teks pada satu sisi, dan 52.Abu Zid, an-Na, as-Sulah, al-
aqqah, hlm. 96-98.
53.Hamka, Tafsir Al Azhar, hlm. 99.
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
28 Aly Aulia
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 29
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
30 Aly Aulia
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 31
Analisis bahasa itu hanya dijadikan menjadikan Al-Quran terlepas dari akar
sebagai dasar dalam membangun suatu sejarah kehidupan manusia, baik secara
konsepsi yang ditarik dari ayat yang individu ataupun sebagai kelompok,
dikaji. Akibatnya tujuan al-Quran sebagai
petunjuk dalam kehidupan manusia
2. Nuansa Sosial-Kemasyarakatan terlantar.
Muhammad Abduh pernah Sesuai dengan ide dasarnya,
mengatakan bahwa pada hari akhir hampir semua literatur tafsir di
nanti Allah tidak menanyai manusia Muhammadiyah bernuansa sosial-
mengenai pendapat para mufasir, dan kemasyarakatan yang menyebar
tentang bagaimana mereka memahami dalam pelbagai metode tafsirnya.
Al-Quran. Tetapi, Ia akan menanyakan Dalam Tafsir Al-Azhar yang ditulis
tentang kitab-Nya yang Ia wahyukan dengan metode riwayat, nuansa sosial
untuk membimbing dan mengatur kemasyarakatan ditampilkan sangat
manusia.60 Dapat disimpulkan, Abduh ekspresif dan memikat. Buku ini
ingin penjelasan Al-Quran bisa sampai melakukan sosialisasi pesan-pesan yang
kepada masyarakat luas deng an dibawa Al-Quran dengan gaya bahasa
maknanya yang praktis, bukan hanya yang memikat. Tanpa terjebak pada
untuk ulama profesional. Dari sini kerumitan pembaca, di setiap entri yang
analisis nuansa sosial kemasyarakatan dipaparkan selalu mengusung pesan-
diperlukan. pesan moral Al-Quran.
Nuansa sosial kemasyarakatan Sebagai contoh bisa dikemukakan
yang dimaksud di sini adalah tafsir yang ketika HAMKA menceritakan peristiwa
menitikberatkan penjelasan ayat Al- sejarah, kadang-kadang dikaitkannya
Quran dari: (1) segi ketelitian redaksinya, pula dengan kondisi yang sedang
(2) kemudian menyusun kandungan dihadapi oleh masyarakat Indonesia.
ayat-ayat tersebut dalam suatu redaksi Bahkan HAMKA sendiri menyebutkan
dengan tujuan utama memaparkan di dalam mukadimah tafsirnya bahwa
tujuan-tujuan Al-Quran, aksentuasi keberadaan tafsir ini adalah sebagai
yang menonjol pada tujuan utama yang alat penolong untuk menyampaikan
diuraikan Al-Quran, dan (3) penafsiran dakwah kepada masyarakat. Karena
ayat dikaitkan dengan sunnatullah yang para pendakwah berhadapan langsung
berlaku dalam masyarakat. dengan masyarakat yang cukup cerdas.61
Seperti upaya yang dilakukan Meskipun demikian, kajiannya
Abduh, nuansa tafsir sosial-kemasyara tetap saja relevan dengan pernyataan
katan ingin menghindari adanya kesan ayat yang sedang ditafsirkannya.
cara penafsiran yang seolah-olah Kepribadian ini tercermin ketika
HAMKA menafsirkan surah al-Araf:
60.Muhammad Abduh, Tafsir Al-
Manar, I, hlm: 26. 61.Hamka, Tafsir Al-Azhar, hlm. 134.
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
32 Aly Aulia
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 33
muncul tafsir Mafti al-Gayb karya al- 68, misalnya, Hasbi hanya meminta
Fakhr ar-Rz. pada kepada pembaca untuk merujuk
Dalam konteks ini, konsep ke Muqaddimah Zd al-Mad ketika
teologi yang secara harfiah berarti studi mau memperdalam dan mempejari
tentang Tuhan, dimaksudkan sebagai tafsir ini.65 Begitu juga HAMKA dalam
nuansa atau corak yang menempatkan Tafsir Al-Azhar, tanpa terjebak dengan
sistem keyakinan ketuhanan di dalam klaim-klaim mazhab tertentu, HAMKA
Islam sebagai variabel tema penting hanya menitikberatkan pada ujung ayat,
dalam bangunan tafsir. Pengertian yang menjelaskan bahwa inilah Tauhid
teologi di sini jauh lebih sekedar Uluhiyyah sejati. Segala sesuatu sejak dari
keyakinan ketuhanan, tetapi lebih yang sangat kecil sampai yang sangat
dipandang sebagai suatu disiplin kajian besar ada di bawah kekuasaan mutlak
yang membicarakan tentang persoalan Allah, tidak pantas Dia dipersekutukan
hubungan manusia dengan Tuhannya, dengan yang lain. Karena yang lain
bukan dalam rangka pemihakan itu tidak ada. Yang lain, selain Allah
terhadap kelompok tertentu, yang makhluq Allah semata.66
sudah terbangun mapan dalam sejarah,
tetapi lebih pada upaya menggali secara 4. Nuansa Sufistik
serius bagaimana Al-Quran berbicara Dalam tradisi ilmu tafsir Al-
dalam soal-soal teologis itu dengan Quran klasik, tafsir yang bernuansa
melacak terma-terma pokok, serta sufistik sering didefinisikan sebagai
konteks-konteks di mana terma itu suatu tafsir yang berusaha menjelaskan
dipakai Al-Quran.64 makna ayat-ayat Al-Quran dari sudut
Sejauh penelusuran penulis, esoterik atau berdasarkan isyarat-isyarat
tidak ada karya tafsir Muhammadiyah tersirat yang tampak oleh seorang
yang menelaah secara khusus sufi dalam suluk-nya. Tafsir yang
tentang tema terkait dengan wilayah menggunakan corak pembacaan jenis
teologi. Mengingat selain sejak awal ini ada dua macam: (1) yang didasarkan
Muhammadiyah tidak mengaitkan diri pada tasawuf naari (teoretis) yang
dengan mazhab tertentu, baik itu Sunni, cenderung menafsirkan Al-Quran
Mutazilah, maupun Syiah. Pemikirannya berdasarkan teori atau paham tasawuf
lebih tertuju pada masalah-masalah yang umumnya bertentangan dengan
fungsi agama (Al-Quran) dalam konteks makna lahir ayat dan menyimpang
sosio-kultural dan berdampak langsung dari pengertian bahasa, (2) didasarkan
bagi pemberdayaan umat. pada tasawuf amali (praktis), yaitu
Dalam ayat yang sering dikaitkan menakwilkan ayat-ayat Al-Quran
dengan ayat teologi, surah al-Qaa ayat berdasarkan isyarat-isyarat tersirat yang
65.T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy, Tafsr
64.Islah Gusmian, Khazanah Tafsir al-Bayn.
Indonesia, hlm. 242. 66.Hamka, Tafsir Al Azhar, hlm. 119.
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
34 Aly Aulia
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 35
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
36 Aly Aulia
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 37
Secara umum, karya tafsir ini yaitu Tafsir Tematik al-Quran tentang
menggunakan analisis sosio-kultural, Hubungan Sosial Antarumat Beragama,
semiotik, dan selebihnya ada satu tafsir perlu di perhatikan bahwa penyajian ke
yang menyertakan analisis dengan data empat tafsir lainnya, walaupun disajikan
sains ilmiah. Sedangkan dalam hal dengan sistematika runtut tetapi dalam
pendekatan tafsir, ada tiga buku tafsir pengupasan tafsir ditampilkan sesuai
yang secara mencolok menggunakan dengan tema yang muncul dalam
pendekatan kontekstual dan dua pasase ayat yang sedang ditafsirkan
menggunakan pendekatan tekstual. dan urutan ayat-ayat dikelompokkan
(dipenggal) menurut temanya. Artinya
Formulasi Baru Karya Tafsir Al- di sini, penyajian dengan sistematika
Quran Muhammadiyah runtut plus tematik. Dengan cara ini
Dari analisis sebelumnya tampak diharapkan tafsir yang dikemukakan
telah muncul pelbagai fenomena yang merupakan kesatuan yang bulat dan
sebelumnya tidak menjadi mainstream selaras dengan sisi lain dari tema yang
atau bahkan tidak pernah terjadi sama pada surat lain.
dalam sejarah penulisan tafsir di Semua itu dilakukan, tidak lepas
Muhammadiyah. Fenomena itu menjadi dari kepentingan pragmatis warga
formulasi baru. Setidaknya ada tiga Muhammadiyah secara khusus untuk
variabel yang menjadi titik-pijak untuk memudahkan dalam menangkap
menuju formulasi barru tersebut. pandangan dan nilia-nilai dasar dari
Bagian ini akan menelusuri kekhasan Al-Quran tentang suatu masalah. Hanya
itu. Pengidentifikasian kekhasan ini dengan sistematika penyajian runtut
dikrucutkan pada empat wilayah: (1) plus tematik yang dilengkapi dengan
wilayah teknis penyajian dan penulisan bangunan metodologi yang kukuh
tafsir, (2) metode penafsiran, (3) macam itu, tujuan pragmatis tersebut
pendekatan penafsiran. bisa dipenuhi secara baik.
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
38 Aly Aulia
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 39
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
40 Aly Aulia
dalam kajian ini. (3) pendekatan tafsir, Ahmad, H. Abdul Malik, Tafsir Sinar
yang terdiri dari pendekatan tekstual (Yogyakarta: LPPA Muhammadiyah,
dan kontekstual. 1986).
Dari semua itu, yang ingin Albana, Jamal, Al-Islm Dn wa
ditunjukkan dalam kajian ini adalah Ummah, Laisa Dn wa Daulah, Terj.
bukan semata-mata proses tajdd dan Jumadi Sunardi dan Abd Mufid,
dinamis yang terjadi dalam tradisi (Yogyakarta; Pilar Media 2005).
penulisan tafsir di Muhammadiyah. Ali, A. Mukti, The Muhammadiyah
Lebih dari itu, kajian ini juga ingin Movement: A Bibliographical ntroduction
menegaskan bahwa sebuah karya, tak (McGill University, Montreal, 1975).
terkecuali karya tafsir, bukanlah karya
suci yang kebal kritik. Analisis wacana Arifin, MT, Muhammadiyah Potret
kritis yang dipakai dalam kajian ini yang Berubah (Surakarta: Institut
dengan tegas menunjukkan bahwa Gelanggang Pemikiran Filsafat,
karya tafsir, dengan pelbagai bentuknya, 1990).
telah mengusung pelbagai kepentingan. Al-Farmawi, Abd al-Hayyi, al-Bidyah
Proses representasi kepentingan ini f al-Tafsr al-Mawi: Dirsat
dilakukan dengan pelbagai cara. Dalam Manhjiyyah Mauiyyah (t. tp.:t.p,
konteks inilah pembaca tafsir dituntut 1976).
kritis dan mampu membongkar apa Federspiel, Howard, Kajian Al-Quran
yang ada di balik sebuah karya tafsir. di Indonesia, terj. Tajul Arifin,
Semua itu menuntut untuk selalu sadar (Bandung:Mizan, 1996).
menempatkan sebuah karya tafsir Gusmian, Islah, Khazanah Tafsir
secara kritis. Indonesia: dari Hermeneutika hingga
Ideologi, (Jakarta: Penerbit Teraju,
DAFTAR PUSTAKA 2003).
Al-Qan, Mann al-Khall, Mabhi f
Abduh, Muhammad, Mukaddimah Tafsir Ulm al-Qurn (Bairt: Mansyrah
al-Manar, Jild. 1. al-Ar al-ad, t. th.).
Abdullah, Abdurrahman Haji, A-bn, Muhammad Al, al-Tibyn
Pemikiran Umat Islam di Nusantara fi Ulm al-Qurn (Beirut: Alam al-
(Kuala Lumpur: Dewan Bahasa Kutub, 1985).
dan Pustaka Kementerian P&K
Hadjid, K.H.H., Ajaran K.H. Ahmad
Malaysia, 1990).
Dahlan dengan 17 Kelompok Ayat-ayat
A b d u r a h m a n , A s mu n i , M a n h a j Al-Quran (Yogyakarta, Lembaga
Tafsir Muhammadiyah, Metodologi Pustaka dan Infor masi PP
dan Aplikasi, cet. 1, (Yogyakarta, Muhammadiyah, 2005).
Pustaka Pelajar, 2002).
Hamka, Tafsir Al-Azhar (Jakarta:
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
Metode Penafsiran Al-Quran dalam Muhammadiyah 41
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M
42 Aly Aulia
Jurnal TARJIH
Volume 12 (1) 1435 H/2014 M