Disusun Oleh :
Kelompok 4
Lyna Nazihud Dhahniya (171310003873)
Hefied Adibatul Husna (171310003840)
Nur Viara Wulandari (171310003864)
5 PAI A2
i
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kita dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga
telah dicurahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
“Ajaran-ajaran Tasawuf (Takholly, Tahally, Tajally)”. Makalah yang kami
sampaikan dari berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas
kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kekurangan dari penyusun,
sehingga membutuhkan kritik dan saran dari pembaca.
Terimakasih
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
MAKALAH.......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
3.1 Simpulan............................................................................................................7
3.2 Saran..................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tasawuf adalah suatu bidang ilmu keislaman untuk memasuki atau
menghiasi diri dengan akhlak yang luhur dan keluar dari akhlak yang rendah.
Tasawuf juga dapat diartikan sebagai kebebasan, kemuliaan, meninggalkan
perasaan terbebani alam setiap melaksanakan perbuatan syara’, dermawan,
dan murah hati. Secara garis besar tasawuf terbagi menjadi tasawuf sunni dan
tasawuf falsafi. Tasawuf falsafi ialah tasawuf yang ajaran-ajarannya disusun
secara kompleks dan mendalam dengan bahasa-bahasa simbolik filosofis.
Sementara, tasawuf sunni adalah tasawuf yang didasarkan pada Al-Qur’an
dan sunnah. Tasawuf sunni dibagi dalam dua tipe, yaitu tasawuf akhlaqi, dan
tasawuf amali.
Di dalam tasawuf akhlaqi, para sufi memandang manusia cenderung
mengikuti hawa nafsu. Manusia dikendalikan oleh dorongan-dorongan nafsu
pribadi, bukan manusia yang mengendalikan nafsu. Manusia yang sudah
dikendalikan oleh nafsu cenderung untuk memiliki rasa keinginan untuk
menguasai dunia atau agar berkuasa dunia. Seseorang yang sudah
dikendalikan oleh nafsu memiliki kecenderungan memiliki mental yang
kurang baik, hubungan dengan Tuhan sebagai hamba Allah kurang harmonis
karena waktu yang imili habis untuk mengurus kepentingan duniawi.
Untuk mengembalikan manusia kekondisi yang baik tidak hanya dari
aspek lahiriah semata melainkan juga melalui aspek batiniah. Didalam
tasawuf proses batiniah itu meliputi tahapan-tahapan. Tujuannya adalah untuk
menguasai hawa nafsu dalam rangka pembersihan jiwa agar bisa lebih dekat
dengan Allah. Tahapan-tahapan itu adalah takholly, tahally, dan tajally.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat disimpulkan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari tasawuf?
1
2
1
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973 &
1990), hlm. 3-4
2
Ismail Hasan, Tasawuf: Jalan Rumpil Menuju Tuhan, (Madiun: STAI Madiun, 2014),
An-Nuha, Vol. 1 No. 1 Juli, hlm. 61-62
4
yang mensucikan jiwanya dan rugilah orang yang mengotorinya” (Q.S. Asy-
Syams [91]: 9-10).3
Takholly, berarti mengosongkan diri dari sikap ketergantungan
terhadap kelezatan kehidupan duniawi. Dalam hal ini manusia tidak diminta
secara total melarikan diri dari masalah dunia dan tidak pula menyuruh
menghilangkan hawa nafsu. Tetapi, tetap memanfaatkan duniawi sekedar
sebagai kebutuhannya dengan menekan dorongan nafsu yang dapat
mengganggu stabilitas akal dan perasaan. Ia tidak menyerah kepada setiap
keinginan, tidak mengumbar nafsu, tetapi juga tidak mematikannya. Ia
menempatkan segala sesuatu sesuai dengan proporsinya, sehingga tidak
memburu dunia dan tidak terlalu benci kepada dunia.4
Jika hati telah dihinggapi penyakit atau sifat-sifat tercela, maka ia
harus diobati. Obatnya adalah dengan melatih membersihkannya terlebih
dahulu, yaitu melepaskan diri dari sifat-sifat tercela agar dapat mengisinya
dengan sifat-sifat yang terpuji untuk memperoleh kebahagiaan yang hakiki.
