Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

AJARAN-AJARAN TASAWUF (TAKHOLLY, TAHALLY,


TAJALLY)
Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Tasawuf
Dosen Pengampu: H. Amir Gufron, Drs., M.Ag.

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Lyna Nazihud Dhahniya (171310003873)
Hefied Adibatul Husna (171310003840)
Nur Viara Wulandari (171310003864)
5 PAI A2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NAHDLATUL ULAMA JEPARA
TAHUN AKADEMIK 2020

i
KATA PENGANTAR
Segala Puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kita dapat menyelesaikan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun
tidak akan sanggup menyelesaikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga
telah dicurahkan kepada baginda tercinta kita yakni Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas ilmu tentang
“Ajaran-ajaran Tasawuf (Takholly, Tahally, Tajally)”. Makalah yang kami
sampaikan dari berbagai sumber. Makalah ini disusun oleh penyusun dengan
berbagai rintangan. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama pertolongan
dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat diselesaikan.
Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan yang lebih luas
kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki kekurangan dari penyusun,
sehingga membutuhkan kritik dan saran dari pembaca.
Terimakasih

Jepara, 03 April 2020

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

MAKALAH.......................................................................................................................i

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1

1.1 Latar Belakang...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1

1.3 Tujuan Masalah..................................................................................................2

BAB II AJARAN-AJARAN TASAWUF (TAKHOLLY, TAHALLY, TAJALLY)....3

2.1 Pengertian tasawuf.............................................................................................3

2.2 Ajaran tasawuf yang terdapat dalam takholly.....................................................3

2.3 Ajaran tasawuf yang terdapat dalam tahally.......................................................4

2.4 Ajaran tasawuf yang terdapat dalam tajally........................................................5

BAB III PENUTUP..........................................................................................................7

3.1 Simpulan............................................................................................................7

3.2 Saran..................................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................8

iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tasawuf adalah suatu bidang ilmu keislaman untuk memasuki atau
menghiasi diri dengan akhlak yang luhur dan keluar dari akhlak yang rendah.
Tasawuf juga dapat diartikan sebagai kebebasan, kemuliaan, meninggalkan
perasaan terbebani alam setiap melaksanakan perbuatan syara’, dermawan,
dan murah hati. Secara garis besar tasawuf terbagi menjadi tasawuf sunni dan
tasawuf falsafi. Tasawuf falsafi ialah tasawuf yang ajaran-ajarannya disusun
secara kompleks dan mendalam dengan bahasa-bahasa simbolik filosofis.
Sementara, tasawuf sunni adalah tasawuf yang didasarkan pada Al-Qur’an
dan sunnah. Tasawuf sunni dibagi dalam dua tipe, yaitu tasawuf akhlaqi, dan
tasawuf amali.
Di dalam tasawuf akhlaqi, para sufi memandang manusia cenderung
mengikuti hawa nafsu. Manusia dikendalikan oleh dorongan-dorongan nafsu
pribadi, bukan manusia yang mengendalikan nafsu. Manusia yang sudah
dikendalikan oleh nafsu cenderung untuk memiliki rasa keinginan untuk
menguasai dunia atau agar berkuasa dunia. Seseorang yang sudah
dikendalikan oleh nafsu memiliki kecenderungan memiliki mental yang
kurang baik, hubungan dengan Tuhan sebagai hamba Allah kurang harmonis
karena waktu yang imili habis untuk mengurus kepentingan duniawi.
Untuk mengembalikan manusia kekondisi yang baik tidak hanya dari
aspek lahiriah semata melainkan juga melalui aspek batiniah. Didalam
tasawuf proses batiniah itu meliputi tahapan-tahapan. Tujuannya adalah untuk
menguasai hawa nafsu dalam rangka pembersihan jiwa agar bisa lebih dekat
dengan Allah. Tahapan-tahapan itu adalah takholly, tahally, dan tajally.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat disimpulkan rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apa pengertian dari tasawuf?

1
2

2. Sebutkan ajaran tasawuf yang terdapat dalam takholly?


3. Sebutkan ajaran tasawuf yang terdapat dalam tahally?
4. Sebutkan ajaran tasawuf yang terdapat dalam tajally?
1.3 Tujuan Masalah
Dari rumusan masalah diatas dapat disimpulkan tujuan masalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian tasawuf
2. Untuk mengetahui ajaran tasawuf yang terdapat dalam takholly
3. Untuk mengetahui ajaran tasawuf yang terdapat dalam tahally
4. Untuk mengetahui ajaran tasawuf yang terdapat dalam tajally
BAB II
AJARAN-AJARAN TASAWUF (TAKHOLLY, TAHALLY,
TAJALLY)
2.1 Pengertian tasawuf
Secara etimologis, kata tasawuf dari bahasa Arab, yang diperdebatkan
asal atau akar katanya. Ada yang mengatakan dari syuf (bulu domba), shafa
(bersih/jenis), shaf (barisan terdepan), shuffah (serambi masjid Nabawi), dan
lain sebagainya, yang masing-masing mempunyai dasar rasional dan tekstual.
Secara terminology, banyak ulama yang mengutamakan definisi
tasawuf, namun yang jelas ia berarti keluar dari sifat-sifat tercela menuju ke
sifat-sifat terpuji, melalui proses pembinaan yang terkenal dengan istilah
riyadhah (latihan), mujahadah (bersungguh-sungguh). Sedang menurut
Harun Nasution, inti tasawuf adalah kesadaran adanya komunikasi dan dialog
langsung antara manusia dengan Tuhannya.1
Jadi, tasawuf adalah satu ilmu yang berbeda dengan ilmu yang lain, ia
membutuhkan sebuah pemahaman yang akurat dan keyakinan yang kuat demi
pencapaian puncak, karena membutuhkan intuisi dan pengalaman spiritual
untuk mempraktekkan dan memperdalam pemahaman, bukan sekedar wacana
yang tiba-tiba bisa diambil manfaatnya begitu saja.2
2.2 Ajaran tasawuf yang terdapat dalam takholly
Takholly merupakan langkah pertama yang harus di lakukan oleh
seorang sufi. Takholly yakni penyucian diri dari sifat-sifat tercela, dari
maksiat lahir maupun batin. Diantaranya ialah hasad (dengki), hiqd (rasa
mendongkol), su’uzhan (buruk sangka), riya’ (pamer), bukhl (kikir), dan
ghadab (pemarah). Dalam hal ini Allah berfirman: “Berbahagialah orang

1
Harun Nasution, Falsafah dan Mistisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973 &
1990), hlm. 3-4
2
Ismail Hasan, Tasawuf: Jalan Rumpil Menuju Tuhan, (Madiun: STAI Madiun, 2014),
An-Nuha, Vol. 1 No. 1 Juli, hlm. 61-62
4

yang mensucikan jiwanya dan rugilah orang yang mengotorinya” (Q.S. Asy-
Syams [91]: 9-10).3
Takholly, berarti mengosongkan diri dari sikap ketergantungan
terhadap kelezatan kehidupan duniawi. Dalam hal ini manusia tidak diminta
secara total melarikan diri dari masalah dunia dan tidak pula menyuruh
menghilangkan hawa nafsu. Tetapi, tetap memanfaatkan duniawi sekedar
sebagai kebutuhannya dengan menekan dorongan nafsu yang dapat
mengganggu stabilitas akal dan perasaan. Ia tidak menyerah kepada setiap
keinginan, tidak mengumbar nafsu, tetapi juga tidak mematikannya. Ia
menempatkan segala sesuatu sesuai dengan proporsinya, sehingga tidak
memburu dunia dan tidak terlalu benci kepada dunia.4
Jika hati telah dihinggapi penyakit atau sifat-sifat tercela, maka ia
harus diobati. Obatnya adalah dengan melatih membersihkannya terlebih
dahulu, yaitu melepaskan diri dari sifat-sifat tercela agar dapat mengisinya
dengan sifat-sifat yang terpuji untuk memperoleh kebahagiaan yang hakiki.
Menurut kalangan sufi, kemaksiatan dapat dibagi dua:
1. Maksiat lahir, yaitu sifat tercela yang dikerjakan oleh anggota lahir seperti
tangan, mulut dan mata.
2. Maksiat batin, adalah segala sifat tercela yang diperbuat anggota batin
yaitu hati.5
2.3 Ajaran tasawuf yang terdapat dalam tahally
Tahally merupakan mengisi dari dengan sifat-sifat terpuji, dengan taat
lahir dan batin. Dengan hal ini Allah SWT berfirman: “Sesungguhnya Allah
menyuruh kamu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum
kerabat dan Allah melarang perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.
(QS. Al-Balad (16): 90).6

3
M. Amin Syukur, Tasawuf Kontekstual, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), hlm. 2
4
Ismail Hasan, Op.cit., hlm. 54
5
Ismail Hasan, Loc.cit.
6
Ibid., hlm. 55
5

Tahally ini merupakan tahap pengisian jiwa yang telah dikosongkan.


Apabila manusia mampu mengisi hatinya dengan sifat-sifat terpuji maka ia
akan menjadi cerah dan terang sehingga dapat menerima cahaya ilahi sebab
hati yang kotor tidak dapat menerima cahaya tersebut. Setelah hatinya terang,
maka segala perbuatan dan tindakannya akan dijalankan dengan niat yang
ikhlas: ikhlas melakukan ibadah kepada Allah, mengabdi kepada kepentingan
agamanya, serta ikhlas bekerja untuk melayani kepentingan keluarga,
masyarakat dan negaranya tanpa mengharap balasan apapun kecuali dari
Allah.
Tahally juga dapat diartikan sebagai usaha menghiasi diri dengan
jalan membiasakan diri bersikap dan berbuat baik. Berusaha agar dalam
setiap perilakunya selalu berjalan diatas ketentuan agama baik kewajiban
yang bersifat luar atau ketaatan lahir seperti shalat, puasa, zakat dan haji
maupun ketaatan yang bersifat dalam atau ketaatan batin seperti iman,
bersikap ikhlas dan juga ridha terhadap seluruh ketentuan Allah.7
2.4 Ajaran tasawuf yang terdapat dalam tajally
Tajally yaitu terungkapnya nur ghaib untuk hati. Dalam hal ini kaum
sufi mendasarkan pendapatnya pada firman Allah: “Allah adalah nur
(cahaya) langit dan bumi” (Q.S. An-Nur [24]: 35). Menurut Mustofa Zahri,
tajalli diartika sebagai lenyapnya hijab dari sifat-sifat kemanusiaan,
tersingkapnya nur yang selama itu ghaib, dan lenyapnya segala sesuatu ketika
muncul wajah Allah. Sedangkan menurut Al-Ghazali dalam kitab al-Munqizh
min adh-Dhalal, tajalli adalah tersingkapnya hal-hal ghaib yang menjadi
pengetahuan kita yang hakiki disebabkan oleh nur yang dipancarkan Allah
kedalam hati seseorang. Pengetahuan hakiki tersebut tidak didapat dengan
menyusun dalil dan menata argumentasi, tetapi karena nur yang dipancarkan
Allah kedalam hati, dan Nur ini merupakan kunci untuk sekian banyak
pengetahuan.8

7
Sokhi Huda, Tasawuf Kultural, (Yogyakarta: LKiS, 2008), hlm. 54-55
8
Ibid., hlm. 55-56
6

Tajally merupakan tanda-tanda yang Allah tanamkan didalam diri


manusia supaya Ia dapat disaksiakan. Setiap tajalli melimpahkan cahaya demi
cahaya sehingga seorang yang menerimanya akan tenggelam dalam kebaikan.
Jika terjadi perbedaan yang dijumpai dalam berbagai penyingkapan itu tidak
menandakan adanya perselisihan diantara guru sufi. Masing-masing manusia
unik, oleh karena itu masing-masing tajalli juga unik. Sehingga tidak ada dua
orang yang meraskan pengalaman tajalli yang sama. Tajalli melampaui kata-
kata. Tajalli adalah ketakjuban. Al-Jilli membagi tajalli menjadi empat
tingkatan, yaitu:
a. Tajalli Af`al, yaitu tajalli Allah pada perbuatan seseorang, artinya segala
aktivitasnya itu disertai qudrat-Nya, dan ketika itu dia melihat-Nya.
b. Tajalli Asma`, yaitu lenyapanya seseorang dari dirinya dan bebasnya dari
genggaman sifat-sifat kebaruan dan lepasnya dari ikatan tubuh kasarnya. Dalam
tingkatan ini tidak ada yang dilihat kecuali hannya dzat Ash Shirfah (hakikat
gerakan), bukan melihat asma`.
c. Tajalli sifat, yaitu menerimanya seorang hamba atas sifat-siafat ketuhanan,
artinya Tuhan mengambil tempat padanya tanpa hullul dzat-Nya.
d. Tajalli Zat, yaitu apabila Allah menghendaki adanya tajalli atas hamba-Nya
yang mem-fana` kan dirinya maka bertempat padanya karunia ketuhanan yang
bisa berupa sifat dan bisa pula berupa zat, disitulah terjadi ketunggalan yang
sempurna. Dengan fana`nya hamba maka yang baqa` hanyalah Allah.9
Para sufi sependapat bahwa untuk mencapai tingkat kesempurnaan kesucian
jiwa itu hanya dengan satu jalan, yaitu cinta kepada Allah dan memperdalam rasa
kecintaan itu. Dengan kesucian jiwa ini, barulah akan terbuka jalan untuk mencapai
Tuhan. Tanpa jalan ini tidak kemungkinan terlaksananya tujuan itu dan perbuatan
yang dilakukan tidak dianggap perbuatan yang baik.10

9
Herbal beauty store, Kesempurnaan Konsep Takhalli, tahalli dan tajalli, diakses dari
http://tarekataulia.blogspot.com/2013/12/kesempurnaan-konsep-takhalli-tahalli.html, pada tanggal
06 April 2020 Pukul 08.15
10
Usman Said, dkk, Pengantar Ilmu Tasawuf, (Medan: Naspar Djaja, 1981), hlm. 111
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Takholly merupakan langkah pertama yang harus di lakukan oleh
seorang sufi. Takholly yakni penyucian diri dari sifat-sifat tercela, dari
maksiat lahir maupun batin. Diantaranya ialah hasad (dengki), hiqd (rasa
mendongkol), su’uzhan (buruk sangka), riya’ (pamer), bukhl (kikir), dan
ghadab (pemarah).
Tahally juga dapat diartikan sebagai usaha menghiasi diri dengan
jalan membiasakan diri bersikap dan berbuat baik. Berusaha agar dalam
setiap perilakunya selalu berjalan diatas ketentuan agama baik kewajiban
yang bersifat luar atau ketaatan lahir seperti shalat, puasa, zakat dan haji
maupun ketaatan yang bersifat dalam atau ketaatan batin seperti iman,
bersikap ikhlas dan juga ridha terhadap seluruh ketentuan Allah.
Tajally yaitu terungkapnya nur ghaib untuk hati. Tajally merupakan
tanda-tanda yang Allah tanamkan didalam diri manusia supaya Ia dapat
disaksiakan. Setiap tajalli melimpahkan cahaya demi cahaya sehingga
seorang yang menerimanya akan tenggelam dalam kebaikan. Jika terjadi
perbedaan yang dijumpai dalam berbagai penyingkapan itu tidak menandakan
adanya perselisihan diantara guru sufi. Masing-masing manusia unik, oleh
karena itu masing-masing tajalli juga unik. Sehingga tidak ada dua orang
yang meraskan pengalaman tajalli yang sama. Tajalli melampaui kata-kata.
3.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami
lebih dalam mengenai ajaran-ajaran tasawuf (takholly, tahally,tajally), dan
juga diharapkan pembaca dapat mengamalkan apa yang telah didapatkan
setelah membaca dan memahami makalah ini serta menjadi ilmu yang
bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Ismail Hasan. 2014. Tasawuf: Jalan Rumpil Menuju Tuhan. Madiun:
STAI Madiun. An-Nuha, Vol. 1 No. 1 Juli
Huda, Sokhi. 2008. Tasawuf Kultural. Yogyakarta: LKiS
Herbal beauty store. Kesempurnaan Konsep Takhalli, tahalli dan tajalli . diakses dari
http://tarekataulia.blogspot.com/2013/12/kesempurnaan-konsep-takhalli-
tahalli.html. pada tanggal 06 April 2020 Pukul 08.15
Nasution, Harun Nasution. Falsafah dan Mistisme dalam Islam. Jakarta: Bulan
Bintang
Said, Usman, dkk. 1981. Pengantar Ilmu Tasawuf. Medan: Naspar Djaja
Syukur, M. Amin Syukur. 2012. Tasawuf Kontekstual. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar

Anda mungkin juga menyukai