Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI MEKAH DAN

MADINAH DAN KISAH PARA SAHABAT RASUL

Disusun Oleh :

Ega

Istantya Dewi

Kelas X TKJ 1

SMK NEGERI 1 SINDANG


SEJARAH PERKEMBANGAN ISLAM DI MEKAH DAN MADINAH DAN KISAH
PARA SAHABAT RASUL

1. Periode Makkah

1.2. Letak Kota Makkah

Kota Mekkah terletak di perut lembah,yang dikelilingi oleh bukit-bukit dari segala arah, dari
sebelah timur membentang bukit Abu Qubais (Jabal Abu Qubais) dan dari barat dibatasi oleh
dua bukit (gunung) Qa’aiqa’ dan keduanya berbentuk bulan sabit mengelilingi perkampungan
Mekkah. Dan dikenal bagian yang rendah dari lembah tersebut dengan Al-Bathhaa’ yang ada
padanya Ka’bah dan dikelilingi oleh rumah-rumah orang Quraisy, sedangkan bagian yang
tinggi dikenal dengan Al-Mu’alaah dan pada bagian ujung-ujung kedua bukit yang berbentuk
bulan sabit tersebut dibangun rumah-rumah sederhana milik orang Quraisy Dzawaahir yaitu
orang-orang pedalaman (A’rob) Quraisy yang miskin dan merupakan serdadu-serdadu
perang, akan tetapi mereka ini di bawah kaum Quraisy Bathhaa’ (yang tinggal di bathhaa’)
dalam kebudayaan, kekayaan dan martabatnya. (lihat As Siroh An Nabawiyah As Shahihah
oleh Akrom Dhiya’ Al Umary hal: 1/77)

1.2. Watak dan Perilaku Masyarakat Makkah

Makkah adalah lembah yang sangat tandus kondisi geografis seperti inilah berpengaruh besar
dalam membentuk sikap dan watak masyarakatnya. Pada umumnya penduduk makkah
bertempramen buruk dan tidak mampu berpikir secara mendalam.

Ditambah dengan sistem politik di Makkah, yang dilakukan oleh pemuka-pemuka kaum
qurays untuk mempertahankan jabatan, kedudukan atau kekuasaan mereka. Sehingga hal itu
juga berpengaruh pada watak dan perilaku mereka yang cenderung lebih agresif, egois, keras
kepala serta tidak mudah bagi mereka untuk dapat menerima pendapat atau keyakinan orang
lain.

1.3. Muhammad adalah Nabi

Nabi Muhammad menerima wahyu pertamanya menjelang usianya yang keempat puluh
tahun. Seperti biasanya yang nabi lakukan, nabi terbiasa pada setiap tahun menyisihkan
sebagian waktunya untuk melakukan tahannus di gua hira, yang berjarak beberapa kilometer
di utara kota Makkah dan pada tanggal 17 ramadhan tahun 611 M ( berdasar pendapat yang
paling banyak digunakan ), seperti biasa nabi melakukan tahannus di gua hira dan pada saat
itulah muncul malaikat jibril dan menyampaikan wahyu Allah yang pertama.

Dengan turunnya wahyu pertama itu juga sekaligus menunjukan bahwa Muhammad telah
dipilih atau lebih tepatnya diangkat oleh Allah sebagai nabi, namun dalam wahyu pertama ini
ada perintah untuk mendakwahkan risalah yang didapatnya.

Setelah wahyu pertama itu datang, jibril tidak lagi muncul lagi untuk beberapa lama
sementara nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke Gua Hira. Dalam keadaan
menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya, wahyu itu berbunyi sebagai
berikut : “ Hai orang yang berselimut, bangun dan beri ingatlah. Hendaknya engkau
besarkan Tuhanmu dan bersihkanlah pakaianmu tinggalkanlah perbuatan dosa, dan
janganlah engkau member (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak dan
untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu bersabarlah.” (al muddatstsir : 1-7).

Setelah turunnya wahyu itu, itu juga sekaligus menjadi perintah bagi Nabi untuk mulai
berdakwah.

1.4. Perkembangan Islam di Periode Makkah

Sebelum masa masuknya islam kebanyakan kaum arab beribadat dengan cara melakukan
penyembahan berhala dan mereka menjadikan ka’bah sebagai pusat peribadatan mereka, hal
tersebut bisa dikatakan sudah cukup lama berlangsung sampai akhirnya nabi Muhammad
datang dan membawa keyakinan lain yaitu ketauhidan.

Tentunya hal tersebut tidak semerta-merta dapat dengan mudah diterima bahkan ditolak
habis-habisan oleh kaum kafir quraysi, banyak alasan bagi mereka untuk menolak keyakinan
yang dibawa oleh nabi Muhammad tersebut, salah satunya adalah apa yang mereka yakini
adalah sesuatu yang telah lama mengakar dan menjadi keyakinan mereka serta nenek
moyang mereka, sehingga keyakinan tersebut sudah tertanam kuat dalam keyakinan mereka,
dan para pemahat serta penjual atau patung merasa datangnya islam akan menghalangi mata
pencaharian mereka, karena tentunya jika islam menyebar maka mereka akan kehilangan
mata pencaharian mereka, yang mana sangat bergantung pada apa yang diyakini masyarakat
pada masa itu. Kemudian kaum Qurasy juga tidak setuju dengan seruan Nabi Muhammad
tentang persamaan hak antara hamba sahaya dan bangsawan. Intinya Nabi Muhammad ingin
menghapuskan sistem perbudakan yang telah lama berjalan kaum qurasy juga menolak ajaran
tentang kebangkitan dan pembalasan hari akhir.

Karena reaksi keras dari kaum quraysi itulah yang tentunya menghambat dakwah nabi
Muhammad karena tentunya akan beresiko sekali dan bahkan mengancam keselamatan dan
nyawa nabi sehingga pada akhirnya nabi harus melakukan sistem dakwah yag lain. Dakwah
Nabi Muhammad dilakukan dengan dua cara cara pertama yaitu dengan cara sembunyi-
sembunyi dan terbatas.

1.4.1. Periode dakwah dengan cara rahasia dan diam-diam

Awalnya Rasulullah berdakwah secara diam-diam di lingkungan sekitarnya sendiri dan


dikalangan rekan-rekanya sendiri, orang yang pertama kali manerima serta mengikuti
dakwahnya, mula mula istri rasul sayyidatina khadijah kemudian disusul imam Ali yang
sekaligus juga menjadi pemeluk agama islam termuda, imam Ali memeluk agama islam pada
usianya yang ke sepuluh tahu. Kemudian disusul Abu Bakar , Zaid, Ummu Aiman dan lain-
lain. Dengan dakwah secara diam-diam ini belasan orang telah menyatakan diri memeluk
agama islam. Setelah beberapa lama dakwah tersebut dilaksanakan secara individual,
turunlah perintah agar nabi melakukan dakwah secara terang-terangan.

1.4.2. Periode dakwah dengan terang-terangan dan terbuka

Setelah beberapa lama melakukan secara sembunyi-sembunyi turunlah perintah atau firman
untuk melakukan dakwah secara terbuka dan terang-terangan:“Dan berilah peringatan
kepada kaum kerabatmu yang terdekat.”(asy syu’araa).
Dengan datang atau turunnya perintah itu nabi mulai berdakwah secara terang-terangan mula-
mulanya nabi mengundang dan menyeru pada kerabat karibnya dari bani Abdul Muthalib,
tapi mereka semua menolak kecuali Ali.

Langkah berikutnya yang ditempuh Nabi adalah mulai menyeru pada masyarakat umum.
Maka Rasulullah naik ke bukit Shafa dan memanggil orang makkah, beliau bersabda
“bagaimana bila aku mengatakan pada kalian bahwa dilembah sana ada seekor kuda yang
akan menyerang kalian, apakah kalian akana mempercayai apa yang saya ucapkan?” mereka
menjawab “ ya , kami percaya karena kami belum pernah mendapatkan engkau berdusta”
maka Rasulullah bersabda “ketahuilah bahwa sesungguhnya aku memberi peringatan kepada
kalian tentang siksa yang sangat pedih’ lalu rasul mengajak mereka untuk beriman kepada
Allah.

Pada masa dakwah secara terang-terangan inilah nabi mendapatkan perlakuan yang buruk
dari umatnya. Karena setelah dakwah terang-terangan itu, pemimpin qurays mulai berusaha
menghalangi dakwah Rasul. Karena mereka juga melihat semakin bertambahnya jumlah
pengikut Nabi, maka mereka pun semakin keras melancarkan serangan-serangan, baik pada
nabi ataupun pada para pengikut nabi.

Berbagai cara dilakukan oleh pemuka-pemuka kaum Qurays agar Nabi menghentikan
dakwahnya, saat itu mereka tidak berani melukai nabi karena perlindungan dari pamanya abi
thalib yang sangat disegani dikalangan masyarakat saat itu. Para pengikut nabi yang juga
termasuk kalangan bangsawan terselamatkan dari siksa kaum qurays saat itu, dan bagi
mereka yang tidak memiliki perlindungan, harus menahan siksa yang pedih dari kaum qurays
saat itu. Nabi juga mendapatkan jalan buntu dalam dakwahnya. Intinya Nabi dan para
pengikutnya mendapat hambatan serta siksaan baik secara fisik dan mental dari kaum qurays
saat itu, sehingga, kemudian nabi memutuskan untuk menyebarkan dakwahnya di wilayah
lain dengan harapan dakwahnya akan berkembang dengan pesat, alasan lainnya adalah untuk
menghindari serangan dari pemuka-pemuka qurays saat itu.

1.4.3. Nabi berdakwah ke Thaif

Setelah penyiksaan dan semua perlakuan yang didapat oleh Nabi dari kaum Qurays di
makkah, Nabi kemudian berusaha menyebarkan Islam ke luar kota dengan harapa dakwah
nabi akan mendapatkan reaksi yang berbeda dari yang diterima Nabi di kota Makkah.

Namun ternyata harapan dan perkiraaan Nabi salah besar, ketika Nabi memutuskan untuk
menyebarkan islam di thaif, reaksi yang didapat sama dengan reaksi yang biasa nabi dapat di
makkah, di thaif nabi diejek, disoraki, dan dilempari batu, akhirnya nabi memutuskan
kembali ke makkah, sampai-sampai ketika Nabi berjalan kembali ke makkah orang Thaif
membuntuti nabi sambil melemparinya dengan batu sampai terluka di bagian kepala dan
badannya. Ternyata apa yang diharapkan dan perkirakan nabi tidak terwujud dan ini semakin
menyurutkan semangat nabi, karena nabi juga telah mengalami peristiwa yang cukup
menyedihkan yaitu meninggalnya dua sosok penting dalam hidupnya yaitu pamanya Abu
Thalib dan juga istrinya sayyidatina Khadijah.
2. Periode Madinah

Jibril datang menemui Rasulullah dan mengabarkan kepadanya tentang kesepakatan


kaumnya. Dia menyuruh Rasulullah untuk segera hijrah. Orang-orang kafir berkumpul di
sekeliling rumah rasulullah. Kemudian Rasulullah keluar sanmbil menebarkan debu di atas
kepala mereka yang membuat mereka pingsan.

Peristiwa pengepunan itulah yang menandai awal pergerakan (hijrah) Nabi menuju
Madinah. Di kala kaumnya sudah benar-benar menentang dan ingin mebunuh Nabi, sebagi
bukti tanda penolakan kan kebenaran yang dibawah oleh Nabi. Maka dimulailah hidup baru
oleh umat Islam dengan harus hijrah.

2.1. Aspek Sosial Kemasyarakatan

Berbeda dengan Makkah, madinah senantiasa mengalami perubahan sosial yang


meninggalkan bemtuk keamsyarakatan absolut model badui. Kehidupan sosial Madinah
secara berangsur-angsur diwarnai oleh unsur kedekatan ruang daripada oleh sistem
kekerabatan. Madinah juga memimiliki sejumlah warga Yahudi, yang mana sebagian
besarnya lebih simpatik terhadap monotheisme.

Penduduk Madinah yang terdiri dari kaum Muhajirin, Anshar, dan nonmuslim tersebut,
merupakan sebuah keberagaman yang ada pada masa lalu dan sudah menjadi suatu hal yang
tidak bisa lagi dipungkuri eksistensinya. Tapi bukan hal itu yang akan digaris bawahi, yang
terpenting adalah jiwa sosialis masyarakat madinah sangat tinggi. Ini terbukti dari
persaudaraan yang tinggi dan sangat kokoh. Tidak ditemukan konflik karena masalah
perbedaan. Kalaupun ada masalah itu dengan cepat segara terselesaikan, karena nabi sangat
bijak dalam hal itu dan sangat hati-hati terhadap peletakan sebuah nilai kemasyarakatan.

Nabi berhasil membentuk sistem yang luar biasa bagus. Masyarakat Madinah merasa bahwa
dirinya itu satu. Maka dari itu, apabilah ada satu yang sakit maka yang lain turut merasakan.
Hal ini lebih khusus lagi pada umat Muslim sendiri, di mana sudah menjadi kewajiban di
setiap Muslim sebagaimana dalam riwayat nabi seringkali memerintahkannya.

Ada beberapa teradisi yang yang perlu digaris bawahi:

 Silaturahim yang membudaya


 Gotonngroyong sering diadakan demi kepentingan bersama
 Kepedulian yang tinggi, mengungjungi orang yang sedang sakit atau yang terkena
musibah.

2.2. Aspek Politik Pemerintahan

Selain menjadi pemimpin agama Islam, Nabi Muhammad juga menjadi pemimpin
pemerintahan. Kalau sekarang beliau selayaknya sebagai presiden. Nabi terkenal dengan
kebijaksananannya dalam menjalankan roda pemerintahan. Kepentingan umum lebih
dikedepankan dari kepentingan-kepentingan yang lain.

Adapun sistem pemerintahan yang digunakan Nabi yaitu sistem musyawarah dan demokrasi
dan yang terpenting adalah perkara diputuskan dengan seadil-adilnya. Sehingga Golongan
yang berbeda merasa tenang karena tidak ada diskriminasi. Mereka bisa hidup berdampingan
tanpa ada permusushan dengan yang lain. Keberagaman yang yang ada tidak menjadi
persoalan, justru mengokohkan solidaritas di antara mereka.

Meman pada kebijakan politik yang pertama oleh Nabi adalah bagaimana menghapus
perinsip kesukuan dan mempererat persatuan. Nabi benar-benar mencurahkan perhatiannya
untuk masyarakat, sehingga berhasil mendamaikan antar suku Auz dan Khazraj.

Perlu diketahui ada beberapa strategi yang dilakukan Rasulullah, dalam rangka
memperkokoh masyarakat dan negara baru yang telah terbentuk. Adapun strategi yang
dilakukan adalah sebagai berikut:

2.2.1. Pembangunan mesjid

Masjid di zaman Nabi, selain berfungsi sebagai tempat ibadah, juga sebagi tempat
mempersatukan kaum Muslimin, musyawarah, bahkan menjadi pusat pemerintahan.

2.2.2. Ukhuwah islamiyah, persaudaraan sesama Muslim.

Haln ini dilakukan oleh Nabi, agar persaudaraan mereka kuat dan menjadikan gebrakan yang
baru, bahwa persaudaraan itu tidak hanya terjadi karena ada hubungan darah. Akan tetapi
antar agama dapat terjadi juga.

2.2.3. Hubungan persahabatan dengan pihak-pihak lain yang tidak beragama Islam.

Agar stabilitas masyarakat dapat diwujudkan, Nabi mengadakan perjanjian dengan non-
Muslim. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa masyarakat Madinah beragam, maka
langkah iniloh yang dilakukan oleh Nabi, diharapkan tidak ada yang merasa diskriminasi.
Dari sinilah kemudian muncul nama Piagam Madinah.

2.3. Kemiliteran

Nabi adalah pemimpin negara tertinggi tentara Muslim. Beliau turut terjun dalam 26 atau 27
peperangan dalam ekspedisi. Bahkan Nabi sendiri yang memimpin beberapa peperangan
yang besar misalnya, perang badar, perang Uhud, Khandaq, perang Hunayn dan dalam
penaklukkan kota Makkah. Adapub peperangan ekspedisi yang lebih kecil pimpinan
diserahkan kepada para komandang yang ditunujuk oleh Nabi.[5]

Di kala itu, peraturan kemiliteran belum dikenal. Akan tetapi moralitas dan kedisiplinan yang
tinggi membuat mereka tertata di bawah satu komando yaitu Nabi. Ketika ingin menghadapi
peperangan Nabi kerap kali mengundang para sahabat (Tokoh-tokoh) untuk berdiskusi
mengenai hal tersebut.

Dalam perkembangannnya pasukan kemiliteran umat Islam makin meningkat. Pada awalnya
pasukan umat Islam hanya berjumlah 313 pejuang. Hingga pada peran terakhir di Uhud,
pasukan umat Islam sudah mencapai 30.00 pejuang. Para pejuang tersebut memiliki keahlian
yang cukup baik dan disiplin yang tinggi.
2.4. Dakwah

Proses penyebaran agama Islam di Madinah tentunya memiliki perbedaan dengan system
yang telah diterapkan oleh nabi sebelumnya. Pada periode Madinah Nabi memiliki sedikit
kemudahan dalam mengenalkan Islam. Itu dikarenakan masih banyak penduduk Madinah
yang menganut agama samawi. Dapat kita lihat ketika Nabi memasuki Madinah, beliau
mendapat penyambutan yang luar biasa dari masyarakat.

Ada beberapa strategi dakwah yang dilakukan oleh Nabi, yaitu sebagai berikut:

 Membina masyarakat Islam melalui pertalian persaudaraan antara kaum Muhajirin


dengan kaum Anshar
 Memellihara dan mempertahankan masyarakat Islam
 Meletakkan dasar-daar politik ekonomi dan sosial untuk masyarakat Islam

Dengan diletakannya dasar-dasar yang berkala ini masyarakat dan pemerintahan Islam dapat
mewujudkan nagari “ Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur “ dan Madinah disebut “
Madinatul Munawwarah”.

Dari sistem yang telah diterapkan Nabi tersebut, hampir tidak mendapat penolakan dari
masyarakat Madinah, karena nilai-nilai yang diletakkan Nabi bersifat universal, walau pada
hakikatnya nilai-nilai tersebut termaktub dalam Islam. Contohnya berbuat adil, saling
menolong, larangan curang dalam berdagang, dan lai-lain.

Perkembangan Islam juga tidak terlepas dari peranan moral Nabi yang begitu muliah dan
sangat bijak dalam memutuskan sebuah perkara. Sehingga tidak sedikit kasus yang telah
diselesaikan. Bahkan ketika ada perselisihan antar suku, Nabi selalu mendapat undangan
untuk memberikan jalan keluar.

2.5. Kondisi Perekonomian Madinah

Kekayaan Madinah nyaris secara keseluruahan terkonsentarasi di tangan orang-orang Yahudi.


Jadinya orang-orang Arab (Anshar) hidup dalam kemiskinan dan kekurangan selama
bertahun-tahun. Salah satu alasan mengapa mereka begitu miskin adalah dikarenakan harus
memabayar bunga pinjaman mereka yang cukup tinggi kepada orang-orang yahudi.

Kaum Anshar meman berada dalam lembah kemiskinan, akan tetapi Kaum Muhajirin lebih
miskin lagi. Karena mereka hijrah tanpa membawah harta benda, barang berharga
ditinggalkan di Makkah. Semakin hari kehidupan kaum Muhajirin memperihatinkan. Pada
perjanjian awal kaum Muhajirin harus membantu untuk bercocok tanam, namun mereka tidak
berpengalaman dalam hal itu, sehingga mereka harus bekerja sebagai buruh kasar di kebun
milik orang Yahudi dan Ansar. Misalnya menebang pohon, menyiram pohon, dan lain-lain.

Nabi kemudian memberikan solusi kepada kaum Muhajirin untuk dipersaudarakan dengan
kaum Anshar. Mereka harus saling membantu dan bekerja sama. Peristiwa ini terjadi selang
beberapa bulan kedatangan Nabi di Madinah. Ada beberapa orang yang dipersaudarakan, di
anataranya sebagai berikut:
 Amar bin Yasir (Muhajirin) dengan Huzaifah al-yamani (Anshar)
 Abu bakar dengan Kharjah bin Zaid
 Utsman bin Affan dengan ‘Aus bin Sabit
 Umar bin Khattab dengan Utbah bin Malik
 Abu Dzar al-Ghiffari dengan al Mundzir bin Amr
 Mus’ab bin Umair dengan Abu Ayyub
 Abu Ubaidah Amir al-Jarrah dengan Sa’ad bin Ma’az
 Zubair bin al-Awwam dengan Salam bin Waqash
 Abdurrahman bin ‘Auf dengan Sa’ad bin Rabi’
 Thalhah bin Ubaidillah dengan Ka’ab bin Malik

Sementara itu Ali tidak dipersaudarakan dengan siapa pun, namun Ali patut berbangga,
karena Nabi mengatakan engkau adalah saudaraku di dunia dan akhirat.

Hingga akhirnya masalah perekonomian yang menyiksa bathin mereka telah terlewatkan.
Berjalannya hari kaum Anshar dan Muhajirin menjadi makmur. Bahkan kekayaan Muhajirin
melebihi kekayaan kaum Anshar. Hal ini bukanlah sesuatu yang buruk, namun yang sangat
menyedihkan setelah wafatnya Nabi Saw, kaum Muhajirin menaruh barisan kaum Anshar
berada dibelakang barisan mereka. Ini karena adanya penyusut dari Bani Umayyah yang
menyamar menjadi kaum Muahajirin. Sebagaimana telah diketahui kaum Anshar adalah
musuh Bani Umayyah.

2.6. Sumber-sumber Keuangan Negara

Pada masa pra-Islam, masyarakat Arab tidak mengenal otoritas pemerintahan pusat. Mereka
juga belum mengenal system pendapatan dan pembelanjaan pemeritahan. Nabi Muhammad
adalah orang yang pertama kali memperkenalkan system ini di wilayah Arabiyah. Beliau
mendirikan lembaga kejayaan masyarkat di Madinah. Terdapat lima sumber utama
pendapatan Negara Islam, yaitu (i) Zakat, (ii) Jizyah (pajak perorangan), (iii) Khraj (pajak
tanah), (iv) Ghanimah (hasil rampasana perang), (v) al-fay’ (hasil tanah negara.[9]

Kewajiban mengeluarkan zakat sudah jelas dalam al-Qur’an. Baik zakat untuk binatang
ternak, buah-buahan, biji-bijian, hasil pertanian, maupun perak dan emas. Adapun masa
pengeluaran itu ketika sampai batas minimal (nishab). Sedang jizyah adalah pajak yang harus
dikeluarkan oleh non-Muslim sebagai biaya pengganti jaminan keaamanan bagi mereka. Dan
biaya ini bisa dikembalikan apabilah jaminan itu tidak terlaksana.

Dan bagi non-Muslim yang mempunyai lahan atau tanah juga dikenakan kewajiban untuk
mengeluarkan pajak. Kebijakan ini sama dengan kebijakan yang ada di Persia dan Romawi.
Nabi memberlakukannya setelah penaklukan Khibar.

Ghanimah yang diperoleh dari hasil peperangan terbagi menjadi atas lima bagian (1/5). ¼
buat kas negara dan 4/5 dibagikan kepada pasukan muslimin yang ikut berperang. Barang
rampasan itu meliputi senjata, kuda, dan harta bergerak lainnya. Dan sisa dari 1/5 tersebut,
didistribusiukan untuk keperluan keluarga Nabi, fakir miskin, Anak yatim. Dan untuk
keperluan Muslimin lainnya.

Tanah-tanah yang berada di wilayah negeri yang ditaklukkan oleh pasukan Muslim, maka itu
termasuk kekayaan negara. Maka dari itu di zaman Nabi, tanah dan lahan negara cukup luas.

Kisah Sahabat Nabi: Abdurrahman bin Auf, "Manusia Bertangan Emas"


Abdurrahman bin Auf termasuk kelompok delapan orang yang mula-mula masuk Islam. Ia
juga tergolong sepuluh sahabat yang diberi kabar gembira oleh Rasulullah masuk surga dan
termasuk enam orang sahabat yang bermusyawarah dalam pemilihan khalifah setelah Umar
bin Al-Khathab. Di samping itu, ia adalah seorang mufti yang dipercayai Rasulullah berfatwa
di Madinah selama beliau masih hidup.

Pada masa Jahiliyah, ia dikenal dengan nama Abd Amr. Setelah masuk Islam, Rasulullah
memanggilnya Abdurrahman bin Auf. Ia memeluk Islam sebelum Rasulullah menjadikan
rumah Al-Arqam sebagai pusat dakwah. Ia mendapatkan hidayah dari Allah dua hari setelah
Abu Bakar Ash-Shiddiq memeluk Islam.

Seperti kaum Muslimin yang pertama-tama masuk Islam lainnya, Abdurrahman bin Auf
tidak luput dari penyiksaan dan tekanan dari kaum kafir Quraisy. Namun ia tetap sabar dan
tabah. Abdurrahman turut hijrah ke Habasyah bersama kawan-kawan seiman untuk
menyelamatkan diri dan agama dari tekanan Quraiys.

Tatkala Rasulullah SAW dan para sahabat diizinkan Allah hijrah ke Madinah, Abdurrahman
menjadi pelopor kaum Muslimin. Di kota yang dulu bernama Yatsrib ini, Rasulullah
mempersaudarakan orang-orang Muhajirin dan Anshar. Abdurrahman bin Auf
dipersaudarakan dengan Sa'ad bin Rabi Al-Anshari.

Sa'ad termasuk orang kaya diantara penduduk Madinah, ia berniat membantu saudaranya
dengan sepenuh hati, namun Abdurrahman menolak. Ia hanya berkata, "Tunjukkanlah padaku
di mana letak pasar di kota ini!"

Sa'ad kemudian menunjukkan padanya di mana letak pasar. Maka mulailah Abdurrahman
berniaga di sana. Belum lama menjalankan bisnisnya, ia berhasil mengumpulkan uang yang
cukup untuk mahar nikah. Ia pun mendatangi Rasulullah seraya berkata, "Saya ingin
menikah, ya Rasulullah," katanya.

"Apa mahar yang akan kau berikan pada istrimu?" tanya Rasul SAW.

"Emas seberat biji kurma," jawabnya.

Rasulullah bersabda, "Laksanakanlah walimah (kenduri), walau hanya dengan menyembelih


seekor kambing. Semoga Allah memberkati pernikahanmu dan hartamu."

Sejak itulah kehidupan Abdurrahman menjadi makmur. Seandainya ia mendapatkan


sebongkah batu, maka di bawahnya terdapat emas dan perak. Begitu besar berkah yang
diberikan Allah kepadanya sampai ia dijuluki 'Sahabat Bertangan Emas'.
Pada saat Perang Badar meletus, Abdurrahman bin Auf turut berjihad fi sabilillah. Dalam
perang itu ia berhasil menewaskan musuh-musuh Allah, di antaranya Umar bin Utsman bin
Ka'ab At-Taimy. Begitu juga dalam Perang Uhud, dia tetap bertahan di samping Rasulullah
ketika tentara Muslimin banyak yang meninggalkan medan perang.

Abdurrahman bin Auf adalah sahabat yang dikenal paling kaya dan dermawan. Ia tak segan-
segan mengeluarkan hartanya untuk jihad di jalan Allah. Pada waktu Perang Tabuk,
Rasulullah memerintahkan kaum Muslimin untuk mengorbankan harta benda mereka.
Dengan patuh Abdurrahman bin Auf memenuhi seruan Nabi SAW. Ia memelopori dengan
menyerahkan dua ratus uqiyahemas.

Mengetahui hal tersebut, Umar bin Al-Khathab berbisik kepada Rasulullah, "Sepertinya
Abdurrahman berdosa karena tidak meninggalkan uang belanja sedikit pun untuk
keluarganya."

Rasulullah bertanya kepada Abdurrahman, "Apakah kau meninggalkan uang belanja untuk
istrimu?"

"Ya," jawabnya. "Mereka kutinggalkan lebih banyak dan lebih baik daripada yang
kusumbangkan."

"Berapa?" tanya Rasulullah.

"Sebanyak rezeki, kebaikan, dan pahala yang dijanjikan Allah."

Pasukan Muslimin berangkat ke Tabuk. Dalam kesempatan inilah Allah memuliakan


Abdurrahman dengan kemuliaan yang belum pernah diperoleh siapa pun. Ketika waktu shalat
tiba, Rasulullah terlambat datang. Maka Abdurrahman bin Auf yang menjadi imam shalat
berjamaah. Setelah hampir selesai rakaat pertama, Rasulullah tiba, lalu shalat di belakangnya
dan mengikuti sebagai makmum. Sungguh tak ada yang lebih mulia dan utama daripada
menjadi imam bagi pemimpin umat dan pemimpin para nabi, yaitu Muhammad SAW.

Setelah Rasulullah wafat, Abdurrahman bin Auf bertugas menjaga kesejahteraan dan
keselamatan Ummahatul Mukminin (para istri Rasulullah). Dia bertanggung jawab memenuhi
segala kebutuhan mereka dan mengadakan pengawalan bagi ibu-ibu mulia itu bila mereka
bepergian.

Suatu ketika Abdurrahman bin Auf membeli sebidang tanah dan membagi-bagikannya
kepada Bani Zuhrah, dan kepada Ummahatul Mukminin. Ketika jatah Aisyah ra disampaikan
kepadanya, ia bertanya, "Siapa yang menghadiahkan tanah itu buatku?"

"Abdurrahman bin Auf," jawab si petugas.

Aisyah berkata, "Rasulullah pernah bersabda, 'Tidak ada orang yang kasihan kepada kalian
sepeninggalku kecuali orang-orang yang sabar."

Begitulah, doa Rasulullah bagi Abdurrahman bin Auf terkabulkan. Allah senantiasa
melimpahkan berkah-Nya, sehingga ia menjadi orang terkaya di antara para sahabat.
Bisnisnya terus berkembang dan maju. Semakin banyak keuntungan yang ia peroleh semakin
besar pula kedermawanannya. Hartanya dinafkahkan di jalan Allah, baik secara sembunyi-
sembunyi maupun terang-terangan. Walau termasuk konglomerat terbesar pada masanya,
namun itu tidak memengaruhi jiwanya yang dipenuhi iman dan takwa.

Berbahagialah Abdurrahman bin Auf dengan limpahan karunia dan kebahagiaan yang
diberikan Allah kepadanya. Ketika meninggal dunia, jenazahnya diiringi oleh para sahabat
mulia seperti Sa'ad bin Abi Waqqash dan yang lain. Dalam kata sambutannya, Khalifah Ali
bin Abi Thalib berkata, "Engkau telah mendapatkan kasih sayang Allah, dan engkau berhasil
menundukkan kepalsuan dunia. Semoga Allah selalu merahmatimu." Amin.

Anda mungkin juga menyukai