Menurut kalangan sufi, kemaksiatan dapat dibagi dua:
1. Maksiat lahir, yaitu sifat tercela yang dikerjakan oleh anggota lahir seperti
tangan, mulut dan mata.
2. Maksiat batin, adalah segala sifat tercela yang diperbuat anggota batin
yaitu hati.5
2.3 Ajaran tasawuf yang terdapat dalam tahally
Tahally merupakan mengisi dari dengan sifat-sifat terpuji, dengan taat
lahir dan batin. Dengan hal ini Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
(QS. Al-Balad (16): 90).6
3
M. Amin Syukur, Tasawuf Kontekstual, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 2
4
Ismail Hasan, Op.cit., hlm. 54
5
Ismail Hasan, Loc.cit.
6
Ibid., hlm. 55
5
7
Sokhi Huda, Tasawuf Kultural, (Yogyakarta: LKiS, 2008), hlm. 54-55
8
Ibid., hlm. 55-56
6
9
Herbal beauty store, Kesempurnaan Konsep Takhalli, tahalli dan tajalli, diakses dari
http://tarekataulia.blogspot.com/2013/12/kesempurnaan-konsep-takhalli-tahalli.html, pada tanggal
06 April 2020 Pukul 08.15
10
Usman Said, dkk, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Medan: Naspar Djaja, 1981), hlm. 111
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Takholly merupakan langkah pertama yang harus di lakukan oleh
seorang sufi. Takholly yakni penyucian diri dari sifat-sifat tercela, dari
maksiat lahir maupun batin. Diantaranya ialah hasad (dengki), hiqd (rasa
mendongkol), su’uzhan (buruk sangka), riya’ (pamer), bukhl (kikir), dan
ghadab (pemarah).
Tahally juga dapat diartikan sebagai usaha menghiasi diri dengan
jalan membiasakan diri bersikap dan berbuat baik. Berusaha agar dalam
setiap perilakunya selalu berjalan diatas ketentuan agama baik kewajiban
yang bersifat luar atau ketaatan lahir seperti shalat, puasa, zakat dan haji
maupun ketaatan yang bersifat dalam atau ketaatan batin seperti iman,
bersikap ikhlas dan juga ridha terhadap seluruh ketentuan Allah.
Tajally yaitu terungkapnya nur ghaib untuk hati. Tajally merupakan
tanda-tanda yang Allah tanamkan didalam diri manusia supaya Ia dapat
disaksiakan. Setiap tajalli melimpahkan cahaya demi cahaya sehingga
seorang yang menerimanya akan tenggelam dalam kebaikan. Jika terjadi
perbedaan yang dijumpai dalam berbagai penyingkapan itu tidak menandakan
adanya perselisihan diantara guru sufi. Masing-masing manusia unik, oleh
karena itu masing-masing tajalli juga unik. Sehingga tidak ada dua orang
yang meraskan pengalaman tajalli yang sama. Tajalli melampaui kata-kata.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami
lebih dalam mengenai ajaran-ajaran tasawuf (takholly, tahally,tajally), dan
juga diharapkan pembaca dapat mengamalkan apa yang telah didapatkan
setelah membaca dan memahami makalah ini serta menjadi ilmu yang
bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Ismail Hasan. 2014. Tasawuf: Jalan Rumpil Menuju Tuhan. Madiun:
STAI Madiun. An-Nuha, Vol. 1 No. 1 Juli
Huda, Sokhi. 2008. Tasawuf Kultural. Yogyakarta: LKiS
Herbal beauty store. Kesempurnaan Konsep Takhalli, tahalli dan tajalli . diakses dari
http://tarekataulia.blogspot.com/2013/12/kesempurnaan-konsep-takhalli-
tahalli.html. pada tanggal 06 April 2020 Pukul 08.15
Nasution, Harun Nasution. Falsafah dan Mistisme dalam Islam. Jakarta: Bulan
Bintang
Said, Usman, dkk. 1981. Pengantar Ilmu Tasawuf. Medan: Naspar Djaja
Syukur, M. Amin Syukur. 2012. Tasawuf Kontekstual. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar